Anda di halaman 1dari 128

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN KRIM


MINYAK ATSIRI KULIT BUAH JERUK MANIS (Citrus aurantium Dulcis)
DENGAN VARIASI KONSENTRASI SETIL ALKOHOL SEBAGAI
STIFFENING AGENT

SKRIPSI

CORRY PRISCILLIANA PUTRI

NIM : 11141020000041

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

JAKARTA

AGUSTUS/2018
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN KRIM


MINYAK ATSIRI KULIT BUAH JERUK MANIS (Citrus aurantium Dulcis)
DENGAN VARIASI KONSENTRASI SETIL ALKOHOL SEBAGAI
STIFFENING AGENT

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

CORRY PRISCILLIANA PUTRI

NIM : 11141020000041

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

JAKARTA

AGUSTUS/2018

ii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip
maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar

iii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

iv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


HALAMAN PENGESAHAN

v UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


ABSTRAK

Nama : Corry Priscilliana Putri

Program Studi : Farmasi

Judul : Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Sediaan Krim dengan


Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk Manis (Citrus aurantium Dulcis)
dengan Variasi Konsentrasi Setil Alkohol sebagai Stiffening Agent

Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan minyak atsiri kulit buah jeruk
manis (Citrus aurantium dulcis) yang mengandung limonene menjadi sediaan
krim antioksidan dengan menggunakan variasi konsentrasi setil alkohol sebagai
stiffening agent dan mengetahui pengaruhnya terhadap stabilitas fisik dan
aktivitas antioksidan minyak atsiri kulit buah jeruk manis dalam sediaan krim.
Penelitian ini diformulasikan dengan variasi konsentrasi setil alkohol, yaitu F1
(2%), F2 (4%), dan F3 (6%). Evaluasi stabilitas fisik sediaan krim dilakukan
selama 21 hari meliputi organoleptis, homogenitas, pH, viskositas dan sifat alir,
sentrifugasi, cycling test, tipe krim, dan uji diameter globul rata – rata. Uji
komponen kimia pada sediaan krim minyak atsiri kulit buah jeruk manis dengan
menggunakan GCMS. Penentuan aktivitas antioksidan dilakukan dengan
menggunakan metode DPPH dengan menghitung nilai IC50 serta AAI. Variasi
konsentrasi setil alkohol mempengaruhi stabilitas fisik krim setelah penyimpanan
21 hari. Sediaan krim tidak terjadi perubahan pada evaluasi fisik dari segi
organoleptik, homogenitas, tipe krim dan uji sentrifugasi. Hasil evaluasi fisik
menunjukkan semakin tinggi konsentrasi setil alkohol maka viskositas sediaan
semakin meningkat. Hasi uji komponen kimia pada sediaan krim minyak atsiri
kulit buah jeruk manis setelah penyimpanan 21 hari menunjukkan bahwa senyawa
limonene pada minyak atsiri terkandung di dalam sediaan. Hasil analisa
antioksidan pada krim dilakukan pada hari ke – 1 dan hari ke – 21. Uji statistik T-
test menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan pada krim minyak atsiri kulit buah
jeruk manis mengalami penurunan yang tidak bermakna.

Kata Kunci: Minyak atsiri kulit buah jeruk manis, Citrus aurantium, krim, cetyl
alcohol, aktivitas antioksidan, DPPH.

vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


ABSTRACT

Name : Corry Priscilliana Putri


Study Program : Pharmacy
Title : Formulation and Antioxidant Activity Assay of Sweet
Orange Peel Essential Oil Cream with Variation in
Concentration of Cetyl Alcohol as Stiffening Agent

The study aims to formulate the essential oil of sweet orange peel (Citrus
aurantium dulcis) containing limonene into an antioxidant cream preparation by
using variation of cetyl alcohol concentration as a stiffening agent and to
determine the effect on the physical stability and antioxidant activity of the
essential oil of sweet orange peel in cream. This study was formulated with
variations in concentration of cetyl alcohol, F1 (2%), F2 (4%), and F3 (6%). The
physical stability evaluation of cream preparations was carried out for 21 days
including organoleptic, homogeneity, pH, viscosity and rheology, centrifugation,
cycling test, cream type, and droplet size. The chemical components of the
essential oil of sweet orange peel in cream were tested using GCMS.
Determination of antioxidant activity was done by using DPPH method by
calculating IC50 and AAI values. The concentration variation of cetyl alcohol
affects the physical stability of the cream after 21 days of storage. The creams are
stable in the physical evaluation of the organoleptic, homogeneity, cream type and
centrifugation tests. Physical evaluation results show the higher concentration of
cetyl alcohol then the viscosity would increase. The chemical component test after
21 days of storage showed that the limonene compound which is the main
component of the essential oil is contained in creams. The results of antioxidant
analysis on the creams are tested on 1st and 21st day. T-test statistics showed
antioxidant activity on the sweet orange peel essential oil cream does not decrease
significantly.

Keyword : The Essential oil of Sweet Orange Peel, Citru aurantium, cream, Cetyl
Alcohol, Antioxidant activity, DPPH.

vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


KATA PENGANTAR
Puji syukur selalu terpanjatkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
anugerah- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan
skripsi yang berjudul “Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Sediaan Krim
dengan Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk Manis (Citrus aurantium Dulcis)
dengan Variasi Konsentrasi Setil Alkohol sebagai Stiffening Agent”.
Penulisan skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Farmasi di Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi memperoleh bantuan


dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Nelly Suryani, Ph.D., Apt dan ibu Ofa Suzanti Betha, M.Si., Apt
selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan waktu untuk
memberikan arahan, ilmu, saran, dan dukungan kepada penulis selama
penelitian hingga penyusunan skripsi
2. Prof. Dr. Arif Sumantri, M.KM selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Ibu Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Ibu Ofa Suzanti Betha, M.Si., Apt selaku Dosen Pembimbing Akadenik
yang telah membimbing selama perkuliahan
5. Seluruh dosen Program Studi Farmasi yang telah membimbing dan
memberikan ilmu selama perkuliahan.
6. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Kohar Sulistyadi dan Ibunda Ria
Suryatin yang selalu memberikan kasih sayang, doa, pengorbanan, dan
motivasi yang tidak ada hentinya kepada penulis
7. Ketiga Kakakku Betha Ariftyo, Corry Shirleyana Putri dan Ricco Gerdana
Sbroong, dan adikku Rio Valeriano Sbroong yang selalu memberikan doa
dan motivasi kepada penulis untuk tidak mudah menyerah

viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


8. Sahabat – sahabat kabinet idmer Dea Raudya, Muhaiminul Maulidza, Cut
Balqis, Revy Aprillia, Luluk Muchoyaratul, Syifa Munika, Puspitasari,
Divya Anjani, Ramadhani, Hadi Azmi, dan Fariz Agus yang selalu
mewarnai kehidupan perkuliahan penulis dan yang selalu memberikan
dukungan sekaligus menjadi orang – orang yang bersedia mendengarkan
keluh kesah penulis
9. Kak Sagita, Kak Ervina, Kak Risha, dan Kak Amalia yang selalu bersedia
menyediakan waktu dan membantu penulis dalam penelitian
10. Annisa Ulfa Mutiara sebagai teman seperjuangan penulis selama penelitian
sampai dengan penyusunan skripsi
11. Teman – teman satu bimbingan Divya Anjani, Syifa Rizkia, Deani Nurul,
dan Sheila Sabrina yang selalu setia menemani selama proses penelitian
12. Laboran – laboran Farmasi, Kak Eris, Kak Walid, Kak Yaenab, Mba Rani,
dan Kak lisa yang telah membantu penulis selama penelitian
13. Alvin, Sarah, Tsaome, Dela, Ical, Fina, Silvia, Sasa, Vela, Christin,
Bundar, Acid, Mamat, Sipul, Zulfa, dan Sonya sebagai teman – teman
yang memberikan dukungan kepada penulis meskipun tidak berada pada
satu kampus.
14. Teman-teman Farmasi Angkatan 2014 yang selama perkuliahan berbagi
suka duka bersama
15. Semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian
dan penulisan yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini belum sempurna. Oleh


karena itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang
membangun. Penulis juga mengharapkan agar penelitian ini dapat bermanfaat
sebagai ilmu pengetahuan
Jakarta, 8 Agustus 2018

Penulis

ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai civitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah


Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Corry Priscilliana Putri


NIM : 11141020000041
Program Studi : Farmasi
Fakultas : Ilmu Kesehatan
Jenis Karya : Skripsi

demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah saya,


dengan judul :

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN KRIM


MINYAK ATSIRI KULIT BUAH JERUK MANIS (Citrus aurantium Dulcis)
DENGAN VARIASI KONSENTRASI SETIL ALKOHOL SEBAGAI
STIFFENING AGENT
untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital
Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.

Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan
sebenarnya.

Dibuat di : Ciputat
Pada Tanggal : 8 Agustus 2018
Yang menyatakan,

(Corry Priscilliana Putri)

x UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
ABSTRACT ......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.......................... x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xix
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 5
2.1 Tanaman Jeruk Manis (Sweet Orange) ..................................................................... 5
2.1.1 Klasifikasi Tanaman .......................................................................................... 5
2.1.2 Morfologi ........................................................................................................... 5
2.1.3 Ekologi dan Penyebaran..................................................................................... 6
2.1.4 Kandungan Kimia .............................................................................................. 7
2.1.5 Khasiat ............................................................................................................... 8
2.2 Minyak Atsiri ............................................................................................................ 8
2.2.1 Definisi............................................................................................................... 8
2.2.2 Kandungan Minyak Atsiri .................................................................................. 9
2.2.3 Manfaat ............................................................................................................ 10
2.2.4 Isolasi Minyak Atsiri ........................................................................................ 10
2.3 Kulit ........................................................................................................................ 12
2.3.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit ............................................................................ 12

xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


2.3.2 Penghantaran atau Penetrasi Obat melalui Kulit .............................................. 15
2.4 Kosmetika ............................................................................................................... 15
2.4.1 Definisi Kosmetik ............................................................................................ 15
2.4.2 Penggolongan Kosmetika ................................................................................ 16
2.5 Krim ........................................................................................................................ 17
2.5.1 Definisi Krim ................................................................................................... 17
2.5.2 Tipe Krim ......................................................................................................... 17
2.5.3 Stabilitas Krim ................................................................................................. 18
2.5.4 Komponen umum krim .................................................................................... 20
2.5.5 Syarat krim ....................................................................................................... 21
2.5.6 Formulasi krim ................................................................................................. 21
2.6 Gas Chromatography – Mass Spectrometry (GC-MS) .......................................... 26
2.7 Radikal Bebas ......................................................................................................... 27
2.7.1 Pembentukan Radikal Bebas ............................................................................ 28
2.7.2 Efek Radikal Bebas .......................................................................................... 28
2.8 Antioksidan ............................................................................................................. 29
2.8.1 Penggolongan Antioksidan .............................................................................. 29
2.9 Uji Aktivitas Antioksidan ....................................................................................... 31
BAB 3 METODE PENELITIAN ....................................................................... 33
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................................. 33
3.2 Alat dan Bahan........................................................................................................ 33
3.2.1 Alat................................................................................................................... 33
3.2.2 Bahan Penelitian .............................................................................................. 33
3.3 Prosedur Penelitian ................................................................................................. 33
3.3.1 Penyiapan Bahan Minyak Atsiri Jeruk Manis .................................................. 33
3.3.2 Formulasi Sediaan Krim dengan Minyak Atsiri Jeruk Manis .......................... 34
3.3.3 Pembuatan Sediaan Krim ................................................................................. 34
3.4 Analisis Komponen Kimia dalam Minyak Atsiri Jeruk Manis ............................... 35
3.5 Analisis Komponen Kimia pada Sediaan Krim Minyak Atsiri Jeruk Manis .......... 35
3.6 Evaluasi Fisik Sediaan Krim Minyak Atsiri Jeruk Manis ....................................... 35
3.6.1 Pengamatan Organoleptis ................................................................................ 35
3.6.2 Pengujian Homogenitas Fisik .......................................................................... 35
3.6.3 Pengukuran pH................................................................................................. 36
3.6.4 Pengukuran Viskositas dan Sifat Alir .............................................................. 36

xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


3.6.5 Pengujian stabilitas Mekanik dengan Metode Sentrifugasi ............................. 36
3.6.6 Uji Cycling Test ............................................................................................... 36
3.6.7 Penentuan Tipe Krim ....................................................................................... 36
3.6.8 Uji Diameter Globul Rata – Rata ..................................................................... 37
3.7 Pengujian Aktivitas Antioksidan Minyak Atsiri Jeruk Manis dan Krim dengan
Minyak Atsiri Jeruk Manis ........................................................................................... 37
3.7.1 Pembuatan Larutan DPPH 0,4 mM.................................................................. 37
3.7.2 Pengukuran panjang Gelombang Maksimum DPPH ....................................... 37
3.7.3 Pembuatan Larutan Blanko .............................................................................. 37
3.7.4 Pembuatan Larutan Uji .................................................................................... 37
3.7.5 Pembuatan Larutan Pembanding Vitamin C sebagai Kontrol Positif .............. 38
3.7.6 Pembuatan Larutan Uji Basis Krim ................................................................. 38
3.7.7 Pembuatan Larutan Uji Krim dengan Minyak Atsiri Jeruk Manis .................. 38
3.7.8 Perhitungan Nilai IC50 ...................................................................................... 38
3.7.9 Perhitungan Nilai AAI (Antioxidant Activity Index) ........................................ 39
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 40
4.1 Analisis Komponen Kimia Minyak Atsiri Jeruk manis dengan GCMS ................. 40
4.2 Analisis Komponen Kimia pada Krim Minyak Atsiri Jeruk Manis dengan GCMS 41
4.3 Hasil Formulasi Sediaan Krim Minyak Atsiri Jeruk Manis (Citrus aurantium
dulcis)............................................................................................................................ 45
4.4 Hasil Evaluasi Fisik Sediaan Krim Minyak Atsiri Jeruk Manis (Citrus aurantium
dulcis)............................................................................................................................ 47
4.4.1 Hasil Pengamatan Organoleptis Sediaan Krim ................................................ 47
4.4.2 Hasil Pengamatan Homogenitas Tekstur ......................................................... 48
4.4.3 Hasil Pengukuran pH Sediaan Krim ................................................................ 49
4.4.4 Hasil Viskositas dan Sifat Alir Krim Minyak Atsiri Jeruk Manis ................... 50
4.4.5 Hasil Pengamatan Tipe Krim ........................................................................... 51
4.4.6 Hasil Pengukuran Diameter Globul Rata – Rata Krim .................................... 52
4.4.7 Hasil Pengujian Stabilitas Mekanik dengan Metode Sentrifugasi ................... 54
4.4.8 Hasil Pengujian Cycling Test ........................................................................... 54
4.5 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan .............................................................................. 56
4.5.1 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Minyak Atsiri Jeruk Manis dan Vitamin C
dengan Metode DPPH............................................................................................... 56
4.5.2 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Basis Krim dan Krim Minyak Atsiri Jeruk
Manis......................................................................................................................... 58

xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 61
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 61
5.2 Saran ....................................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 62
LAMPIRAN ......................................................................................................... 68

xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kandungan Kimia dari Jeruk Manis...................................................... 7

Tabel 2.2 Komponen Sediaan Krim secara Umum............................................... 20

Tabel 3.1 Formula Krim dengan Minyak Atsiri Jeruk Manis............................... 34

Tabel 4.1 Hasil Analisis GCMS Komponen Kimia Minyak Atsiri....................... 41

Tabel 4.2 Hasil Komponen Kimia Sediaan Krim Minyak Atsiri Jeruk Manis...... 45

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Organoleptis pada Sediaan Krim............................. 47

Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Homogenitas pada Sediaan Krim............................ 48

Tabel 4.5 Hasil Pengukuran pH pada Sediaan Krim............................................. 50

Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Viskositas pada Sediaan Krim................................. 51

Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Tipe Krim................................................................. 52

Tabel 4.8 Hasil Pengukuran Ukuran Diameter Globul Rata – Rata...................... 53

Tabel 4.9 Hasil Pengujian Stabilitas Mekanik pada Sediaan Krim....................... 54

Tabel 4.10 Hasil Pengujian Cycling Test pada Sediaan Krim............................... 56

Tabel 4.11 Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan pada Minyak Atsiri Kulit
Buah Jeruk Manis dan Vitamin C.......................................................................... 58
Tabel 6.1 Hasil pengamangatan organoleptis........................................................ 75
Tabel 6.2 Hasil Pengamatan Tipe Krim................................................................. 76
Tabel 6.3 Hasil pengamatan Homogenitas Tekstur............................................... 77
Tabel 6.4 Hasil Pengukuran Viskositas dan Sifat Alir.......................................... 78
Tabel 6.5 Diameter rata – rata globul krim F1 hari ke – 1.................................... 82
Tabel 6.6 Diameter rata – rata globul krim F2 hari ke – 1.................................... 82
Tabel 6.7 Diameter rata – rata globul krim F3 hari ke – 1.................................... 83
Tabel 6.8 Diameter rata – rata globul krim F1 hari ke – 7.................................... 83
Tabel 6.9 Diameter rata – rata globul krim F2 hari ke – 7.................................... 84
Tabel 6.10 Diameter rata – rata globul krim F3 hari ke – 7.................................. 84

xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


Tabel 6.11 Diameter rata – rata globul krim F1 hari ke – 14................................ 84

Tabel 6.12 Diameter rata – rata globul krim F2 hari ke – 14................................ 85

Tabel 6.13 Diameter rata – rata globul krim F3 hari ke – 14................................ 85

Tabel 6.14 Diameter rata – rata globul krim F1 hari ke – 21................................ 85

Tabel 6.15 Diameter rata – rata globul krim F2 hari ke – 21................................ 86

Tabel 6.16 Diameter rata – rata globul krim F3 hari ke – 21................................ 86

Tabel 6.17 Hasil Pengamatan Sentrifugasi............................................................ 87

xvi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Tanaman Jeruk Manis …………………………………………..... 5


Gambar 2.2. Struktur Kulit Manusia …………………………………………… 12
Gambar 2.3. Ilustrasi Skematik Beberapa tipe ketidakstabilan emulsi ………… 18
Gambar 2.4. Struktur molekul Asam Stearat …………………………………... 21
Gambar 2.5. Struktur molekul Setil Alkohol …………………………………... 22
Gambar 2.6. Struktur molekul Gliserin …………………………………............ 23
Gambar 2.7. Struktur molekul Metil Paraben ………………………………….. 23
Gambar 2.8. Struktur Molekul Propil Paraben ………………………………… 24
Gambar 2.9. Struktur molekul Trietanolamine (TEA)………………………….. 25
Gambar 2.10 Mekanisme Penghambatan Radikal DPPH. ……………………... 32
Gambar 4.1 Spektrum GCMS Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk Manis................ 40
Gambar 4.2 Spektrum GCMS Sediaan Krim Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk
Manis F1 Hari Ke – 1 ............................................................................................ 42
Gambar 4.3 Spektrum GCMS Sediaan Krim Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk
Manis F1 Hari Ke – 21 ........................................................................................ 42
Gambar 4.4 Spektrum GCMS Sediaan Krim Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk
Manis F2 Hari Ke – 1 .......................................................................................... 43
Gambar 4.5 Spektrum GCMS Sediaan Krim Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk
Manis F2 Hari Ke – 21 .......................................................................................... 43
Gambar 4.6 Spektrum GCMS Sediaan Krim Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk
Manis F3 Hari Ke – 1 .......................................................................................... 44
Gambar 4.7 Spektrum GCMS Sediaan Krim Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk
Manis F3 Hari Ke – 21 .......................................................................................... 44
Gambar 4.8 Grafik Aktivitas Antioksidan Krim Minyak Atsiri Kulit Buah
Jeruk Manis ........................................................................................................... 59
Gambar 6.1 Grafik Kurva Viskositas .................................................................. 79
Gambar 6.2 Kurva sifat Alir Krim Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk Manis pada
Hari ke – 1 ............................................................................................................. 79
Gambar 6.3 Kurva sifat Alir Krim Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk Manis pada
Hari ke – 7 ............................................................................................................. 80

xvii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


Gambar 6.4 Kurva sifat Alir Krim Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk Manis pada
Hari ke – 14........................................................................................................... 80
Gambar 6.5 Kurva sifat Alir Krim Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk Manis pada
Hari ke – 21.......................................................................................................... 81

xviii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Penimbangan Bahan ....................................................................... 68


Lampiran 2. Alur Penelitian ................................................................................ 69
Lampiran 3. Pembuatan Larutan Uji Aktivitas Antioksidan ............................... 69
Lampiran 4. Hasil Pengamatan Organoleptis ...................................................... 75
Lampiran 5. Hasil Pengamatan Tipe Krim.......................................................... 76
Lampiran 6. Hasil Pengamatan homogenitas tekstur .......................................... 77
Lampiran 7. Data hasil Pengukuran Viskositas dan Sifat Alir ............................ 77
Lampiran 8. Data Hasil Pengukuran Diameter Globul Rata – Rata.................... 82
Lampiran 9.Hasil Pengamatan Sentrifugasi ........................................................ 87
Lampiran 10. Hasil Statistik pH Krim ................................................................ 88
Lampiran 11. Hasil statistik pH pada uji cycling test .......................................... 89
Lampiran 12. Hasil Statistik Viskositas Krim ..................................................... 90
Lampiran 13. Hasil Statistik Diameter Globul Rata – Rata ................................ 91
Lampiran 14. Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan Vitamin C ....................... 92
Lampiran 15. Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan Minyak Atsiri Kulit Buah
Jeruk Manis ........................................................................................................... 93
Lampiran 16. Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan Krim Minyak Atsiri Kulit
Buah Jeruk Manis .................................................................................................. 93
Lampiran 17. Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan Basis Krim .................... 100
Lampiran 18. Perhitungan AAI (Antioxidant Activity Index)............................ 103
Lampiran 19. Hasil Statistik T-test Uji Aktivitas Antioksidan Krim Minyak
Atsiri Kulit Buah Jeruk Manis ............................................................................ 104
Lampiran 20. Sertifikat Analisa Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk Manis ......... 105
Lampiran 21. Sertifikat Analisa Asam Stearat .................................................. 106
Lampiran 22. Sertifikat Analisa Setil Alkohol .................................................. 107
Lampiran 23. Sertifikat Analisa Gliserin .......................................................... 108
Lampiran 24. Sertifikat Analisa Metanol Pro Analisis ..................................... 109

xix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kulit merupakan organ yang melapisi seluruh permukaan tubuh dan berfungsi
sebagai pelindung dari pengaruh luar. Salah satu penyebab kerusakan pada kulit
adalah radikal bebas berupa sinar ultraviolet (UV) yang akan mengganggu
kesehatan maupun penampilan, sehingga kesehatan kulit juga perlu dijaga dan
dilindungi (Nirmala, A., 2015). Indonesia merupakan negara tropis dengan
paparan sinar matahari sepanjang musim. Dengan paparan sinar UV yang berlebih
dapat menyebabkan terbentuknya radikal bebas yaitu Radical Oxygen Species
(ROS) dan menimbulkan permasalahan terhadap kulit yaitu eritema, pigmentasi
dan fotosensitivitas, bahkan dalam efek jangka panjang menyebabkan penuaan
dan kanker kulit. (Wugkana,I.,dkk. 2013). Penuaan pada kulit berkaitan dengan
paparan sinar UV, karena radiasi sinar UV mengakibatkan terjadinya pelepasan
ROS yang menyebabkan terjadinya penurunan pada kolagen kulit (Nisa, K dan
Erisa, S., 2016). Selain itu, radikal bebas dapat menyebabkan kerusakan pada
protein, DNA, dan lipid (Draelos, Z.D., 2010). Terdapat beberapa cara untuk
menangani permasalah kulit akibat radikal bebas salah satu diantaranya adalah
dengan penggunaan antioksidan untuk menstabilkan radikal bebas (Nisa, K dan
Erisa, S., 2016)
Penggunaan antioksidan merupakan pendekatan yang efektif untuk mencegah
terjadinya penuaan pada kulit dengan cara mengeliminasi ROS (Masaki H., 2010).
Sumber antioksidan terdiri atas sintetik dan alam. Senyawa bioaktif yang bersifat
antioksidan alam banyak ditemukan di dalam kulit buah atau tumbuhan. Senyawa
golongan senyawa metabolit sekunder tumbuhan yang dikenal sebagai sumber
radical scavenger adalah golongan senyawa fenol, misalnya flavonol, flavonon,
flavon, fenil propanoid, antrakuinon, atau lignan; senyawa-senyawa alkaloid,
saponin, dan flavonoid (Firdiyani, F., dkk., 2015).
Salah satu tanaman dengan potensi antioksidannya adalah Citrus aurantium
dulcis atau yang dikenal jeruk manis terutama minyak atsirinya. Minyak atsiri
jeruk manis diketahui memiliki aktivitas antioksidan yang baik hal ini ditunjukkan
%inhibisi terhadap DPPH sekitar 50 – 60% (Frassinetti, S., dkk., 2011). Jeruk

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


2

manis Berdasarkan penelitian yang dilakukan, minyak atsiri jeruk manis


mengandung limonene sebesar (90,66%) dan linalylacetate (2,80%) (Singh,P
dkk., 2010). Menurut Milind dan Dev (2012), kandungan kimia yang terdapat di
dalam minyak atsiri kulit buah jeruk manis antara lain D-limonene (90%), citrol,
dan golongan flavon glikosida seperti neohesperidin, naringin, hesperidin, dan
narirutin. Kandungan utama pada pada minyak atsiri jeruk manis yaitu limonene
yang menunjukkan aktivitas antioksidan (Bacanli M., dkk.,2015). Selain itu,
kandungan limonene yang tinggi pada jeruk manis juga dapat berfungsi
mengurangi resiko kanker mulut, kulit, paru – paru, dan kolon. Kelompok
flavonoid yang ditemukan terkandung di dalam kulit jeruk seperti
polymetoxylated flavon, O-glycosylate flavon, C-glycosylated flavon, O-
glycosylated flavonol, O-glycosylated flavonon, dan asam fenolik juga
menunjukkan aktivitasnnya sebagai antioksidan (Hernandez, J.M.J., dkk., 2016).
Jeruk manis mengandung vitamin C, flavonoid, fenolik dan pektin. Vitamin C
yang terkandung di dalam jeruk manis merupakan antioksidan larut air yang dapat
mencegah radikal bebas di dalam tubuh dan mencegah terjadinya kerusakan
jaringan di luar maupun dalam sel (Millind dan Dev, 2012).
Dengan aktivitas antioksidan yang dimiliki oleh jeruk manis, hal ini dapat
berpotensi untuk dibuat sediaan kosmetik untuk kulit. Pemberian antioksidan yang
ditujukan pada kulit akan lebih efektif jika diberikan secara topikal dibandingkan
dengan cara oral. Hal ini dikarenakan pemberian antioksidan secara topikal dapat
memberikan konsentrasi yang lebih maksimal di dalam kulit dibandingkan
pemberian oral. Namun, untuk mencapai efek yang diinginkan perlu dengan
formulasi yang tepat (Draelos dan Thaman, 2006). Pemberian antioksidan secara
topikal memberikan perlindungan yang lebih besar terhadap kerusakan akibat
lingkungan pada kulit dan efektif dalam memperlambat penuaan pada kulit
(Mishra, A.,dkk., 2010)
Pada penelitian ini dilakukan aplikasi minyak atsiri jeruk manis yang
diformulasikan ke dalam bentuk sediaan krim. Sediaan krim banyak digunakan
dalam bidang kosmetik, hal ini dikarenakan krim memiliki banyak kelebihan
diantaranya penyebarannya merata di permukaan kulit, nyaman digunakan di kulit
wajah, tidak lengket di kulit, dan mudah dicuci dengan air dibandingkan dengan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


3

sediaan salep, gel, maupun pasta. Selain itu, krim berfungsi sebagai pelindung
yang baik bagi kulit (Ansel, 2011; Sharon, dkk., 2013; Mita, 2015).
Menurut Anief (2006), terdapat dua tipe krim yaitu tipe air dalam minyak
(A/M) dan krim minyak dalam air (M/A). Pemilihan tipe krim juga penting dalam
formulasi untuk menghantarkan zat aktif masuk ke dalam kulit dan memberikan
efek yang diinginkan secara optimal. Sediaan krim tipe minyak dalam air
memberikan efek hidrasi pada kulit. Efek hidrasi dapat meningkatkan
permeabilitas kulit sehingga penetrasi meningkat. Krim dengan tipe minyak dalam
air lebih disukai karena tidak terasa berlemak dan memerlukan biaya produksi
yang lebih rendah terkait besarnya kandungan air (Eipstein, 2009). Selain itu,
daya sebar yang dimiliki krim minyak dalam air juga lebih baik dibandingkan
dengan krim air dalam minyak (Rahmawati, D., dkk., 2010).
Dalam pembuatan krim, kekentalan atau viskositas harus diperhatikan bila
krim terlalu kental maka akan susah untuk dituang sedangkan bila terlalu encer
maka lebih tepat disebut sebagai lotion dan bukan krim (Nurdianti, L. dan
Tuslinah, L., 2017). Setil alkohol dalam sediaan krim berfungsi sebagai stiffening
agent atau pengental. Konsentrasi yang dianjurkan untuk berfungsi sebagai
stiffening agent adalah 2 – 10% (Rowe dkk, 2009). Setil merupakan salah satu
eksipien yang memiliki nilai viskositas yang tinggi (Artanti, 2008 dalam
Setiawati, dkk., 2014). Pada penelitian Setiawati dkk (2014) juga membuktikan
bahwa semakin tinggi konsentrasi setil alkohol, maka semakin besar nilai
viskositasnya dan stabilitas fisik sediaan akan semakin meningkat. Stabilitas
sediaan krim ditandai dengan tidak terjadinya perubahan sifat dan karakteristiknya
selama penyimpanan. Krim yang stabil berarti bahwa sifat-sifat fisika dan kimia
dari suatu sediaan krim tidak berubah secara berarti selama periode waktu yang
cukup lama (Lachman, 1994).
Pada penelitian ini dilakukan formulasi sediaan krim minyak dalam air dengan
minyak atsiri jeruk manis. Formulasi krim dengan minyak atsiri jeruk manis
menggunakan variasi konsentrasi setil alkohol yang berfungsi sebagai pengental
atau stiffening agent. Dilakukannya penelitian ini diharapkan mendapatkan
sediaan krim yang baik dan stabil secara fisik yang selanjutnya dilakukan evaluasi
fisik dan uji aktivitas antioksidan pada sediaan krim menggunakan metode DPPH.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


4

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah terdapat pengaruh perbedaan konsentrasi setil alkohol sebagai
stiffening agent terhadap stabilitas fisik pada sediaan krim dengan
minyak atsiri jeruk manis?
2. Bagaimana komponen kimia minyak atsiri kulit buah jeruk manis
dalam sediaan krim?
3. Apakah terdapat perbedaan aktivitas antioksidan minyak atsiri jeruk
manis sebelum dan setelah diformulasikan menjadi sediaan krim?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui pengaruh konsentrasi setil alkohol terhadap stabilitas fisik
pada sediaan krim dengan minyak atsiri kulit buah jeruk manis
2. Mengetahui komponen kimia pada sediaan krim minyak atsiri kulit
buah jeruk manis
3. Mengetahui aktivitas antioksidan pada sediaan krim dengan minyak
atsiri kulit buah jeruk manis

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah penelitian ini diharapkan memberikan
informasi mengenai pemanfaatan minyak atsiri jeruk manis sebagai krim
antioksidan serta untuk mengetahui stabilitas fisik dari formulasi krim minyak
atsiri jeruk manis dengan perbedaan konsentrasi setil alkohol.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Jeruk Manis (Sweet Orange)


2.1.1 Klasifikasi Tanaman
Tanaman jeruk manis secara taksonomi memiliki klasifikasi ilmiah
sebagai berikut: (Milind dan Dev, 2012)
Kingdom : Plantae
Filum : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Orde : Sapindales
Family : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus aurantium L. var. dulcis (syn. Citrus sinensis)

Gambar 2.1 Tanaman Jeruk Manis (Citrus aurantium dulcis)


[Sumber : Goudeau dkk, 2008, yang telah dikelola kembali]

2.1.2 Morfologi
Jeruk adalah pohon berbunga yang selalu hijau. Ketinggian pohon jeruk
pada umumnya 9-10 m (meskipun spesimen yang tua mencapai 15 m). Pohon
jeruk memiliki kulit batang yang tipis, halus, dan berwarna abu-abu coklat
kehijauan. Panjang daun 4-10 cm diatur bergantian, berbentuk bulat telur dengan
margin crenulate (Milind dan Dev, 2012). Daun terdiri dari 2 bagian yaitu

5 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


6

lembaeran daun besar dan kecil dan memiliki ujung dan pangkal daun yang
meruncing. Permukaan daun bagian atas mengandung lilin, pektin, licin dan
mengkilap berwarna hijau (Cahyono, 2005).
Buah jeruk manis berbentuk bulat atau hampir bulat, berukuran agak
besar, berwarna hijau sampai kuning mengkilat (Rukmana, R.,2003). Buah jeruk
terdiri dari kulit luar (albedo), kulit dalam (flavedo), segmen buah (endocarp)
yang terdiri dari gelembung – gelembung kecil berisi cairan dan terbungkus oleh
segmen (endocarp), berwarna orange, lunak, tekstur halus, banyak mengandung
air dan rasaanya manis sampai agak asam segar. Dalam satu buah jumlah segmen
buah berkisar antara 8-15 (Cahyono, 2005). Daging buahnya dikonsumsi dengan
cara dihisap sarinya (kandungan airnya) atau dibuat menjadi jus jeruk, sedangkan
kulit dan biji sering dipisahkan. Namun, kulitnya bisa dikonsumsi terutama untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi secara maksimal (Erukainure et al., 2012).

2.1.3 Ekologi dan Penyebaran


Sentrum utama asal tanaman jeruk adalah kawasan Asia Tenggara
terutama Cina. Nikolai Ivanovich Vavilov, ahli botani Soviet menyatakan bahwa
sentrum plasma nutfah Citrus spp adalah dataran Cina dan India. Di kawasan
India, khususnya Assam dan Burma, terdapat 117 tanaman endemis diantaranya
jeruk manis (Citrus sinensis), jeruk keprok (Citrus nobilis), jeruk lemon (Citrus
medica), dan jeruk delima (Citrus grandis).Jeruk manis mulai ditanam di Brazil
pada tahun 1540, lalu dikembangkan ke negara – negara seperti Portugis dan
Spanyol. Pada tahun 1920, jeruk manis dikembangkan di Amerika. Di Indonesia,
tanaman jeruk manis ditanam di berbagai daerah seperti Jawa Barat, Jawa Timur,
dan Sumatera Utara (Rukmana, R., 2003).
Penyebaran spesies jeruk sangat cepat, hal ini ditandai dengan varietas –
varietas jeruk. Jeruk manis paling cocok ditanam di daerah subtropika yang
memiliki suhu rata-rata 20°C s.d 25°C, jeruk ini dapat tumbuh di pegunungan,
maupun didataran yang lebih rendah. Jeruk ini kebanyakan ditanam didaerah
Malang, Prigen, Garut, Grabag, Cimahi, Cipanas, dan Tumpang yang memiliki
ketinggian tempat rata-rata 1.000 meter di atas permukan laut. Contoh kelompok

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


7

jeruk ini adalah kwatt 22, rubby, jeruk kerotan, jeruk manis betawi, dan blod
orange (AAK, 2005).
2.1.4 Kandungan Kimia
Flavonoid, terutama terdiri dari flavonoid polymethoxylated, terpenoid,
seperti limonene dan linalool, dan minyak atsiri lainnya adalah bahan utama kulit
jeruk. Minyak kulit jeruk merupakan minyak esensial yang diproduksi oleh sel-sel
di kulit buah jeruk (Erukainure dkk., 2012). Flavonones, flavon, dan flavonol
adalah tiga tipe flavonoid yang terdapat di dalam buah jeruk. Studi epidemiologi
menyatakan bahwa flavonoid yang berasal dari jeruk dapat menurunkan resiko
jantung koroner dan dapat bekerja sebagai antikarsionegik dan antiinflamasi
(Hegazy dan Ibrahium, 2012).
Menurut Milind dan Dev (2012), komponen utama yang terkandung di
dalam buah jeruk adalah D-limonene (90%), citral, citronellal, nnotkaton, sinesal,
n-nonanal, n-decanan, n-dodecanal, linalyl asetat, geranyl asetat, citronelyl asetat,
dan asam anthranil metil ester. Jeruk manis juga mengandung flavon glikosida
seperti neohesperidin dan naringin yang komponen gulanya neohesperidosa, dan
rutin yang komponen gulanya adalah rutinose.
Tabel 2.1 Kandungan Kimia dari Jeruk Manis (Milind dan Dev, 2012)

No Bagian Tumbuhan Kandungan Kimia


 Flavone glycosides: Neohesperidin,
Naringin, Hesperidin, Narirutin
 Triterpene: Limonene, citrol
 Pigment: Anthocyanin, Beta-cryptoxanthin,
Cryptoxanthin, Zeaxanthin and Rutin,
1. Kulit Jeruk Eriocitrin, Homocysteine
 Polymethoxylated flavones: Tangeretin and
Nobiletin
 Flavonoids; Citacridone, Citbrasine and
Noradrenaline

2. Daun  Terpenoids: Linalool, β elemene

3. Bunga  Triterpen: limonene


 Vitamin: B1, B2, B3, B5, B6, dan vitamin C
4. Buah  Mineral: Calcium, Iron, Magnesium, Zinc,
Phosphorus, Potassium

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


8

2.1.5 Khasiat
Jeruk membentuk sumber kaya vitamin C, flavonoid, senyawa fenolik dan
pektin. Flavonoid utama yang ditemukan pada spesies jeruk adalah hesperidine,
narirout, naringin dan eriocitrin.Vitamin C adalah antioksidan utama yang larut
dalam air, yang mencegah pembentukan radikal bebas dalam tubuh dan merusak
jaringan di lingkungan berair baik di dalam maupun di luar sel. Vitamin C dalam
jeruk juga berfungsinya dalam sistem kekebalan tubuh. Vitamin C baik untuk
mencegah infeksi telinga, flu, dan batuk (Milind dan Dev, 2012). Kandungan
utama kulit jeruk adalah limonene yang menunjukkan memiliki aktivitas sebagai
antioksidan dan dapat mengatur poliferasi sel (Roberto dkk, 2009). Limonene dan
naringin ditemukan memiliki aktivitas antioksidan pada konsentrasi masing-
masing 2-2000 μM dan 5-2000 μM (Bacanli M., dkk.,2015). Kandungan limonene
90 – 95% pada jeruk juga dapat berfungsi sebagai antibakteri dan dapat
mengurangi resiko kanker mulut, kulit, paru – paru dan payudara (Milind dan
Dev, 2012).

2.2 Minyak Atsiri


2.2.1 Definisi
Minyak atsiri atau dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak
terbang (essential oil, volatile) yang merupakan salah satu hasil metabolisme dari
tanaman. Bersifat mudah menguap pada suhu kamar, memiliki rasa getir, dan
memiliki bau yang wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya (Sudaryani
dan sugiharti, 1990). Guenther (1987) menjelaskan bahwa minyak atsiri
merupakan minyak yang mudah menguap dengan komposisi dan titik didih yang
berbeda – beda. Setiap substansi yang dapat menguap memiliki titik didih dan
tekanan uap tertentu dan hal ini dipengaruhi oleh suhu.
Minyak atsiri didefinisikan sebagai produk cairan hasil dari
penyulingan dengan uap dari bagian – bagian tanaman. Minyak atsiri dapat
mengandung puluhan atau ratusan suatu senyawa campuran yang mudah menguap
(volatile) dan senyawa campuran yang tidak mudah menguap (non-volatile), yang
dimana merupakan penyebab dari karakteristik aroma atau rasanya. (Mac Tavish
dan D.Haris, 2002).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


9

Minyak atsiri merupakan cairan hidrofobik terkonsentrasi yang


mengandung senyawa campuran aroma volatile yang berasal dari tumbuhan.
Minyak atsiri juga dikenal sebagai minyak aromatik, minyak wangi, minyak
volatile uap, minyak halus, atau minyak dari bahan tanaman yang didapat dari
diekstraksi seperti minyak cengkeh. Minyak atsiri biasanya tidak berwarna,
teruma ketika masih segar. Namun semakin lama, minyak atsiri dapat
mengoksidasi yang mengakibatkan warnya menjadi lebih gelap. Oleh karenna itu,
minyak atsiri perlu disimpan dalam tempat yang sejuk, kering dengan rapat dan
sebaiknya penuh dalam wadah kaca amber (Hesham H. A. Rassem dkk., 2016)

2.2.2 Kandungan Minyak Atsiri


Minyak atsiri umumnya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan
kimia yang terbentuk dari unsur karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) serta
beberapa persenyawaan kimia yang mengandung unsur nitrogen (N) dan belerang
(S). Pada umumnya komponen kimia dalam minyak atsiri digolongkan menjadi
dua yaitu hidrokarbon yang terutama terdiri dari persenyawaan terpen dan
hidrokarbon yang teroksigenasi.
1. Golongan Hidrokarbon
Persenyawaan yang termasuk golongan ini terbentuk dari unsur
hidrogen dan karbon. Golongan hidrokarbon yang terdapat dalam minyak
atsiri sebagian besar terdiri dari monoterpen, seskuiterpen, diterpen,
politerpen, parafin, olefin, dan hidrokarbon aromatik.
2. Golongan Hidrokarbon yang Teroksigenasi
Persenyawaan yang termasuk golongan ini terbentuk dari unsur
hidrogen, karbon, dan oksigen. Persenyawaan yang termasuk golongan ini
adalah alkohol, aldehid, keton, eter, ester, dan lain – lain. Ikatan atom
karbon yang terdapat dalam rnolekulnya dapat terdiri dari ikatan jenuh dan
tidak jenuh. Persenyawaan yang mengandung ikatan tidak jenuh umumnya
tersusun dari terpen. Komponen lain terdiri dari persenyawaan fenol, asam
organik yang terikat dalam bentuk ester, lnisal lakton, kumarin, dan
turunan furan misal kinon. Persenyawaan yang termasuk golongan
hidrokarbon yang teroksigenasi merupakan senyawa yang paling penting
dalam minyak atsiri, karena umumnya persenyawaan tersebut mempunyai

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


10

bau yang lebih wangi dibandingkan dengan persenyawaan yang termasuk


dalam golongan hidrokarbon. (Ditjen POM, 1985)

Menurut Kementrian Perdagangan RI (2011), secara kimia, kandungan


utama minyak atsiri terdiri dari mono dan seskuiterpen dan polipropioid aromatik
yang disintesis melalui jalur asam mevalonic untuk terpen dan jalur asam
shikimik untuk polipropioid aromatik.

2.2.3 Manfaat
Minyak atsiri sering digunakan sebagai pewangi, kosmetik, sabun, dan
produk rumah tangga lainnya, digunakan dalam makanan, produk farmaseutik,
dan rokok (Kemendag RI, 2011)
Ditjen POM (1985) menyebutkan bahwa kegunaan minyak atsiri bagi
tanamannya sendiri untuk menarik serangga yang membantu pross penyerbukan,
sebagai cadangan makanan, untuk mencegah kerusakan tanaman oleh serangga
atau hewan lain dan mempengaruhi proses transpirasi. Dalam industri sering
digunakan sebagai zat tambahan dalam sediaan kosmetika, obat, makanan, rokok
dan sebagainya. Selain itu banyak digunakan sebagai obat anti kuman dan kapang.

2.2.4 Isolasi Minyak Atsiri


2.2.4.1 Penyulingan
Penyulingan adalah proses pemisahan yang berupa cairan atau padatan
dari dua macam campuran, berdasarkan perbedaan titik uapnya dan proses ini
dilakukan terhadap minyak atsiri yang tidak larut terhadap air (Guenther, 1987).
Pembuatan minyak atsiri dengan penyulingan dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu
besarnya tekanan uap yang digunakan, bobot molekul masing – masing komponen
dalam minyak, dan kecepatan keluarnya minyak atsiri dari simplisia. Dikenal 3
macam sistem penyulingan, yaitu penyulingan dengan air, penyulingan dengan air
dan uap, dan penyulingan uap (Depkes, 1985)
1. Penyulingan dengan Air (Water Distillation)
Pada metode ini, bahan yang akan disuling kontak langsung dengan
air mendidih. Bahan tersebut mengapung diatas air atau terendam secara
sempurna tergantung dari bobot jenis dan jumlah bahan yang disuling. Ciri

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


11

khas dari metode ini adalah kontak langsung antara bahan dan air
mendidih. Jenis bahan yang biasa disuling dengan metode ini adalah bahan
berbentuk bubuk seperti bubuk buah badam, bunga mawar, dan orange
blossom. Bahan tersebut tidak dapat disuling dengan metode uap langsung
karena akan melekat dan membentuk gumpalan besar dan kompak
sehingga uap tidak dapat berpenetrasi kedalam
bahan.
2. Penyulingan dengan Air dan Uap (Water and Steam Distillation)
Pada metode ini, bahan diletakkan pada rak-rak atau saringan
berlubang. Ketel suling diisi dengan air sampai permukaan air tidak jauh
dibawah saringan. Air dapat dipanaskan dengan berbagai cara yaitu
dengan uap basah dan bertekanan rendah. Selain itu pemanasanya dapat
juga menggunakan panas langsung seperti pada pemanasan air. Ciri khas
dari metode ini adalah: (1) Uap selalu dalam keadaan basah, jenuh dan
tidak terlalu panas, (2) Bahan yang disuling hanya berhubungan dengan
uap dan tidak dengan atau mengenai air panas, (3) Bahan olah biasanya
dari jenis daun, akar, dan batang.
3. Penyulingan Uap Langsung (Steam Distillation)
Metode ketiga disebut dengan penyulingan uap atau penyulingan uap
langsung dan prinsipnya sama dengan yang telah di bicarakan diatas,
kecuali air tidak diiskan ke dalam ketel. Uap yang digunakan adalah uap
jenuh atau uap kelewat panas pada tekanan lebih dari 1 atmosfir. Uap
dialirkan melalui pipa uap melingkar berpori yang terletak dibawah bahan,
dan uap bergerak ke atas melalui bahan yang terletak di atas saringan
(Guenther, 1987).

2.2.4.2 Metode Pengepresan


Ekstraksi minyak atsiri dengan cara pengepresan umumnya dilakukan
terhadap bahan berupa biji, buah atau kulit buah yang memiliki kandungan
minyak atsiri yang cukup tinggi. Akibatnya pengepresan, maka sel – sel yang
mengandung minyak atsiri akan pecah dan minyak atsiri akan mengalir
kepermukaan bahan (Ketaren, 1985). Menurut Ditjen POM (1985) menyebutkan
bahwa pembuatan minyak atsiri dengan cara pengepresan dilakukan terhadap

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


12

bahan berupa biji, buah atau kulit buah yang dihasilkan dari tanaman yang
termasuk jenis Citrus, karena minyak dari jenis tanaman tersebut akan mengalami
kerusakan bila dibuat dengan cara penyulingan. Cara ini hanya dilakukan apabila
kandungan minyak atsiri dalam bahan cukup banyak yaitu berkisar 30 - 70%,
sehingga dapat dilihat tetes-tetes minyaknya dengan mata telanjang atau dapat
ditekan dengan tangan (Kurniawan A. dkk, 2008).

2.3 Kulit
2.3.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit

Gambar 2.2 Struktur Kulit Manusia


[Sumber: Perdanakusuma, 2007]

Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki


fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan
luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti
pembentukan lapisan tanduk secara terus – menerus (keratinisasi dan pelepasan
sel – sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum
dan keringat, dan pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari
bahaya sinar ultra violet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan
terhadap tekanan dan infeksi dari luar (Tranggono, R.I. dan Latifah, F., 2007).
Menurut Anief (2006) bahwa kulit tersusun oleh banyak jaringan, termasuk
pembuluh darah, kelenjar lemak, kelenjar keringat, organ pembuluh perasa dan
urat syaraf, jaringan pengikat, otot polos dan lemak. Kulit manusia terdiri dari 3
lapisan yang berbeda, yaitu:

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


13

A. Epidermis
Struktur kimia dari sel – sel epidermis manusia memiliki komposisi
berikut: protein (27%), lemak (2%), garam mineral (0,5%), air dan bahan –
bahan larut air (70,5%) (Trannggono dan Latifah, 2007). Anief (2006)
menjelaskan bahwa epidermis merupakan lapisan luar dengan tebal 0,16 mm
pada pelupuk mata sampai 0,8 mm pada telapak tangan, telapak kaki. Menurut
Tranggono dan Latifah (2007), epidermis dibagi menjadi 5 lapisan yang terdiri
dari:
a. Stratum korneum (lapisan tanduk)
Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih mati, tidak memiliki inti, tidak
mengalami proses metabolisme, tidak berwarna, dan sangat sedikit
mengandung air. Lapisan ini sebagian bessar terdiri atas keratin, jenis
protein yang tidak larut dalam air, dan sangat resisten terhadap bahan –
bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit untuk memproteksi
tubuh dari pengaruh luar. Secara alami, sel – sel yang sudah mati di
permukaan kulit akan melepaskan diri untuk beregenerasi. Permukaan
stratum corneum dilapisi oleh suatu lapisan pelindung lembab tipis yang
bersifat asam, disebut mantel asam kulit.
b. Stratum lucidium (Lapisan Jernih)
Stratum lucidum terletak tepat di bawah stratum corneum dan merupakan
lapisan yang tipis, jernih, meengandung eleidin.
c. Stratum granulosum (Lapisan berbutir – butir)
Tersusun oleh sel – sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbulir
kasar, dan berinti mengkerut.
d. Stratum spinosum atau malphigi layer (Lapisan Malphigi)
Stratum spinosum memiliki sel yang berbentuk kubus dan seperti
berduri. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri dari serabut
protein.
e. Stratum germinativum (Lapisan basal)
Lapisan basal merupakan lapisan terbawah epidermis yang juga terdapat
sel-sel melanosit yang merupakan sel – sel yang tidak mengalami
keratinisasi dan berungsi membentuk pigmen melanin dan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


14

memberikannya kepada sel-sel keratinosit melalui dendrit. Satu sel


melanosit melayani sekitar 36 sel keratinosit yang kesatuannya disebut
dengan unit melanin epidermal.
B. Dermis
Dermis terutama terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan elastin yang
berada didalam substansi dasat yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin
mukopolisakarida. Serabut kolagen dapat mencapai 72% dari keseluruhan berat
kulit manusia bebas lemak (Tranggono, R.I. dan Latifah, F., 2007).
Perdanakusuma (2007) menyebutkan bahwa serabut - serabut kolagen menebal
dan sintesa kolagen berkurang dengan bertambahnya usia. Serabut elastin
jumlahnya terus meningkat dan menebal, kandungan elastin kulit manusia
meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai dewasa. Pada usia lanjut kolagen
saling bersilangan dalam jumlah besar dan serabut elastin berkurang
menyebabkan kulit terjadi kehilangan kelemasannya dan tampak mempunyai
banyak keriput. Fungsi dari dermis ialah sebagai struktur penunjang,
mechanical strength, suplai nutrisi, menahan shearing forces, dan respon
inflamasi.
Di dalam dermis terdapat adneksa – adneksa kulit seperti folikel rambut,
papila rambut, kelenjar keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea, otot
penegak rambut, ujung pembuluh darah dan ujung syaraf, juga sebagian
serabut lemak yang terdapat pada lapisan lemak bawah kulit (subkutis atau
hipodermis) (Tranggono, R.I. dan Latifah, F., 2007).
C. Lapisan Subkutan
Lapisan subkutan memiliki ketebalan yang bervariasi, sesuai dengan
lokasinya pada tubuh. Lapisan ini menyediakan bantalan lemak bagi tubuh dan
juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan energi (Kanitakis, 2002). Lapisan
subkutan merupakan lapisan dibawah dermis yang terdiri dari lapisan lemak.
Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar
dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda - beda menurut
daerah tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah
ke dermis untuk regenerasi (Perdanakusuma, 2007).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


15

2.3.2 Penghantaran atau Penetrasi Obat melalui Kulit


Penetrasi obat melintasi stratum korneum dapat terjadi karena adanya
proses difusi melalui dua mekanisme, yaitu (Anwar, 2012):
A. Absorpsi transepidermal
Jalur ini merupakan jalur utama bila dibandingkan dengan jalur melalui
kelenjar-kelenjar lainnya karena luas permukaan epidermal 100 sampai 1000
kali lebih luas dari permukaan kelenjar-kelenjar tersebut. Jalur absorpsi
transepidermal merupakan jalur difusi melalui stratum korneum yang terjadi
melalui dua jalur, yaitu jalur transelular yang berarti melalui protein di dalam
sel dan melewati daerah yang kaya akan lipid, dan jalur paraselular yang
berarti jalur melalui ruang antar sel (Anwar, 2012).
Penetrasi transepidermal berlangsung melalui dua tahap. Pertama,
pelepasan obat dari pembawa ke stratum korneum, tergantung koefisien partisi
obat dalam pembawa dan stratum korneum.Kedua, difusi melalui epidermis
dan dermis dibantu oleh aliran pembuluh darah dalam lapisan dermis (Anwar,
2012).
B. Absorpsi transapendageal
Merupakan jalur masuknya obat melalui folikel rambut dan kelenjar
keringat disebabkan karena adanya pori-pori di antaranya, sehingga
memungkinkan obat berpenetrasi (Anwar, 2012).
Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi perkutan adalah sifat-sifat
fisiko kimia dari obat, sifat pembawa yang digunakan, dan kondisi fisiologis
kulit (Anwar, 2012).

2.4 Kosmetika
2.4.1 Definisi Kosmetik
Kosmetik berasal dari kata yunani “kosmetikos” yang berarti
keterampilan menghias, mengatur. Definisi kosmetik dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 445/MenKes/Permenkes/1998 adalah sediaan atau paduan
bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut,
kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga mulut untuk
membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya
tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


16

untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Tranggono, R.I. dan


Latifah, F., 2007).
Menurut (Tranggono, R.I. dan Latifah, F., 2007), tujuan utama
penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk kebersihan pribadi,
meningkatkan daya tarik melalui make-up, meningkatkan rasa kepercayaan diri
dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar UV, polusi
dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan, dan secara umum membantu
seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup.

2.4.2 Penggolongan Kosmetika


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI penggolongan kosmetik menurut
sifat modern atau tradisionalnya dan menurut kegunaannya bagi kulit antara lain:

 Penggolongan menurut sifat dan cara pembuatan:


1. Kosmetika modern, diramu dari bahan kimia dan diolah secara
modern (termasuk antaranya adalah cosmedics)
2. Kosmetik tradisional
a. Betul – betul tradisional, misalnya mangir, lulur, yang dibuat dari
bahan alam dan diolah menurut resep dan cara yang turun –
temurun
b. Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan
pengawet agar tahan lama
c. Hanya namanya yang tradisional, tanoa kompinen yang benar –
benar tradisonal dan diberi zat warna yang menyerupai bahan
tradisional.
 Penggolongan menurut kegunaannya bagi kulit
1. Kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetics). Jenis ini perlu untuk
merawat kebersihan dan kesehatan kulit. Termasuk di dalamnya:
a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser) seperti sabun,
cleansing cream, cleansing milk, penyegar kulit (freshener).
b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (moisturizer) seperti
moisturizing cream, night cream, anti wrinkle cream.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


17

c. Kosmetik pelindung kulit seperti sunscreen cream, sunscreen


foundation, sun block cream/lotion.
d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling)
seperti scrub cream yang berisi butiran-butiran halus yang
berfungsi sebagai pengampelas (abrasiver).
2. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up)
Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit
sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta
menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya diri (self
confidence). Dalam kosmetik riasan, peran zat pewara dan zat
pewangi sangat besar (Tranggono, R.I. dan Latifah, F., 2007).
2.5 Krim

2.5.1 Definisi Krim


Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini
secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai
konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak
dalam air. Sekarang ini batas tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri
dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau
alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih
ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat digunakan untuk
pemberian obat melalui vaginal (Depkes RI, 1995).
Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung
tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Untuk membuat
krim digunakan zat pengemulsi, umumya berupa surfaktan - surfaktan anionik,
kationik dan nonionik (Anief, 2006).
2.5.2 Tipe Krim
Menurut Widodo (2013), krim terdiri dari emulsi minyak dalam air
sehingga dapat dicuci dengan air serta lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetik
dan estetika. Krim digolongkan menjadi dua tipe, yaitu:

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


18

 Tipe A/M, yakni air terdispersi dalam minyak. Contohnya cold cream.
Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk memberi rasa
dingin dan nyaman pada kulit.
 Tipe M/A, yakni minyak terdispersi dalam air. Contohnya, vanishing
cream. Vanishing cream adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk
membersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak. Vanishing cream
sebagai pelembab (moisturizing) akan meninggalkan lapisan berminyak /
film.
2.5.3 Stabilitas Krim
Martin (1983) menjelaskan bahwa stabilitas didefinisikan suatu sediaan
farmasi selama penyimpanan dan distribusi tidak menunjukkan adanya perubahan
yang bermakna dan masih dalam batas yang diperbolehkan. Stabilitas krim identik
dengan stabilitas emulsi. Stabilitas farmasetik emulsi ditandai dengan tidak
adanya penggabungan fase internal atau fase terdispersi, terjadinya pengkriman,
dan tidak terjadinya perubahan tampilan fisik seperti perubahan bau, warna,
perubahan dan pemisahan fase, pecahnya emulsi, perubahan konsistensi,
terbentuknya gas, dan tumbuhnya mikroorganisme.
Emulsi dianggap tidak stabil secara fisik jika selama penyimpanan fase
internal (fase terdispesi) membentuk agregat dari globul – globulnya. Jika globul
yang besar atau agregat ini naik ke permukaan atau turun ke dasar emulsi, maka
akan terbentuk lapisan pada fase internal dan pada akhirnya akan terjadi
pemisahan fase (Ansel, 2011).
Ketidakstabilan suatu sediaan emulsi tersebut dapat digolongkan sebagai
berikut:

Gambar 2.3 Ilustrasi skematik beberapa tipe ketidakstabilan emulsi


[Sumber: Im-Emsap & Siepmann, 2002]

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


19

a. Flokulasi
Flokulasi merupakan penggabungan dari partikel – partikel dalam emulsi
untuk membentuk agregat yang lebih besar, yang mana dapat diredispersi
dengan pengocokan (Im-Emsap & Siepmann, 2002)
b. Creaming
Creaming terjadi ketika droplet – droplet terdispersi atau flokul – flokul
terpisah dari medium pendispersi di bawah pengaruh gaya gravitasional
(Im-Emsap & Siepmann, 2002). Pengkriman ke atas terjadi karena
kecepatan sedimentasi negatif akibat densitas fase terdispesi lebih kecil
daripada fase pendispersinya. Pengkriman ke atas banyak terjadi pada tipe
emulsi m/a. Pengkriman ke bawah terjadi jika densitas fase terdispesinya
lebih besar daripada fase pendispesinya, sehingga globul akan mengendap
pada dasar emulsi. Pengkriman ke bawah banyak terjadi pada tipe emulsi
a/m. Fenomena creaming dapat diminimalisir dengan meningkatkan
viskositas, mengurangi ukuran partikel globul dengan homogenisasi dan
menyamakan densitas dari kedua fase. Creaming bersifat reversibel, yaitu
dapat didispersikan kembali melalui pengadukan. Hal ini dikarenakan
globul minyak masih terlapisi oleh pelindung zat pengemulsi (Martin,
1983)
c. Koalesen
Koalesen disebabkan oleh rusaknya lapisan tipis antar droplet yang
berdekatan. Hal ini akan mengurangi tegangan antarmuka dan luas
permukaan droplet. Kemungkinan terjadinya koalesen sebanding dengan
lama droplet itu saling berdekatan. Koalesen jarang terjadi pada droplet
yang kecil atau lapisan yang tebal karena droplet ini memiliki luas lapisan
yang lebih kecil atau memiliki gaya tolak antardroplet. Koalesen
menyebabkan droplet menjadi lebih besar dan terjadi pemisahan fase atau
breaking (Martin, 1983).
d. Inversi Fase
Menurut Martin (1983), terdapat fenoma ketidakstabilan dari emulsi yaitu
inversi fase yang merupakan perubahan tipe emulsi dari m/a menjadi a/m
atau sebaliknya.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


20

2.5.4 Komponen umum krim


Menurut Rieger (2000), komponen pada sediaan krim secara umum terdiri
atas fase minyak, fase air, dan bahan lainnya.
Tabel 2.2 Komponen Sediaan Krim secara Umum (Rieger, 2000)

Komponen Jenis Bahan


Hidrokarbon : skualen, parafin cair, petrolatum,
parafin padat, lilin mikrokristalin, ceresin
Lemak dan minyak : minyak zaitun, minyak
almond, lemak coklat, minyak kacang macadamia,
minyak alpukat,minyak castor, minyak bunga
matahari, minyak evening primrose, trigliserida
sintetik
Wax : beeswax, lanolin, carnauba wax, candelilla
wax, jojoba oil.
Fase minyak
Asam lemak : asam stearat, asam oleat, asam
isostearat, asam myristic, asam palmitat, asam
behenic
Lemak alkohol : stearil alkohol, behenyl alkohol,
hexadecyl alkohol, oktildodecyl alkohol, kolesterol
Ester sintetik : isopropil myristate, trigliserida,
pentaerythrity tetraester, ester cholesteryl
Silikon, dimetil polysiloxane, metilfenil
polysiloxane, siklometikon
Humektan : gliserin, propilen glikol, sorbitol,
polietilen glikol, dipropilen glikol, 1-3 butilen
glikol, poligliseril-2, manitol, PEG metil glikosida,
biopolimer, PCA
Fase Air Zat Pengental : quince seeds, pektin, turunan
selulosa, xanthan gum, sodium alginat, karagenan,
karboksivinil polimer
Alkohol : etanol, isopropanol
Air
Nonionik : gliseril stearat, PEG ester asam lemak
sorbitan, ester asam lemak sorbitan, PEG alkil eter,
Surfaktan (emulsifier,
PEG-PPG co-block kopolimer, PEG – hardened
solubilizer)
castor oil ester
Anionik : sabun asam lemak, sodium alkil sulfat
Parfum
Pewarna
Zat pengkelat : EDTA
Pengawet : paraben, asam sorbit, timol
Lainnya
Antioksidan : butylated hydroxytoluene, vitamin E
Buffer dan zat pengontrol pH
Zat antimikroba
Bahan aktif

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


21

2.5.5 Syarat krim


Menurut Widodo (2013) menyebutkan bahwa suatu sediaan krim harus
memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:
a. Stabil. Selama masih dipakai untuk mengobati. Maka dari itu krim harus
bebas dari inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang
ada di dalam kamar.
b. Lunak. Semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak
dan homogen.
c. Mudah dipakai. Umumnya krim tipe emulsi adalah yang paling mudah
dipakai dan dihilangkan dari kulit.
d. Terdistribusi secara merata. Obat harus terdispersi merata melalui dasar
krim padat atau cair pada penggunan.
2.5.6 Formulasi krim
2.5.6.1 Asam Stearat (Rowe dkk., 2009)

Gambar 2.4 Struktur Molekul Asam Stearat


[Sumber: Rowe dkk., 2009]

Asam stearat memiliki nama lain acidum stearicum memiliki rumus


molekul C18H36O2 dan berat molekul 284,47. Asam stearat memiliki bentuk kristal
padat atau serbuk berwarna putih atau sedikit kuning, keras, berbau lemah, dan
memiliki rasa seperti lemak. Titik leleh dari asam stearat adalah 69-70oC. Asam
stearat mudah larut dalam benzene, karbon tetraklorida, kloroform, dan eter. Larut
dalam etanol 95%, heksan, dan propilen glikol, namun tidak larut dalam air.
Asam stearat banyak di gunakan untuk produk farmasi. Dalam pembuatan
sediaan topikal, asam stearat digunakan sebagai emulgator dan solubilizing agent.
Konsentrasi asam stearat yang digunakan dalam pembuatan sediaan salep dan
krim adalah 1-20%. Ketika sebagian asam stearat dinetralisir dengan
menggunakan alkalis atau trietanolamin (TEA), maka asam stearat dapat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


22

digunakan dalam pembuatan sediaan krim. Bagian yang telah dinetralisir tersebut
membentuk basis krim jika dicampur dengan 5-15 kali berat cairannya.
Penampilan dan plastisitas dari krim ditentukan oleh proporsi alkali yang
digunakan. Asam stearat merupakan bahan yang stabil dan dapat ditambah dengan
agen antioksidan.

2.5.6.2 Setil Alkohol (Rowe dkk., 2009)

Gambar 2.5 Struktur Molekul Setil Alkohol


[Sumber: Rowe dkk., 2009]

Nama lain dari setil alkohol adalah alkohol setilicus, Crodacol C70,
Crodacol C90, ethal, dan ethol. Setil alkohol memiliki rumus molekul C16H34O
dan berat molekulnya adalah 242,44. Bentuk dari setil alkohol adalah serpihan
licin, granul atau kubus yang berwarna putih dan memiliki bau khas yang lemah
dan rasa yang hambar. Titik lebur setil alkohol adalah 45-52oC. Setil alkohol larut
dengan mudah di dalam etanol 95% dan eter. Kelarutannya akan meningkat
dengan meningkatnya suhu. Setil alkohol praktis tidak larut dalam air. Dapat
bercampur ketika dileburkan bersama lemak, dan parafin cair dan pat, dan
isopropil miristat.
Setil alkohol banyak digunakan dalam produk kosmetik maupun formulasi
farmasetik seperti supositoria, sediaan solid, emulsi, lotion, krim, dan salep. Setil
alkohol digunakan sebagai emollient, penyerap air, dan emulsifying agent.
Diketahui bahwa setil alkohol meningkatkan stabilitas, tekstur, dan konsistensi.
Pada sediaan emulsi air dalam minyak digunakan setil alkohol sebagai penyerap
air. Setil alkohol bekerja sebagai emulsifier lemah yang diketahui dapat
meningkatkan konsistensi dalam sediaan emulsi air dalam minyak. Pada sediaan
emulsi minyak dalam air, setil alkohol daat meningkatkan stabilitas dengan
mengkombinasikan emulsifying agent yang larut dalam air.
Dengan konsentrasi setil alkohol 2-5% setil alkohol dapat digunakan
emollient dan emulsifying agent. Setil alkohol dengan konsentrasi 2-10 digunakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


23

sebagai stiffening agent dan pada konsentrasi 5%, setil alkohol digunakan sebagai
penyerap air. Setil alkohol stabil dengan adanya asam, alkali, cahaya, dan udara.

2.5.6.3 Gliserin (Rowe dkk., 2009)

Gambar 2.6 Struktur Molekul Gliserin


[Sumber: Rowe dkk., 2009]

Gliserin atau glycerol memiliki rumus molekul C3H8O3 dengan berat


molekul 92,09, memiliki titik leleh 17,8oC dan berbentuk cairan kental
higroskopik yang tidak berwarna, tidak berbau, memiliki rasa yang manis 0,6
lebih besar dibandingkan dengan sukrosa. Gliserin mudah larut dalam etanol 95%,
metanol, dan air, sedikit larut dalam aseton, dan praktis tidak larut dalam benzene,
kloroform, dan minyak. Gliserin banyak digunakan dalam sediaan farmasetik dan
kosmetik sebagai humektan dan emollient dalam konsentrasi ≤30%. Di dalam
sediaan krim gliserin digunakan sebagai pelarut atau cosolvent.
Gliserin tidak mudah teroksidasi, teteapi mudah terdekomposisi pada
pemanasan. Secara kimia pencampuran gliserin dengan air, etanol 95%, dan
propilen glikol stabil. Gliserin dapat mengkristal jika disimpan dalam suhu
rendah. Gliserin dapat meledak jika dicampurkan dengan zat pengoksidasi kuat
seperti chromium trioxide, potassium chlorate atau potassium permanganat.
Gliserin dapat berubah warna menjadi gelap jika terpapar cahaya atau tercampur
dengan zink oksida atau bismut nitrat.

2.5.6.4 Metil Paraben (Rowe dkk., 2009)

Gambar 2.7 Struktur Molekul Metil Paraben


[Sumber: Rowe dkk., 2009]

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


24

Metil paraben dengan nama lain nipagin atau aseptoform memiliki rumus
molekul C8H8O3 dengan berat molekul 152,15. Berbentuk serbuk atau kristal yang
tidak berwarna, tidak berbau dan memiliki rasa agak terbakar.
Metil paraben sangat mudah larut dalam 3 bagian etanol 95% dan 5 bagian
propilen glikol. Mudah larut dalam 10 bagian eter dan 60 bagian gliserin. Metil
paraben larut dalam 50 bagian air pada suhu 50oC dan secara praktis tidak larut
dalam minyak mineral.
Metil paraben banyak digunakan dalam produk kosmetik, makanan
sebagai pengawet dan dapat menghambat aktivitas mikroba pada pH 4-8.
Efektivitas pengawet menurun dengan meningkatnya pH karena pembentukan
anion fenolat. Metil paraben biasanya digunakan sendiri atau dikombinasikan
dengan paraben lainnya atau zat pengawet lainnya. Efektivitas pengawet juga
meningkat dengan menambahkan propilen glikol (2-5%), phenylethyl alkohol,
asam edetic, atau dengan mengkombinasikan dengan paraben lainnya.
Konsentrasi yang digunakan untuk digunakan sebagai zat pengawet pada sediaan
topikal adalah 0,02 – 0,3%.
Larutan metil paraben pada pH 3-6 stabil selama penyimpanan 4 tahun
pada suhu ruang dan dapat disterilkan dengan autoklaf pada suhu 120 oC selama
20 menit tanpa dekomposisi. Pada larutan metil paraben pada pH 8 atau lebih
akan cepat terhidrolisis. Aktvitas antimikroba metil paraben atau paraben lainnya
akan berkurang dengan adanya surfaktan nonionik seperti polisorbat 80. Metil
paraben tidak kompatibel dengan bentonit, magnesium trisilikat, talkum, tragakan,
natrium alginat, minyak esensial, sorbitol, dan atropin.

2.5.6.5 Propil Paraben (Rowe dkk., 2009)

Gambar 2.8 Struktur Molekul Propil Paraben


[Sumber: Rowe et al., 2009]

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


25

Nama lain dari propil paraben ialah aseptoform P, nipasol, atau propagin
memiliki rumus molekul C10H12O3 dengan berat molekul 180,20. Propil paraben
berbentuk kristal putih yang tidak berbau dan memiliki rasa yang lemah. Propil
paraben mudah larut dalam aseton, etanol 95%, etanol 50%, dan propilen glikol,
larut dalam 250 bagian gliserin, dan sukar larut dalam air.
Propil paraben banyak digunakan sebagai zat pengawet di dalam kosmetik
dan produk makanan. Propil paraben biasanya digunakan sendiri atau
dikombinasikan dengan paraben lainnya sebagai pengawet di dalam produk
kosmetik. Konsentrasi propil yang digunakan dalam sediaan topikal adalah 0,01 –
0,6 %.
Propil paraben menghambat aktivitas antimikroba antara pH 4 – 8.
Efektivitas pengawet menurun dengan meningkatnya pH karena akan membentuk
anion fenolat. Aktivitas sebagai pengawet dapat meningkat dengan
mengkombinasikan paraben lainnya.

2.5.6.6 Trietanolamine (TEA) (Rowe dkk., 2009)

Gambar 2.9 Struktur molekul Trietanolamine


[Sumber: Rowe dkk., 2009]

TEA dengan nama lain triethylolamine memiliki rumus molekul


C6H15NO3 dengan berat molekul 149.19 merupakan cairan kental tidak berwarna
hingga kuning pucat, memiliki bau lemah seperti amonia. TEA memiliki titk leleh
20-21oC. Pada suhu 20oC dapat bercampur dengan aseton, karbon tetraklorida,
metanol, dan air. Sangat mudah larut dalam benzen (1 dalam 24 bagian) dan etil
eter (1 dalam 633 bagian). TEA berfungsi sebagai alkalizing agent dan
emulsifying agent dengan konsenstrasi 2-4% v/v.
Ketika bercampur dengan asam lemak seperti asam stearat atau asam oleat,
TEA akan membentuk garam larut air yang memiliki karakteristik seperti sabun

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


26

dengan pH 8, sehingga dapat digunakan sebagai emulgator yang dapat


menstabilkan emulsi tipe m/a. TEA akan berubah warna menjadi coklat jika
terpapar cahaya dan udara, sehingga harus ditempatkan pada tempat yang kering
dan sejuk serta terlindung dari cahaya. TEA akan bereaksi dengan tembaga
membentuk garam kompleks, reaksi TEA dengan reagen tionil klorida dapat
menggantikan gugus hidroksi dengan halogen yang menyebabkan hasil dari reaksi
ini sangat beracun.

2.5.6.7 Aquadest (Rowe dkk., 2009)


Aquadest merupakan cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa. Aquades merupakan air murni yang diperoleh dengan penyulingan yang
digunakan sebagai pelarut dalam produk farmaseutik dan tidak cocok untuk
digunakan sebagai produk parenteral. Peroleh air murni yaitu dengan cara
penyulingan, cara penukaran ion, osmosis terbalik atau cara lain yang sesuai. Air
murni bebas dari kotoran dan mikroba dibandingkan dengan air biasa.

2.6 Gas Chromatography – Mass Spectrometry (GC-MS)


Gas Chromatography Mass Spectrometry merupakan gabungan dua buah
alat yaitu kromatografi gas dan spektrometri massa. GC-MS digunakan untuk
mendeteksi massa antara 10 m/z hingga 700 m/z (Fessenden,1982). Kromatografi
gas dan spektrometri massa dapat digunakan untuk memisahkan komponen
dengan memberikan waktu retensi dan puncak lusi yang dapat dimasukkan ke
dalam spektrofotometer massa untuk memperoleh berat molekul, karakteristik dan
informasi fragmentasi Pada GC hanya terjadi pemisahan untuk mendapatkan
komponen kimianya, sedangkan bila dilengkapi MS akan dapat mengidentifikasi
komponen tersebut, karena bisa membaca spektrum bobot molekul pada suatu
komponen, dan sekaligus dilengkapi dengan library (reference) yang ada pada
software (Day and Underwood, 1999).
Kromatografi gas digunakan untuk pemisahan suatu senyawa sehigga
sampel terpisahkan secara fisik menjadi bentuk molekul – molekul yang lebih
kecil (hasil pemisahan dapat dilihat berupa kromatogram). Komponen
kromatografi gas terdiri dari kontrol dan penyedia gas pembawa, ruang suntik

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


27

sampel, kolom, dan oven. Komponen kromatografi gas terdiri dari kontrol dan
penyedia gas pembawa, ruang suntuk sampel, kolom, dan oven (Day and
Underwood, 1999). Kromatografi gas penggunaan utamanya ialah pada
pemisahan senyawa atsiri, yaitu: asam lemak, mono dan seskuiterpen,
hidrokarbon dan senyawa belerang tinggi (Harborne, 1987).
Spektroskopi massa adalah metode analisis untuk identifikasi senyawa.
Setelah sampel mengalami pemisahan pada GC kemudian akan diubah menjadi
ion – ion, dan massa dari ion – ion tersebut dapat diukur berdasarkan hasil deteksi
berupa spektrum massa. Komponen spektroskoi massa terdiri dari sumber ion,
filter, pengumpul ion dan detektor (Day and Underwood, 1999). Prinsip kerja
spektrometri massa adalah menembak bahan yang sedang dianalisis dengan
berkas elektron dan secara kuantitatif mencatat hasilnya sebagai suatu spektrum
fragmen ion positif. Fragmen-fragmen tersebut berkelompok sesuai dengan
massanya (Fessenden,1982). Teknik ini memungkinkan untuk mengukur berat
molekul dari senyawa dan ion molekular yang diidentifikasi, dan juga teknik ini
memungkinkan untuk mengukur ion secara akurat untuk memastikan jumlah dari
atom hidrogen, karbon, oksigen dan atom lain yang terdapat dalam suatu molekul.
Spektroskopi massa akan memberikan hasil data berupa rumus molekul (Heinrich,
2004).

2.7 Radikal Bebas


Radikal bebas (free radical) adalah suatu senyawa atau molekul yang
mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital luarnya.
Adanya elektron yang tidak berpasangan menyebabkan senyawa tersebut sangat
reaktif mencari pasangan, dengan cara menyerang dan mengikat elektron molekul
yang berada di sekitarnya sehingga disebut juga sebagai Reactive Oxigen Species
atau ROS. Radikal bebas memiliki reaktivitas yang sangat timggi. Hal ini
ditunjukkan oleh sifatnya yang segera menarik atau menyerang elektron di
sekelilingnya. Senyawa radikal bebas juga dapat mengubah suatu molekul
menjadi suatu radikal (Winarsi, 2007).
Sumber radikal bebas bisa berasal dari dalam tubuh kita sendiri (endogen)
dan luar tubuh (eksogen). Radikal endogen terbentuk akibat reduksi oksigen

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


28

dalam mitokondria yang kurang sempurna, sehingga terbentuk superoksida,


interaksi superoksida atau hidrogen peroksida dengan ion logam transisi
(Windono dkk, 2001). Radikal bebas endogen juga dihasilkan dari aktivasi sel
kekebalan tubuh, peradangan, tekanan mental, olahraga berlebihan, iskemia,
infeksi, kanker, penuaan (Pham-Huy dkk., 2008). Sedangkan radikal bebas
eksogen berasal dari polusi udara, asap rokok, radiasi, zat - zat kimia (obat-
obatan, insektisida) dan makanan-makanan tertentu (Windono dkk, 2001). Selain
itu, radikal bebas eksogen berasal dari logam berat atau transisi (Cd, Hg, Pb, Fe,
As). Setelah penetrasi ke dalam tubuh dengan rute yang berbeda, senyawa
eksogen ini terdekomposisi atau dimetabolisme menjadi radikal bebas (Pham-Huy
dkk., 2008).

2.7.1 Pembentukan Radikal Bebas


Secara umum, tahapan reaksi pembentukan radikal bebas mirip dengan
rancidity oxidative (ketengikan oksidatif), yaitu melalui tiga tahapan reaksi
berikut (Winarsi, 2007)

1. Tahap inisiasi, yaitu awal pembentukan radikal bebas. Misalnya:


Fe2+ + H2O2 → Fe3+ + OH- +·OH
R1-H + ·OH → R1· + H2O
2. Tahap propagasi, yaitu pemanjangan rantai radikal.
R2-H + R1· → R2· + R1-H
R3-H + R2· → R3· + R2-H
3. Tahap terminasi, yaitu bereaksinya senyawa radikal dengan radikal lain atau
dengan penangkap radikal, sehingga potensi propagasinya rendah.
R1· + R1· → R1- R1
R2· + R1· → R2- R1
R2· + R2· → R2- R2, dst.

2.7.2 Efek Radikal Bebas


Target utama radikal bebas adalah protein, asam lemak tak jenuh dan
lipoprotein, serta unsur DNA termasuk karbohidrat. Target yang paling rentan
terhadap serangan radikal bebas adalah asam lemak tak jenuh.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


29

Ketika kadar radikal bebas di dalam tubuh melebihi batas normal maka
radikal bebas menjadi suatu senyawa yang berbahaya bagi manusia. Akumulasi
radikal bebas yang terjadi akan menyebabkan terjadinya stres oksidatif sehingga
memicu berbagai macam penyakit kronis dan degeneratif. Penyakit yang dapat
ditimbulkan dari adanya stres oksidatif diantaranya adalah kanker, gangguan
autoimun, penuaan dini, katarak, rheumatoid arthritis, jantung dan penyakit
neurodegeneratif (Pham-Huy dkk., 2008)

2.8 Antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron atau reduktan. Senyawa
ini memiliki berat molekul kecil, tetapi mampu menginaktivasi berkembangnya
reaksi oksidasi dengan cara mencegah terbentuknya radikal. Antioksidan juga
merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi dengan mengikat
radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif sehingga kerusakan sel akan
dihambat. Keseimbangan antara oksidan dan antioksidan sangat penting karena
berkaitan dengan kerja fungsi sistem imunitas tubuh, terutama untuk menjaga
integritas dan berfungsinya membran lipid, protein sel, dan asam nukleat, serta
mengontrol tranduksi signal dan ekspresi gen dalam sel imun. (Winarsi, 2011).
Antioksidan berfungsi mencegah kerusakan sel dan jaringan tubuh karena dalam
hal ini antioksidan bertindak sebagai pemulung/scavenger (Sen et al., 2010).

2.8.1 Penggolongan Antioksidan


Antioksidan berdasarkan fungsi dan mekanisme kerjanya dibagi menjadi :

 Antioksidan primer
Antioksidan primer bekerja untuk mencegah pembentukan
senyawa radikal baru, yaitu mengubah radikal bebas yang ada menjadi
molekul yang berkurang dampak negatifnya sebelum senyawa radikal
bebas bereaksi. Antioksidan primer adalah antioksidan yang sifatnya
sebagai pemutus reaksi berantai (chain-breaking antioxidant) yang bisa
bereaksi dengan radikal-radikal lipid dan mengubahnya menjadi produk-
produk yang lebih stabil.
Contoh antioksidan primer adalah Superoksida Dismutase (SOD),
Glutation Peroksidase (GPx), katalase dan protein pengikat logam.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


30

Superoksida Dismutase (SOD), GPx disebut juga dengan


antioksidanenzimatis yaitu antioksidan endogenus yang melindungi
jaringan dari kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh radikal bebas
oksigen seperti anion superoksida (O2*-), radikal hidroksil (OH*), dan
hidrogen peroksida (H2O2)
 Antioksidan sekunder
Antioksidan sekunder bekerja dengan cara mengkelat logam yang
bertindak sebagai pro-oksidan, menangkap radikal dan mencegah
terjadinya reaksi berantai. Antioksidan sekunder berperan sebagai pengikat
ion-ion logam, penangkap oksigen, pengurai hidroperoksida menjadi
senyawa non radikal, penyerap radiasi UV atau deaktivasi singlet oksigen.
Contoh antioksidan sekunder adalah vitamin E, vitamin C, β-
caroten, isoflavon, bilirubin dan albumin. Potensi antioksidan ini dengan
cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas atau dengan
cara menangkapnya (scavenger free radical) sehingga radikal bebas tidak
beraksi dengan komponen seluler.
 Antioksidan tersier
Antioksidan tersier bekerja memperbaiki kerusakan biomolekul
yang disebabkan radikal bebas. Contoh antioksidan tersier adalah enzim -
enzim yang memperbaiki DNA dan metionin sulfida reduktase (Sayuti K.
dan Yenrina R.,2015).

Berdasarkan sumbernya, antioksidan dikelompokkan menjadi 2, yaitu:

 Antioksidan Alami
Antioksidan alami merupakan senyawa antioksidan yang terdapat
secara alami dalam tubuh sebagai mekanisme pertahanan tubuh normal
maupun berasal dari asupan luar tubuh (Tristantini, D., dkk., 2016).
Contoh dari anttioksidan alami, antara lain vitamin A, karotenoid, vitamin
C, vitamin E, antosianin, isoflavon, dan selenium (Sayuti K. dan Yenrina
R.,2015).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


31

 Antioksidan sintetik
Antioksidan sintetik merupakan senyawa yang disintesis secara
kimia. Contoh dari antioksidan sintetik antara lain
buthylatedhydroxytoluene (BHT), buthylated hidroksianisol (BHA), propil
galat dan tersbutylhydroquinone (TBHQ) secara efektif dapat menghambat
oksidasi (Sayuti K. dan Yenrina R.,2015).

2.9 Uji Aktivitas Antioksidan


DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) merupakan radikal bebas yang stabil
pada suhu kamar dan sering digunakan untuk menilai aktivitas antioksidan berupa
senyawa atau ekstrak bahan alam. Interaksi antioksidan dengan DPPH baik secara
transfer elektron atau radikal hidrogen pada DPPH akan menentralkan karakter
radikal bebas dari DPPH. Prinsip uji DPPH adalah penghilangan warna untuk
mengukur kapasitas antioksidan yang langsung menjangkau radikal DPPH dengan
pemantauan absorbansi pada panjang gelombang 517 nm menggunakan
spektrofotometer. Radikal DPPH dengan nitrogen organik terpusat adalah radikal
bebas stabil dengan warna ungu gelap yang ketika direduksi menjadi bentuk
nonradikal oleh antioksidan menjadi warna kuning (Yu, 2008).

Parameter yang dipakai untuk menunjukan aktivitas antioksidan adalah


harga konsentrasi efisien atau efficient concentration (EC50) atau inhibitory
concentration (IC50) yaitu konsentrasi suatu zat antioksidan yang dapat
menyebabkan 50% DPPH kehilangan karakter radikal atau konsentrasi suatu zat
antioksidan yang memberikan persen peredaman sebesar 50%. Zat yang
mempunyai aktivitas antioksidan tinggi, akan mempunyai harga EC50 atau IC50
yang rendah. Suatu senyawa dikatakan memiliki aktivitas antioksidan yang sangat
kuat jika nilai IC50 kurang dari 50 μL/mL, kuat jika nilai IC50 antara 50-100
μL/mL, sedang jika nilai IC50 antara 100- 150 μL /mL, dan lemah jika nilai IC50
antara 151-200 μL/mL. Semakin kecil nilai IC50 semakin tinggi aktivitas
antioksidan (Molyneux, 2004).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


32

Gambar 2.10 Mekanisme Penghambatan Radikal DPPH


[Sumber: Prakash, 2001]

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan April sampai dengan bulan
Juni tahun 2018 di Laboratorium Penelitian 1, Laboratorium Penelitian 2, dan
Laboratorium Analisa Obat dan Makanan Halal Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas ukur (pyrex),
gelas beker (pyrex), cawan penguap, batang pengaduk, timbangan analitik, hot
plate, magnetic stirrer, pH meter, termometer, mikropipet, homogenizer, alat
sentrifugasi (Eppendorf), GCMS (Gas Chromatography – Mass Spectrometry),
spektrofotometri UV-Vis, viskometer Haake, lemari pendingin.

3.2.2 Bahan Penelitian


Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak atsiri
jeruk manis (Citrus aurantium L. Dulcis) (CV.Equipment), asam stearat
(Shadhong, China), setil alkohol (Shadhong, China), metil paraben (Techno
Pharmchem, India), propil paraben (Spektrum Chemical, Amerika), gliserin
(Cisadane Chemical, Indonesia), trietanolamine (TEA), aquadest, dan metanol pro
analisis (Merck, Germany).

3.3 Prosedur Penelitian


3.3.1 Penyiapan Bahan Minyak Atsiri Jeruk Manis
Bahan minyak atsiri jeruk manis (Citrus aurantium L. Dulcis) didapatkan
dari CV. Equipment yang dibeli sebanyak 700 mL pada tanggal. Sampel dari
minyak atsiri jeruk manis memiliki Certificate of Analysis (COA). Pada COA
minyak atsiri terdapat karakterisasi yang tercantum meliputi:

 Organoleptik : Cairan jernih berwarna kuning


sampai orange dengan bau khas
seperti buah jeruk.

33 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


34

 Indeks bias : 1,473


 Rotasi optik : 97,7
 Gravitasi spesifik pada suhu 20oC : memenuhi standar (0,842 – 0,850)
 Essay % aldehyde : 1,15%

3.3.2 Formulasi Sediaan Krim dengan Minyak Atsiri Jeruk Manis


Tabel 3.1 Formula Krim dengan Minyak Atsiri Jeruk Manis

Bahan F1 (%) F2 (%) F3 (%)


Minyak Atsiri Jeruk Manis 1 1 1
Asam Stearat 6 6 6
Setil Alkohol 2 4 6
Metil Paraben 0,1 0,1 0,1
Propil Paraben 0,05 0,05 0,05
Triethanolamine (TEA) 1 1 1
Gliserin 10 10 10
Aquadest (ad qs) 200 200 200
Keterangan: F1 = Formula 1; F2 = Formula 2; F3 = Formula 3
[Sumber : Yadav, N.P., dkk, 2014; Setiawati, dkk., 2014 dengan modifikasi]

3.3.3 Pembuatan Sediaan Krim


Proses pembuatan diawali dengan penimbangan bahan – bahan yang
digunakan dalam pembuatan sediaan krim dengan minyak atsiri jeruk manis.
Bahan yang digunakan terdiri dari fase minyak dan fase air. Bahan yang termasuk
ke dalam fase minyak antara lain asam stearat, setil alkohol, dan propil paraben.
Bahan yang termasuk ke dalam fase air antara lain gliserin, TEA, metil paraben,
dan Aquadest.

Bahan yang termasuk ke dalam fase minyak dan fase air dileburkan diatas
penangas air pada suhu 65 – 70oC di wadah yang berbeda. Fase minyak
ditambahkan ke dalam fase air dan dilakukan pengadukan dengan homogenizer
dengan kecepatan 200 rpm selama 15 menit agar tidak terbentuk gelembung –
gelembung dilanjutkan dengan meningkatkan kecepatan pengadukan menjadi 800
rpm selama 5 menit hingga terbentuk basis krim yang homogen. Setelah terbentuk
basis krim, ditambahkan minyak atsiri jeruk manis lalu dilakukan pengadukan
kembali sampai homogen kemudian dimasukkan ke dalam wadah (Yadav dkk,
2014 dengan modifikasi).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


35

3.4 Analisis Komponen Kimia dalam Minyak Atsiri Jeruk Manis


Minyak atsiri jeruk manis dianalisis dengan menggunakan kromatografi
gas – spektroskopi massa dengan gas pembawanya yaitu helium dengan kecepatan
aliran gas adalah 1 mL/menit dan tekanan kolom nya adalah 1,1 psi. Suhu kolom
diprogram dari 60oC sampai 250oC. Volume minyak atsiri yang diinjeksikan
adalah 1 µL. Analisis komponen minyak atsiri jeruk manis dilakukam selama 33
menit.

3.5 Analisis Komponen Kimia pada Sediaan Krim Minyak Atsiri Jeruk
Manis
Sebanyak 0,5 gram krim dilarutkan dengan 5 mL metanol p.a kemudian
krim yang telah dilarutkan disaring dengan menggunakan kertas saring hingga
didapatkan larutan jernih. Larutan yang telah didapat dianalisis dengan GC-MS
selama 33 menit.

3.6 Evaluasi Fisik Sediaan Krim Minyak Atsiri Jeruk Manis


Evaluasi fisik sedian krim dengan minyak atsiri jeruk manis dilakukan
setiap minggu selama 3 minggu. Parameter yang dievaluasi meliputi pengamatan
organoleptis, pengujian homogenitas, pengukuran pH, pengukuran viskositas,
pengujian stabilitas mekanik dengan metode sentrifugasi, uji cycling test.

3.6.1 Pengamatan Organoleptis


Pemeriksaan organoleptik meliputi pengamatan bau, bentuk, warna, dan
tekstur yang diamati secara visual setiap minggu selama 3 minggu (Sharon dkk,
2013).

3.6.2 Pengujian Homogenitas Fisik


Sejumlah krim yang akan diamati dioleskan pada kaca objek yang bersih
dan kering sehingga membentuk suatu lapisan yang tipis, kemudian ditutup
dengan kaca preparat (cover glass). Krim dinyatakan homogen apabila pada
pengamatan menggunakan mikroskop, krim mempunyai tekstur yang tampak rata
dan tidak menggumpal (Safitri, N.A., dkk., 2014)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


36

3.6.3 Pengukuran pH
Pengukuran pH sediaan krim dilakukan menggunakan pH meter. Sebelum
dilakukan pengukuran, pH meter dikalibrasi terlebih dahulu dikalibrasi dengan
larutan dapar standar. Lalu elektroda dicuci dengan air suling dan dikeringkan
dengan tissue. Sediaan krim yang telah dibuat diletakkan dalam suatu wadah lalu
diukur pH nya (Lubis, E.S., dkk., 2012). Pengukuran pH dilakukan setiap minggu
selama 3 minggu.

3.6.4 Pengukuran Viskositas dan Sifat Alir


Pengukuran viskositas sedian krim dilakukan dengan menggunakan
viscometer HAAKE 6R dan spindel yang digunakan nomor 7 dengan kecepatan 2
rpm, 4 rpm, 10 rpm, dan 20 rpm lalu dibalik dari 20 rpm, 10 rpm, 4 rpm, dan 2
rpm. Sifat alir diperoleh dengan membuat kurva antara tegangan geser dan laju
geser. Pengukuran dilakukan tiap minggu selama 3 minggu (Dewi dkk, 2014)

3.6.5 Pengujian stabilitas Mekanik dengan Metode Sentrifugasi


Sediaan krim dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi kemudian
dimasukkan ke dalam alat sentrifugator. Sampel disenstrifugasi dengan kecepatan
5000 rpm selama 30 menit kemudian diamati jika terdapatnya pemisahan dua fase
yang terjadi pada sediaan krim (Dewi dkk, 2014). Pengujian dilakukan setiap
minggu selama 3 minggu.

3.6.6 Uji Cycling Test


Sediaan krim disimpan pada suhu 4oC selama 24 jam lalu dipindahkan ke
dalam oven yang bersuhu 40o ± 2oC selama 24 jam (satu siklus). Uji dilakukan
sebanyak 6 siklus, kemudian diamati organoleptis, nilai pH, dan uji sentrifugasi
dilakukan pada sediaan krim sebelum dan sesudah cycling test (Dewi dkk, 2014)

3.6.7 Penentuan Tipe Krim


Penentuan tipe krim dilakukan dengan teknik pewarnaan. Tiga tetes
metilen blue diteteskan pada krim, kemudian diamati dengan mikroskop. Jika
emulsi berwarna biru seragam maka krim yang diuji berjenis m/a (Ansel, 1989).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


37

3.6.8 Uji Diameter Globul Rata – Rata


Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan mikroskop optik dimana
krim diletakkan pada kaca objek dan ditutup dengan kaca penutup. Pengamatan
ini dilakukan pada pembesaran tertentu, distribusi ukuran partikel dapat diamati
dengan mikroskop yang telah disesuaikan perbesarannya (Kurniati,N., 2011)

3.7 Pengujian Aktivitas Antioksidan Minyak Atsiri Jeruk Manis dan Krim
dengan Minyak Atsiri Jeruk Manis
3.7.1 Pembuatan Larutan DPPH 0,4 mM
DPPH sebanyak 4 mg dilarutkan dengan metanol pa didalam labu ukur 25
mL lalu dihomogenkan. Larutan dijaga pada suhu rendah, terlindung dari cahaya.
(Djamal dan Wijiastuti, 2015)

3.7.2 Pengukuran panjang Gelombang Maksimum DPPH


1 mL larutan DPPH yang telah dibuat lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 10
mL yang kemudian ditambahkan metanol pa sampai tanda batas kemudian
dihomogenkan dan didiamkan selama 30 menit pada suhu 37oC. Nilai
absorbansinya diukur pada panjang gelombang 400 – 600 nm dengan
menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis.

3.7.3 Pembuatan Larutan Blanko


1 mL larutan DPPH diambil dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL,
ditambahkan dengan metanol pa sampai tanda batas kemudian dihomogenkan dan
didiamkan selama 30 menit pada suhu 37oC lalu diukur serapannya pada panjang
gelombang 516,2 nm

3.7.4 Pembuatan Larutan Uji


Sebanyak 25 mg minyak atsiri yang dilarutkan dengan metanol pa di
dalam labu ukur 25 ml lalu dibuat seri pengenceran dengan konsentrasi (40, 80,
160, 240, dan 320 µg/ ml) lalu ditambahkan 1 mL larutan DPPH. Larutan uji dari
masing-masing konsentrasi didiamkan selama selama 30 menit pada suhu 370C
pada ruang gelap dan diukur serapannya pada panjang gelombang 516,2 nm
dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


38

3.7.5 Pembuatan Larutan Pembanding Vitamin C sebagai Kontrol Positif


Sebanyak 2,5 mg vitamin C, dilarutkan dengan sedikit metanol p.a
didalam labu ukur 25 mL, volume dicukupkan dengan metanol p.a sampai tanda
batas dan dihomogenkan (100 ppm). Dibuat seri pengenceran dengan konsentrasi
1, 2, 3, 4 dan 5 µg/ ml dalam labu ukur 10 mL, Kemudian ditambahkan 1 mL
larutan DPPH ke dalam labu ukur tersebut, dicukupkan volumenya sampai tanda
batas dengan metanol pa dan dihomogenkan dan didiamkan selama selama 30
menit pada suhu 370C pada ruang gelap dan diukur serapannya pada panjang
gelombang 516,2 nm dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis

3.7.6 Pembuatan Larutan Uji Basis Krim


Sebanyak 2,5 gram krim dilarutkan dengan metanol pa dalam labu ukur 25
mL. Dibuat seri pengenceran dengan konsentrasi 40, 80, 160, 240 dan 320 μg/mL
dalam labu ukur 10 mL, Kemudian ditambahkan 1 mL larutan DPPH ke dalam
labu ukur tersebut, dicukupkan volumenya sampai tanda batas dengan metanol pa
dan dihomogenkan dan didiamkan selama selama 30 menit pada suhu 370C pada
ruang gelap dan diukur serapannya pada panjang gelombang 516,2 nm dengan
menggunakan spektrofotometer UV-Vis (Rahmatika, A., 2017).

3.7.7 Pembuatan Larutan Uji Krim dengan Minyak Atsiri Jeruk Manis
Sebanyak 2,5 gram krim dilarutkan dengan metanol pa dalam labu ukur 25
mL. Dibuat seri pengenceran dengan konsentrasi 40, 80, 160, 240 dan 320 μg/mL
dalam labu ukur 10 mL, Kemudian ditambahkan 1 mL larutan DPPH ke dalam
labu ukur tersebut, dicukupkan volumenya sampai tanda batas dengan metanol pa
dan dihomogenkan dan didiamkan selama selama 30 menit pada suhu 370C pada
ruang gelap dan diukur serapannya pada panjang gelombang 516,2 nm dengan
menggunakan spektrofotometer UV-Vis (Rahmatika, A., 2017).

3.7.8 Perhitungan Nilai IC50


Persentase inhibisi dalah persentase yang menunjukkan aktivitas radikal
tersebut. Perhitungan nilai % inhibisi dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
(Sahu dkk., 2013).

% Inhibisi = x 100%

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


39

Keterangan :

Ac = Nilai absorbansi blanko

As = Nilai absorbansi sampel

Konsentrasi sampel dan % inhibisi diplotkan masing-masing pada sumbu


x dan y untuk mendapatkan persamaan regresi linear. Persamaan tersebut
digunakan untuk mennentukan nilai IC50. Nilai IC50 merupakan konsentrasi efektif
yang dibutuhkan untuk mereduksi 50% dari total DPPH. Dihitung dengan
menggunakan persamaan regresi linear, konsentrasi sampel sebagai sumbu x dan
nilai 50 sebagai sumbu y (Tristiantini dkk., 2013).

3.7.9 Perhitungan Nilai AAI (Antioxidant Activity Index)


Konsentrasi DPPH yang digunakan dalam uji (ppm) dibagi dengan nilai
IC50 yang diperoleh (ppm). Nilai AAI < 0,5 adalah antioksidan lemah, AAI > 0,5-
1 adalah antioksidan sedang, AAI > 1-2 adalah antioksidan kuat, dan AAI > 2
adalah antioksidan sangat kuat (Scherer dan Godoy, 2009)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Komponen Kimia Minyak Atsiri Jeruk manis dengan GCMS
Minyak atsiri kulit buah jeruk manis dianalisis komponen kimia yang
terkandung dengan menggunakan Gas Chromatography Mass Spectrometry
(GCMS). Komponen minyak dari kulit jeruk manis terdiri dari limonene, mirsen,
oktanal, dekanal, sitronelal, neral, geranial, valensen, sinnsial, dan sinensial
(Seputri dkk,2010). Menurut Kamal,G.,dkk (2011) komponen utama pada minyak
atsiri kulit buah jeruk adalah limonene dan β-myrcene. Berdasarkan pada Tabel
4.1 hasil analisis komponen kimia minyak atsiri kulit buah jeruk manis
menunjukkan terdapat 9 senyawa penyusun yang diantaranya α– pinene, β-
myrcene, octanal, D-Limonene, β-linalool, decanal, D-carvone, Octanal 2-
phenylmethylene, dan hexadecene. Hasil pola kromatogram pada Gambar 4.1
memiliki puncak tertinggi di waktu retensi 4.722 yang menunjukkan keberadaan
senyawa limonene. Limonene merupakan senyawa monoterpen yang merupakan
kandungan terbesar pada minyak atsiri kulit buah jeruk manis diketahui memiliki
aktivitas sebagai antioksidan (Singh, P., dkk., 2010; Bacanli, M., dkk, 2015).
Oleh karena itu, senyawa limonene yang terkandung pada minyak atsiri kulit buah
jeruk manis dilakukan pengamatan kestabilan kandungannya di dalam sediaan
krim pada hari ke – 1 dan hari ke – 21.
d-limonene
β-Myrcene

Gambar 4.1 Pola Kromatogram Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk Manis

40 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


41

Tabel 4.1 Hasil Analisis GCMS Komponen Kimia Minyak Atsiri


No Waktu retensi Komponen Quality
1 3.754 α-Pinene 96
2 4.273 β-myrcene 96
3 4.387 Octanal 99
4 4.722 D-Limonene 99
5 5.302 β-linalool 95
6 6.193 Decanal 91
7 6.561 D-carvone 95
8 9.800 Octanal, 2-phenylmethylene 99
9 10.415 Hexadecene 98

4.2 Analisis Komponen Kimia pada Krim Minyak Atsiri Jeruk Manis dengan
GCMS
Pada ketiga formula sediaan krim dilakukan analisis komponen kimia
yang bertujuan untuk mengetahui kandungan yang terdapat di dalam sediaan krim
dan juga untuk mengamati adanya komponen utama dari minyak atsiri kulit buah
jeruk manis yaitu limonene yang masih terkandung di dalam sediaan krim.
Analisis komponen kimia sediaan krim F1, F2, dan F3 dilakukan pada hari ke – 1
dan hari ke – 21. Berdasarkan pada Tabel 4.2, hasil dari pola kromatogram
menunjukkan pada hari ke - 1 maupun hari ke – 21 menunjukkan pada ketiga
formula sediaan krim adanya senyawa limonene yang terkandung. Senyawa
limonene ini memiliki aktivitas sebagai antioksidan (Bacanli, M., dkk, 2015).
Pada sediaan krim, selain limonene yang terdeteksi pada sediaan, senyawa lain
yang terdeteksi antara lain gliserin, heksadekanol, metil paraben, dan asam n-
heksadekanoat. Senyawa – senyawa yang terdeteksi tersebut merupakan senyawa
– senyawa yang muncul dari bahan yang digunakan dalam pembuatan krim.

Dilihat melalui pola kromatogram dari sediaan krim F1, F2, dan F3,
sediaan krim dapat dikatakan stabil secara kimia karena pola kromatogram
menunjukkan senyawa – senyawa yang muncul pada hari ke – 1 dan hari ke – 21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


42

sama, yaitu masih mengandung komponen utama yang beraktivitas sebagai


antioksidan yaitu limonene.

heksadekanol
D - limonene

Gambar 4.2 Pola Kromatogram Sediaan Krim Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk
Manis F1 Hari Ke – 1
heptadekanol
D - limonene

Gambar 4.3 Pola Kromatogram Sediaan Krim Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk
Manis F1 Hari Ke – 21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


43

heksadekanol
D - limonene

Gambar 4.4 Pola Kromatogram Sediaan Krim Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk
Manis F2 Hari Ke – 1
pentadekanol
D - limonene

Gambar 4.5 Pola Kromatogram Sediaan Krim Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk
Manis F2 Hari Ke – 21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


44

heksadekanol
D - limonene

Gambar 4.6 Pola Kromatogram Sediaan Krim Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk
Manis F3 Hari Ke – 1
heksadekanol
D - limonene

Gambar 4.7 Pola Kromatogram Sediaan Krim Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk
Manis F3 Hari Ke – 21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


45

Tabel 4.2 Hasil Komponen Kimia Sediaan Krim Minyak Atsiri Jeruk Manis

Waktu Formula Komponen Kimia Waktu retensi Quality


Gliserin 4.137 72
Gliserin 4.266 59
D – limonene 4.678 98
F1 Metil paraben 7.966 97
Heksadekanol 10.417 95
Asam n-heksadekanoat 10.816 99
Asam oktadekanoat 11.760 99
Gliserin 4.138 72
Hari ke – 1 gliserin 4.266 59
D – limonene 4.678 98
F2
Heksadekanol 10.421 95
Asam n-heksadekanoat 10.814 99
Asam oktadekanoat 11.757 99
Gliserin 4.263 72
D – limonene 4.673 98
F3
Heksadekanol 10.416 95
Asam n-heksadekanoat 10.806 99
D – limonene 4.678 99
Heptadekanol 10.423 95
F1
Asam n-heksadekanoat 10.821 99
Asam oktadekanoat 11.762 99
Gliserin 4.267 59
D – limonene 4.679 99
F2 pentadekanol 10.422 95
Hari ke – 21 Asam n-heksadekanoat 10.817 99
Asam oktadekanoat 11.760 99
Gliserin 4.132 83
D – limonene 4.671 98
F3 Heksadekanol 10.413 95
Asam n –heksadekanoat 10.806 99
Asam oktadekanoat 11.752 99

4.3 Hasil Formulasi Sediaan Krim Minyak Atsiri Jeruk Manis (Citrus
aurantium dulcis).
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (Depkes,
1995). Bahan dasar krim terdiri atas fase minyak dan fase air yang dicampurkan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


46

hingga membentuk basis krim. Dalam penelitian ini, fase minyak yang digunakan
yaitu asam stearat yang berfungsi sebagai emulgator, setil alkohol sebagai
stiffening agent atau zat pengeras, dan propil paraben sebagai pengawet fase
minyak, sedangkan fase air yang digunakan yaitu gliserin yang berfungsi sebagai
humektan, trietanolamine sebagai emulgator, metil paraben sebagai pengawet fase
air, dan aquades sebagai pelarut. Pada formulasi ini, zat aktif yang digunakan
adalah minyak atsiri kulit buah jeruk manis yang penggunaaannya ditujukan
sebagai antioksidan.

Sediaan krim minyak atsiri jeruk manis dibuat dengan tipe krim minyak
dalam air (M/A) kedalam tiga formula yang memiliki perbedaan pada
konsenterasi setil alkohol. Ketiga formula tersebut dibuat dengan perbedaan setil
alkohol yaitu pada krim F1 (2%), krim F2 (4%), dan krim F3 (6%). Tujuan
dilakukannya variasi konsentrasi setil alkohol pada formula krim untuk
mendapatkan formula krim yang memiliki stabilitas fisik yang baik. Setil alkohol
pada konsentrasi 2 – 10% berfungsi sebagai stiffening agent atau pengeras dalam
suatu sediaan. Pemilihan konsentrasi setil alkohol yang digunakan dalam formula
berdasarkan optimasi yang dilakukan untuk mendapatkan konsistensi sediaan
yang kental, lembut, dan tidak keras. Setil alkohol diketahui berfungsi
meningkatkan stabilitas fisik dengan menghasilkan barrier monomolekular pada
lapisan antar muka minyak – air yang membentuk barrier mekanis untuk
mencegah terjadinya koalesen (Rowe dkk., 2009).

Langkah awal dalam pembuatan krim minyak atsiri kulit buah jeruk manis
adalah penyiapan bahan – bahan yang akan digunakan. Bahan yang termasuk ke
dalam fase minyak (asam stearat, setil alkohol, dan propil paraben) dan fase air
(gliserin, trietanolamine, metil paraben, dan aquadest) dileburkan diatas penangas
air hingga mencapai suhu 70oC. Setelah kedua fase tersebut melebur, fase minyak
ditambahkan kedalam fase air dalam keadaan panas. Campuran dihomogenkan
dengan menggunakan homogenizer dengan kecepatan 200 rpm selama 15 menit
untuk mencegah terjadinya pembentukan gelembung – gelembung lalu
dilanjutkan dengan meningkatkan kecepatan menjadi 800 rpm selama 5 menit.
Minyak atsiri kulit buah jeruk manis ditambahkan kedalam masa krim setelah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


47

suhunya mulai turun, lalu dihomogenkan kembali dengan kecepatan 200 rpm
selama 5 menit.

Pada penelitian ini, formulasi sediaan krim yang digunakan diadaptasi dari
Yadav,N.P., dkk (2014) dengan beberapa modifikasi yaitu penggunaan minyak
atsiri kulit buah jeruk manis sebagai zat aktif, konsentrasi asam stearat (6%), dan
setil alkohol (2%; 4%; 6%).

4.4 Hasil Evaluasi Fisik Sediaan Krim Minyak Atsiri Jeruk Manis (Citrus
aurantium dulcis)
4.4.1 Hasil Pengamatan Organoleptis Sediaan Krim
Sediaan krim yang dihasilkan harus memiliki warna, bau yang
menyenangkan, dan tekstur yang lembut dan tidak lengket dikulit. Hal ini
disebabkan karena organoleptik dari suatu sediaan berpengaruh terhadap
kenyamanan pada penggunaan. Uji organoleptik dari sediaan krim dinilai warna,
bau dan tekstur yang dihasilkan.

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Organoleptis pada Sediaan Krim

Waktu Warna Bau Tekstur


Krim F1
Hari ke – 1 Putih susu Khas jeruk Kental, lembut, dan tidak lengket
Hari ke – 7 Putih susu Khas jeruk Kental, lembut, dan tidak lengket
Hari ke – 14 Putih susu Khas jeruk Kental, lembut, dan tidak lengket
Hari ke – 21 Putih susu Khas jeruk Kental, lembut, dan tidak lengket
Krim F2
Hari ke – 1 Putih susu Khas jeruk Kental, lembut, dan tidak lengket
Hari ke – 7 Putih susu Khas jeruk Kental, lembut, dan tidak lengket
Hari ke – 14 Putih susu Khas jeruk Kental, lembut, dan tidak lengket
Hari ke – 21 Putih susu Khas jeruk Kental, lembut, dan tidak lengket
Krim F3
Hari ke – 1 Putih susu Khas jeruk Kental, lembut, dan tidak lengket
Hari ke – 7 Putih susu Khas jeruk Kental, lembut, dan tidak lengket
Hari ke – 14 Putih susu Khas jeruk Kental, lembut, dan tidak lengket
Hari ke – 21 Putih susu Khas jeruk Kental, lembut, dan tidak lengket

Hasil pengamatan organoleptik yang dilakukan selama 21 hari pada F1,


F2, dan F3 pada hari ke – 1 memiliki karakteristik yaitu memiliki warna putih

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


48

susu dengan bau khas jeruk dan memiliki tekstur krim yang kental, lembut dan
tidak lengket saat diaplikasikan pada kulit. Pengamatan oragnoleptik dilakukan
selama 21 hari penyimpanan. Hasil pengamatan organoleptik pada Tabel 4.3
menunjukkan bahwa F1, F2, dan F3 tidak mengalami perubahan pada warna, bau,
dan tekstur dari sediaan krim selama penyimpanan 21 hari.

4.4.2 Hasil Pengamatan Homogenitas Tekstur


Dilakukan pengamatan homogenitas tekstur pada sediaan krim yang
telah dibuat untuk melihat bahwa bahan – bahan yang digunakan dalam
pembuatan sediaan krim minyak atsiri jeruk manis sudah tercampur dengan baik.
Homogenitas sistem emulsi dipengaruhi oleh teknik atau cara pencampuran yang
dilakukan serta alat yang digunakan pada proses pembuatan emulsi tersebut
(Lachman, dkk., 1994). Hasil pengamatan dari uji homogenitas tekstur pada
sediaan dilakukan selama 21 hari yang dilakukan pada ketiga formula yaitu F1,
F2, dan F3. Pengamatan homogenitas tekstur dilakukan pada hari ke - 1, 7, 14,
dan 21. Hasil dari pengamatan ini menunjukkan bahwa sediaan krim yang telah
dibuat homogen (Tabel 4.4). Homogenitas tekstur pada ketiga formula ditandai
dengan tidak adanya butiran – butiran kasar yang terlihat pada saat dioleskan pada
kaca objek.

Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Homogenitas pada Sediaan Krim

Waktu Warna Bau Tekstur


Krim F1
Hari ke – 1 + + +
Hari ke – 7 + + +
Hari ke – 14 + + +
Hari ke – 21 + + +
Krim F2
Hari ke – 1 + + +
Hari ke – 7 + + +
Hari ke – 14 + + +
Hari ke – 21 + + +
Krim F3
Hari ke – 1 + + +
Hari ke – 7 + + +
Hari ke – 14 + + +
Hari ke – 21 + + +
Keterangan : (+) homogen ; (-) tidak homogen

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


49

4.4.3 Hasil Pengukuran pH Sediaan Krim


Pengukuran pH pada sediaan dapat menjadi parameter dalam
menentukan stabilitas suatu sediaan (Setiawati, 2014). Selain itu, pengukuran pH
dilakukan untuk mengetahui keasaman atau kebasaan dari sediaaan agar tidak
mengiritasi kulit. Tiga formula sediaan krim yang telah dibuat diukur pH selama
21 hari. Hasil dari pengukuran nilai pH sediaan (Tabel 4.5) menunjukkan bahwa
setiap minggu nya mengalami peningkatan, namun hasil pH pada ketiga krim
sesuai dengan pH fisiologis pada kulit. Menurut SNI 16-4399-1996, pH sediaan
krim yang ideal sesuai dengan pH fisiologis kulit yaitu 4,5-8, karena jika krim
memiliki pH yang terlalu basa akan menyebabkan kulit kering dan jika pH terlalu
asam akan menimbulkan iritasi kulit (Sharon, dkk., 2013).

Perubahan pH selama penyimpanan dapat disebabkan akibat penguraian


pada sediaan krim oleh suhu saat pembuatan atau penyimpanan yang
menghasilkan asam atau basa. Asam dan basa tersebut yang mempengaruhi nilai
pH pada sediaan krim. Selain itu, dapat disebabkan juga karena faktor lingkungan
seperti suhu, kondisi penyimpanan yang kurang baik (Young, A., 2002).
Berdasarkan Tabel 4.5, nilai pH dari ketiga formula sediaan krim menunjukkan
bahwa F3 memiliki nilai pH yang lebih rendah hal ini dapat dikarenakan semakin
tingginya konsentrasi setil alkohol, maka nilai pH sediaan semakin menurun. Hal
ini dikarenakan setil alkohol memiliki pH cenderung asam yaitu 6 – 6,5 (Erungan
A.C., dkk., 2009). Perubahan nilai pH dari ketiga formula sediaan krim masih
dalam rentang pH fisiologis kulit.

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan uji statistik


Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui normalitas data. Uji Kolmogorov-
Smirnov menghasilkan nilai signikansi 0,200 (p>0,05) yang artinya data uji
memenuhi persyaratan uji normalitas. Kemudian dilanjutkan uji test of
Homogenity of Variance Levene unutk mengetahui data yang dimiliki homogen
atau tidak dan hasil test menunjukkan 0,258 (p>0,05) yang artinya data telah
homogen, maka dapat dilanjutkan dengan uji One-Way ANOVA dan hasil uji
menunjukkan bahwa perubahan nilai pH pada ketiga formula berbeda bermakna
(p<0,05).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


50

Tabel 4.5 Hasil Pengukuran pH pada Sediaan Krim

Formula Waktu
Krim Hari – 1 Hari – 7 Hari – 14 Hari – 21
F1 7,511 7,505 7,515 7,525
F2 7,284 7,346 7,359 7,396
F3 7,055 7,138 7,149 7,203

4.4.4 Hasil Viskositas dan Sifat Alir Krim Minyak Atsiri Jeruk Manis
Viskositas dan sifat aliran merupakan suatu pernyataan tahanan dari
suatu cairan untuk mengalir, semakin tinggi suatu viskositas maka semakin besar
tahanannya (Sinko,P.J.,2011). Pengamatan nilai viskositas dilakukan dengan
menggunakan viscotester HAAKE 6R dengan spindel R7 pada kecepatan 2 rpm.
Hasil pengamatan viskositas pada Tabel 4.6 menunjukkan viskositas pada formula
krim F3 lebih tinggi dibandingkan dengan formula krim F1 dan F2, hal ini
disebabkan karena konsentrasi setil alkohol lebih besar yang berfungsi sebagai
stiffening agent. Nilai viskositas dipengaruhi oleh zat pengental, surfaktan yang
dipilih, proporsi fase terdispersi dan ukuran partikel (Dewi R., dkk., 2014)

Hasil viskositas selama penyimpanan 21 hari menunjukkan bahwa setiap


minggunya nilai viskositas mengalami peningkatan. Peningkatan nilai viskositas
tersebut dapat disebabkan karena penurunan ukuran diameter partikel krim yang
menyebabkan luas permukaannya semakin besar. Viskositas emulsi akan
meningkat seiring dengan umur emulsi kemudian relatif stabil (Lachman, dk,
1994). Selain itu, peningkatan viskositas selama masa penyimpanan, dikarenakan
dengan bertambahnya waktu penyimpanan maka partikel – partikel membentuk
ikatan yang lebih rapat sehingga laju alir menurun dan viskositas meningkat
(Setiawati, 2014). Selain itu, perubahan pada viskositas sediaan dapat dipengaruhi
oleh kondisi fase dispersi, medium dispersi, emulgator, dan lingkungan (Swastika
dkk., 2013).

Data uji viskositas dianalisis dengan uji normalitas dengan uji statistik
Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui normalitas data Uji Kolmogorov-
Smirnov menghasilkan nilai signifikansi 0,200 (p>0,05) yang artinya data uji
memenuhi persyaratan uji normalitas. Kemudian dilanjutkan uji test of
Homogenity of Variance Levene untuk mengetahui data yang dimiliki homogen

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


51

atau tidak dan hasil test menunjukkan 0,813 (p>0,05) yang artinya data homogen,
maka dapat dilanjutkan dengan uji One-Way ANOVA dan hasil uji menunjukkan
nilai sig 0,046 yang artinya bahwa nilai viskositas pada ketiga formula berbeda
bermakna (p<0,05). Terjadinya perbedaan bermakna antar formula dapat terjadi
karena kandungan setil alkohol sebagai stiffening agent yang berbeda – beda tiap
formula yaitu pada F1 dengan setil alkohol 2%, F2 dengan setil alkohol 4%, dan
F3 dengan setil alkohol 6%.

Pada uji sifat alir pada sediaan krim diketahui bahwa sifat alir dari ketiga
formula tersebut adalah tipe aliran plastis tiksotropik dan tidak terjadi perubahan
selama 21 hari penyimpanan. Kurva aliran plastis tidak melalui titik (0,0), namun
memotong sumbu shearing stress paada suatu titik tertentu yang disebut yield
value (Sinko,P.J.,2011). Aliran tiksotropik merupakan aliran yang diharapkan
pada sediaan krim karena memiliki konsistensi yang tinggi dalam wadah namun
dapat dituang, dapat menyebar dengan mudah dan mampu berpentrasi yang baik
ke dalam kulit (Martin dkk., 1993). Pada aliran tiksotropik kurva menurun berada
di sebelah kiri (di atas) kurva naik, hal ini menunjukkan bahwa krim memiliki
nilai viskositas lebih rendah di setiap nilai kecepatan geser pada kurva menurun
dibandingkan dengan kurva yang menaik. Sifat alir tiksotropik terjadi disebabkan
karena adanya pemecahan struktur yang tidak terbentuk kembali dengan segera
jika tegangan tersebut dihilangkan atau dikurangi (Sinko,P.J.,2011; Dewi R., dkk.,
2014).

Tabel 4.6 Hasil Viskositas pada Sediaan Krim

Formula Viskositas (cPs)


Krim Hari ke – 1 Hari ke – 7 Hari ke – 14 Hari ke – 21
F1 97150 101800 128850 122150
F2 116900 117250 138450 146100
F3 125750 137150 159900 160050

4.4.5 Hasil Pengamatan Tipe Krim


Pengamatan tipe krim dilakukan untuk melihat bahwa sediaan krim yang
telah dibuat tidak mengalami perubahan tipe krim (inversi fase). Pada penelitian
ini, ketiga formula sediaan krim dibuat dengan tipe krim minyak dalam air (M/A).
Pengamatan tipe krim pada ketiga formula dilakukan dengan metode penambahan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


52

zat warna yaitu dengan metilen blue yang diteteskan pada permukaan krim yang
telah dioleskan pada kaca objek. Pengamatan tipe krim dilakukan pada hari ke –
1, hari ke – 7, hari ke – 14, dan hari ke – 21 dengan mikroskop perbesaran 10x,
hasil dari pengamatan menunjukkan bahwa pewarnaan metilen blue tersebar
merata, hal ini ditunjukkan dengan sebagian besar warna biru tersebar dan
terdapat globul – globul kecil yang tidak berwarna. Menurut Setiawati (2014),
krim dengan tipe minyak dalam air ditunjukkan dengan sebagian besar terdiri dari
warna biru dan terdapat globul – globul kecil yang tidak berwarna.

Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Tipe Krim

Formula Waktu
Krim Hari – 1 Hari – 7 Hari – 14 Hari – 21
F1 Tipe M/A Tipe M/A Tipe M/A Tipe M/A
F2 Tipe M/A Tipe M/A Tipe M/A Tipe M/A
F3 Tipe M/A Tipe M/A Tipe M/A Tipe M/A
Keterangan : (Tipe M/A) = tipe minyak dalam air

4.4.6 Hasil Pengukuran Diameter Globul Rata – Rata Krim


Pengukuran diameter rata – rata globul pada ketiga formula sediaan krim
dengan menggunakan mikroskop optis dengan perbesaran 100 kali. Berdasarkan
pada Tabel 4.8 diameter globul rata – rata cenderung menurun, namun penurunan
ukuran diameter globul rata – rata pada ketiga formula sediaaan krim masih
memenuhi persyaratan yaitu 0,1 - 10µm (Martin., 1993). Ukuran globul pada
sediaan krim yang dihasilkan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kecepatan
pengadukan dan jumlah emulgator yang digunakan (Juwita, N.K., dkk., 2011)

Penurunan ukuran diameter globul rata – rata berkaitan dengan viskositas


dari suatu sediaan. Peningkatan jumlah setil alkohol menyebabkan viskositas dari
sediaan krim meningkat. Menurut hukum stokes, jika viskositas krim meningkat,
maka ukuran diameter globul rata – rata akan menurun dan dapat menurunkan
kecepatan terjadinya penggabungan fase terdispersi yang dimana hal ini dapat
meningkatkan stabilitas krim yang dihasilkan. Diameter globul yang kecil
meningkatkan luas permukaan sehingga meningkatkan tahanan sediaan untuk
mengalir serta meningkatkan viskositas (Koocheki dan Kadkhodaee, 2011). Hal
ini sesuai dengan hasil yang didapatkan yang dimana penurunan diameter globul

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


53

rata – rata yang terjadi pada sediaan krim yang dihasilkan disertai peningkatan
viskositas pada sediaan krim.

Setelah penyimpanan selama 21 hari, diameter globul rata – rata pada


sediaan krim diukur dan terjadi penurunan ukuran globul. Penurunan ukuran
diameter globul pada sediaan dapat menunjukkan bahwa ketiga formula sediaan
krim stabil hal ini dikarenakan globul – globul pada sediaan krim tidak terjadi
penyatuan kembali globul – globul minyak yang beraglomerasi yang dimana
kemudian akan membentuk satu globul yang besar (koalesen). Ukuran diameter
globul merupakan indikator utama untuk kecenderungan terjadinya pemisahan
emulsi (creaming) atau pemisahan dua fase tersendiri (breaking). Peningkatan
ukuran globul menandakan bahwa kestabilan emulsi menjadi berkurang. Menurut
hukum stokes, semakin besar ukuran globul maka akan semakin cepat laju
sedimentasinya serta semakin besarnya kenaikan ukuran diameter globul rata –
rata dapat menyebabkan sediaan krim tersebut menjadi tidak stabil (Dzuhro, 2011;
Dewi R., dkk., 2014).

Hasil uji normalitas pada data diameter globul rata – rata dengan uji
statistik Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui normalitas data Uji
Kolmogorov-Smirnov menghasilkan nilai signifikansi 0,200 (p>0,05) yang
artinya data uji memenuhi persyaratan uji normalitas dan dilanjutkan uji test of
Homogenity of Variance Levene untuk mengetahui data yang dimiliki homogen
atau tidak dan hasil test menunjukkan 0,668 (p>0,05) yang artinya data homogen,
maka dapat dilanjutkan dengan uji One-Way ANOVA dan hasil uji menunjukkan
nilai sig 0,603 yang artinya bahwa data uji diameter globul rata - rata pada ketiga
formula tidak berbeda bermakna (p>0,05).

Tabel 4.8 Hasil Pengukuran Ukuran Diameter Globul Rata – Rata

Formula Diameter globul rata – rata (µm)


Krim Hari ke – 1 Hari ke – 7 Hari ke – 14 Hari ke – 21
F1 4,489 4,157 3,908 3,820
F2 4,208 4,054 3,826 3,746
F3 4,220 3,940 3,823 3,703

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


54

4.4.7 Hasil Pengujian Stabilitas Mekanik dengan Metode Sentrifugasi


Pengujian stabilitas dengan menggunakan alat sentrifugasi ini bertujuan
untuk mengetahui kestabilan krim setelah pengocokan kuat yang dimana prinsip
uji ini adalah pemisahan dua atau lebih fase yang memiliki perbedaan densitas
dengan penggunaan gaya sentrifugal. Uji stabilitas mekanik sediaan krim
menggunakan alat sentrifugasi dengan kecepatan 5000 rpm selama 30 menit.
Kecepatan sentrifugasi 3750 selama 5 jam atau 5000 – 10000 rpm selama 30
menit dianggap setara dengan efek gaya gravitasi yang akan diterima krim dalam
penyimpanan selama 1 tahun (Lieberman, 1994). Hasil pengujian stabilitas
mekanik yang dilakukan pada ketiga formula selama 21 hari penyimpananan
menunjukkan bahwa pada ketiga formula stabil, hal ini ditunjukkan pada Tabel
4.9 tidak terjadinya pemisahan fase. Adanya pemisahan fase pada sediaan dapat
dikatakan sediaan tidak stabil karena dengan adanya pemisahan fase
menyebabkan umur simpan sediaan semakin cepat (Hadyanti, 2008).

Tabel 4.9 Hasil Pengujian Stabilitas Mekanik pada Sediaan Krim

Waktu
Formula
Krim
Hari – 1 Hari – 7 Hari – 14 Hari – 21
F1 - - - -
F2 - - - -
F3 - - - -
Keterangan : (+) terjadi pemisahan ; (-) tidak terjadi pemisahan

4.4.8 Hasil Pengujian Cycling Test


Pada penelitian ini dilakukan uji cycling test dengan tujuan untuk
menguji ketahanan sediaan setelah penyimpanan dengan adanya fluktuasi suhu.
Uji stabilitas dengan metode cycling test dilakukan pada penyimpanan pada suhu
rendah (4oC) selama 24 jam lalu sediaan disimpan pada suhu tinggi (40oC) selama
24 jam, penyimpanan pada dua suhu yang berbeda dianggap satu siklus dan uji
cycling test dilakukan dalam 6 siklus (12 hari).

Pada uji cycling test dievaluasi organoleptis yang meliputi warna, bau,
dan tekstur pada sediaan krim. Hasil evaluasi dari organoleptis pada sediaan krim
tidak mengalami perubahan setelah dilakukan cycling test. Pada uji cycling test

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


55

dilakukan uji sentrifuse dengan kecepatan 5000 rpm selama 30 menit pada ketiga
formula sediaan krim pada saat sebelum dilakukan uji cycling test dan sesudah uji
cycling test. Kecepatan sentrifugasi 3750 selama 5 jam atau 5000 – 10000 rpm
selama 30 menit dianggap setara dengan efek gaya gravitasi yang akan diterima
krim dalam penyimpanan selama 1 tahun (Lieberman, 1994). Hasil dari uji
sentrifugasi menunjukkan bahwa ketiga formula sediaan krim tidak mengalami
pemisahan fase dan menunjukkan bahwa sediaan krim bersifat stabil. Saat setelah
krim didinginkan akan terjadi pelepasan air pada krim, namum jika zat
pengemulsi dapat bekerja kembali dibawah tekanan yang diinduksi oleh es
sebelum koalesens terjadi maka sistem emulsi tersebut akan stabil dan tidak
terjadinya pemisahan fase (Dewi, R.,2014) Hal ini sesuai dengan hukum stokes
yang dimana semakin tinggi viskositas krim maka kecepatan pemisahan akan
semakin lambat dan krim semakin stabil (Pudyastuti, B., dkk., 2015).

Nilai pH dari sediaan krim pada uji sebelum dan sesudah uji cycling test
mengalami perubahan. Hal ini ditunjukkan nilai pH mengalami penurunan pH,
tetapi masih berada dalam rentang pH normal. Perubahan pH tersebut selama
penyimpanan dapat disebabkan oleh sediaan yang terdekomposisi oleh suhu saat
pembuatan atau penyimpanan yang menghasilkan asam atau basa. Asam dan basa
tersebut yang mempengaruhi pH sediaan. Data pH uji cycling test dilakukan
analisis dengan uji statistik Kolmogorov-Smirnov dan menghasilkan nilai
signikansi 0,200 (p>0,05) yang artinya data uji memenuhi persyaratan uji
normalitas. Kemudian dilanjutkan uji test of Homogenity of Variance Levene dan
menunjukkan 0,915 (p>0,05) yang artinya data telah homogen, maka dapat
dilanjutkan dengan uji independent T-Test dan hasil uji menunjukkan bahwa
perubahan nilai pH pada ketiga formula sebelum dan sesudah cycling test tidak
mengalami perubahan yang bermakna (p>0,05).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


56

Tabel 4.10 Hasil Pengujian Cycling Test pada Sediaan Krim

Sebelum Cycling Test


Formula
Warna Bau Tekstur pH Sentrifugasi
Krim
Lembut, kental, tidak
F1 Putih susu Khas jeruk 7,511 -
lengket
Lembut, kental, tidak
F2 Putih susu Khas jeruk 7,284 -
lengket
Lembut, kental, tidak
F3 Putih susu Khas jeruk 7,055 -
lengket
Setelah Cycling Test
Lembut, kental, tidak
F1 Putih susu Khas jeruk 7,464 -
lengket
Lembut, kental, tidak
F2 Putih susu Khas jeruk 7,240 -
lengket
Lembut, kental, tidak
F3 Putih susu Khas jeruk 6,982 -
lengket
Keterangan : (+) terjadi pemisahan ; (-) tidak terjadi pemisahan

4.5 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan


4.5.1 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Minyak Atsiri Jeruk Manis dan
Vitamin C dengan Metode DPPH
Pengujian aktivitas antioksidan pada sampel minyak atsiri kulit buah
jeruk manis dilakukan dengan metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil).
Metode DPPH ini dipilih karena merupakan metode yang sederhana, mudah cepat
dan peka serta hanya memerlukan sedikit sampel untuk evaluasi aktivitas
antioksidan dari senyawa bahan alam (Nuraziza, dkk., 2017). Digunakan vitamin
C atau asam askorbat sebagai kontrol positif. Vitamin C merupakan senyawa
antioksidan alami yang sering digunakan sebagai senyawa pembanding dalam
pengujian aktivitas antioksidan dan juga merupakan senyawa alami yang relatif
aman, mudah didapat dan tidak menimbulkan toksisitas. Vitamin C diketahui
memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat karena diketahui bahwa vitamin C
mampu menghilangkan senyawa oksigen reaktif. Reaksinya terhadap senyawa
oksigen reaktif lebih cepat dibandingkan dengan komponen lainnya (Lung, J.K.S
dan Dika P, 2017)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


57

Pengukuran absorbansi pada sampel vitamin C dan minyak atsiri kulit


buah jeruk manis diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-VIS pada
panjang gelombang 516,2 nm. Penentuan panjang gelombang maksimum
dilakukan sebelum pengukuran absorbansi pada sampel dan pada panjang
gelombang 516,2 nm memberikan serapan yang maksimum.

Secara kualitatif, sampel yang mengandung antioksidan dapat dilihat


melalui perubahan intensitas warna DPPH. Prinsip metode DPPH yaitu adanya
donasi atom hidrogen dari substansi yang diujikan kepada radikal DPPH menjadi
senyawa non radikal difenil pikril hidrazin yang ditunjukkan oleh perubahan
warna. Perubahan intensitas warna yang terjadi pada DPPH berhubungan dengan
aktivitas antioksidan yang dimana akan memnberikan perubahan absorbansi pada
panjang gelombang maksimum sehingga akan diketahui nilai aktivitas peredaman
radikal bebas.

Pengukuran aktivitas antioksidan sampel dilakukan dengan berbagai


konsentrasi. Dari hasil absorbansi dapat diketahui bahwa semakin besar
konsentrasi sampel, absorbansi akan semakin kecil, maka nilai persentase
inhibisinya pun semakin besar. Persen inhibisi menunjukkan kemampuan suatu
sampel untuk menghambat aktivitas radikal bebas yang berhubungan dengan
konsentrasi suatu sampel (Molyneux, 2004).

Nilai IC50 didapatkan dari seri konsentrasi dan persen inhibisi yang
diplotkan sebagai fungsi x dan y ke dalam persamaan regresi linier. Nilai IC 50
merupakan suatu konsentrasi sampel yang dapat menangkal radikal bebas sebesar
50%. Sampel yang memiliki nilai IC50 yang rendah maka akan semakin tinggi
aktivitas antioksidannya (Zuhra, dkk., 2008). Suatu sampel dikatakan memiliki
aktivitas antioksidan yang sangat kuat jika nilai IC50 kurang dari 50 μg/mL, kuat
jika nilai IC50 antara 50-100 μg/mL, sedang jika nilai IC50 antara 100- 150 μg
/mL, dan lemah jika nilai IC50 antara 151-200 μg/mL. Semakin kecil nilai IC50
semakin tinggi aktivitas antioksidan (Molyneux, 2004). Nilai AAI (Antioxidant
Activity Index) ditentukan untuk menggolongkan sifat antioksidan pada sampel.
Nilai AAI < 0,5 adalah antioksidan lemah, AAI > 0,5-1 adalah antioksidan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


58

sedang, AAI > 1-2 adalah antioksidan kuat, dan AAI > 2 adalah antioksidan
sangat kuat (Scherer dan Godoy, 2009)

Pengujian aktivitas antioksidan yang dilakukan pada sampel minyak


atsiri kulit buah jeruk manis dengan vitamin C pada Tabel 4.11 menunjukkan
bahwa nilai IC50 pada minyak atsiri kulit buah jeruk manis sebesar 102,4493
μg/mL (AAI = 1,561) dan nilai IC50 pada vitamin C sebesar 2,6297 μg/mL (AAI
= 60,8419). Nilai IC50 yang didapatkan dari sampel menunjukkan bahwa minyak
atsiri kulit buah jeruk manis memiliki aktivitas antioksidan sedang yang
ditunjukkan nilai IC50 yang dimiliki antara 100 - 150 μg /mL dan pada sampel
vitamin C menunjukkan bahwa sampel vitamin C memiliki aktivitas antioksidan
yang sangat kuat karena nilai IC50 yang kurang dari 50 μg/mL.

Tabel 4.11 Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan pada Minyak Atsiri Kulit Buah
Jeruk Manis dan Vitamin C

Sampel Konsentrasi (ppm) Absorbansi %inhibisi IC50(ppm)


1 0,432 38,102
2 0,378 45,875
Vitamin C 3 0,329 52,932 2,6297
4 0,289 58,607
5 0,224 67,858
40 0,454 37,562
Minyak Atsiri 80 0,397 45,350
Kulit Buah 160 0,280 61,475 102,4493
Jeruk Manis 240 0,155 78,607
320 0,107 85,203

4.5.2 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Basis Krim dan Krim Minyak Atsiri
Jeruk Manis

Pengujian aktivitas antioksidan dengan metode DPPH dilakukan terhadap


basis krim yang dimana tidak mengandung zat aktif yaitu minyak atsiri kulit buah
jeruk manis. Basis krim dibuat pada seri konsentrasi 40, 80, 160, 240, dan 320
μg/mL yang diukur dengan menggunakan spektrofotometri UV-VIS pada panjang
gelombang 516,2 nm. Hasil pengukuran aktivitas antioksidan pada basis krim
menunjukkan nilai IC50 yang diperoleh pada basis krim F1, F2, dan F3 berturut –
turut adalah 387,236 μg/mL (AAI = 0,413), 393,951 μg/mL (AAI = 0,406), dan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


59

403,306 μg/mL (AAI = 0,396). Pada ketiga formula basis krim diketahui tidak
memiliki aktivitas antioksidan yang dimana hal ini ditunjukkan dengan nilai IC 50
yang lebih besar dari 200 μg/mL.

Grafik Nilai IC50


138,198
132,523
128,026
140 130,960
124,226
130 118,209
Nilai IC50

120
110
100
F1 F2 F3
Hari ke 1"
Hari ke 21
Formula Krim

Gambar 4.8 Grafik Aktivitas Antioksidan Krim Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk Manis

Pengukuran aktivitas antioksidan pada ketiga formula sediaan krim


minyak atsiri kulit buah jeruk manis dengan menggunakan metode DPPH pada
konsentrasi 40, 80, 160, 240, dan 320 μg/mL yang diukur dengan menggunakan
spektrofotometri UV-VIS pada panjang gelombang 516,2 nm. Pada Gambar 4.8
menunjukkan hasil IC50 pada krim F1, F2, dan F3 pada hari ke – 1 berturut – turut
adalah 118,209 μg/mL (AAI = 1,353), 124,226 μg/mL (AAI = 1,287), dan
130,960 (AAI = 1,221). Berdasarkan pada nilai IC50 pada ketiga formula sediaan
krim menunjukkan memiliki aktivitas antioksidan yang sedang karena nilai IC50
dari ketiga formula krim diantara 100 – 150 μg/mL. Pada hari ke – 21 dilakukan
uji aktivitas antioksidan kembali dengan seri konsentrasi yang sama pada saat hari
ke – 1 dan menunjukkan hasil IC50 pada krim F1, F2, dan F3 secara berturut –
turut 128,026 μg/mL (AAI = 1,249), 132,523 μg/mL (AAI =1,207), dan 138,198
μg/mL (AAI = 1,157).

Berdasarkan hasil IC50 yang didapatkan pada ketiga formula


menunjukkan bahwa mengalami peningkatan nilai IC50, namun peningkatan IC50
menunjukkan bahwa ketiga formula sediaan krim memiliki aktivitas antioksidan
sedang. Hasil analisis dengan menggunakan Independent T-test terhadap
penurunan aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa ketiga formula sediaan krim
tidak mengalami penurunan aktivitas yang bermakna (p>0,05).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


60

Berdasarkan hasil IC50 yang didapatkan, diketahui bahwa perbedaan


konsentrasi setil alkohol pada sediaan krim mempengaruhi aktivitas antioksidan,
hal ini ditunjukkan dengan semakin besar konsentrasi setil alkohol yang
digunakan pada sediaan krim, semakin besar nilai IC50 nya. Penyebab peningkatan
IC50 ini dapat disebabkan karena semakin besar fase minyak yang dilindungi
terhadap oksidasi dan membutuhkan antioksidan, sehingga minyak atsiri kulit
buah jeruk manis yang memiliki aktivitas antioksidan berfungsi sebagai
antioksidan dalam sediaan krim. Pada ketiga formula sediaan tidak ditambahkan
zat antioksidan tambahan dikarenakan dapat mengganggu dalam penetapan
aktivitas antioksidan krim minyak atsiri kulit buah jeruk manis (Sharon, N., dkk.,
2013;Hamzah,N.,dkk.,2014)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
1. Variasi konsentrasi setil alkohol pada sediaan krim mempengaruhi
stabilitas fisik pada F1, F2, dan F3. Sediaan krim tidak terjadi perubahan
pada evaluasi fisik dari segi organoleptis, homogenitas, tipe krim dan uji
sentrifugasi. Semakin besar konsentrasi setil alkohol menyebabkan
peningkatan pada viskositas dan terjadinya penurunan pada ukuran
diameter globul rata – rata krim dan pH. Pada uji cycling test yang
dilakukan menunjukkan penurunan nilai pH pada ketiga formula sediaan
krim.
2. Pola kromatogram pada analisis komponen kimia menunjukkan bahwa
senyawa limonene terkandung di dalam sediaan krim minyak atsiri kulit
buah jeruk manis
3. Minyak atsiri kulit buah jeruk manis memiliki aktivitas antioksidan sedang
dengan nilai IC50 102,449 μg/mL (AAI = 1,561). Pada sediaan krim F1,
F2, dan F3 hari ke – 1 memiliki aktivitas antioksidan sedang dengan nilai
IC50 dan AAI berturut – turut adalah 118,209 μg/mL (AAI = 1,353),
124,226 μg/mL (AAI = 1,287), dan 130,960 (AAI = 1,221). Pada hari ke –
21 sediaan krim F1, F2, dan F3 memiliki aktivitas antioksidan sedang
dengan nilai IC50 dan AAI berturut – turut adalah 128,026 μg/mL (AAI =
1,249), 132,523 μg/mL (AAI =1,207), dan 138,198 μg/mL (AAI = 1,157).

5.2 Saran
1. Perlu dilakukan pengembangan formulasi sediaan krim minyak atsiri kulit
buah jeruk manis
2. Perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai analisis kadar dari
limonene pada sediaan krim
3. Perlu dilakukannya pengujian in-vivo untuk mengetahui efektivitas
antioksidan krim minyak atsiri kulit buah jeruk manis

61 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


DAFTAR PUSTAKA
AAK. 2005. Budidaya Tanaman Jeruk. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Anief M., 2006. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Ansel, H., Allen, I., popovich, N. 2011. Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms
and Drug Delivery Systems, 9th Edition. Baltimore, Lippincott Williams &
Wilkins
Anwar, E. 2012. Eksipien dalan Sediaan Farmasi Karakterisasi dan Aplikasi.
Jakarta : PT. Dian Rakyat.
Artanti, Rusmala Navy. 2008. Perbandingan penggunaan setostearil alkohol, setil
alkohol, dan stearil alkohol sebagai fase minyak terhadap kekentalan,
kestabilan fisik, dan mutu kualitatif basis M/A dalam Setiawati, E. Nursal,
F. K,. dan Elfiyani, R. Pengaruh Peningkatan Konsentrasi Setil Alkohol
Sebagai Pengental Terhadap Stabilitas Fisik Krim Tipe M/A Ekstrak
Rimpang Jahe Gajah (Zingiber Officinale Roscoe). Fakultas Farmasi,
Universitas Muhamadiyah : Jakarta.
Aryani, Ratih. 2015. Formulasi dan Uji Stabilitas Krim Kombinasi Alfa Tokoferol
Asetat dan Etil Vitamin C sebagai Pelembab Kulit. Jurnal Kesehatan Bakti
Tunas Husada. Vol. 14 No. 1
Bacanli M., Basaran A.A., Basaran, N. 2015. The antioxidant and antigenotoxic
properties of citrus phenolics limonene and naringin. Food and Chemical
Toxicology Vol. 81, Hal. 160 – 170.
Boughendjioua, H, dan Zahra, B. 2017. Chemical Compossition and Biological
Activity of Essential Oil of Mandarin (Citrus reticulata) cultivated in
Algeria. International Journal Pharmaceutical Science Review and
Reseaqrch. Vol. 44, No. 1, Hal. 179 – 184.
Cahyono, B. 2005. Budidaya Jeruk Mandarin. Yogyakarta: Yayasan Pustaka
Nusantara.
Day, R.A. & Underwood, A.L. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi 6. Erlangga.
Jakarta
Depkes RI. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta: Departemen kesehatan RI,
Jakarta.
Dewi, Rosmala., Anwar, E., dan K.S, Yunita. 2014. Uji Stabilitas Fisik Formula
Krim yang Mengandung Ekstrak Kacang Kedelai (Glycine max). Journal of
Pharmaceutical Sciences and Research. Vol 1, No. 3. Hal 194-208.
Draelos, Z. D. dan Thaman, L. A., 2006, Cosmetic Formulation of Skin Care
Products, New York : Taylor and Francis Group,
Draelos, Z. D. 2010. Cosmetic Dermatology Products and Procedures. Durham,
USA : Wiley-Blackwell.

62 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


63

Dzuhro, Z. S. 2011. Pengaruh Natrium Hialuronat Terhadap Penetrasi Kofein


Sebagai Antiselulit dalam Sediaan Hidrogel, Hidroalkoholik Gel dan
Emulsi Gel Secara In Vitro Menggunakan Sel Difusi Franz. Skripsi. Depok:
Universitas Indonesia.
Eipstein, H. 2009. Skin Care Products. Didalam Barel, A. O., Paye, M., Maibach,
H. I. Handbook of Cosmetics Science and Technology 3rd Edition. New
York: Informa Health Care USA, Inc.Pharmteh Volume 5 No. 1.
Erukainure, O. L., Ajiboye, J. A., Davis, F. F., Obabire, K., Aliyu, M. 2012.
Effect of orange (citrus sinensis) peel oil on lipid peroxidation, catalase
activity and hepatic biomarker levels in blood plasma of normo rats. Journal
od biomedical and pharmaceutical research, 1 (1), Hal. 16-23.
Erungan A.C., Purwaningsih, Anita S.B. Aplikasi Karaginan dalam Pembuatan
Skin Lotion. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol. 12, No. 2
Frassinetti, S., L. Caltavuturo, M. Cini, C.M. Della Croce, dan B.E. Maserti. 2011.
Antibacterial and Antioxidant Activity of Essential Oils from Citrus spp.
Journal of Essential Oil Research Vol. 23, Hal 27 – 31.
Firdiyani, F., Agustini, T.W., Ma’ruf, W.F. 2015. Ekstraksi Senyawa Bioaktif
sebagai Antioksidan Alami Spirulina platensis Segar dengan Pelarut yang
Berbeda. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 18(1): 28-37
Fessenden, R.J. and Fessenden, J.S. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga, Jilid 1,
diterjemahkan oleh Pudjaatmakan, A. H. Jakarta: Penerbit Erlangga
Guenther, E, 1987. Minyak Atsiri. Diterjemahkan oleh R.S. Ketaren dan R.
Mulyono. Jakarta: UI Press.
Hadyanti. 2008. Pengaruh Tretionin terhadap Penetrasi Kafein dan Aminofilin
sebagai Antiselulit dalam Sediaan Krim, Gel, dan Salep Secara In Vitro.
Skripsi. Depok : Universitas Indonesia.
Hamzah, N., Isriany I., dan Andi Dian A.S., 2014. Pengaruh Emulgator terhadap
Aktivitas Antioksidan Krim Ekstrak Etanol Kelopak Bunga Rosella
(Hibiscus sabdariffa Linn). Jurnal Kesehatan Vol. 7, No. 2, Hal 376 – 385.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia: penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Penerjemah: Kosasih P., Soediro Iwang. Bandung: Penerbit
ITB.
Hegazy, A. E., Ibrahium, M. I. 2012. Antioxidant activities of orange peel extract.
World Applied Sciences Journal, 18(9), Hal. 684-688.
Heinrich, M. Barnes, J. Gibbons, S. Williansom, M, E. Fundamental Of
Pharmacognosy and Phytotherapy. Philadelpia: Penerbit Elsevier.
Hernandez JMJF, Omar GS, Monica ARC, Patricia CEF, Maria RCC (2016).
Chemistry and pharmacology of citrus sinensis. Molecules,Vol. 21 No. 247,
Hal. 1-24.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


64

Hesham, H. A. Rassem, Abdurahman, H. Nour, Rosli, M. Yunus. 2016.


Techniques for extraction of essential oils from plants: A Review.
Australian Journal of Basic and Applied Sciences, vol. 10, No. 16, Hal.
117–127.
Im-Emsap, W., Siepmann, J. 2002. Disperse Systems. Didalam Banker, G., S.,
Rhodes, C., T. Modern Pharmaceutics. 4th Edition. Revised and Expanded.
New York: Marcel Dekker, Inc.
Juwita, N.K., J. Djajadisastra, dan Azizahwati. 2011. Uji Penghambatan
Tirosinase dan Stabilitas Fisik Sediaan Krim Pemutih yang Mengandung
Ekstrak Kulit Batang Nangka (Artocarpus heterophyllus). Majalah Ilmu
Kefarmasian Vol. 8 No. 3, Hal 127 – 140. ISSN: 1693 – 9883
Kamal, G.M., F. Anwar., A.I. Hussain., N. Sarri, dan M.Y Ashraf. 2011. Yield
and Chemical Composition of citrus essential oils as affected by Drying
Pretreatment of Peels. International Food Research Journal Vol. 18 No. 4,
Hal 1275 – 1282
Kanitakis J. 2012. Anatomy, histology and immunohistochemistry of normal
human skin. Europian Journal of Dermatology,Vol. 12, No. 4, Hal. 390-401
Kementrian Perdagangan RI. 2011. Indonesian Essential Oils : The Scents of
Natural Life. Jakarta : Kementrian Perdagangan RI.
Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta: Balai Pustaka
Koocheki, A., dan Kadkhodaee, R. 2011. Effect of Alyssum homolocarpum Seed
Gum, Tween 80, and NaCl on Droplets Characteristics, Flow Properties,
and Physical Stability of Ultrasonically Prepared Corn Oil-in-Water
Emulsions. Food Hydrocolloids. Vol. 25, No. 5, Hal: 1149-1157.
Kurniati, N., 2011. Uji Stabilitas Fisik dan Aktivitas Antioksidan Formula Krim
Mengandung Ekstrak Kulit Buah Delima (Punica granatum L.). Skripsi.
Program Studi Farmasi. Universitas Indonesia, Depok.
Kurniawan A., dkk. 2008. Ekstraksi Minyak Kulit Jeruk dengan Metode Destilasi,
Pengepresan, dan Leaching. Jurnal Widya Teknik, Vol. 7, No. 1. Hal.15-24.
Lachman, L, Lieberman, H, A, dkk. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri,
Edisi III. Penerbit Universitas Indonesia, UI – Press :Jakarta.
Lubis, E.S., Lely S.L., dan Julia R., 2012. Pelembab Kulit Alami Dari Sari Buah
Jeruk Bali [Citrus maxima (Burm.) Osbeck]. Journal of Pharmaceutics and
Pharmacology Vol. 1 No. 2
Lung J.K.S dan Dika P. Destiani. 2017. Uji Aktivitas Antioksidan Vitamin A, C,
E dengan Metode DPPH. Jurnal Farmaka Universitas Padjadjaran Vol. 15
No. 1, Hal 53 – 62
Masaki, Hitoshi. 2010. Role Of Antioxidant In The Skin: Anti-Agin Effects.
Jounal of Dermatologial Sciene Vol. 58, Hal. 85-90.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


65

Mac Tavish, Hazel and Harris, David. 2002. An Economic Study of Essential Oil
Production in The UK : A Case Study Comparing Non-UK
Lavender/Lavandin Production and Peppermint/Spearmint Production With
UK Production Techniques and Cost. ADAS Consulting Ltd.
Martin, A., Awarbick, J., & Cammarata, A. 1983. Farmasi Fisik Jilid II Edisi
ketiga terjemahan dari Physical Pharmacy oleh Joshita. Jakarta: UI Press.
Megawati dan Rosa Dwi K. 2015. Ekstraksi Minyak Atsiri Kulit Jeruk Manis
(Citrus sinensis) dengan Metode Vacuum Microwave Assisted
Hydrodistillation. Jurnal Bahan Alam Terbarukan Vol. 4 No. 2, Hal 39 –
47. ISSN: 2086-5465.
Milind, P. & Dev, C. 2012. Orange of Benefits. International Research Journal
Pharmachy, Vol. 3, No. 7, Hal. 59-64.
Mishra, A.K., Amrita, M., Pronobesh Chattopadhyay. 2010. Formulation and In-
Vitro Evaluation of Antioxidant Activity of O/W Sunscreen Cream
Containing Herbal Oil as Dispersed Phase. International Journal of
Biomedical Research Vol. 5, Hal 201 – 208.
Mita, N. 2015. Formulasi Krim Dari Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao L.)
Berkhasiat Antioksidan. Journal of Tropical Pharmacy and Chemistry Vol.
3. No. 1, Hal. 12 – 21.
Molyneux, P. 2004. The Use of The Stable Free Radical Diphenylpicrylhydrazyl
(DPPH) for Estimating Antioxidant Activity. Songklanakarin Journal
Science and Technology. Vol. 26 No. 2, Hal : 211-219.
Musfiroh, E., dan Syarief S. H. 2012. Uji Aktivitas Peredaman Radikal Bebas
Nanopartikel Emas dengan Berbagai Konsentrasi sebagai Material
Antiaging dalam Kosmetik.UNESA Journal of Chemistry Vol. 1(2). : 18-
25.
Nirmala, Ayu. 2015. Antioksidan Alternatif untuk Menangkal Bahaya Radikal
Bebas pada Kulit. Journal of Islamic Science and Technology Vol. 1, No. 1
Hal. 63 – 68.
Nisa, K. dan Erisa S. 2016. Tomat sebagai Anti Penuaan Kulit. Medical Journal
of Lampung University Vol. 5 No. 3, Hal. 73 – 78.
Nuraziza, Seniwati, dan R. Waris. 2017. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol
Daun Arbenan (Duchesnea indica (Jacks.) Focke) dengan Metode DPPH.
As – Syifaa. Vol. 9, No. 2, Hal 154 – 164. ISSN : 2085-4714
Nurdianti, L., dan Rahmiyani, I. 2016. Uji Aktivitas Antioksidan Krim Ekstrak
Daun Mangga (Mangifera indica L) Terhadap DPPH (1,1-diphenyl-2-
picrylhydrazil). Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada. Vol 16 No. 1, Hal.
50-56
Perdanakusuma, D. S. 2007. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka.
Surabaya : Universitas Airlangga Fakultas Kedokteran.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


66

Pham-Huy, L.A., Hua He, Chuong, P., 2008. Free Radicals, Antioxidants in
Disease and Health. International Journal of Biomedical Science. Vol 4 No.
2 Hal. 89 – 96.
Prakash, A., Rigelhof, F., dan Miller, E.2001. Antioxidant Activity. Medallion
Laboratories Analytical Progress, Vol 19 (2).
Pudyastuti, B., Marchaban, dan R. Kuswayuning. 2015. Pengaruh Konsentrasi
Xantham Gum terhadap Stabilitas Fisik Krim Virgin Coconut Oil (VCO).
Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas Vol. 12, No. 1, Hal. 6 – 14. ISSN:
1693-5683
Rahmatika, Amalia. 2017. Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Sediaan Krim
Ekstrak Etanol 70% Daun Ashitaba (Angelica keiskei Koidz) dengan Setil
Alkohol sebagai Stiffening Agent. Skripsi. Program Studi Farmasi. UIN
Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Rahmawati D., Sukmawati A., Indrayudha P., 2010. Formulasi Krim Minyak
Atsiri Rimpang Temu Giring (Curcuma heyneana Val & Zijp): Uji Sifat
Fisik dan Daya Antijamur terhadap Candida albicans secara In Vitro.
Majalah Obat Tradisional Vol. 15 No. 2, Hal. 56 – 63.
Rieger, M.M. 2000, Harry’s Cosmeticology 8th edition. New York: Chemical
Publishing Co. Inc.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Quin, S.C., 2009, Handbook of Pharmaceutical
Excipient, 6th Edition, London : Pharmaceutical Press.
Rukmana, H.R. 2003. Jeruk Manis. Yogyakarta: Kanisius. Hal 12 – 13.
Safitri, N,A., Oktavia E.P., dan Valentina, Y., 2014. Optimasi Formula Sediaan
Krim Ekstrak Stroberi (Fragaria x ananassa) sebagai Krim Anti Penuaan.
Majalah Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Vol. 1,
No.4
Sahu, K. R., Kar, M., dan Routray, R. 2013. DPPH Free Radical Scavenging
Activity of Some Leafy Vegetables Used by Tribals of Odisha, India.
Journal of Medicinal Plants Studies. Volume: 1, Issue: 4. Hal: 21 – 27.
Sayuti, Kesuma dan Yenrina, R. 2015. Antioksidan Alami dan Sintetik. Padang:
Andalas University Press.
Scherer, R., dan Godoy, H.T. 2009.Antioxidant Activity Index (AAI) By The 2,2-
Diphenyl-1-Picrylhydrazyl Method. Food Chem. Vol. 112, Hal. 654-658.
Setiawati, E. Nursal, F. K,. dan Elfiyani, R. 2014. Pengaruh Peningkatan
Konsentrasi Setil Alkohol Sebagai Pengental Terhadap Stabilitas Fisik Krim
Tipe M/A Ekstrak Rimpang Jahe Gajah (Zingiber Officinale Roscoe).
Fakultas Farmasi, Universitas Muhamadiyah : Jakarta.
Sen, S., R. Chakraborty, C. Sridharl, Y.S.R. Reddy, & B. De. 2010. Free radicals,
antioxidants, diseases and phytomedicines: Current status and future
prospect. International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and
Research., Vol. 3 No. 1, Hal. 91-100.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


67

Sharon, N., Anam, S., dan Yuliet,.2013. Formulasi Krim Antioksidan Ekstrak
Etanol Bawang Hutan (Eleutherine palmifolia L., Merr). Jurnal of Natural
Science Fakultas Farmasi MIPA, Universitas Tadulako. ,Vol. 2 No.3 Hal.
111-122.
Sinko, P. J. 2011. Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika edisi 5,
diterjemahkan oleh Tim Alih Bahasa Sekolah Farmasi ITB, 706, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Singh, P., Ravindra, S., Bhanu, P., Ashok Kumar, Shubhra S., Prashant K.M.,
Nawal K.D., 2010. Chemical profile, antifungal, antiaflatoxigenic and
antioxidant activity of Citrus maxima Burm. and Citrus sinensis (L.) Osbeck
essential oils and their cyclic monoterpene, DL-limonene. Food and
Chemical Toxicology Vol. 48, Hal. 1734 – 1740.
Sudaryani dan Sugiharti, Endang. 1990. Budidaya dan penyulingan Nila. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Tranggono, R.I. dan Latifah, F., 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Tristantini, D.; Alifah I.; Bhayangkara T. P.; Jason G. J., 2016. Pengujian
Aktivitas Antioksidan Menggunakan Metode DPPH Pada Daun Tanjung
(Mimusop elengi L), Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia
“Kejuangan”. ISSN 1693-4393.
Widodo, Hendra. 2013. Ilmu Meracik Obat untuk Apoteker. Yogyakarta : D –
Medika.
Winarsi H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta: Kanisius
Windono, T., Soediman, S., Yudawati, U., Ermawati, E., Srielita, Erowati, T.
I.,2001, Uji Peredam radikal Bebas Terhadap 2,2-Diphenyl-1- picryhidrazil
(DDPH) dari Ekstrak Kulit Buah dan Biji Anggur (Vitis vinifera L.)
Probolinggo biru dan Bali. Artikel Hasil Penelitian Artoarpus, Vol 1
No.1,Hal 34-43.
Wungkana, I., Edi, S., Lidya M., 2013. Aktivitas Antioksidan dan Tabir Surya
Fraksi Fenolik dari Limbah Tongkol Jantung. Jurnal Ilmiah Farmasi Unsrat
Vol. 2 No. 4.
Yadav, N.P., Vinet.K.R,Nidhi,M., Priyam, S., Dnyaneshwar, U.B., Anirban,
P.,Arun K.T., dan Chandan S.C., 2014. A Novel Approach for
Development and Characterization of Effective Mosquito Repellent Cream
Formulation Containing Citronella Oil. Biomed Research International.
Young, Anne. 2002. Practical Cosmetic Science, 39-40, Mills and Boon Limited,
London.
Yu, L. 2008. Wheat Antioxidants. United States Of America: Wiley.
Zuhra, C., F., Trigan, J., B., Sihotang, H. 2008. Aktivitas Antioksidan Senyawa
Flavonoid dari Daun Katuk. Jurnal Biologi Sumatera. Volume 3.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


68

LAMPIRAN

Lampiran 1. Penimbangan Bahan

 Minyak atsiri = 1% x 200 gram =2 gram


 Asam stearat = 6% x 200 gram = 12 gram
 Setil alkohol = 2% x 200 gram =4 gram (F1)
 Setil alkohol = 4% x 200 gram =8 gram (F2)
 Setil alkohol = 6% x 200 gram = 12 gram (F3)
 Metil paraben = 0,1% x 200 gram = 0,2 gram
 Propil paraben = 0,05% x 200 gram = 0,1 gram
 Trietanolamine (TEA) = 1% x 200 gram =2 gram
 Gliserin = 10% x 200 gram = 20 gram
 Aquadest = 200 – 40,3 = 159,7 gram (F1)
 Aquadest = 200 – 44,3 = 155,7 gram (F1)
 Aquadest = 200 – 48,3 = 151,7 gram (F1)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


69

Lampiran 2. Alur Penelitian

Minyak Atsiri Kulit


Buah Jeruk Manis
Citrus aurantium
dulcis)

Analisis Kandungan Kimia Pengukuran Aktivitas


dalam Minyak Atsiri Kulit Antioksidan Minyak
Buah Jeruk Manis (Citrus Atsiri Kulit Buah
aurantium dulcis) dengan Jeruk Manis dengan
GC-MS Metode DPPH

Formulasi Sediaan Krim


Minyak Atsiri Kulit Buah
Jeruk Manis dengan
Perbandingan Konsentrasi
Setil Alkohol

Evaluasi fisik Pengukuran Aktivitas


sediaan krim setiap Uji komponen kimia pada Antioksidan Sediaan Krim
Minyak Atsiri Kulit Buah
minggu selama 3 sediaan krim minyak Jeruk Manis dengan
minggu atsiri kulit buah jeruk Metode DPPH
manis dengan GC-MS

Perhitungan % Inhibisi,
Nilai IC50 dan AAI

Analisis Data

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


70

Lampiran 3. Pembuatan Larutan Uji Aktivitas Antioksidan


1. Pembuatan Larutan DPPH 0,4mM
M = 0,0004 M (konsentrasi yang akan dibuat)
V = 25 mL
Mr DPPH = 394,32

W = 0,0039432 gram = 3,9432 mg


2. Pembuatan larutan DPPH
Sebanyak 4 mg DPPH dilarutkan dengan metanol p.a, kemudian
dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL, volume dicukupkan dengan
metanol p.a sampai tanda batas.
3. Pembuatan Larutan Vitamin C
 Konsentrasi larutan induk 100 ppm

 Konsentrasi larutan 1 ppm

V1 M1 = V2 M2

V1 x100 ppm = 10 ml x 1 ppm

V1 = 0,1 mL = 100 μL (jumlah yang dipipet dalam larutan induk 100


ppm)
Kemudian ditambahkan dengan larutan DPPH 1 mL dan metanol p.a
sampai tanda batas dalam labu ukur 10 mL
 Konsentrasi larutan 2 ppm

V1 M1 = V2 M2
V1 x100 ppm = 10 ml x 2 ppm
V1 = 0,2 mL = 200 μL (jumlah yang dipipet dalam larutan induk 100
ppm)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


71

Kemudian ditambahkan dengan larutan DPPH 1 mL dan metanol p.a


sampai tanda batas dalam labu ukur 10 mL
 Konsentrasi larutan 3 ppm

V1 M1 = V2 M2

V1 x100 ppm = 10 ml x 3 ppm

V1 = 0,3 mL = 300 μL (jumlah yang dipipet dalam larutan induk 100


ppm)
Kemudian ditambahkan dengan larutan DPPH 1 mL dan metanol p.a
sampai tanda batas dalam labu ukur 10 mL
 Konsentrasi larutan 4 ppm

V1 M1 = V2 M2

V1 x100 ppm = 10 ml x 4 ppm

V1 = 0,4 mL = 400 μL (jumlah yang dipipet dalam larutan induk 100


ppm)
Kemudian ditambahkan dengan larutan DPPH 1 mL dan metanol p.a
sampai tanda batas dalam labu ukur 10 mL
 Konsentrasi larutan 5 ppm

V1 M1 = V2 M2

V1 x100 ppm = 10 ml x 5 ppm

V1 = 0,5 mL = 500 μL (jumlah yang dipipet dalam larutan induk 100


ppm)
Kemudian ditambahkan dengan larutan DPPH 1 mL dan metanol p.a
sampai tanda batas dalam labu ukur 10 mL
4. Pembuatan larutan uji minyak atsiri kulit buah jeruk manis
 Konsentrasi larutan induk 1000 ppm

 Konsentrasi larutan 40 ppm


V1 M1 = V2 M2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


72

V1 x1000 ppm = 10 ml x 40 ppm


V1 = 0,4 mL = 400 μL (jumlah yang dipipet dalam larutan induk 1000
ppm)
Kemudian ditambahkan dengan larutan DPPH 1 mL dan metanol p.a
sampai tanda batas dalam labu ukur 10 mL
 Konsentrasi larutan 80 ppm
V1 M1 = V2 M2
V1 x1000 ppm = 10 ml x 40 ppm
V1 = 0,8 mL = 800 μL (jumlah yang dipipet dalam larutan induk 1000
ppm)
Kemudian ditambahkan dengan larutan DPPH 1 mL dan metanol p.a
sampai tanda batas dalam labu ukur 10 mL
 Konsentrasi larutan 160 ppm
V1 M1 = V2 M2
V1 x1000 ppm = 10 ml x 160 ppm
V1 = 1,6 mL = 1600 μL (jumlah yang dipipet dalam larutan induk
1000 ppm)
Kemudian ditambahkan dengan larutan DPPH 1 mL dan metanol p.a
sampai tanda batas dalam labu ukur 10 mL
 Konsentrasi larutan 240 ppm
V1 M1 = V2 M2
V1 x1000 ppm = 10 ml x 240 ppm
V1 = 2,4 mL = 2400 μL (jumlah yang dipipet dalam larutan induk
1000 ppm)
Kemudian ditambahkan dengan larutan DPPH 1 mL dan metanol p.a
sampai tanda batas dalam labu ukur 10 mL
 Konsentrasi larutan 320 ppm
V1 M1 = V2 M2
V1 x1000 ppm = 10 ml x 320 ppm
V1 = 3,2 mL = 3200 μL (jumlah yang dipipet dalam larutan induk
1000 ppm)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


73

Kemudian ditambahkan dengan larutan DPPH 1 mL dan metanol p.a


sampai tanda batas dalam labu ukur 10 mL
5. Pembuatan larutan uji krim minyak atsiri kulit buah jeruk manis dan basis
krim
 Konsentrasi larutan induk 1000 ppm
Dalam 200 gram krim terkandung 2 gram minyak atsiri

X = 2,5 gram krim

2,5 gram krim mengandung 25 mg minyak atsiri

 Konsentrasi larutan 40 ppm


V1 M1 = V2 M2
V1 x1000 ppm = 10 ml x 40 ppm
V1 = 0,4 mL = 400 μL (jumlah yang dipipet dalam larutan induk 1000
ppm)
Kemudian ditambahkan dengan larutan DPPH 1 mL dan metanol p.a
sampai tanda batas dalam labu ukur 10 mL
 Konsentrasi larutan 80 ppm
V1 M1 = V2 M2
V1 x1000 ppm = 10 ml x 40 ppm
V1 = 0,8 mL = 800 μL (jumlah yang dipipet dalam larutan induk 1000
ppm)
Kemudian ditambahkan dengan larutan DPPH 1 mL dan metanol p.a
sampai tanda batas dalam labu ukur 10 mL
 Konsentrasi larutan 160 ppm
V1 M1 = V2 M2
V1 x1000 ppm = 10 ml x 160 ppm
V1 = 1,6 mL = 1600 μL (jumlah yang dipipet dalam larutan induk
1000 ppm)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


74

Kemudian ditambahkan dengan larutan DPPH 1 mL dan metanol p.a


sampai tanda batas dalam labu ukur 10 mL
 Konsentrasi larutan 240 ppm
V1 M1 = V2 M2
V1 x1000 ppm = 10 ml x 240 ppm
V1 = 2,4 mL = 2400 μL (jumlah yang dipipet dalam larutan induk
1000 ppm)
Kemudian ditambahkan dengan larutan DPPH 1 mL dan metanol p.a
sampai tanda batas dalam labu ukur 10 mL
 Konsentrasi larutan 320 ppm
V1 M1 = V2 M2
V1 x1000 ppm = 10 ml x 320 ppm
V1 = 3,2 mL = 3200 μL (jumlah yang dipipet dalam larutan induk
1000 ppm)
Kemudian ditambahkan dengan larutan DPPH 1 mL dan metanol p.a
sampai tanda batas dalam labu ukur 10 mL

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


75

Lampiran 4. Hasil Pengamatan Organoleptis


Tabel 6.1 Hasil Pengamangatan Organoleptis
Formula Krim
Waktu
F1 F2 F3

Hari 1

Hari 7

Hari 14

Hari 21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


76

Lampiran 5. Hasil Pengamatan Tipe Krim


Tabel 6.2 Hasil Pengamatan Tipe Krim
Formula Krim
Waktu
F1 F2 F3

Hari 1

Hari 7

Hari 14

Hari 21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


77

Lampiran 6. Hasil Pengamatan Homogenitas Tekstur


Tabel 6.3 Hasil Pengamatan Homogenitas Tekstur
Formula Krim
Waktu
F1 F2 F3

Hari 1

Hari 7

Hari 14

Hari 21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


78

Lampiran 7. Data Hasil Pengukuran Viskositas dan Sifat Alir


Tabel 6.4 Hasil Pengukuran Viskositas dan Sifat Alir
Viskositas (cPs) %Torque
Hari Rpm
F1 F2 F3 F1 F2 F3
2 97150 116900 125750 6,6 7,6 8,7
4 74700 101350 106250 11,0 10,9 13,3
10 56100 77200 96200 15,6 19,2 24,7
1 20 35700 58950 63000 22,2 29,5 38,3
10 45750 65350 77900 11,1 16,3 20,3
4 56650 77500 95950 7,2 7,7 10,8
2 64600 97950 106850 4,7 4,8 7,7
2 101800 117250 137150 6,2 7,4 8,7
4 88850 98250 116350 9,0 10,8 13,0
10 58250 87200 93950 15,7 19,3 27,3
7 20 48000 59450 71100 23,9 31,2 36,9
10 53300 75350 87300 13,3 15,4 20,2
4 76050 85200 99750 7,4 8,7 10,8
2 98450 109800 112850 4,8 5,7 7,0
2 130850 138450 159900 6,8 7,7 9,0
4 95850 107150 128600 9,2 12,6 13,5
10 68400 76850 110000 17,0 25,4 28,3
14 20 50600 59800 84750 24,8 37,4 39,0
10 60250 66000 91300 14,4 18,3 19,2
4 77300 87800 104850 8,0 8,7 10,8
2 100250 112100 126750 5,7 5,8 6,8
2 122150 146100 160050 7,0 7,7 9,3
4 98050 104500 133550 9,1 11,5 13,4
10 75500 84650 110700 17,8 21,1 28,8
21 20 50700 66400 87600 25,4 33,2 38,8
10 61700 77300 74350 14,3 17,5 19,4
4 72650 90000 105550 7,2 8,1 9,1
2 102200 112900 135150 5,0 5,5 6,7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


79

KURVA VISKOSITAS
180000
160000
VISKOSITAS (cPs) 140000
120000
100000
F1
80000
F2
60000
40000 F3

20000
0
0 5 10 15 20 25
WAKTU

Gambar 6.1 Grafik Kurva Viskositas pada Formula Krim

Gambar 6.2 Kurva Sifat Alir Krim Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk Manis pada
Hari ke – 1

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


80

Gambar 6.3 Kurva Sifat Alir Krim Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk Manis pada
Hari ke – 7

Gambar 6.4 Kurva Sifat Alir Krim Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk Manis pada
Hari ke – 14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


81

Gambar 6.5 Kurva Sifat Alir Krim Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk Manis pada
Hari ke – 21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


82

Lampiran 8. Data Hasil Pengukuran Diameter Globul Rata – Rata

 Diameter Rata – Rata Globul Krim Hari Ke – 1


Tabel 6.5 Diameter Rata – Rata Globul Krim F1 Hari ke – 1
Rentang (μm) Nilai Tengah (μm) Jumlah Globul nd (μm)
2,040 - 2,687 2,420 18 43,560
2,687 - 3,334 3,187 136 433,449
3,334 - 3,981 3,876 145 562,121
3,981 - 4,628 4,377 50 218,850
4,628 - 5,275 5,210 29 151,090
5,275 - 5,922 5,789 21 121,589
5,922 - 6,569 6,157 35 215,518
6,569 - 7,216 6,800 21 142,800
7,216 - 7,863 7,480 19 142,120
7,863 - 8,510 8,216 26 213,628
Jumlah 500 2244,728
Ukuran diameter globul rata-rata 4,489 μm

Tabel 6.6 Diameter Rata – Rata Globul Krim F2 Hari ke – 1


Rentang (μm) Nilai Tengah (μm) Jumlah Globul nd (μm)
1,020 - 1,827 1,700 26 44,200
1,827 - 2,634 2,410 125 301,250
2,634 - 3,441 3,153 88 277,464
3,441 - 4,248 4,150 53 219,950
4,248 - 5,055 4,580 56 256,480
5,055 - 5,862 5,768 55 317,293
5,862 - 6,669 6,031 37 223,153
6,669 - 7,476 7,140 25 178,500
7,476 - 8,283 7,820 23 179,860
8,283 - 9,090 8,840 12 106,080
Jumlah 500 2104,232
Ukuran diameter globul rata-rata 4,208 μm

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


83

Tabel 6.7 Diameter Rata – Rata Globul Krim F3 Hari ke – 1


Rentang (μm) Nilai Tengah (μm) Jumlah Globul nd (μm)
2,180 - 2,844 2,435 42 102,270
2,844 - 3,508 3,380 133 449,540
3,508 - 4,172 3,710 122 452,620
4,172 - 4,836 4,580 55 251,900
4,836 - 5,500 5,260 87 457,620
5,500 - 6,164 5,810 34 197,540
6,164 - 6,828 6,220 8 49,760
6,828 - 7,492 7,167 8 57,340
7,492 - 8,156 8,120 7 56,840
8,156 - 8,820 8,760 4 35,040
Jumlah 500 2110,471
Ukuran diameter globul rata-rata 4,220 μm

 Diameter Rata – Rata Globul Krim Hari Ke – 7


Tabel 6.8 Diameter Rata – Rata Globul Krim F1 Hari ke – 7
Rentang (μm) Nilai Tengah (μm) Jumlah Globul nd (μm)
2,340 - 3,074 2,849 51 145,299
3,074 - 3,808 3,549 169 599,900
3,808 - 4,542 4,094 172 704,192
4,542 -5,276 4,808 65 312,541
5,276 - 6,010 5,462 16 87,395
6,010 - 6,744 6,495 1 6,495
6,744 - 7,478 6,936 1 6,936
7,478 - 8,212 8,160 13 106,080
8,212 - 8,946 8,774 6 52,644
8,946 - 9,680 9,520 6 57,120
Jumlah 500 2078,605
Ukuran diameter globul rata-rata 4,157 μm

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


84

Tabel 6.9 Diameter Rata – Rata Globul Krim F2 Hari ke – 7


Rentang (μm) Nilai Tengah (μm) Jumlah Globul nd (μm)
1,630 - 2,357 1,980 17 33,660
2,357 - 3,084 2,803 92 257,941
3,084 - 3,811 3,400 127 431,800
3,811 - 4,538 4,080 100 408,000
4,538 - 5,265 4,808 76 365,408
5,265 - 5,992 5,440 52 282,880
5,992 - 6,719 6,460 20 129,200
6,719 - 7,446 7,007 10 70,070
7,446 - 8,173 7,820 4 31,280
8,173 - 8,900 8,510 2 17,020
Jumlah 500 2027,259
Ukuran diameter globul rata-rata 4,054 μm

Tabel 6.10 Diameter Rata – Rata Globul Krim F3 Hari ke – 7


Rentang (μm) Nilai Tengah (μm) Jumlah Globul nd (μm)
2,201 - 2,781 2,733 28 76,531
2,781 - 3,361 3,099 76 235,497
3,361 - 3,941 3,728 184 686,024
3,941 - 4,521 4,253 121 514,661
4,521 - 5,101 4,772 61 291,100
5,101 - 5,681 5,314 23 122,215
5,681 - 6,261 5,663 4 22,650
6,261 - 6,841 6,496 1 6,496
6,841 - 7,421 6,844 1 6,844
7,421 - 8,001 7,936 1 7,936
Jumlah 500 1969,953
Ukuran diameter globul rata-rata 3,940 μm

 Diameter Rata – Rata Globul Krim Hari Ke – 14

Tabel 6.11 Diameter Rata – Rata Globul Krim F1 Hari ke – 14


Rentang (μm) Nilai Tengah (μm) Jumlah Globul nd (μm)
2,040 - 2,589 2,525 30 75,759
2,589 - 3,139 3,065 34 104,200
3,139 - 3,689 3,467 131 454,221
3,689 - 4,239 3,910 146 570,860
4,239 - 4,789 4,423 104 460,020
4,789 - 5,339 4,956 40 198,252
5,339 - 5,889 5,482 8 43,859
5,889 - 6,439 6,388 2 12,776
6,439 - 6,989 6,496 3 19,487
6,989 - 7,539 7,310 2 14,620
Jumlah 500 1954,055
Ukuran diameter globul rata-rata 3,908 μm

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


85

Tabel 6.12 Diameter Rata – Rata Globul Krim F2 Hari ke – 14


Rentang (μm) Nilai Tengah (μm) Jumlah Globul nd (μm)
2,049 - 2,766 2,555 51 130,305
2,766 - 3,483 3,064 161 493,323
3,483 - 4,200 3,634 159 577,835
4,200 - 4,917 4,250 71 301,750
4,917 - 5,634 5,020 3 15,060
5,634 - 6,351 5,902 16 94,438
6,351 - 7,068 6,460 10 64,600
7,068 - 7,785 7,480 6 44,880
7,785 - 8,502 8,160 18 146,880
8,502 - 9,219 8,840 5 44,200
Jumlah 500 1913,272
Ukuran diameter globul rata-rata 3,826 μm

Tabel 6.13 Diameter Rata – Rata Globul Krim F3 Hari ke – 14


Rentang (μm) Nilai Tengah (μm) Jumlah Globul nd (μm)
2,210 - 2,880 2,720 31 84,320
2,880 - 3,550 3,230 142 458,660
3,550 - 4,220 3,755 185 694,753
4,220 - 4,890 4,334 107 463,755
4,890 - 5,560 4,930 19 93,670
5,560 - 6,230 6,071 4 24,284
6,230 - 6,900 6,890 3 20,670
6,900 - 7,570 7,156 4 28,624
7,570 - 8,240 8,210 2 16,420
8,240 - 8,910 8,850 3 26,550
Jumlah 500 1911,707
Ukuran diameter globul rata-rata 3,823 μm

 Diameter Rata – Rata Globul Krim Hari Ke – 21


Tabel 6.14 Diameter Rata – Rata Globul Krim F1 Hari ke – 21
Rentang (μm) Nilai Tengah (μm) Jumlah Globul nd (μm)
1,874 - 2,404 2,157 57 122,937
2,404 - 2,934 2,598 66 171,449
2,934 - 3,464 3,230 69 222,870
3,464 - 3,994 3,811 62 236,269
3,994 - 4,524 4,168 118 491,776
4,524 - 5,054 4,837 78 377,269
5,054 - 5,584 5,173 22 113,807
5,584 - 6,114 5,780 10 57,800
6,114 - 6,644 6,320 15 94,800
6,644 - 7,174 7,120 3 21,360
Jumlah 500 1910,340
Ukuran diameter globul rata-rata 3,820 μm

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


86

Tabel 6.15 Diameter Rata – Rata Globul Krim F2 Hari ke – 21


Rentang (μm) Nilai Tengah (μm) Jumlah Globul nd (μm)
1,980 - 2,520 2,321 19 44,099
2,520 - 3,060 2,910 42 122,217
3,060 - 3,600 3,370 150 505,511
3,600 - 4,140 3,801 156 593,005
4,140 - 4,680 4,334 91 394,409
4,680 - 5,220 4,838 34 164,498
5,220 - 5,760 5,304 2 10,608
5,760 - 6,300 6,123 3 18,370
6,300 - 6,840 6,634 2 13,267
6,840 - 7,380 7,322 1 7,321
Jumlah 500 1873,308
Ukuran diameter globul rata-rata 3,746 μm

Tabel 6.16 Diameter Rata – Rata Globul Krim F3 Hari ke – 21


Rentang (μm) Nilai Tengah (μm) Jumlah Globul nd (μm)
1,678 - 2,185 2,040 45 91,800
2,185 - 2,692 2,215 89 197,094
2,692 - 3,199 2,885 25 72,124
3,199 - 3,706 3,475 65 225,875
3,706 - 4,213 4,094 123 503,579
4,213 - 4,720 4,420 76 335,920
4,720 - 5,227 5,100 31 158,100
5,227 - 5,734 5,440 18 97,920
5,734 - 6,241 5,780 17 98,260
6,241 - 6,748 6,460 11 71,060
Jumlah 500 1851,734
Ukuran diameter globul rata-rata 3,703 μm

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


87

Lampiran 9.Hasil Pengamatan Sentrifugasi


Tabel 6.17 Hasil Pengamatan Sentrifugasi
Formula Krim
Waktu
F1 F2 F3

Hari 1

Hari 7

Hari 14

Hari 21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


88

Lampiran 10. Hasil Statistik pH Krim


1. Pengujian Normalitas
Tujuan : untuk melihat data uji pH terdistribusi normal atau tidak

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
Pengujian_pH ,184 12 ,200 ,910 12 ,211
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Kesimpulan : Data hasil pengujian pH terdistribusi normal

2. Uji Homogenitas
Tujuan : untuk melihat homogen atau tidaknya varian data pH sediaan
krim

Test of Homogeneity of Variances


Pengujian_pH

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1,583 2 9 ,258
Kesimpulan : Data hasil pengujiam pH memperlihatkan homogen

3. Hasil analisa ANOVA


Tujuan : mengetahui apakah ada atau tidaknya perbedaan pada data pH
sediaan krim

ANOVA
Pengujian_pH
Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups ,287 2 ,143 71,855 ,000


Within Groups ,018 9 ,002
Total ,305 11
Kesimpulan : terjadinya perbedaan bermakna (p<0,05) pada pH sediaan krim

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


89

Lampiran 11. Hasil statistik pH pada uji cycling test


1. Pengujian Normalitas
Tujuan : untuk melihat data uji pH terdistribusi normal atau tidak

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.


*
pH ,170 6 ,200 ,936 6 ,631

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

Kesimpulan : Data hasil pengujian pH Cyling Test terdistribusi dengan normal.

2. Hasil analisa statistik T-Test pada pH Cycling Test


Tujuan : mengetahui apakah ada atau tidaknya perbedaan yang bermakna
pada data pH sebelum dan

Kesimpulan : Hasil pengujian pH sediaan krim sebelum Cycling Test dan sesudah
Cycling Test tidak mengalami perbedaan yang bermakna ditunjukkan dengan nilai
Sig 0,790 (p>0,05)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


90

Lampiran 12. Hasil Statistik Viskositas Krim


1. Pengujian Normalitas
Tujuan : untuk melihat data uji viskositas terdistribusi normal atau tidak

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.


*
viskositas ,103 12 ,200 ,960 12 ,785

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

Kesimpulan : Data hasil pengujian viskositas terdistribusi dengan normal.

2. Pengujian homogenitas
Tujuan : untuk melihat homogen atau tidaknya varian data uji viskositas
sediaan krim

Test of Homogeneity of Variances


viskositas

Levene Statistic df1 df2 Sig.

,211 2 9 ,813

Kesimpulan : Data hasil pengujian viskositas homogen

3. Hasil analisa ANOVA data pengujian viskositas


Tujuan : mengetahui apakah ada atau tidaknya perbedaan pada data
viskositas sediaan krim

ANOVA
viskositas

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 2208682916,66 1104341458,33


2 4,410 ,046
7 3
Within Groups 2253586250,00
9 250398472,222
0
Total 4462269166,66
11
7

Kesimpulan : terjadinya perbedaan bermakna (p<0,05) pada viskositas sediaan


krim

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


91

Lampiran 13. Hasil Statistik Diameter Globul Rata – Rata


1) Pengujian Normalitas
Tujuan : untuk melihat data uji diameter globul rata - rata terdistribusi
normal atau tidak

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.


*
DIAMETER_GLOBUL ,174 12 ,200 ,923 12 ,309

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

Kesimpulan : Data hasil pengujian diameter globul rata - rata terdistribusi


dengan normal.

2) Pengujian homogenitas
Tujuan : untuk melihat homogen atau tidaknya varian data uji diameter
globul rata – rata

Test of Homogeneity of Variances


DIAMETER_GLOBUL

Levene Statistic df1 df2 Sig.

,423 2 9 ,668

Kesimpulan : Data hasil pengujian diameter globul rata – rata homogen

3) Hasil analisa ANOVA


Tujuan : mengetahui apakah ada atau tidaknya perbedaan pada data
diameter globul rata – rata
ANOVA
DIAMETER_GLOBUL

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups ,066 2 ,033 ,536 ,603


Within Groups ,551 9 ,061
Total ,616 11

Kesimpulan : tidak terjadinya perbedaan bermakna (p>0,05) pada hasil data


uji diameter globul rata – rata

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


92

Lampiran 14. Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan Vitamin C


Absorbansi DPPH

Absorbansi DPPH Rerata absorbansi


0,700
0,700 0,699
0,697

Absorbansi Vitamin C

Konsentrasi (ppm) Absorbansi Rata – Rata Absorbansi % Inhibisi

0,433
1 0,432 0,432 38,102
0,433
0,379
2 0,378 0,378 45,875
0,378
0,329
3 0,329 0,329 52,932
0,329
0,289
4 0,289 0,289 58,607
0,290
0,230
5 0,222 0,224 67,858
0,222

Perhitungan nilai IC50 Vitamin C

Persamaan regresi linier : y = a + bx


y = 7,2246x + 31,001
50 = 7,2246x + 31,001
x = 2,6297 μg/mL (IC50)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


93

Lampiran 15. Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan Minyak Atsiri Kulit Buah
Jeruk Manis

Absorbansi DPPH

Absorbansi DPPH Rerata absorbansi


0,728
0,728 0,727
0,727

Absorbansi Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk Manis

Konsentrasi (ppm) Absorbansi Rata – Rata Absorbansi % Inhibisi

0,454
40 0,455 0,454 37,562
0,454
0,397
80 0,397 0,397 45,350
0,399
0,275
160 0,282 0,280 61,475
0,284
0,154
240 0,156 0,155 78,607
0,157
0,108
320 0,107 0,107 85,203
0,108

Perhitungan nilai IC50 minyak atsiri kulit buah jeruk manis

Persamaan regresi linier : y = a + bx

y = 0,1776x + 31,805

50 = 0,1776x + 31,805

x = 102,4493 μg/mL (IC50)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


94

Lampiran 16. Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan Krim Minyak Atsiri Kulit
Buah Jeruk Manis
1. Krim F1 Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk Manis
Absorbansi DPPH Hari Ke – 1

Absorbansi DPPH Rerata absorbansi


0,712
0,713 0,712
0,712

Absorbansi DPPH Hari Ke – 21

Absorbansi DPPH Rerata absorbansi


0,726
0,719 0,720
0,715

Absorbansi Krim F1 Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk Manis

Konsentrasi Absorbansi Rata – Rata Absorbansi % Inhibisi


(ppm) Hari 1 Hari 21 Hari 1 Hari 21 Hari 1 Hari 21
0,465 0,482
40 0,466 0,482 0,465 0,482 34,674 32,962
0,465 0,484
0,399 0,419
80 0,398 0,420 0,398 0,419 44,127 41,759
0,397 0,419
0,305 0,309
160 0,304 0,311 0,305 0,31 57,182 56,944
0,306 0,310
0,182 0,204
240 0,181 0,203 0,181 0,203 74,543 71,805
0,181 0,202
0,116 0,127
320 0,117 0,131 0,117 0,131 83,575 81,805
0,118 0,135

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


95

Perhitungan nilai IC50 Krim F1 minyak atsiri kulit buah jeruk manis

Hari ke – 1 : y = a + bx

y = 0,177x + 29,077

50 = 0,177x + 29,077

x = 118, 209 μg/mL (IC50)

Hari ke – 21 : y = a + bx

y = 0,1763x + 27,429

50 = 0,1763x + 27,429

x = 128,026 μg/mL (IC50)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


96

2. Krim F2 Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk Manis


Absorbansi DPPH Hari Ke – 1

Absorbansi DPPH Rerata absorbansi


0,713
0,715 0,714
0,714

Absorbansi DPPH Hari Ke – 21

Absorbansi DPPH Rerata absorbansi


0,718
0,718 0,718
0,718

Absorbansi Krim F2 Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk Manis

Konsentrasi Absorbansi Rata – Rata Absorbansi % Inhibisi


(ppm) Hari 1 Hari 21 Hari 1 Hari 21 Hari 1 Hari 21
0,474 0,494
40 0,475 0,494 0,474 0,489 33,613 31,801
0,473 0,481
0,411 0,424
80 0,412 0,423 0,411 0,423 42,343 40,993
0,412 0,424
0,300 0,318
160 0,302 0,320 0,300 0,318 57,936 55,617
0,299 0,318
0,187 0,203
240 0,187 0,203 0,193 0,202 72,922 71,819
0,206 0,201
0,118 0,132
320 0,113 0,130 0,115 0,130 83,893 81,801
0,114 0,130

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


97

Perhitungan nilai IC50 Krim F2 minyak atsiri kulit buah jeruk manis

Hari ke – 1 : y = a + bx

y = 0,1812x + 27,698

50 = 0,1812x + 27,698

x = 124,226 μg/mL (IC50)

Hari ke – 21 : y = a + bx

y = 0,1807x + 26,053

50 = 0,1807x + 26,053

x = 132,523 μg/mL (IC50)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


98

3. Krim F3 Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk Manis


Absorbansi DPPH Hari Ke – 1

Absorbansi DPPH Rerata absorbansi


0,712
0,715 0,713
0,714

Absorbansi DPPH Hari Ke – 21

Absorbansi DPPH Rerata absorbansi


0,719
0,718 0,718
0,718

Absorbansi Krim F3 Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk Manis

Konsentrasi Absorbansi Rata – Rata Absorbansi % Inhibisi


(ppm) Hari 1 Hari 21 Hari 1 Hari 21 Hari 1 Hari 21
0,485 0,499
40 0,486 0,495 0,486 0,496 31,900 30,858
0,487 0,496
0,418 0,427
80 0,424 0,432 0,423 0,429 40,728 40,278
0,427 0,428
0,307 0,330
160 0,304 0,329 0,306 0,329 57,029 54,153
0,309 0,329
0,204 0,212
240 0,204 0,210 0,202 0,210 71,695 70,765
0,198 0,208
0,123 0,138
320 0,128 0,138 0,125 0,138 82,391 80,696
0,126 0,140

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


99

Perhitungan nilai IC50 Krim F3 minyak atsiri kulit buah jeruk manis

Hari ke – 1 : y = a + bx

y = 0,1822x + 26,139

50 = 0,1822x + 26,139

x = 130,960 μg/mL (IC50)

Hari ke – 21 : y = a + bx

y = 0,1798x + 25,152

50 = 0,1798x + 25,152

x = 138,198 μg/mL (IC50)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


100

Lampiran 17. Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan Basis Krim


1. Basis Krim F1
Absorbansi DPPH

Absorbansi DPPH Rerata absorbansi


0,714
0,723 0,718
0,718

Absorbansi Basis Krim F1

Konsentrasi (ppm) Absorbansi Rata – Rata Absorbansi % Inhibisi


0,574
40 0,574 0,574 20,092
0,574
0,543
80 0,538 0,540 24,733
0,541
0,485
160 0,488 0,486 32,343
0,485
0,452
240 0,451 0,454 36,798
0,459
0,401
320 0,399 0,399 44,361
0,399

Perhitungan nilai IC50


y = 0,0836x + 17,627
50 = 0,0836x + 17,627
x = 387,236 μg/mL (IC50)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


101

2. Basis Krim F2
Absorbansi DPPH

Absorbansi DPPH Rerata absorbansi


0,719
0,716 0,718
0,719

Absorbansi Basis Krim F2

Konsentrasi (ppm) Absorbansi Rata – Rata Absorbansi % Inhibisi


0,586
40 0,588 0,586 18,291
0,586
0,549
80 0,553 0,552 23,073
0,555
0,494
160 0,492 0,491 31,522
0,489
0,461
240 0,464 0,463 35,468
0,465
0,405
320 0,405 0,405 43,593
0,405

Perhitungan nilai IC50 :

y = a + bx

y = 0,0868x + 15,805

50 = 0,0868x + 15,805

x = 393,951 μg/mL (IC50)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


102

3. Basis Krim F3

Absorbansi DPPH

Absorbansi DPPH Rerata absorbansi


0,723
0,723 0,725
0,729

Absorbansi Basis Krim F3

Konsentrasi (ppm) Absorbansi Rata – Rata Absorbansi % Inhibisi


0,594
40 0,594 0,592 18,252
0,590
0,560
80 0,565 0,563 22,252
0,566
0,503
160 0,503 0,503 30,620
0,503
0,480
240 0,479 0,479 33,839
0,480
0,409
320 0,409 0,409 43,494
0,411

Perhitungan nilai IC50

y = a + bx

y = 0,0862x + 15,235

50 = 0,0862x + 15,235

x = 403,306 μg/mL (IC50)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


103

Lampiran 18. Perhitungan AAI (Antioxidant Activity Index)

AAI =

 AAI vitamin C = = 60,8419

 AAI Minyak Atsiri = = 1,561

 AAI F1 hari ke - 1 = = 1,353

 AAI F1 hari ke – 21 = = 1,249

 AAI F2 hari ke – 1 =

 AAI F2 hari ke – 21 =

 AAI F3 hari ke – 1 =

 AAI F3 hari ke – 21 =

 AAI basis krim F1 = = 0,413

 AAI basis krim F2 =

 AAI basis krim F3 =

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


104

Lampiran 19. Hasil Statistik T-test Uji Aktivitas Antioksidan Krim Minyak
Atsiri Kulit Buah Jeruk Manis

1. Pengujian Normalitas
Tujuan : untuk melihat data yang diuji terdistribusi normal atau
tidak

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

HARI Statistic df Sig. Statistic df Sig.

IC50 H1 ,182 3 . ,999 3 ,938

H21 ,197 3 . ,996 3 ,872

a. Lilliefors Significance Correction

Kesimpulan : hasil sig menunjukkan bahwa (p>0,05) yang artinya data


terdistribusi normal

2. Hasil Analisis statistik T – test pada uji aktivitas antioksidan pada sediaan
krim
Tujuan : mengetahui apakah adanya perubahan yang bermakan
pada uji aktivitas antioksidan pada sediaan krim minyak
atsiri kulit buah jeruk manis

Kesimpulan : hasil uji aktivitas antioksidan pada sediaan krim minyak


atsiri kulit buah jeruk manis di hari ke – 1 dan hari ke – 21
menunjukkan bahwa perubahan nilai IC50 menunjukkan
perubahan yang tidak bermakna ditunjukkan dengan nilai
sig 0,148 (p>0,05)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


105

Lampiran 20. Sertifikat Analisa Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk Manis

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


106

Lampiran 21. Sertifikat Analisa Asam Stearat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


107

Lampiran 22. Sertifikat Analisa Setil Alkohol

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


108

Lampiran 23. Sertifikat Analisa Gliserin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


109

Lampiran 24. Sertifikat Analisa Metanol Pro Analisis

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Anda mungkin juga menyukai