Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PEMBENTUKAN & PERAN KELUARGA SAKINAH


Dosen: Wahyu Fajar Nugraha,SH.i,M.Ud

Disusun Oleh:
1. Ulis 19040061
2. Vani Fauziah 19040062
3. Yulia Nurhaliza 19040065
4. Yuliana Prawita Dewi 19040066
5. Yusuf Abdullah Fatah 19040067
6. Zahra Ardiahgarini 19040068
7. Syifa Sopiahani 19040069

SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH


TANGERANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT dan tak lupa
shalawat serta salam kami haturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW karena
berkat rahmat dan karunia – nya lah kami dapat menyelesaikan tugas AIK
denganjudul “Pembentukan & Peran Keluarga Sakinah” tepat pada waktunya baik
dalam bentuk maupun yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan, pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca dalam memahami tentang Pembentukan & Peran
Keluarga Sakinah,menghafal ayat-ayat yang berkaitan dengan Pembentukan &
Peran Keluarga Sakinah.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena


pengalaman, dan referensi yang kami miliki masih sangat kurang, oleh karena itu
kami berharap kepada para pembaca untuk memberikan masukan – masukan yang
sifatnya membangun untuk kesempurnaan tugas ini.

Tangerang, _ November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................2

C. Tujuan Masalah.........................................................................................2

BAB II LANDASARN TEORI...............................................................................4

A. Pengertian dan Kriteria Keluarga Sakinah, Mawaddah, Warahmah..............4

1. Pengertian Keluarga Sakinah, Mawaddah, Warahmah.............................4

2. Kriteria Keluarga Sakinah, Mawaddah, Warahmah..................................9

B. Faktor-Faktor Pembentukan Keluarga Sakinah,Mawaddah,Warahmah. 11

1. Membangun Keluarga dengan Visi Ketauhidan.....................................11

2. Membangun Keluarga dengan Cinta dan Kasih Sayang.........................12

3. Membangun Potensi Keuangan...............................................................13

4. Selalu Berusaha Menunaikan Hak Lahir dan Batin Pasangan................14

5. Memberikan Manfaat untuk Lingkungan................................................14

6. Evaluasi dan Saling Membenahi Diri......................................................15

BAB III PENUTUP............................................................................................16

A. Kesimpulan..............................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Islam mempunyai peranan yang sangat strategis dalam


meningkatkan sumber daya manusia, yang mana dalam ajaran Islam
menempatkan manusia sebagai kesatuan yang utuh antara sisi duniawi
maupun ukhrowi. Dari satu segi kita melihat, bahwa pendidikan Islam itu
lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud
dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain. Di
segi lainnya, pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis saja, tetapi juga
praktis. Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal shaleh
(Muhaimin, 2009: 183).

Oleh sebab itu, pendidikan Islam adalah pendidikan iman dan


pendidikan amal. Karena ajaran Islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah
laku pribadi masyarakat menuju kesejahteraan hidup perorangan dan
kebersamaan, maka pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan
pendidikan masyarakat (Muhaimin, 2009: 183).

Keluarga Sakinah, Mawaddah, Warrahmah adalah suatu bentuk


keluarga ideal yang di dalamnya terdapat suatu ketenangan, kedamaian,
keserasian, kehangatan, kecocokan rumah tangga yang nantinya akan
bermuara pada sebuah keluarga Mardatillah. Ketenangan, kedamaian,
keserasian, kehangatan dan kecocokan rumah tangga dalam sebuah keluarga,
hanya bisa lahir jika anggota personil terutama seorang bapak dan ibu, saling
pengertian dan saling memahami satu sama lain serta sadar akan tanggung
jawabnya masing-masing (Husain, 1999: 4).

Pada hakekatnya manusia menginginkan kebahagiaan, kesejahteraan,


kedamaian, keamanan dan ketenteraman, itu selalu mencarinya untuk diri dan
anak-anaknya, sungguh menyedihkan dan merugi bila anak-anak menjadi
korban kesengsaraan dan kesialan (Husain, 1999: 4)

1
2

Dalam hal ini baik pelajar maupun orang yang buta huruf, kafir
maupun muslim, penjahat maupun orang yang teraniaya, sama saja. Sebab
harapan dan impian yang terdapat pada hati dan keinginan yang terdetik oleh
pikiran, semuanya mencari kebahagiaan untuk diri dan keluarga (Husain,
1999: 4).

Berdasarkan pendapat tersebut penulis menganalisis bahwa tidak


terwujudnya hal tersebut di atas disebabkan karena, pemahaman tentang
pendidikan Islam yang tidak memadai, apalagi yang berkaitan dengan
membangun keluarga yang sakinah dan sering disibukkan oleh pekerjaan dan
aktivitas lain, sehingga keluarga tidak diperhatikan sebagaimana ditentukan
atau disyariatkan oleh ajaran Islam. Gejala perpecahan dan gejolak keluarga
(broken home) sudah menjadi istilah populer dikalangan masyarakat. Apalagi
akhir-akhir ini hal tersebut semakin terasa, berbagai indikator mudah dilihat
misalnya perceraian, pertengkaran suami istri, kenakalan anak (menentang
orang tua, mencuri, berjudi, melanggar aturan sekolah dan masyarakat,
meminum minuman keras dan penggunaan obat-obat terlarang) dan yang
paling membingungkan keluarga adalah dengan makin banyaknya kasus
kehamilan di luar nikah (Wilis, 2011: 148).

Kesenjangan antara apa yang menjadi konsep Islam tentang keluarga


sakinah, dengan kenyataan dalam rumah tangga, sangat mendorong penulis
untuk mengkaji kesenjangan tersebut dalam bentuk tulisan berupa Tesis.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dari masalah di atas, dapatlah pemakalah


merumuskan masalah dari makalah yang ingin dikaji diantaranya :

1. Apa yang dimaksud dengan keluarga sakinah ?


2. Mengapa pentingnya membangun keluarga sakinah ?
3. Bagaimana upaya membentuk keluarga sakinah ?
3

C. Tujuan Masalah

Berpijak dari rumusan masalah di atas dan sebagaimana lazimnya


suatu kegiatan, harus mempunyai tujuan. Maka tujuan dari penyusunan
makalah ini adalah:

1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian keluarga sakinah


2. Mahasiswa mampu menjabarkan pentingnya membangun keluarga
sakinah
3. Mahasiswa mampu menjelaskan upaya membentuk keluarga sakinah
4
BAB II
LANDASARN TEORI

A. Pengertian dan Kriteria Keluarga Sakinah, Mawaddah, Warahmah

1. Pengertian Keluarga Sakinah, Mawaddah, Warahmah

Pengertian keluarga berdasarkan asal usul kata yang dikemukakan


oleh Ki Hajar Dewantara bahwa keluarga berasal dari Bahasa Jawa yang
terbentuk dari dua kata yaitu kawula dan warga.

Di dalam bahasa Jawa kuno kawula berarti hamba dan warga


artinya anggota. Secara bebas dapat diartikan bahwa keluarga adalah
anggota hamba atau warga saya. Artinya setiap anggota dari kuwala
merasakan sebagai satu kesatuan yang utuh sebagai bagian dari dirinya dan
dirinya juga merupakan bagian dari warga yang lainnya secara keseluruhan
(Abu dan Nur, 2001: 176).

Keluarga adalah lingkungan dimana beberapa orang yang masih


memiliki hubungan darah dan Bersatu. Keluarga didefinisikan sebagai
sekumpulan orang yang tinggal dalam satu rumah yang masih mempunyai
hubungan kekerabatan/hubungan darah karena perkawinan, kelahiran,
adopsi dan lain sebagainya. Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-
anak yang belum menikah disebut keluarga batih. Sebagai unit pergaulan
terkecil yang hidup dalam masyarakat, keluarga batih mempunyai peranan-
peranan tertentu, yaitu: (Soerjono, 2004: 23).

1. Keluarga batih berperan sebagai pelindung bagi pribadi-pribadi yang


menjadi anggota, dimana ketentraman dan ketertiban diperoleh dalam
wadah tersebut.
2. Keluarga batih merupakan unit sosial-ekonomis yang secara materil
memenuhi kebutuhan anggotanya.
3. Keluarga batih menumbuhkan dasar-dasar bagi kaidah-kaidah pergaulan
hidup.

5
6

Keluarga batih merupakan wadah dimana manusia mengalami


proses sosialisasi awal, yakni suatu proses dimana manusia mempelajari
dan mamatuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dalam
masyarakat.

Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk


dari suatu hubungan seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal
yang berkenaan dengan keorangtuaan dan pemeliharaan anak. Adapun ciri-
ciri umum keluarga yang dikemukakan oleh Mac Iver and Page
(Khairuddin, 1985: 12), yaitu:

1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan

2. Susunan kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan perkawinan


yang sengaja dibentuk dan dipelihara.

3. Suatu sistem tata nama, termasuk perhitungan garis keturunan.

4. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota


kelompok yang mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan-
kebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan untuk
mempunyai keturunan dan membersarkan anak.

Kata Sakinah dalam Q.S Al-Ruum ayat 21 diatas, dalam al-Qur‟an


dan Tafsirnya Departemen Agama ditafsirkan dengan cenderung dan
tentram (Departemen Agama, Jilid 7: 481). Penafsiran ini tidak jauh
berbeda dengan penafsiran yang dikemukakan oleh mufassir lainnya.
Mufassir Indonesia Quraish Shihab, bahwa kata sakinah yang tersusun dari
huruf sin, kaf, dan nun mengandung makna “ketenangan” atau antonym
kegoncangan dan pergerakan. Menurutnya pakar-pakar bahasa
menerangkan bahwa kata itu tidak digunakan kecuali untuk
menggambarkan ketenangan dan ketentraman setelah sebelumnya ada
gejolak.

Jadi kata sakinah digunakan untuk menyifati kata keluarga ialah


merupakan tata nilai yang seharusnya menjadi kekuatan penggerak dalam
membangun tatanan keluarga yang dapat memberikan kenyamanan dunia
7

sekaligus memberikan jaminan keselamatan akhirat. Rumah tangga


seharusnya menjadi tempat yang tenang bagi setiap anggota keluarga.
Keluarga menjadi tempat kembali kemanapun anggotanya pergi. Mereka
merasa nyaman di dalamnya, dan penuh percaya diri ketika berinteraksi
dengan keluarga yang lainnya dalam masyarakat.

Disamping Sakinah, Al-Qur‟an menyebut dua kata lain


dalam konteks kehidupan rumah tangga, yaitu mawaddah dan rahmah.
Dalam al- Qur‟an diterjemahkan dengan”rasa kasih dan sayang”. Dalam
penjelasan

kosa katanya, mawaddah berasal dari fi’il wadda-yawaddu, waddan


wa mawaddatan yang artinya cinta, kasih, dan suka. Sedangkan rahmah
berasal dari fi’il rahima-yarhamu rahmatan wa marhamatan yang berarti
sayang, menaruh kasihan. Dalam penjelasan tafsirnya, al-Qur‟an dan
Tafsir Departemen Agama menguraikan penjelasan tentang mawaddah dan
rahmah dengan mengutip dari berbagai pendapat. Diantaranya, pendapat
Mujahid dan Ikrimah yang berpendapat bahwa kata mawaddah adalah
sebagai ganti dari kata “nikah” (bersetubuh), sedangkan kata rahmah
sebagai kata ganti dari “anak” (Departemen Agama, 2009: xvii)

Berbeda dengan Quraish Shihab, yang menafsirkan mawaddah


dengan “jalan menuju terabaikannya kepentingan dan kenikmatan pribadi
demi orang yang tertuju kepada mawaddah itu”. Mawaddah mengandung
pengertian cinta plus. Menurut Quraish Shihab, pengertian mawaddah
mirip dengan kata rahmat, hanya saja rahmat tertuju kepada yang
dirahmati, sedang yang dirahmati itu dalam keadaan butuh dan lemah.
Sedang mawaddah dapat tertuju juga kepada yang kuat. (Shihab, 2011: 4).

Menurut psikologi, keluarga bisa diartikan sebagai dua orang yang


berjanji hidup bersama yang memiliki komitmen atas dasar cinta,
menjalankan tugas dan fungsi saling terkait karena sebuah ikatan batin atau
hubungan perkawinan perkawinan yang kemudian melahirkan ikatan
sedarah, terdapat pula nilai kesepahaman, watak, kepribadian, yang satu
sama lain saling mempengaruhi walaupun terdapat keragaman, menganut
8

ketentuan norma, adat, nilai yang diyakini dalam membatasi keluarga dan
yang bukan keluarga.

Dengan cara pandang itu, setiap keluarga dapat dipastikan bahwa


akar kasus-kasus yang banyak melilit kehidupan keluarga di masyarakat
adalah karena rumah sudah tidak lagi nyaman untuk dijadikan tempat
kembali . suami tidak lagi menemukan suasana nyaman di dalam rumah,
demikian pula istri. Bahkan, anak-anak sekarang lebih mudah menemukan.

Menurut Abdullah Gymnastiar, ada beberapa indikasi yang dapat


menghantarkan keluarga menjadi keluarga yang bahagia, diantaranya:

Pertama, dengan menjadikan keluarga yang ahli sujud, keluarga


yang ahli taat, keluarga yang menghiasi dirinya dengan dzikrullah, dan
keluarga yang selalu rindu untuk mengutuhkan kemuliaan hidup di dunia,
terutama mengutuhkan kemuliaan di hadapan Allah swt. kelak di surge.
Jadikan berkumpulnya anggota keluarga di surga sebagai motivasi dalam
meningkatkan amal ibadah.

Kedua, menjadikan rumah sebagai pusat ilmu. Pupuk iman adalah


ilmu. Memiliki harta tetapi kurang ilmu akan menjadikan manusia
diperbudaknya. Harta dinafkahkan akan habis, ilmu dinafkahkan akan
melimpah. Pastikan agar setiap keluarga sungguh-sungguh untuk mencari
ilmu, baik ilmu tentang hidup di dunia maupun di akhirat. Bekali anak-
anak sedari kecil dengan ilmu dan jadilah orang tua yang senantiasa
menjadi sumber ilmu bagi anak-anaknya.

Ketiga, jadikan rumah sebagai pusat nasihat. Setiap di antara


anggota keluarga harus tahu persis bahwa semakin hari semakin banyak
yang harus dilakukan. Untuk itu setiap di antara anggota harus sadar bahwa
mereka butuh orang lain agar dapat melengkapi kekurangan guna
memperbaiki kesalahan. Keluarga yang bahagia itu keluarga yang dengan
sadar menjadikan kekayaannya saling menasehati, saling memperbaiki,
serta saling mengkoreksi dalam kebenaran dan kesabaran. Setiap koreksian
9

bahkan pujian yang diberikan oleh keluarga harus disyukuri. Hal ini karena
mereka adalah bagian terdekat yang paling tahu apa yang dilakukan oleh
anggota keluarga lainnya dalam kehidupan keseharian. Sehingga kritikan,
koreksian, nasihat yang diberikan, dan bahkan pujian adalah lebih dekat
pada keadaan diri yang sebenarnya (Gymnastiar, 2002).

Keluarga sakinah adalah keluarga ideal yang digambarkan oleh Al-


Qur‟an sebagai keluarga penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga model ini
telah menyita perhatian banyak orang dari dulu hingga sekarang, di
dalamnya terdapat sepotong “surga” yang dikirimkan Tuhan ke bumi.
Sungguh tak ada orang yang tak menginginkan surga yang satu itu
(Ghazali, 2011: 9).

Islam menawarkan suatu konsep keluarga ideal. Konsep tersebut


diungkapkan oleh Syaikh Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya al-Khashaish
al-„Ammah Fi al-Islam sebagaimana berikut:
1. Menjunjung tinggi prinsip saling pengertian dan saling ridha

2. Selalu menjaga interaksi yang baik (al-mu‟asyarah bil ma‟ruf)

3. Menjaga hak dan kewajiban antar keduanya dengan baik

4. Suami harus jadi pembimbing serta bertanggung jawab dalam menjaga


stabilitas keluarga

5. Istri harus menjadi surga bagi suami dan anak-anaknya

6. Suami istri harus selalu memantau serta menjaga anak-anaknya dengan


bijaksana

7. Anak-anak harus menjadi anak yang patuh dan taat pada orang tuanya.

Konsep tersebut di di dalamnya penuh dengan Mahabbah,


Mawaddah dan Warahmah, keluarga ini biasa disebut dengan keluarga
sakinah. Konsep ini bersumber dari Firman Allah Swt dalam QS. Ar-Rum:
21.

َّ‫س ُكنُ ۤ ْوا اِلَ ْي َها َو َج َع َل بَ ْينَ ُك ْم َّم َو َّدةً َّو َر ْح َمةً ۗ اِن‬ ِ ُ‫ق لَ ُك ْم ِّمنْ اَ ْنف‬
ْ َ‫م اَ ْز َوا ًجا لِّت‬Sْ ‫س ُك‬ َ َ‫َو ِمنْ ٰا ٰيتِ ٖۤه اَنْ َخل‬
ٍ ‫فِ ْي ٰذلِ َك اَل ٰ ٰي‬
َ‫ت لِّقَ ْو ٍم يَّتَفَ َّك ُر ْون‬
10

Artinya : "Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia


menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu
rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir." (QS. Ar-Rum 30:
Ayat 21).

Allah Swt telah menciptakan manusia berpasang-pasangan (suami-


istri) dari jenisnya sendiri laki-laki dan perempuan, dan dikarunia penuh
mawaddah dan warahmah. Untuk mendapatkan hal tersebut, manusia
sebagai makhluk yang bisa di didik perlu mendapatkan bimbingan, arahan
dan petunjuk untuk menumbuh kembangkan potensi dalam dirinya melalui
pendidikan, terutama pendidikan Islam. Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S
Ali-Imran ayat 14:

‫ب َوا‬ ِ ‫الذ َه‬َّ َ‫سٓا ِء َوا ْلبَـنِيْنَ َوا ْلقَنَا ِط ْي ِر ا ْل ُمقَ ْنطَ َر ِة ِمن‬
َ ِّ‫ت ِمنَ الن‬ ِ ‫ش َه ٰو‬ َّ ‫س ُح ُّب ال‬ ِ ‫ُزيِّنَ لِلنَّا‬
‫ۚ وا هّٰلل ُ ِع ْند َٗه‬ ُ ‫ث  ٰۗ ذلِ َك َمتَا‬
َ  ‫ع ا ْل َح ٰيو ِة ال ُّد ْنيَا‬ ْ ‫س َّو َم ِة َوا اْل َ ْن َعا ِم َوا ْل َح‬
ِ ‫ـر‬ َ ‫ض ِة َوا ْل َخـ ْي ِل ا ْل ُم‬َّ ِ‫ْلف‬
ِ ‫ُحسْنُ ا ْل َم ٰا‬
‫ب‬
Artinya : "Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta
terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak,
harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan,
hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi
Allah-lah tempat kembali yang baik."(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 14).

Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas


perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan
material yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki
hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antara anggota keluarga serta
antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungan (Departemen Agama RI,
2004: 3).
2. Kriteria Keluarga Sakinah, Mawaddah, Warahmah

Manusia sebagai makhluk yang berakal diberi kebebasan dan


kelengkapan fisik dan psikis serta kecenderungan untuk memilih jalan
11

akan ditempuhnya dalam menjalani kehidupan, antara jalan kebenaran


yang akan mengantarkan pada kebahagiaan hidup hakiki berdasarkan
petunjuk Tuhan atau jalan kesesatan yang seakan-akan mengantarkannya
ke jalan kebahagiaan sementara, tetapi ternyata melemparkannya ke jurang
kenistaan, unit keluarga merupakan lingkungan terkecil dan terutama
dalam hidup manusia, maka pembinaan pribadi dan lingkungan keluarga
adalah tugas dan kewajiban utama dalam menghadapi seluruh
problematika kehidupan.

Sebagai bentuk keluarga sakinah, mawaddah, warahmah atau


keluarga ideal, maka ada tindakan kriteria yang mesti dipenuhi yaitu;
keteguhan niat, keteguhan pada tujuan pernikahan, keteguhan pembinaan
keluarga, keteguhan pada pencapaian kualitas dalam pembinaan keluarga
dari hasil pernikahan. Pencapaian cita-cita ideal hidup berkeluarga, tidak
mungkin tanpa niat yang tulus yang dijelmakan dalam usaha keras untuk
meningkatkan kualitas dalam kehidupan berkeluarga itu sendiri dalam
rangka untuk mencapai cita-cita kebahagiaan hidup sejati. Maka dalam
membina keluarga sakinah harus benar-benar dipahami, sebab calon istri
dan suami seyogiyanya memahami dan menghayati apa pengertian
keluarga menurut ajaran Islam, apa tujuannya serta apa hikmah yang akan
diperoleh setelah melangsungkan pernikahan dan mampukah menciptakan
keharmonisan antara suami dan istri.

Dalam Program Pembinaan Gerakan keluarga sakinah disusun


kriteria-kriteria umum keluarga sakinah yang terdiri dari Keluarga Pra
Sakinah, Keluarga Sakinah I, Keluarga Sakinah II, Keluarga Sakinah III,
dan Keluarga Sakinah III Plus yang dapat dikembangkan lebih lanjut
sesuai dengan kondisi masing-masing daerah. Uraian masing-masing
kriteria sebagai berikut : Keluarga Pra Sakinah : yaitu keluarga-keluarga
yang dibentuk bukan melalui ketentuan perkawinan yang syah, tidak dapat
memenuhi kebutuhan dasar spiritual dan material (basic need) secara
minimal, seperti keimanan, shalat, zakat fitrah, puasa, sandang, pangan,
papan dan kesehatan.
12

Keluarga Sakinah I: yaitu keluarga- keluarga yang dibangun atas


perkawinan yang syah dan telah dapat memenuhi kebutuhan spiritual dan
material secara minimal tetapi masih belum dapat memenuhi kebutuhan
sosial psikologisnya seperti kebutuhan akan pendidikan, bimbingan
keagamaan dan keluarganya, mengikuti interaksi sosial keagamaan dengan
lingkungannya.

Keluarga Sakinah II: yaitu keluarga-keluarga yang dibangun atas


perkawinan yang syah dan di samping telah dapat memenuhi kebutuhan
kehidupannya juga telah mampu memahami pentingnya pelaksanaan
ajaran agama serta bimbingan keagamaan dalam keluarga serta mampu
mengadakan interaksi sosial keagamaan dengan lingkungannya, tetapi
belum mampu menghayati serta mengembangkan nilai-nilai keimanan,
ketaqwaan dan akhlakul karimah, infaq, zakat, amal jariyah menabung dan
sebagainya.

Keluarga Sakinah III: yaitu keluarga-keluarga yang dapat


memenuhi seluruh kebutuhan keimanan, ketaqwaan, akhlakul karimah
sosial psikologis, dan pengembangan keluarganya tetapi belum mampu
menjadi suri tauladan bagi lingkungannya.

Keluarga Sakinah III Plus: yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat


memenuhi seluruh kebutuhan keimanan, ketaqwaan dan akhlakul karimah
secara sempurna, kebutuhan sosial psikologis, dan pengembangannya serta
dapat menjadi suri tauladan bagi lingkungannya.
B. Faktor-Faktor Pembentukan Keluarga Sakinah, Mawaddah, Warahmah

Setiap orang yang membangun keluarga tentunya menginginkan


kebahagiaan. Tidak ada satupun orang yang menginginkan keluarganya
hancur dan berantakan. Walaupun ada berbagai ujian dan cobaan yang
menerpa, tentu saja keluarga muslim harus dapat mengatasinya. Untuk itu,
agar mencapai kebahagiaan tersebut berikut adalah tips keluarga bahagia
dalam islam:
1. Membangun Keluarga dengan Visi Ketauhidan
Ketauhidan adalah nilai dasar yang harus ada dalam diri seseorang
13

ketika akan membangun keluarga. Ketika keluarga tidak dibangun atas


landasan atau visi ketauhidan, maka keluarga tersebut juga tidak akan
menjalankan kehidupan berkeluarganya dengan nilai-nilai yang sesuai
islam. Untuk itu, membangun visi ketauhidan adalah hal yang harus
dilakukan sebelum menikah dan seterusnya selama masa pernikahan atau
berkeluarga dilakukan.

Hal ini sebagaimana Allah sampaikan dalam Al-Quran, bahwa


Allah adalah segala tempat untuk kembali dan tidak boleh ada yang dapat
menjadikan hal lain sekutu atau penentang Allah, termasuk dalam hal
keluarga. Keluarga yang mengikuti aturan Allah, tentu saja akan
mendapatkan keberkahan dan keselamatan dunia dan akhirat. Allah
Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫س َمٓا ِء َمٓا ًء فَا َ ْخ َر َج بِ ٖه‬


َّ ‫س َمٓا َء بِنَٓا ًء ۖ  َّواَ ْن َز َل ِمنَ ال‬ َّ ‫ض فِ َرا شًا َّوا ل‬ َ ‫ي َج َع َل لَـ ُك ُم ااْل َ ْر‬ ْ ‫الَّ ِذ‬
َ‫ت ِر ْزقًا لَّـ ُك ْم ۚ فَاَل ت َْج َعلُ ْوا هّٰلِل ِ اَ ْندَا دًا َّواَ ْنـتُ ْم تَ ْعلَ ُم ْون‬
ِ ‫ِمنَ الثَّ َم ٰر‬
Artinya : "(Dialah) yang menjadikan bumi sebagai
hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air
(hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan
sebagai rezeki untukmu. Karena itu, janganlah kamu mengadakan
tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui." (QS. Al-
Baqarah 2: Ayat 22).
2. Membangun Keluarga dengan Cinta dan Kasih Sayang
Rasa cinta dan kasih sayang ini adalah sebagai alat untuk dapat
bersama-sama pasangan membangun keluarga islami. Jika tanpa cinta dan
kasih sayang, tentu saja satu sama lain tidak akan bisa berkorban dan
memberikan yang terbaik untuk keluarganya. Untuk itu, pasangan suami
istri harus senantiasa mencari jalan dan cara untuk senantiasa merawat dan
memupuk cinta atau kasih sayang yang tercurah untuk keluarganya. Di
dalam islam, membahagiakan istri adalah juga menjadi tanggung jawab
suami. Seorang istri memiliki kewajiban terhadap suami, namun suami
juga wajib untuk memperlakukan istrinya dengan baik juga. Ada kalanya
suami yang selalu berpendapat bahwa istrilah yang harus memperlakukan
14

dan melayani dirinya dengan baik. Tentu hal ini tidak sesuai.

Rasulullah, adalah seorang suami yang baik. Ia menunaikan


kewajiban untuk istrinya, baik dalam hal psikologis, material, dan spiritual.
Seorang Nabi, ia pun juga memperhatikan betul kebutuhan istrinya dan
tidak pernah berbuat kasar. Hal-hal berikut yang Rasulullah lakukan :

1. Memanggil istrinya dengan panggilan kesayangan, humairah, yaitu pipi


yang kemerah-merahan.

2. Menemani istrinya dan berdikusi atau bercanda dengan istrinya.

3. Memberikan kebahagiaan berupa kebutuhan biologis.

Hal-hal di atas adalah sebagai contoh yang telah Rasulullah


lakukan. Tentunya, sebagai umat islam yang mengikuti Rasulullah,
termasuk dalam membahagiakan istri pun harus kita ikuti dan contoh.
Keluarga Rasulullah adalah keluarga yang didalamya masing-masing
suami istri melaksanakan kewajibannya masing-masing.

Di dalam islam, Allah telah menyampaikan bahwa laki-laki


diftrahkan berpasangan dengan wanita sebagai istrinya dan diorientasikan
agar kehidupannya dapat merasa tentram dan nyaman dengan kasih
sayang. Untuk mencapai hal tersebut, tentu saja bukanlah suatu yang
mudah atau singkat. Untuk itu, membahagiakan istri adalah salah satu
langkah yang dapat membentuk keluarga tersebut.
3. Membangun Potensi Keuangan
Ekonomi atau financial keluarga adalah hal penting yang harus
dibangun oleh keluarga. Tanpa ekonomi tentu saja akan sulit berkembang
dan memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga. Banyak sekali pasangan
yang bercerai, keluarganya retak, dan berakibat kepada kelangsungan
hidup serta anak-anaknya karena masalah ekonomi. Untuk itu, kekuatan
ekonomi harus menjadi pondasi dari keluarga, agar sejahtera dan bahagia.
Salah satu caranya dengan membuat perencanaan keuangan keluarga.
Namun, tentunya tidak perlu mengkhatirkan bagaimana rezeki itu datang.
Allah akan memberikan rezeki, potensi ekonomi, dan kecukupan bagi
15

orang- orang yang berpikir dan berusaha sebaik-baiknya dengan jalan yang
halal. Untuk itu, sebagaimana disampaikan dalam ayat berikut ini:

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫ض ۗ قُ ِل هّٰللا ُ ۙ  َو اِنَّ ۤا اَ ْو اِيَّا ُك ْم لَ َع ٰلى ُهدًى اَ ْو فِ ْي‬


ِ ‫ت َوا اْل َ ْر‬ َّ ‫قُ ْل َمنْ يَّ ْر ُزقُ ُك ْم ِّمنَ ال‬
ِ ‫سمٰ ٰو‬
‫ض ٰل ٍل ُّمبِ ْي ٍن‬
َ
Artinya : "Katakanlah (Muhammad), "Siapakah yang memberi
rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?" Katakanlah, "Allah," dan
sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada dalam
kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata." (QS. Saba' 34: Ayat 24).
4. Selalu Berusaha Menunaikan Hak Lahir dan Batin Pasangan
Masing-masing pasangan, baik itu suami atau istri harus dapat
menunaikan hak-hak dari pasangannya masing-masing. Hal ini pun juga
menjadi hal yang dapat mengatur kebahagiaan dalam keluarga. Hak lahir
dan batin tentu saja bukan tugas dari salah satu pihak saja melainkan
keduanya karena keluarga dan rumah tangga adalah tanggung jawab
bersama. Untuk itu, masing-masing harus pintar memahami dan memenuhi
apa yang diinginkan oleh masing-masing. Keinginan dan kebahagiaan dari
masing-masing sangat mempengaruhi terwujudnya keluarga Sakinah dan
harmonis. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Allah dalam al-Qur‟an:
ۤ
‫ضلُ ْوهُنَّ لِت َْذ َهبُ ْوا‬ُ ‫سٓا َء َك ْرهًا ۗ  َواَل تَ ْع‬ َ ِّ‫ٰيـا َ ُّي َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا اَل يَ ِح ُّل لَـ ُك ْم اَنْ تَ ِرثُوا الن‬
ْ‫ف ۚ فَاِ ن‬ِ ‫ش ُر ْوهُنَّ بِا ْل َم ْع ُر ْو‬ ِ ‫ۚ وعَا‬ َ  ‫ش ٍة ُّمبَيِّنَ ٍة‬ َ ‫ض َم ۤا ٰاتَ ْيتُ ُم ْوهُنَّ اِاَّل ۤ اَنْ يَّأْتِيْنَ بِفَا ِح‬
ِ ‫بِبَ ْع‬
‫ش ْيـئًـا َّويَ ْج َع َل هّٰللا ُ فِ ْي ِه َخ ْي ًرا َكثِ ْي ًرا‬
َ ‫َك ِر ْهتُ ُم ْوهُنَّ فَ َع ٰۤسى اَنْ تَ ْك َره ُْوا‬

Artinya : "Wahai orang-orang yang beriman! Tidak halal bagi


kamu mewarisi perempuan dengan jalan paksa dan janganlah kamu
menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa
yang telah kamu berikan kepadanya, kecuali apabila mereka melakukan
perbuatan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka menurut cara
yang patut. Jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena
boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan
kebaikan yang banyak padanya" (QS. An-Nisa' 4: Ayat 19).
16

5. Memberikan Manfaat untuk Lingkungan

‫سبِ ْي ِل َواَل تُبَ ِّذ ْر تَ ْب ِذ ْي ًرا‬ ِ ‫َو ٰا‬


ْ ‫ت َذا ا ْلقُ ْر ٰبى َحقَّ ٗه َوا ْل ِم‬
َّ ‫س ِكيْنَ َوا بْنَ ال‬
Artinya : "Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga
kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah
kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros."(QS. Al-Isra' 17:
Ayat 26)

Jika keluarga memiliki potensi ekonomi atau energi lebih, tentu


saja hal ini bisa dioptimalkan untuk membantu sesama. Hal ini
sebagaimana disampaikan dalam ayat diatas bahwa harta jangan dihambur-
hamburkan dan dikeluarkan secara boros. Lebih baik dioptimalkan untuk
kebermanfaatan lebih di lingkungan masyarakat. Banyak keluarga yang
harus membesarkan keluarganya saja tanpa memperdulikan orang lain atau
keluarga yang kekurangan. Tentu hal ini menjadi kewajiban keluarga yang
mampu agar dapat membantu sesamanya. Untuk itu, kebersamaan dalam
keluarga dan saling menyayangi akan semakin kuat antar suami istri, jika
dalam keluarganya penuh dengan keberkahan.
6. Evaluasi dan Saling Membenahi Diri

Akhlak dan kesabaran menghadapi perjuangan rumah tangga


adalah hal yang harus diperhatikan oleh setiap pasangan suami istri.
Keluarga, baik suami, istri ataupun anak-anak sejatinya adalah ujian. Tidak
selalu keluarga akan mendapatkan kebahagiaan dan juga tidak selalu sulit.
Untuk itu, kesabaran dan istiqomah memegang visi adalah hal yang harus
dilakukan.

S‫ٰۤيا َ يُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ۤ ْوا اِنَّ ِمنْ اَ ْز َوا ِج ُك ْم َواَ ْواَل ِد ُك ْم َع ُد ًّوا لَّ ُك ْم فَا ْح َذ ُر ْو ُه ْم ۚ  َواِ نْ تَ ْعفُ ْوا‬
‫  هّٰلل‬   ٌ‫وتَصفَحوا وتَ ْغفروا فَا نَّ هّٰللا َغفُور رحيم ࣪ انَّم ۤا اَموا لُـ ُكم واَ واَل ُد ُكم ف ْتنَة‬
ُ ‫ۗ وا‬ َ ِ ْ ْ َ ْ َ ْ َ ِ ٌ ْ ِ َّ ٌ ْ َ ِ ْ ُِ َ ْ ُ ْ َ
‫ِع ْند َٗۤه اَ ْج ٌر َع ِظ ْي‬

Artinya : "Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di


antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu,
maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu maafkan dan
kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha
17

Pengampun, Maha Penyayang."(14), "Sesungguhnya hartamu dan anak-


anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah pahala yang
besar."(QS. At-Taghabun 64: Ayat 14-15).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hakikat keluarga adalah satuan kerabat yang mendasar terdiri dari
suami, istri, dan anak-anak. (Ghani, 1987: 36). Dalam Islam, keluarga
memiliki sebuah arti penting di mana keluarga merupakan bagian dari
masyarakat Islam dan dalam keluargalah seseorang belajar mengenal Islam
sejak kecil. Bahkan Islam menaruh perhatian besar terhadap kehidupan
keluarga dengan meletakkan kaidah-kaidah yang arif guna memelihara
kehidupan keluarga dari ketidakharmonisan dan kehancuran. Keluarga
merupakan tempat pertama dan utama untuk pembentukan karakter dan
pribadi anak. Apabila anak dibesarkan dan di didik dalam lingkungan
keluarga yang harmonis, saling menghargai di antara anggota keluarga maka
tercipta masyarakat yang harmonis, saling menghargai, saling mengasihi
walaupun beda kepercayaan dan beda etnis dan juga kebudayaan.

18
DAFTAR PUSTAKA

 Departemen Agama. Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang disempurnakan).

 Sambutan Kepala Badan Litbang dan Diklat. Jakarta: 2009.

 Ghani, Abdul. (1987). Keluarga Muslim dan Berbagai Masalahnya. Bandung:


Pustaka.
 Gymnastiar, Abdullah. (2002). Membangun Keluarga: 4 Visi Rumah Tangga

Sakinah Mawaddah wa Rahmah. Bandung: Pustaka Grafika.

 Hussein, Sajjad., & Ashraf, Ali. (1979). Crisis in Muslim Education. Jeddah:

King Abdul Aziz University.

 Muhaimin,. (2002). Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Remaja

Rosdakarya.
 Shihab, M. Quraish. Keluarga Sakinah, Dalam Jurnal Bimas Islam Vol. 4 No.
1,
Tahun 2011, 4.
 Soejono., & Abdurrahman. (1999). Metode Penelitian Suatu Pemikiran Dan
Penerapan. Jakarta: PT Rhineka Cipta.

19

Anda mungkin juga menyukai