Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

AGAMA ISLAM DAN KEMUHAMADIYAHAN

“MEMAHAMI FUNGSI DAN TUGAS MANUSIA

SEBAGAI KHALIFAH DI BUMI”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2 : 1. Cut Fitriani ( 19040008 )

2. Daffa Fauzan ( 19040009 )

3. Daffa Saptania Ardana ( 19040010 )

4. , Dela Delpina P ( 19040011 )

5. Dhea Febby L ( 19040012 )

6. Een Larasati P (19040014 )

7. Elsi Widiarti ( 19040015 )

8. Muhammad Zakariah A ( 19040104)

SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH

TANGERANG

1
2021

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................4
1.3 Tujuan Masalah...................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................6
LANDASAN TEORI...........................................................................................................................6
A. Konsep Manusia........................................................................................................................6
B. Tugas Manusia sebagai Khalifah...............................................................................................8
C. Potensi dan Kemampuan Dasar Manusia.................................................................................15
D. Potensi Aqliyah........................................................................................................................16
BAB III...............................................................................................................................................19
KESIMPULAN..................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................20

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas kelompok pada Mata Kuliah AIK 5
ini tugas yang kami ajukan adalah makalah tentang “Memahami Fungsi fan Tugas Manusia
Sebagai Khalifah Di Bumi”
Kami ucapkan banyak terimakasih kepada beberapa referensi dan terutama kepada
search engine google yang ikut berperan besar dalam pembuatan makalah ini. Sehingga
makalah ini dapat disusun sesuai dengan tugas makalah yang di berikan oleh dosen mata
kuliah AIK 5.

kami dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini, oleh karena itu kami sangat menghargai akan saran dan kritik untuk membangun makalah
ini lebih baik lagi. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga melalui makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua

Tangerang, 23 September 2021

Tim Penyusun

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia diciptakan untuk menjadi Khalifah fil Ard (Pemimpin dimuka bumi ini).
Oleh karenanya, sudah selayaknya manusia memperbagus amal kebajikan dan berusaha
menjadi yang terbaik serta bermanfaat bagi orang lain. Bahwa dalam menjadi khalifah
tentu banyak ujian di alam dunia ini. Keberhasilan dalam menghadapi ujian tentu
tergantung dari pribadi masing- masing. Apabila berhasil melalui ujian tentu Allah SWT
janjikan di Jannah- Nya. Diangkat derajatnya setelah mengarungi ujian dari Sang
Empunya Hidup (Mudjadi, 2010). Lebih lanjut dicontohkan layaknya makhluk Allah
SWT berupa kayu yang diuji oleh manusia. Banyak kayu yang tidak teruji, berada
dilumpur yang kotor, dipotong untuk kayu bakar, dibakar karena tidak berguna atau
lapuk, atau bahkan dibuang karena tidak bermanfaat. Sebaliknya kayu yang teruji,
ditempa, dibentuk dengan aturan yang ditetapkan manusia. Maka kayu tersebut akan
menjadi kursi, meja, meubelir yang bagus untuk selanjutnya memiliki nilai jual yang
tinggi. Layaknya barang terbaik, tentunya si empunya barang akan menempatkannya di
tempat yang baik, rumah yang meewah dan bagus, dan tentu akan diteempatkan di
ruangan bagian depan. Sebagai manusia, hamba Sang Khalik, tentu perintah Allah SWT
harus kita laksanakan. Dan teentu tak luput dari ujian dari Allah SWT. Bagi orang yang
bersungguh-sungguh pastilah dunia ini tidak akan menyusahkan atau akan mengatakan
bahwa dunia itu sempit. Mereka berusaha seoptimal mungkin menggapai ridho-Nya,
menyadari bahwa dunia adalah tempat berperih, tempat berjuang dan tempat yang tidak
mengenakkan (sebentar). Ada tempat kesempurnaan yang telah Sang Maha Janjikan.
Mereka itulah hamba Allah SWT yang mengikhlaskan diri akan hidupnya yang sebentar
ini untuk mengabdikan diri kepada Allah SWT dengan beribadah dan selalu berusaha
dalam jalan kebaikan.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas maka rumusan dalam makalah ini yaitu :
1. Bagaimana hakikat manusia sebagai makhluk Allah ?
2. Bagaimana potensi dasar manusia ?

4
3. Bagaimana kemampuan dan cara kerja akal hakikat manusia sebagai khalifah di
bumi ?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui hakikat manusia sebagai makhluk Allah
2. Untuk mengetahui potensi dasar manusia
3. Untuk mengetahui kemampuan dan cara kerja akal hakikat manusia sebagai khalifah
di bumi

5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Manusia

Pemikiran tentang hakikat manusia, sejak zaman dahulu sampai zaman


modern ini juga belum berakhir dan tak akan berakhir. Ternyata orang menyelidiki
manusia dari berbagaisudut pandang, ada yang memandang manusia dari
sudut pandang budaya disebut Antropologi Budaya, ada juga yang
memandang dari segi hakikatnya disebut AntropologiFilsafat. Memikirkan dan
membicarakan mengenai hakikat manusia inilah, yang menyebabkan orang
tidak henti-hentinya berusaha mencari jawaban yang memuaskan tentangpertanyaan
yang mendasar tentang manusia yaitu apa, bagaimana, dan kemana manusia
itunantinya. Berbicara mengenai apa itu manusia, ada beberapa aliran yang mendasari
yaitu :

1. Aliran serba zat, mengatakan bahwa yang sungguh-sungguh ada hanyalah zat
atau materi.Zat atau materi itulah hakekat dari sesuatu. Alam ini adalah
materi dan manusia adalahunsur dari alam maka dari itu hakikat dari manusia
itu adalah zat atau materi.
2. Aliran serba roh, berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia
ini adalahroh, begitu juga hakikat manusia adalah roh. Adapun zat itu adalah
manifestasi daripadaroh di dunia ini.
3. Aliran dualisme, mencoba untuk meyakinkan kedua aliran di atas. Aliran ini
menganggapbahwa manusia itu pada hakikatnya terdiri dari dua substansi
yaitu jasmani dan rohani.Kedua substansi ini masing-masing merupakan
unsur asalnya, tidak tergantung satu samalain. Jadi badan tidak berasal
dari roh, juga sebaliknya. Hanya dalam perwujudannyamanusia itu ada
dua, jasad dan roh, yang keduanya berintegrasi membentuk yang
disebutmanusia.
4. Aliran eksistensialisme, yang memandang manusia secara menyeluruh, artinya
aliran inimemandang manusia tidak dari sudut zat atau serba roh

6
atau dualisme, tetapimemandangnya dari segi eksistensi manusia itu sendiri
yaitu cara beradanya manusia itusendiri di dunia ini.

Dari keempat aliran tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa hakikat
manusiayang sebenarnya adalah sesuatu yang melatar belakangi keberadaanya di
dunia ini sebagaimanusia yang terdiri dari jasmani dan rohani. Sedangkan
dalam Islam sendiri, hakikatmanusia didasarkan pada apa yang diterangkan dalam
Al-Qur’an dan As-Sunah, atau melaluipengenalan asal kejadian manusia itu sendiri.
Hakikat manusia dalam Islam merupakan suatukeberadaan yang mendasari
diciptakannya manusia yang telah diberi amanat untuk mengaturbumi (Khalifah) yaitu
untuk mengabdi atau beribadah kepada Allah SWT sebagaimana firman Allah SWT
dalam Q.S.Adh-Dhariyat [51:56] yang artinya : “Dan aku tidak menciptakan jindan
manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”

Hakikat manusia sebagai makhluk yang mulia ciptaan Allah


memberikan maknabahwa penciptaan merupakan pihak penentu dan yang
diciptakan adalah pihak yangditentukan, baik mengenai kondisi maupun makna
penciptaannya. Manusia tidak mempunyaperanan apapun dalam proses dan hasil
penciptaan dirinya. Oleh karena itu ketidakmampuanmanusia itu merupakan
peringatan bagi manusia. Seperti halnya manusia tidak ikutmenentukan atau
memilih orang tuanya, suku atau bangsa dan lain-lain. Oleh
karenanyamanusia harus menyadari atas ketentuan – ketentuan yang telah diberikan
oleh Allah SWT.Sebagai makhluk yang mulia, manusia dapat dilihat dari beberapa
hal diantaranya :

1. Manusia adalah makhluk yang keberadaanya di dunia ini untuk


mengadakan sesuatu,artinya seorang manusia mempunyai tugas bekerja
dalam hidupnya.
2. Manusia ada untuk berbuat yang baik dan membahagiakan manusia, artinya
manusia adauntuk mengadakan sesuatu yang benar serta bermanfaat,
dari sanalah muncul segalabentuk karya manusia meliputi kreatifitas dan
dinamika di dalam kehidupanya.
3. Manusia adalah makhluk yang memiliki kebebasan dalam hidup,
artinya kebebasanmanusia nampak melalui aneka kreasi dalam segala segi
kehidupan dan melalui kebebasanitulah muncul berbagai kegiatan.

7
4. Manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab. Dalam diri manusia
ada kesadaranuntuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan dalam
hidupnya. Misalnya dalamsalah satu wujud kesadaran religius, bahwa
manusia harus mempertanggungjawabkanperbuatannya pada ilahi.
5. Manusia adalah makhluk yang mempunyai keterbatasan, walaupun
manusia adalahmakhluk mulia.Kelima hal tersebut merupakan perincian
dari kehidupan manusia dalam islam sebagaimakhluk yang istimewa.
B. Tugas Manusia sebagai Khalifah
Tugas manusia sebagai Khalifah Allah tugas hidup manusia juga sebagai
khalifah Allah di muka bumi. Hal ini dapat difahami dari firman Allah dalam Q.S. al-
Baqarah:30:
‫بِّ ُح‬K‫ ِّد َما َء َونَحْ نُ نُ َس‬K‫ك ال‬ُ ِ‫ف‬K‫ا َويَ ْس‬KKَ‫ ُد فِيه‬K‫ا َم ْن يُ ْف ِس‬KKَ‫ ُل فِيه‬K‫ض َخلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْ َع‬
ِ ْ‫ك لِ ْل َماَل ئِ َك ِة ِإنِّي َجا ِع ٌل فِي اأْل َر‬
َ ُّ‫َوإِ ْذ قَا َل َرب‬
َ‫ك ۖ قَا َل إِنِّي أَ ْعلَ ُم َما اَل تَ ْعلَ ُمون‬َ َ‫ك َونُقَدِّسُ ل‬ َ ‫بِ َح ْم ِد‬
Artinya : ”Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya
Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Apa yang dimaksud dengan khalifah? Kata khalifah berasal dari kata “khalf”
(menggantikan, mengganti), atau kata “khalaf” (orang yang datang kemudian) sebagai
lawan dari kata “salaf” (orang yang terdahulu). Sedangkan arti khilafah adalah
menggantikan yang lain, adakalanya karena tidak adanya (tidak hadirnya) orang yang
diganti, atau karena kematian orang yang diganti, atau karena kelemahan/tidak
berfungsinya yang diganti, misalnya Abu Bakar ditunjuk oleh umat Islam sebagai
khalifah pengganti Nabi SAW, yakni penerus dari perjuangan beliau dan pemimpin
umat yang menggantikan Nabi SAW. setelah beliau wafat, atau Umar bin Khattab
sebagai pengganti dari Abu Bakar dan seterusnya; dan adakalanya karena memuliakan
(memberi penghargaan) atau mengangkat kedudukan orang yang dijadikan pengganti.
Pengertian terakhir inilah yang dimaksud dengan “Allah mengangkat manusia sebagai
khalifah di muka bumi”, sebagaimana firmanNya dalam Q.S. Fathir ayat 39,

ٰ ٰٓ
ِ Kِ‫ ُد ْٱل َكف‬K‫ ُرهۥُ ۖ َواَل يَ ِزي‬K‫ض ۚ فَ َمن َكفَ َر فَ َعلَ ْي ِه ُك ْف‬
‫ ُد‬K‫ا ۖ َواَل يَ ِزي‬Kً‫ َد َربِّ ِه ْم إِاَّل َم ْقت‬K‫ ُرهُ ْم ِعن‬K‫رينَ ُك ْف‬K ِ ْ‫ه َُو ٱلَّ ِذى َج َعلَ ُك ْم َخلَئِفَ فِى ٱأْل َر‬
‫ْٱل ٰ َكفِ ِرينَ ُك ْف ُرهُ ْم إِاَّل خَ َسارًا‬

8
Artinya : Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa
yang kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran
orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi
Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan
menambah kerugian mereka belaka.

Q.S. al-An’am ayat 165.

ِ ‫ا‬KKَ‫ك َس ِري ُع ْال ِعق‬


‫و ٌر‬KKُ‫ب َوإِنَّهُ لَ َغف‬ َ َّ‫ت لِيَ ْبلُ َو ُك ْم فِي َما آتَا ُك ْم ۗ إِ َّن َرب‬
ٍ ‫ْض َد َر َجا‬ َ ْ‫ْض ُك ْم فَو‬
ٍ ‫ق بَع‬ ِ ْ‫َوه َُو الَّ ِذي َج َعلَ ُك ْم خَاَل ئِفَ اأْل َر‬
َ ‫ض َو َرفَ َع بَع‬
‫َر ِحي ٌم‬

Artinya : Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia
meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk
mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat
cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Manusia adalah makhluk yang termulia di antara makhluk-makhluk yang lain


(Q.S. al-Isra’: 70)
ٰ ِ َ‫َولَقَ ْد َك َّر ْمنَا بَنِ ٓى َءا َد َم َو َح َم ْل ٰنَهُ ْم فِى ْٱلبَ ِّر َو ْٱلبَحْ ِر َو َر َز ْق ٰنَهُم ِّمنَ ٱلطَّيِّ ٰب‬
ٍ ِ‫ت َوفَض َّْلنَهُ ْم َعلَ ٰى َكث‬
ِ ‫ير ِّم َّم ْن خَ لَ ْقنَا تَ ْف‬
‫ضياًل‬

Artinya : Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan
Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk
yang telah Kami ciptakan. dan ia dijadikan oleh Allah dalam sebaik-baik
bentuk/kejadian, baik fisik maupun psikhisnya (Q.S. al-Tin: 5)
َ‫ أَ ْسفَ َل ٰ َسفِلِين‬Kُ‫ثُ َّم َر َد ْد ٰنَه‬

Artinya: Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya


(neraka)

serta dilengkapi dengan berbagai alat potensial dan potensi-potensi dasar (fitrah) yang
dapat dikembangkan dan diaktualisasikan seoptimal mungkin melalui proses
pendidikan. Karena itulah maka sudah selayaknya manusia menyandang tugas sebagai
khalifah Allah di muka bumi.Tugas manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi

9
antara lain menyangkut tugas mewujudkan kemakmuran di muka bumi (Q.S. Hud :
61)
ٓ
۟ ُ‫ُوا فِيهَا َو ٰبَ ِط ٌل َّما َكان‬
َ‫وا يَ ْع َملُون‬ ۟ ‫صنَع‬
َ ‫اخ َر ِة إِاَّل ٱلنَّا ُر ۖ َو َحبِطَ َما‬ َ ‫أُ ۟و ٰلَئِكَ ٱلَّ ِذينَ لَي‬
ِ ‫ْس لَهُ ْم فِى ٱلْ َء‬
Artinya : Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan
lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa
yang telah mereka kerjakan.

serta mewujudkan keselamatan dan kebahagiaan hidup di muka bumi (Q.S. al-Maidah
: 16)
ِ ‫ور بِإ ِ ْذنِ ِهۦ َويَ ْه ِدي ِه ْم إِلَ ٰى‬
‫ص ٰ َر ٍط ُّم ْستَقِ ٍيم‬ ُّ َ‫يَ ْه ِدى بِ ِه ٱهَّلل ُ َم ِن ٱتَّبَ َع ِرضْ ٰ َونَهۥُ ُسبُ َل ٱل َّس ٰلَ ِم َوي ُْخ ِر ُجهُم ِّمن‬
ِ ‫ٱلظلُ ٰ َم‬
ِ ُّ‫ت إِلَى ٱلن‬

Artinya: Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti


keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan
orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-
Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. dengan cara beriman dan beramal
saleh (Q.S. al-Ra’d : 29)
ٍ ‫ت طُ ۡو ٰبى لَهُمۡ َوح ُۡسنُ َم ٰا‬
‫ب‬ ّ ٰ ‫اَلَّ ِذ ۡينَ ٰا َمنُ ۡوا َو َع ِملُوا ال‬
ِ ‫صلِ ٰح‬

Artinya : Orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka mendapat


kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.

bekerjasama dalam menegakkan kebenaran dan bekerjasama dalam menegakkan


kesabaran (Q.S. al-’Ashr : 1-3).
‫ْر َو ْال َعصْ ِر‬ َّ ‫اصوْ ۟ا بِال‬
ٰ ِ ‫صب ِْرإِ َّن اإْل‬
ٍ ‫نسنَ لَفِى ُخس‬ ِّ ‫صوْ ۟ا بِ ْال َح‬
َ ‫ق َوتَ َو‬ ِ ‫صلِ ٰح‬
َ ‫ت َوت ََوا‬ ۟ ُ‫وا َو َع ِمل‬
ّ ٰ ‫وا ال‬ ۟ ُ‫اَّل الَّ ِذ ْينَ َءامن‬
َ
Artinya : demi masa Sungguh, manusia berada dalam kerugian Kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran
dan saling menasehati untuk kesabaran.

Karena itu tugas kekhalifahan merupakan tugas suci dan amanah dari Allah sejak
manusia pertama hingga manusia pada akhir zaman yang akan datang, dan merupakan
perwujudan dari pelaksanaan pengabdian kepadaNya (’abdullah).Tugas-tugas
kekhalifahan tersebut menyangkut: tugas kekhalifahan terhadap diri sendiri; tugas
kekhalifahan dalam keluarga/rumah tangga; tugas kekhalifahan dalam masyarakat;

10
dan tugas kekhalifahan terhadap alam. Tugas kekhalifahan terhadap diri sendiri
meliputi tugas-tugas:
(1)  menuntut ilmu pengetahuan (Q.S.al-Nahl: 43),

َ‫لُ ٓو ۟ا أَ ْه َل ٱل ِّذ ْك ِر إِن ُكنتُ ْم اَل تَ ْعلَ ُمون‬Kََٔ‫ك إِاَّل ِر َجااًل نُّو ِح ٓى إِلَ ْي ِه ْم ۚ فَسْٔـ‬
َ ِ‫َو َمٓا أَرْ َس ْلنَا ِمن قَ ْبل‬

Artinya: Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang
Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.

(2) karena manusia itu adalah makhluk yang dapat dan harus dididik/diajar (Q.S. al-
Baqarah: 31)
َ ‫ضهُ ْم َعلَى ْال َماَل ئِ َك ِة فَقَا َل أَ ْنبِئُونِي بِأ َ ْس َما ِء ٰهَؤُاَل ِء إِ ْن ُك ْنتُ ْم‬
َ‫صا ِدقِين‬ َ ‫َوعَلَّ َم آ َد َم اأْل َ ْس َما َء ُكلَّهَا ثُ َّم َع َر‬

Artinya: Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,


kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar.

Menjaga dan memelihara diri dari segala sesuatu yang bisa menimbulkan bahaya dan
kesengsaraan (Q.S. al-Tahrim: 6)
‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا قُوا أَ ْنفُ َس ُك ْم َوأَ ْهلِي ُك ْم نَارًا َوقُو ُدهَا النَّاسُ َو ْال ِح َجا َرةُ َعلَ ْيهَا َماَل ئِ َكةٌ ِغاَل ظٌ ِشدَا ٌد اَل يَ ْعصُونَ هَّللا َ َما‬
َ‫أَ َم َرهُ ْم َويَ ْف َعلُونَ َما ي ُْؤ َمرُون‬

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat
yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

(3) menghiasi diri dengan akhlak yang mulia. Kata akhlaq berasal dari kata khuluq
atau khalq. Khuluq merupakan bentuk batin/rohani, dan khalq merupakan bentuk
lahir/ jasmani. Keduanya tidak bisa dipisahkan, dan manusia terdiri atas gabungan
dari keduanya itu yakni jasmani (lahir) dan rohani (batin). Jasmani tanpa rohani
adalah benda mati, dan rohani tanpa jasmani adalah malaikat. Karena itu orang yang
tidak menghiasi diri dengan akhlak yang mulia sama halnya dengan jasmani tanpa

11
rohani atau disebut mayit (bangkai), yang tidak saja membusukkan dirinya, bahkan
juga membusukkan atau merusak lingkungannya.
Tugas kekhalifahan dalam keluarga/rumah tangga meliputi tugas membentuk rumah
tangga akinah dan sejahtera atau keluarga akinah dan mawaddah wa rahmah/cinta
kasih (Q.S. ar-Rum: 21)
ٍ َ‫ق لَ ُكم ِّم ْن أَنفُ ِس ُك ْم أَ ْز ٰ َوجًا لِّتَ ْس ُكنُ ٓو ۟ا إِلَ ْيهَا َو َج َع َل بَ ْينَ ُكم َّم َو َّدةً َو َرحْ َمةً ۚ إِ َّن فِى ٰ َذلِكَ َل َءا ٰي‬
‫ت لِّقَوْ ٍم‬ َ َ‫َو ِم ْن َءا ٰيَتِ ِٓۦه أَ ْن خَ ل‬
َ‫يَتَفَ َّكرُون‬

Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu


isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

Tugas kekhalifahan dalam masyarakat meliputi tugas-tugas :


(1) mewujudkan persatuan dan kesatuan umat (Q.S. al-Hujurat: 10 dan 13) al-
Anfal:46);
۟ ُ‫ُوا بَ ْينَ أَ َخ َو ْي ُك ْم ۚ َوٱتَّق‬
َ‫وا ٱهَّلل َ لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُمون‬ ۟ ‫إنَّما ْٱل ُم ْؤ ِمنُونَ إ ْخ َوةٌ فَأَصْ لِح‬
ِ َ ِ

Artinya: Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah


(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah,
supaya kamu mendapat rahmat.

َ ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا َخلَ ْق ٰنَ ُكم ِّمن َذ َك ٍر َوأُنثَ ٰى َو َج َع ْل ٰنَ ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَٓائِ َل لِتَ َع‬
‫ارفُ ٓو ۟ا ۚ إِ َّن أَ ْك َر َم ُك ْم ِعن َد ٱهَّلل ِ أَ ْتقَ ٰى ُك ْم ۚ إِ َّن ٱهَّلل َ َعلِي ٌم خَ بِي ٌر‬

Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."( al-Anfal:46);

َّ ٰ ‫َب ِري ُح ُك ْم ۖ َوٱصْ بِر ُٓو ۟ا ۚ إِ َّن ٱهَّلل َ َم َع ٱل‬


َ‫صبِ ِرين‬ ۟ ُ‫ُوا فَتَ ْف َشل‬
َ ‫وا َوت َْذه‬ ۟ ‫ُوا ٱهَّلل َ َو َرسُولَهۥُ َواَل تَ ٰنَ َزع‬
۟ ‫َوأَ ِطيع‬

12
Artinya: Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-
bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan
bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

(2) tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan (Q.S. al-Maidah: 2):

ٓ
َ‫ى َواَل ْٱلقَ ٰلَئِ َد َوٓاَل َءٓا ِّمينَ ْٱلبَيْتَ ْٱل َح َرا َم يَ ْبتَ ُغون‬ َ ‫وا َش ٰ َٓعئِ َر ٱهَّلل ِ َواَل ٱل َّش ْه َر ْٱل َح َرا َم َواَل ْٱلهَ ْد‬ ۟ ُ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامن‬
۟ ُّ‫وا اَل تُ ِحل‬
َ
‫ص ُّدو ُك ْم ع َِن ْٱل َمس ِْج ِد ْٱل َح َر ِام أَن‬ َ ‫انُ قَوْ ٍم أَن‬Kََٔ‫ُوا ۚ َواَل يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم َشنَٔـ‬ ۟ ‫فَضْ اًل ِّمن َّربِّ ِه ْم َورضْ ٰ َونًا ۚ َوإ َذا َحلَ ْلتُ ْم فَٱصْ طَاد‬
ِ ِ
۟ ُ‫وا َعلَى ٱإْل ْث ِم َو ْٱل ُع ْد ٰ َون ۚ َوٱتَّق‬
‫د‬Kُ ‫وا ٱهَّلل َ ۖ إِ َّن ٱهَّلل َ َش ِدي‬ ۟ ُ‫اون‬
َ ‫وا َعلَى ْٱلبِ ِّر َوٱلتَّ ْق َو ٰى ۖ َواَل تَ َع‬ ۟ ُ‫ُوا ۘ َوتَ َعا َون‬
۟ ‫تَ ْعتَد‬
ِ ِ
ِ ‫ْٱل ِعقَا‬
‫ب‬

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah,
dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-
binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-
orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari
Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu.
Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka
menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada
mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah
kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.

(3) menegakkan keadilan dalam masyarakat (Q.S. al-Nisa’: 135);

۟ ُ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامن‬


۟ ُ‫وا ُكون‬
ْ‫وا قَ ٰ َّو ِمينَ بِ ْٱلقِ ْس ِط ُشهَدَٓا َء هَّلِل ِ َولَوْ َعلَ ٰ ٓى أَنفُ ِس ُك ْم أَ ِو ْٱل ٰ َولِ َدي ِْن َوٱأْل َ ْق َربِينَ ۚ إِن يَ ُك ْن َغنِيًّا أَو‬ َ
‫ُوا فَإ ِ َّن ٱهَّلل َ َكانَ بِ َما تَ ْع َملُونَ خَ بِيرًا‬ ۟ ‫وا ۚ َوإن ت َْل ُٓۥو ۟ا أَوْ تُعْرض‬ ۟ ُ‫ى أَن تَ ْع ِدل‬ ۟ ‫فَقِيرًا فَٱهَّلل ُ أَوْ لَ ٰى ب ِهما ۖ فَاَل تَتَّبع‬
ٓ ٰ ‫ُوا ْٱلهَ َو‬
ِ ِ ِ َ ِ

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar
penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau
ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu
kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin
menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau
enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala
apa yang kamu kerjakan.

13
(4) bertanggung jawab terhadap amar ma^ruf nahi munkar (Q.S. Ali Imran: 104 dan
110);

َ ِ‫ُوف َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر ۚ َوأُو ٰلَئ‬


َ‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِحُون‬ ِ ‫َو ْلتَ ُك ْن ِم ْن ُك ْم أُ َّمةٌ يَ ْد ُعونَ إِلَى ْال َخي ِْر َويَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.

ِ ‫اس تَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬


ِ ‫ُوف َوتَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َوتُ ْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل ِ ۗ َولَوْ آ َمنَ أَ ْه ُل ْال ِكتَا‬
ۚ ‫ب لَ َكانَ خَ ْيرًا لَهُ ْم‬ ِ َّ‫ت لِلن‬ ْ ‫ُك ْنتُ ْم َخ ْي َر أُ َّم ٍة أُ ْخ ِر َج‬
َ‫ِم ْنهُ ُم ْال ُم ْؤ ِمنُونَ َوأَ ْكثَ ُرهُ ُم ْالفَا ِسقُون‬

Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman
kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka,
di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
yang fasik.

(5) berlaku baik terhadap golongan masyarakat yang lemah, termasuk di dalamnya
adalah para fakir dan miskin serta anak yatim (Q.S. al-Taubah: 60,)

ۖ ‫يل‬ ِ ‫ب َو ْالغ‬
ِ ِ‫َار ِمينَ َوفِي َسبِي ِل هَّللا ِ َواب ِْن ال َّسب‬ ِ ‫ات لِ ْلفُقَ َرا ِء َو ْال َم َسا ِكي ِن َو ْال َعا ِملِينَ َعلَ ْيهَا َو ْال ُم َؤلَّفَ ِة قُلُوبُهُ ْم َوفِي ال ِّرقَا‬
ُ َ‫ص َدق‬ َّ ‫إِنَّ َما ال‬
‫ضةً ِمنَ هَّللا ِ ۗ َوهَّللا ُ َعلِي ٌم َح ِكي ٌم‬َ ‫فَ ِري‬

Artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-


orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya,
untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah
dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang
diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Sedangkan tugas kekhalifahan terhadap alam (natur) meliputi tugas-tugas:


(1) mengkulturkan natur (membudayakan alam), yakni alam yang tersedia ini agar
dibudayakan, sehingga menghasilkan karya-karya yang bermanfaat bagi kemaslahatan
hidup manusia;

14
(2) menaturkan kultur (mengalamkan budaya), yakni budaya atau hasil karya manusia
harus disesuaikan dengan kondisi alam, jangan sampai merusak alam atau lingkungan
hidup, agar tidak menimbulkan malapetaka bagi manusia dan lingkungannya; dan
(3) mengIslamkan kultur (mengIslamkan budaya), yakni dalam berbudaya harus tetap
komitmen dengan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil-’alamin, sehingga berbudaya
berarti mengerahkan segala tenaga, cipta, rasa dan karsa, serta bakat manusia untuk
mencari dan menemukan kebenaran ajaran Islam atau kebenaran ayat-ayat serta
keagungan dan kebesaran Ilahi. Dari berbagai uraian tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa manusia sebagai makhluk Allah harus mampu mengemban
amanah dari Allah, yaitu menjalankan tugas-tugas hidupnya di muka bumi. Manusia
sebagai makhluk Allah mempunyai dua tugas utama, yaitu:
(4)  sebagai ’abdullah, yakni hamba Allah yang harus tunduk dan taat terhadap segala
aturan dan KehendakNya serta mengabdi hanya kepadaNya; dan (5 ) sebagai khalifah
Allah di muka bumi, yang meliputi pelaksanaan tugas kekhalifahan terhadap diri
sendiri, dalam keluarga/rumah tangga, dalam masyarakat, dan tugas kekhalifahan
terhadap alam.

C. Potensi dan Kemampuan Dasar Manusia


Potensi-Potensi Dasar Manusia dalam Islam Allah menciptakan manusia
dengan memberikan kelebihan dan keutamaan yang tidak diberikan kepada makhluk
lainnya. Kelebihan dan keutamaan itu berupa potensi dasar yang disertakan Allah
atasnya, baik potensi internal (yang terdapat dalam dirinya) dan potensi eksternal
(potensi yang disertakan Allah untuk membimbingnya). Potensi ini adalah modal
utama bagi manusia untuk melaksanakn tugas dan memikul tanggung jawabnya. Oleh
karena itu, ia harus diolah dan didayagunakan dengan sebaik-baiknya, sehingga ia
dapat menunaikan tugas dan tanggung jawab dengan sempurna, Potensi Internal Ialah
potensi yang menyatu dalam diri manusia itu sendiri, terdiri dari :
A. Potensi Fitriyah Ditinjau dari beberapa kamus dan pendapat tokoh islam, fitrah
mempunyai makna sebagai berikut :
1. Fitrah berasal dari kata (fi‟il) fathara yang berarti “menjadikan” secara etimologi
fitrah berarti kejadian asli, agama, ciptaan, sifat semula jadi, potensi dasar, dan
kesucian
2. Dalam kamus Arab Mahmud Yunus, fitrah diartikan sebagai agama, ciptaan,
perangai, kejadian asli.

15
3. Dalam kamus Munjid kata fitrah diartikan sebagai agama, sunnah, kejadian, tabi‟at.
4. Fitrah berarti Tuhur yaitu kesucian
5. Menurut Ibn Al-Qayyim dan Ibn Katsir, karena fatir artinya menciptakan, maka
fitrah artinya keadaan yang dihasilkan dari penciptaannya itu.
Dengan demikian, pada diri manusia sudah melekat (menyatu) satu potensi
kebenaran (dinnullah). Kalau ia gunakan potensinya ini, ia akan senantiasa berjalan di
atas jalan yang lurus. Karena Allah telah membimbingnya semenjak dalam alam ruh
(dalam kandungan).
B. Potensi Ruhiyah
Ialah potensi yang dilekatkan pada hati nurani untuk membedakan dan
memilih jalan yang hak dan yang batil, jalan menuju ketaqwaan dan jalan menuju
kedurhakaan. Bentuk dari roh ini sendiri pada hakikatnya tidak dapat dijelaskan.
Potensi ini terdapat pada surat( Asy- Syams ayat 7): dan jiwa serta
penyempurnaannya (ciptaannya) kemudian Asy-Syams ayat 8 : Artinya : maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Di dalam hati
setiap manusia telah tertanam potensi ini, yang dapat membedakan jalan kebaikan
(kebenaran) dan jalan keburukan (kesalahan).
Dengan demikian, dalam potensi ruhaniyyah terdapat pertanggungjawaban
atas diberinya manusia kekuatan pemikir yang mampu untuk memilih dan
mengarahkan potensipotensi fitrah yang dapat berkembang di ladang kebaikan dan
ladang keburukan ini. Karena itu, jiwa manusia bebas tetapi bertanggung jawab. Ia
adalah kekuatan yang dibebani tugas, dan ia adalah karunia yang dibebani kewajiban.
Demikianlah yang dikehendaki Allah secara garis besar terhadap manusia. Segala
sesuatu yang sempurna dalam menjalankan peranannya, maka itu adalah
implementasi kehendak Allah dan qadar-Nya yang umum.
D. Potensi Aqliyah
Potensi Aqliyah terdiri dari panca indera dan akal pikiran (sam‟a basar,
fu‟ad). Dengan potensi ini, manusia dapat membuktikan dengan daya nalar dan
ilmiah tentang „kekuasaan‟ Allah. Serta dengan potensi ini ia dapat mempelajari dan
memahami dengan benar seluruh hal yang dapat bermanfaat baginya dan tentu harus
diterima dan hal yang mudharat baginya tentu harus dihindarkan. Potensi Aliyah juga
merupakan potensi yang dianugerahkan Allah kepada manusia agar manusia dapat
membedakan mana yang haq dan mana yang bathil dan mapu berargumen terhadap

16
pemilihan yang dilakukan oleh potensi ruhiyah. Allah berfirman dalam Al- qur‟an
surat( An-Nahl ayat 78):

‫هّٰللا‬
َ‫ َدةَ ۙ لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُوْ ن‬Kِِٕ‫ار َوااْل َ ْفٕـ‬
َ ‫ص‬َ ‫ ۙا َّو َج َع َل لَ ُك ُم ال َّس ْم َع َوااْل َ ْب‬Kًًٔ‫َو ُ اَ ْخ َر َج ُك ْم ِّم ۢ ْن بُطُوْ ِن اُ َّم ٰهتِ ُك ْم اَل تَ ْعلَ ُموْ نَ َش ْئـ‬
Artinya : Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati,
agar kamu bersyukur.

sesuatu yang sebelumnya tidak kamu ketahui. Dia telah memberikan kepadamu
beberapa macam anugerah berikut ini :
1. Akal sebagai alat untuk memahami sesuatu, terutama dengan akal itu kamu dapat
membedakan antara yang baik dan jelek, antara yang lurus dan yangs esat, antara
yang benar dan yang salah
2. Pendengaran sebagai alat untuk mendengarkan suara, terutama dengan
pendengaran itu kamu dapat memahami percakapan diantara kamu
3. Penglihatan sebagai alat untuk melihat segala sesuatu, terutama dengan
penglihatan itu kamu dapat mengenal diantara kamu.
4. Perangkat hidup yang lain sehingga kamu dapat mengetahui jalan untuk mencari
rizki dan materi lainnya yang kamu butuhkan, bahkan kamu dapat pula meilih mana
yang terbaik bagi kamu dan meninggalkan mana yang jelek.8 Menurut An-Nawawi
menafsirkan ayat ini bahwa agar kamu (manusia) menggunakan ni‟mat Allah itu
untuk kebaikan, maka kamu mendengar akan nasihat Allah, dan melihat tanda-tanda
Allah dan memikirkan kebesaran Allah. Selain ayat tersebut, surat (Al-Israa ayat 36):

ٰۤ ُ
‫ُٔوْ اًل‬Kُ‫ك َكانَ َع ْنهُ َم ْسٔـ‬
َ Kِ‫ول ِٕٕى‬ ‫ص َر َو ْالفُ َؤا َد ُكلُّ ا‬
َ َ‫ْس لَكَ بِ ٖه ِع ْل ٌم ۗاِ َّن ال َّس ْم َع َو ْالب‬
َ ‫َواَل تَ ْقفُ َما لَي‬

Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya
itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
Pada ayat ini Qatadah mengatakan bahwa makna yang dimaksud adalah
janganlah kamu mengatakan bahwa kamu melihatnya, padahal kamu tidak
melihatnya, atau kamu katakana kamu mendengarnya padahal kamu tidak
mendengrnya, atau kamu katakana bahwa kamu mengetahuinya, padahal kamu tidak
mengetahui. Karena sesungguhnya Allah kelak akan meminta pertanggungjawaban

17
darimu tentang hal itu secara keseluruhan, sehingga inti dari ayat ini adalah
bagaimana kita mengolah potensi yang terdapat dalam ayat ini dengan sebaik-baiknya
karena ketika kita menggunakan potensi ini, maka cara kita menggunakannya akan
mendapat pertanggungjawaban kelak di akhirat dan Allah melarang sesuatu tanpa
pengetahuan, bahkan melarang pula mengatakan sesuatu dengan dzan (dugaan) yang
bersumber dari sangkaan atau ilusi.

18
BAB III
KESIMPULAN
1. Kata khalifah berasal dari kata “khalf” (menggantikan, mengganti), atau kata “khalaf”
(orang yang datang kemudian) sebagai lawan dari kata “salaf” (orang yang terdahulu).
Sedangkan arti khilafah adalah menggantikan yang lain, adakalanya karena tidak
adanya (tidak hadirnya) orang yang diganti, atau karena kematian orang yang diganti,
atau karena kelemahan/tidak berfungsinya yang diganti
2. Hakikat manusia dalam Islam merupakan suatukeberadaan yang mendasari
diciptakannya manusia yang telah diberi amanat untuk mengaturbumi (Khalifah) yaitu
untuk mengabdi atau beribadah kepada Allah SWT sebagaimana firman Allah SWT
dalam Q.S.Adh-Dhariyat [51:56] yang artinya : “Dan aku tidak menciptakan jindan
manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
3. Tugas manusia sebagai Khalifah Allah tugas hidup manusia juga sebagai khalifah
Allah di muka bumi. Hal ini dapat difahami dari firman Allah dalam Q.S. al-Baqarah
ayat 30, yang Artinya : ”Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka
berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi, itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman:
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

19
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Abdul Mujib, M.Ag dan Dr. Jusuf Mudzakir, M.Si, Ilmu Pendidikan Islam Dr.
Abdul Mujib. Kepribadian dalam Psikologi islam (Jakarta: Rajawali Press,
2006) h. 43-48
Drs. Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali tentang pendidikan H. Abaddin Nata,
Paradigma Pendidikan Islam
Hasan Langgulung, Pendidikan dan peradaban Islam, (Jakarta: Pustaka al-Husna,
1985),
Prof.Dr. H.Jalaluddin, Teologi Pendidikan Dr. Samsul Nizar, M.A, Dasar-Dasar
Pemikiran Pendidikan Islam Al-Qur‟an dan terjemahannya (Depag RI)

20

Anda mungkin juga menyukai