Anda di halaman 1dari 37

PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN SISTEM REM

PUSAT PENGEMBANGAN KOMPETENSI PENDIDIK, TENAGA KEPENDIDIKAN


DAN KEJURUAN (P2KPTK2) JAKARTA PUSAT
2020
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................ ii

BAB I SISTEM REM ........................................................................... 1

A. GARIS BESAR .............................................................................. 1

B. TIPE REM ..................................................................................... 2

C. KONTRUKSI ................................................................................. 3

1. Master Cylinder ........................................................................ 3

2. Booster Rem ............................................................................ 5

3. Proportionong Valve ................................................................. 12

BAB II SISTEM REM ELEKTRONIK ................................................... 19

1. Antilock Brake System ............................................................. 19

2. Electronic Braking force Distribution ......................................... 20

3. Tranction Control System ......................................................... 21

4. Vehicle Dynamic Control .......................................................... 22

5. Komponen pada Sistem Rem Elektronik .................................. 24

6. Sistem Hydrolik ........................................................................ 29

BAB III Diagnosa Kerusakan ............................................................... 30

LEMBAR KERJA SISTEM REM.......................................................... 32

LEMBAR KERJA SISTEM REM ELEKTRONIK .................................. 35

ii
BAB I

SISTEM REM

A. GARIS BESAR
Sistem rem adalah salah satu sistem pada kendaraan yang difungsikan untuk
mengatur laju kendaraan sehingga pengemudi dan penumpang lebih aman dan
nyaman.
Fungsi rem :
• Mengurangi kecepatan (memperlambat) dan menghentikan kendaraan.
• Memungkinkan parkir pada tempat yang menurun.
• Sebagai alat pengaman dan menjamin pengendaraan yang aman.

Agar kecepatan kendaraan yang sedang berjalan dapat dikurangi, dan kemudian
dapat dihentikan, perlu diberikan gaya perlambatan kecepatan pada ban. Ketika
pengemudi mengoperasikan pedal rem, sistem rem menghasilkan kekuatan (gaya
lawan ke permukaan jalan) yang bekerja untuk menghentikan ban, dan kekuatan
(momen inersia) yang bekerja untuk menyerap tenaga yang membuat kendaraan
berjalan, sehingga kendaraan dapat dihentikan. Dengan kata lain, tenaga dari ban
(energi kinetik) yang bekerja untuk memutar diubah menjadi gesekan panas (energi
panas) dengan mengoperasikan rem untuk menghentikan putaran ban. Kendaraan

1
tidak hanya harus berhenti tapi juga harus berhenti sesuai dengan kehendak
pengemudi.
Sebagai contoh, rem harus menurunkan kecepatan kendaraan pada kecepatan yang
diinginkan dari deselerasi dan berhenti pada kondisi yang relative stabil pada jarak
yang cukup singkat saat pengereman darurat.

B. TIPE REM
Rem yang dipergunakan pada kendaraan bermotor dapat digolongkan menjadi
beberapa tipe tergantung pada penggunaannya.
• Rem kaki (foot brake) digunakan untuk mengontrol kecepatan dan menghentikan
kendaraan.
• Rem parkir (parking brake) untuk menghentikan kendaraan saat kendaraan
diparkir.
• Rem tambahan (auxiliary brake) untuk membantu rem kaki dan digunakan pada
kendaraan besar.

2
C. KONTRUKSI
Sistem rem terdiri dari komponen-komponen berikut :
1. Pedal rem
2. Master cylinder
3. Booster rem
4. Proportioning valve (P valve)
5. Rem kaki (Disc brake/Drum brake)
6. Rem parkir

1. Master Cylinder
Master cylinder adalah komponen yang digunakan untuk merubah tenaga
pengoperasian pedal rem menjadi tekanan hidraulik. Sekarang ini, tandem
master cylinder, yang memiliki dua piston, menghasilkan tekanan hidraulik pada

3
sistem rem dengan dua saluran. Tekanan hidraulik kemudian salurkan ke disc brake
calipers atau wheel cylinder pada tromol rem. Reservoir berfungsi untuk menyerap
perubahan volume minyak rem yang disebabkan oleh perubahan pada temperatur
minyak rem. Reservoir juga memiliki pembatas di bagian dalam untuk membagi
tabung menjadi bagian depan dan belakang seperti yang terlihat pada gambar
dibawah. Dengan desain dua bagian tabung ini memberikan kepastian penghentian
kendaraan ketika salah satu sirkuit gagal bekerja karena kebocoran minyak rem.
Sensor mendeteksi level minyak rem ketika level minyak rem di dalam tangki reservoir
turun di bawah tingkat minimum, dan kemudian menggunakan lampu peringatan
sistem rem untuk memberi peringatan kepada pengemudi.

Master cylinder terdiri dari komponen-komponen berikut.


a. Piston No.1
b. Pegas Pembalik No.1
c. Piston No.2
d. Pegas Pembalik No.2
e. Cup piston karet
f. Tanki Reservoir
g. Sensor level minyak rem (jika dilengkapi)

4
Prinsip kerja master cylinder.
Bila pedal rem ditekan, master cylinder mengubah tenaga tekan menjadi tekanan
hidraulis. Kerja pedal rem berdasarkan prinsip tuas, untuk
merubah tenaga pedal yang kecil menjadi tenaga besar yang bekerja pada master
cylinder. Berdasarkan hukum Pascal, tenaga hidrolis yang
dihasilkan di dalam master cylinder ditransmisikan melalui saluran rem ke
masingmasing master cylinder. Tenaga itu bekerja pada kanvas rem dan disc pad rem
untuk menghasilkan tenaga pengereman. Menurut hukum Pascal, tekanan yang
digunakan secara eksternal pada cairan tertutup akan
diteruskan secara merata ke segala arah. Dengan menggunakan prinsip ini pada
sirkuit hidrolis sistem rem, tekanan yang dihasilkan di dalam master cylinder
diteruskan sama rata ke semua wheel cylinder. Tenaga pengereman bervariasi,
seperti yang terlihat di bagian kiri, tergantung pada diameter wheel cylinder.

2. Booster Rem
Booster rem adalah komponen yang memanfaatkan perbedaan antara kevakuman
mesin dan tekanan atmosfir untuk menghasilkan tenaga yang kuat (pendorong power)
yang proporsional pada tenaga penekan pedal untuk mengoperasikan rem. Booster
rem memanfaatkan vakum yang dihasilkan pada intake manifold (atau pompa vacuum
pada mesin disel).

5
Booster rem terdiri dari komponen komponen berikut ini.
1) Valve operation rod
2) Push rod
3) Booster piston
4) Booster body
5) Diaphragm
6) Diaphragm spring
7) Valve body
8) Reaction disc
9) Air cleaner
10) Body seal
11) Variable pressure chamber
12) Constant pressure chamber
13) Check valve
Cara kerja rem Booster
a. Rem tidak digunakan
Katup udara dihubungkan ke valve operating rod, dan ditarik ke kanan oleh pegas
pembalik katup udara. Sedang katup kontrol didorong ke kiri oleh pegas katup kontrol.
Akibatnya katup udara bersentuhan dengan katup kontrol. Sehingga, aliran udara
atmosfir yang melalui saringan udara tidak dapat mengalir ke ruang tekanan variabel.
Pada kondisi ini katup vakum pada valve body terpisah dengan katup kontrol dan
saluran A dan saluran B terhubung. Karena dalam ruang tekanan konstan selalu ada

6
udara vakum, maka pada saat itu akan terdapat udara vakum pada ruang tekanan
variabel. Akibatnya, piston terdorong ke kanan oleh pegas diafragma.

b. Rem digunakan
Ketika pedal rem ditekan, valve operating rod mendorong katup udara, sehingga
menyebabkan katup udara bergerak ke kiri. Katup kontrol, yang didorong melawan
katup udara oleh pegas katup kontrol, juga bergerak ke kiri sampai katup kontrol
berhubungan dengan katup vakum. Sehingga saluran A dan B tidak berhubungan.
Ketika katup udara bergerak ke kiri lebih jauh lagi, katup udara akan bergerak
menjauhi katup kontrol. Kondisi ini membuat udara atmosfir memasuki ruang tekanan
variabel melalui saluran B (setelah melewati elemen saringan udara). Perbedaan
tekanan antara ruang tekanan konstan dan ruang tekanan variabel membuat piston
bergerak ke kiri. Kondisi ini akhirnya menyebabkan reaction disc menggerakkan push
rod booster ke kiri dan menambah tenaga pengereman.

7
c. Kondisi menahan
Bila pedal rem ditekan setengah, valve operating rod dan katup udara akan berhenti
bergerak tapi piston akan tetap bergerak ke kiri karena ada
perbedaan tekanan. Katup kontrol tetap dihubungkan dengan katup vakum oleh pegas
katup kontrol, tapi katup kontrol bergerak
bersama dengan piston. Karena katup kontrol bergerak ke kiri dan berhubungan
dengan katup udara, udara atmosfir dicegah untuk memasuki ruangan tekanan
variabel, sehingga tekanan pada ruang tekanan variabel stabil. Akibatnya ada
perbedaan tekanan yang konstan antara ruang tekanan konstan dan ruang tekanan
variabel. Karenanya, piston akan berhenti bergerak dan mempertahankan tenaga
pengereman yang sedang berlangsung.

8
d. Dorongan Maksimum
Bila pedal rem ditekan turun setengah, katup udara akan bergerak seluruhnya
menjauh dari katup kontrol. Pada kondisi ini, seluruh ruang tekanan variabel terisi
udara atmosfir, dan terjadilah perbedaan tekanan yang maksimum antara ruang
tekanan konstan dan ruang tekanan variabel. Kondisi ini menyebabkan piston
menerima efek dorong maksimum. Bahkan bila tenaga tambahan diberikan pada
pedal rem, efek dorong pada piston akan tetap tidak berubah, dan tenaga tambahan
akan diberikan hanya pada push rod booster dan akan diteruskan seluruhnya ke
master cylinder.

9
e. Kodisi tidak ada udara vakum
Bila booster rem tidak menerima udara vakum karena alasan apapun, maka tidak
akan ada perbedaan tekanan antara ruang tekanan konstan
dan ruang tekanan variable (karena keduanya akan diisi dengan udara atmosfir). Saat
booster rem berada pada posisi "off", piston dikembalikan ke kanan oleh pegas
diafragma. Sekalipun demikian, saat pedal rem ditekan, valve operating rod akan
bergerak ke kiri dan mendorong katup udara, reaction disc dan push rod booster. Ini
menyebabkan piston pada master cylinder memberikan tenaga pengereman pada
rem. Pada saat yang sama, katup udara mendorong kunci stopper katup yang
dimasukkan ke dalam valve body. Sehingga, piston juga akan melawan gaya pegas
diafragma dan bergerak ke kiri.
Dengan demikian, rem akan tetap berfungsi bahkan saat tidak ada udara vakum yang
diberikan pada booster rem. Tetapi karena booster rem tidak bekerja, pedal rem akan
terasa "berat".

10
Penyetelan Celah Push Rod

Panjang dari push rod harus disetel sebelum master cylinder rem dan booster rem
dirakit. Hal ini diperlukan supaya ada celah yang sesuai antara piston pada master
cylinder dengan push rod booster setelah keduanya dirakit kembali.

11
Sebuah SST digunakan untuk menyetel celah tersebut. Pada model-model terbaru,
terkadang harus menggunakan feeler gauge. Pastikan untuk merujuk pada Repair
Manual.
PETUNJUK:
• Bila master cylinder sudah diganti dan ada peralatan tambahan, gunakan
peralatan itu untuk melakukan penyetelan.
• Kalau label yang diperlihatkan pada gambar di atas tercantum pada bodi booster,
lihatlah Repair Manual saat melakukan penyetelan panjang push rod booster.
PETUNJUK SERVIS:
Bila celahnya terlalu kecil, akan mengakibatkan rem macet. Bila celahnya terlalu
besar, akan menyebabkan penundaan pengereman.

3. Proportioning Valve (P Valve)


Katup proportioning (katup P) diletakkan Antara saluran rem master cylinder dan
wheel cylinder roda belakang. Alat ini berfungsi untuk mendapatkan tenaga
pengereman yang sesuai untuk memendekkan jarak pengereman dengan cara
mengatur distribusi tenaga pengereman roda depan dan belakang agar roda belakang
terhindar dari penguncian lebih awal saat pengereman darurat (saat beban ditransfer
ke depan), dll. Bila distribusi terjadi seperti yang diperlihatkan di (a), tenaga
pengereman menjadi besar sehingga menyebabkan tenaga pengereman roda
belakang menjadi terlalu besar dari kurva ideal. Sehingga membuat roda belakang
mudah terkunci dan membuat kendaraan tidak stabil. Sebagai tambahan, bila
distribusi terjadi seperti yang diperlihatkan di (b), tenaga pengereman keseluruhan
menjadi kecil, yang akan membuat roda depan mengunci dengan mudah dan
menyebabkan hilangnya kontrol pengemudian.

12
Kontruksi
Katup P terdiri dari komponen-komponen berikut.
(1) Valve body
(2) Piston
(3) Valve seal
(4) Compression spring
(5) Cylinder cup

Cara Kerja

13
Tekanan hidrolis yang dihasilkan oleh master cylinder bekerja pada rem depan dan
belakang. Tekanan rem belakang dikendalikan sehingga tekanan hidrolis dibuat sama
dengan tekanan master cylinder sampai terjadi split point. Lantas, tekanan tersebut
dibuat lebih rendah dari tekanan master cylinder setelah split point. Cara kerja P valve
diperlihatkan di bawah ini.

a. Cara kerja sampai split point

Tenaga pegas mendorong piston ke kanan. Tekanan hidrolis dari master cylinder
melewati celah antara piston dan cylinder cup untuk memberikan tenaga yang sama
pada wheel cylinder depan dan belakang. Pada saat ini, suatu tenaga bekerja untuk
menggerakkan piston ke kiri dengan menggunakan perbedaan pada daerah
permukaan penerima tekanan tapi tenaga tersebut tidak dapat mengatasi tenaga
pegas. Sehingga, tenaga tadi tidak dapat bergerak.

b. Cara kerja mulai dari split point


Saat tekanan hidrolis yang diberikan pada wheel cylinder belakang bertambah,
tekanan yang mendorong piston ke kiri mengatasi tenaga dari pegas yang
menyebabkan piston bergerak ke kiri dan menutup sirkuit cairan.

14
c. Pengoperasian setelah s[plit point

Saat tekanan hidrolis dari master cylinder bertambah bersar, pertambahan tekanan
itu akan mendorong piston ke kanan untuk membuka sirkuit cairan. Bila ini terjadi,
tekanan hidrolis pada wheel cylinder belakang mulai naik dan tekanan yang
mendorong piston ke kiri mulai bertambah, maka sebelum tekanan hidrolis pada wheel
cylinder belakang naik seluruhnya, piston bergerak ke kiri dan menutup sirkuit cairan.
Kerja katup ini diulangi terus untuk membuat tekanan hidrolis pada bagian roda
belakang tetap naik lebih besar daripada bagian roda depan.

15
d. Pengoperasian saat pedal dilepas
Ketika tekanan hidrolis master cylinder menurun, cairan pada bagian wheel cylinder
belakang bergerak melewati sisi luar cylinder cup dan kembali ke bagian master
cylinder.

Beberapa tipe P Valve


a. Dual P Valve
Katup P ganda digunakan pada pipa rem diagonal untuk kendaraan FF. Sebenarnya,
katup P dapat dianggap sebagai sepasang katup P yang bekerja sama. Setiap katup
P bekerja dengan cara yang sama dengan katup P biasa.
b. Proportioning & Bypass Valve (P & BV)
P & BV mempunyai dua fungsi. Pertama, katup ini berfungsi sebagai katup P biasa.
Kemudian, bila sirkuit hidrolis untuk rem depan gagal berfungsi, dia akan
menghentikan fungsi katup P. (Walaupun tekanan hidrolis master cylinder naik,
tekanan yang sama dikirimkan ke roda belakang)

16
c. Load Sensing Proportioning Valve (LSPV)
LSPV adalah alat yang sebenarnya sama dengan katup P, tapi LSPV dapat
menyesuaikan split point dari katup P sesuai dengan beban yang
diberikan pada ban belakang. LSPV dapat menghindari rem belakang bekerja
berlebihan, penguncian, selip, dan juga memungkinkan bagi LSPV untuk
mendapatkan tenaga pengereman yang besar bila beban roda
belakang besar. LSPV umumnya digunakan pada kendaraan truk, yang beban roda
depan dan belakangnya berubahubah sesuai dengan jumlah muatannya. Beban
muatannya dideteksi oleh load-sensing spring yang terpasang diantara rear axle
housing dan rangka atau bodi. Split point dapat disesuaikan dengan menyetel
kekuatan pegas. Kadang-kadang sebuah LSPV ganda digunakan untuk pipa diagonal
pada kendaraan FF.

17
18
BAB II
SISTEM REM ELEKTRONIK

Sistem kontrol rem elektronik berfungsi meningkatkan stabilitas mengemudi dengan


memenuhi performa pengereman, kemampuan akselerasi, dan kenyamanan saat
belok pada waktu yang sama. Kemampuan ini dapat diperoleh oleh masing-masing
fungsi ABS, TCS, EBD dan VDC. Sistem ini terkait satu sama lain seperti yang
ditunjukkan pada gambar di bawah.

1. ABS (Anti-lock Brake System)


Kendaraan menjadi tidak stabil jika roda mengunci saat pengereman di jalan licin.
Selain itu, jarak pengereman akan menjadi lebih jauh.
ABS mengontrol gaya pengereman (tekanan fluida silinder roda) secara elektronik
dengan mendeteksi putaran roda saat pengereman dan menghindari penguncian dari
setiap roda. Dengan demikian, stabilitas kendaraan saat pengereman penuh dan
pengereman saat belok dapat ditingkatkan. Sistem ABS terdiri dari unit elektronik, unit
hidrolik dan komponen.

Fungsi dan pengaruh ABS


a. Untuk memastikan operasi kemudi yang tepat saat pengereman.
b. Untuk dapat menghilangkan hambatan sehingga kemudi aman.
c. Untuk menjamin stabilitas kendaraan dengan mencegah roda mengunci.
Cara kerja ABS
ABS dirancang untuk mengontrol tekanan minyak rem sehingga roda tidak terkunci
pada saat pengereman mendadak. Atau lebih jelasnya adalah pengontrolan tekanan
minyak rem yang berfungsi untuk mempertahankan "slip" rasio yang optimal antara

19
roda dan permukaan jalan, sehingga menghentikan kendaraan dengan aman dan
cepat.
Ketika terjadi pengereman penuh, kecepatan roda menjadi lebih rendah dari
kendaraan sehingga mengakibatkan slip antara ban dan permukaan jalan. Besarnya
slip adalah yang yang diarsir merah pada gambar di bawah. ABS mengontrol tekanan
minyak rem untuk meminimalkan slip dalam rangka untuk mencegah kendaraan dari
kehilangan kontrol mengemudi karena roda terkunci. Slip ini disebut rasio slip.

Pengereman tidak sebanding dengan slip ratio, berada pada kondisi maksimum bila
prosentase slip ratio antara 10 hingga 30%. Di atas 30%, tenaga pengereman secara
bertahap akan menurun. Karenanya, untuk mempertahankan tenaga pengereman
pada tingkat maksimum, slip ratio harus dipertahankan antara 10 hingga 30% setiap
saat.

2. EBD (Electronic Brake-force Distribution)


EBD diadopsi ke dalam sistem ABS untuk menjaga kinerja rem yang stabil (terlepas
dari kondisi beban kendaraan). Fungsinya adalah untuk mengontrol distribusi gaya
pengereman ke depan & belakang sesuai dengan kondisi beban. Ketika distribusi
beban pada sisi roda belakang meningkat, ia membagi kekuatan rem idealnya sesuai
dengan perbedaan slip ratio antara ban depan dan belakang.

20
Load sensing valve (LSV) dan Proportioning valve (P valve) mengontrol tekanan fluida
rem belakang secara mekanis. Dengan sistem EBD, EBD logic (software) dimasukan
ke dalam sistem ABS, dan mengatur gaya pengereman yang ideal.

Load sensing valve (LSV) secara mekanis mengontrol kekuatan rem belakang
tergantung pada berat beban kendaraan. EBD bekerja seperti halnya LSV, tetapi tidak
membaca beban pada kendaraan. EBD memonitor slip ratio roda depan dan roda
belakang dengan menggunakan komponen ABS. EBD tidak memiliki komponen
tambahan, tapi logic-nya (softwarenya) dimasukkan ke dalam sistem ABS. Kekuatan
rem belakang dikendalikan secara elektrik dan idealnya sesuai kebutuhan. Sebagai
hasilnya, sistem memberikan efek rem yang lebih baik untuk setiap perubahan berat
kendaraan.
Cara kerja EBD
Sistem EBD memonitor perbedaan skid roda depan dan roda belakang. Ketika
perbedaan menjadi lebih besar dari spesifikasi tertentu, EBD akan menahan tekanan
fluida rem belakang dan meningkatkan tekanan untuk membuat skid roda depan dan
belakang menjadi sama. Dan setelah perbedaan kembali ke keadaan spesifikasi, EBD
memungkinkan untuk meningkatkan tekanan fluida ke rem belakang lagi.

3. TCS (Traction Control System)


Pada permukaan jalan yang mudah menyebabkan slip (spin), penurunan stabilitas
mengemudi bias terjadi dikarenakan roda penggerak berputar ditempat (spin) ketika
start awal atau saat akselerasi mendadak. TCS mengontrol torsi mesin dan gaya
pengereman roda penggerak menggunakan berbagai perangkat yang dikontrol

21
secara elektronik. Sebagai hasilnya, TCS mencegah roda penggerak berputar
ditempat (spin) untuk meningkatkan start awal, akselerasi, stabilitas berkendara, dan
keselamatan.

Cara kerja TCS


1) Mengambil kecepatan rata-rata roda depan sebagai dasar, kecepatan roda
penggerak belakang terus dipantau dan dibandingkan.
2) Pengemudi membuka throttle dan kecepatan roda belakang meningkat (terjadi
spin). Ketika kecepatan roda melebihi spesifikasi TCS ON, Maka TCS akan ON.
Throttle akan menutup sedangkan tekanan minyak rem roda belakang meningkat.
3) Ketika kecepatan roda belakang menurun pada tingkat antara ambang TCS ON
dan TCS OFF, posisi throttle dan tekanan minyak rem dipertahankan.
4) Akhirnya, ketika kecepatan roda belakang turun di bawah ambang TCS OFF,
sistem aktif dengan sendirinya ke posisi OFF, membuka throttle dan mengurangi
tekanan minyak rem.
5) Sampai fenomena spin tidak terjadi, langkah 2 sampai 4 akan terus berulang.

4. VDC (Vehicle Dynamics Control)


VDC secara otomatis meningkatkan stabilitas mengemudi dengan mengendalikan
gaya pengereman dari empat roda secara individu dan mengendalikan output mesin
saat menghindari rintangan ataupun menikung. Sistem ini bekerja dengan cara
mengontrol fungsi pengereman berdasarkan kalkulasi penyimpangan side skid dari
target ketika mengemudi.

Cara kerja VDC


VDC menghitung kondisi aktual dari kendaraan saat menikung berdasarkan steering
angle, yaw rate, deselerasi, kecepatan kendaraan, dll. Jika kendaraan dalam kondisi
oversteer/understeer, VDC mengontrol gaya pengereman ke 4 roda secara individu
untuk mencegah status tersebut

22
VDC mengontrol tekanan hidraulik dengan cara mengendalikan tekanan hidraulik dari
pompa di dalam aktuator rem yang akan disalurkan ke
setiap wheel cylinder untuk mengontrol selip (skid) roda depan atau selip roda
belakang.

23
5. Komponen pada Sistem Rem Elektronik

24
1. Front RH wheel sensor rotor 8. Rear RH wheel sensor 15. Throttle control signal
2. Front RH wheel sensor 9. Rear LH wheel sensor 16. Electric throttle control
actuator
3. Front LH wheel sensor 10. Rear LH wheel sensor 17. Engine
rotor
4. Front LH wheel sensor rotor 11. Combination meter 18. Engine Control Module
5. Brake booster & master 12. VDC OFF swith 19. Transaxle
cylinder
6. ABS actuator & control unit 13. Yaw rate/side G sensor 20. Transmission Control
Module
7. Rear RH wheel sensor rotor 14. Steering angle sensor

Note : warna biru adalah komponen yang umum berada dalam sistem rem electronic (ABS,
EBD, TCS, VDC).

a. Wheel rotation sensor


Sensor mendeteksi kecepatan putaran setiap roda dan mengirimkannya ke kontrol
unit.
Ada 2 macam tipe dalam wheel rotation sensor:
1). Active sensor
Dengan IC di detektor dan magnet di rotor sensor, dapat mereduksi ukuran dan
berat dari sensor tersebut. Power dipasok ke detektor sirkuit untuk membaca fluks
magnetik. Gaya magnet terdeteksi secara elektrik, dan akan diubah menjadi arus
sinyal. Saat rotor sensor berputar, medan magnet akan berubah. Perubahan
medan magnet dikonversi ke arus sinyal (digital signal). Sinyal dikirim ke kontrol
unit ABS. Perubahan medan magnet akan sebanding dengan kecepatan putaran
roda.

25
2). Passive sensor
Unit sensor terdiri dari sensor rotor berbentuk gigi dan elemen sensor. Elemen
tersebut mengandung magnet batang yang dikelilingi oleh kumparan (koil). Sensor
dipasang di sisi belakang rotor rem. Tegangan AC akan dihasilkan oleh sensor saat
roda berputar. Frekuensi dan tegangan meningkat saat kecepatan putar meningkat.

b. ABS Control Module


Aktuator ABS dan kontrol unit terintegrasi jadi satu. Kendaraan dengan sistem rem
elektronik mengontrol setiap fungsi VDC / TCS / ABS / EBD secara teritegrasi.
Kontrol Unit menerima Sinyal yang dikirim dari masing-masing sensor kecepatan roda,
menghitung kecepatan roda, dll., dan mengirimkan sinyal ke aktuator yang mengontrol
tekanan fluida rem (menurun, meningkat dan mempertahankan) di silinder roda.

c. Yaw rate/side G-sensor


Pada kendaraan dengan VDC, sensor ini berfungsi untuk mendeteksi tingkat
yaw/lateral G/longitudinal G dari kendaraan dan mengirimkan sinyal tegangan analog
ke kontrol unit ABS.

26
d. Steering Angle Sensor (kendaraan dengan VDC)
Sensor mendeteksi putaran, kecepatan sudut dan perubahan arah kemudi kemudian
mengirimkan sinyal ke kontrol unit ABS melalui komunikasi CAN.

e. VDC OFF Indicator Lamp (kendaraan dengan VDC)


Lampu menyala ketika kerusakan terjadi dalam sistem kelistrikan
EBD/VDC/TCS/ABS. Hal ini juga terjadi ketika switch VDC OFF ditekan/diaktifkan.
Ketika kunci kontak dihidupkan untuk cek lampu, lampu akan menyala sekitar satu
detik dan kemudian mati.

27
f. SLIP Indicator Lamp (kendaraan dengan VDC dan TCS)
Lampu menyala ketika kerusakan sistem listrik
terjadi dalam EBD / VDC / TCS / ABS. Juga
menyala ketika VDC atau fungsi TCS beroperasi.

g. ABS Warning Lamp


Ketika kerusakan terjadi di sistem, lampu akan menyala dan memperingatkan bahwa
sistem rem dalam kondisi fail safe dan sistem rem konvensional bekerja. Lampu
peringatan ABS dan lampu peringatan rem (jika dilengkapi) menyala pada waktu yang
sama ketika kerusakan terjadi di sistem EBD.

28
6. Sirkuit Hydrolik

29
BAB III
DIAGNOSA KERUSAKAN

Ketika kendaraan mengalami masalah atau gangguan pada sistem rem, hal itu akan
menyebabkan penurunan performa pengereman pada kendaraan. Jika hal ini terjadi
maka tingkat kenyamanan dan keselamatan dalam berkendara akan berkurang.
Berikut adalah empat tahap prosedur troubleshooting yang dianjurkan
untuk dilaksanakan.
1. Verifikasi
2. Isolasi/pemilahan
3. Repair/perbaikan
4. Pengecekan kembali

1. Verifikasi
Periksa semua komponen yang dikeluhkan oleh pelanggan untuk memastikan
kebenaran komplain pelanggan. Perhatikan gejalanya, jangan memulai
membongkar atau mengetes sampai anda benar-benar mendekati titik
permasalahannya.
2. Isolasi
Temukan gambar/skema/wiring diagram yang sesuai dengan problem yang ada.
Tentukan bagaimana seharusnya sirkuit/sistem tersebut bekerja. Periksa juga
sistem/komponen/sirkuit lainnya yang tekait dengan gejala kerusakan yang timbul.
Lakukan pengetesan untuk memeriksa diagnosa yang telah anda lakukan.
Gunakan logika, prosedur sederhana merupakan kunci dalam melakukan
troubleshooting dengan cepat. Persempit kemungkinan penyebab dengan
mengunakan pencarian troubleshooting dan
tabel diagnosis (bias menggunakan petunjuk yang ada di Manual Service). Lakukan
tes pertama ditempat yang paling dicurigai. Coba
lakukan pengetesan dititik yang mudah dijangkau dulu.
3. Perbaikan
Setelah problem ditemukan, lakukan perbaikan seperlunya.
4. Pengecekan kembali

30
Ulangi pengecekan untuk memastikan bahwa kerusakan sudah ditangani dengan
tuntas. Jika problemnya karena fuse terbakar, pastikan untuk mengetes seluruh
sirkuit yang terkait fuse tersebut.

Beberapa kerusakan yang biasa terjadi pada sistem rem.


• Pedal rem rendah/kosong
• Rem narik
• Pedal keras tapi rem tidak pakem
• Noise dari rem
• Rem getar

==========================SELESAI=======================

31
LEMBAR KERJA
SISTEM REM

1. Lakukan pemeriksaan awal pada sistem rem.


a. Ukur tinggi pedal rem
Hasil : …………………mm (OK/NG)

b. Ukur gerak bebas pedal rem (free play)


Hasil : …………………mm (OK/NG)

c. Periksa kuantitas minyak rem


Hasil : OK/NG
d. Periksa kualitas minyak rem
Hasil : OK/NG
2. Lakukan pemeriksaan pada kerja dari Booster rem.
Hasil : …………………………………………………..

32
3. Lakuakan pemeriksaan terhadap selang vakum pada booster
Hasil : …………………………………………………...

4. Lakukan pemeriksaan pada bagian komponen master cylinder pada benda praktek
yang telah disediakan. Tulis hasilnya pada kolom yang telah disediakan di bawah
ini.
Nama Komponen Hasil Pemeriksaan

5. Lakukan pemeriksaan pada bagian rem depan. Apakah semua komponen dalam
kondisi OK/NG? Ukur ketebalan brake pad, ketebalan disc brake dan run out disc
brake.
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………

6. Lakukan pemeriksaan pada bagian rem belakang. Apakah semua komponen


dalam kondisi OK/NG? Ukur ketebalan brake shoe dan diameter brake drum.
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………

33
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………

7. Lakukan air bleeding pada kendaraan praktek yang tersedia.


Hasil : ……………………………………………………………..

34
LEMBAR KERJA
SISTEM REM ELEKTRONIK

1. Sebutkan 3 fungsi dan efek yang terjadi pada kendaraan ketika kendaraan tersebut
memiliki teknologi Antilock Brake System!
a. ……………………………………………………………….
b. ……………………………………………………………….
c. ……………………………………………………………….

2. Berapakah besarnya nilai fuse pada rangkaian ABS?


…………………………………………………………….

3. Sensor ABS/sensor roda yang terdapat pada kendaraan praktek termasuk jenis
sensor : ACTICE SENSOR / PASSIVE SENSOR

4. Dimanakah letak Electronic Brake force Distribition?


…………………………………………………………….
5. Apakah kendaraan yang anda pakai latihan memiliki teknologi TCS/VDC (atau
yang sejenis, seperti TRC/VSC)?
…………………………………………....

6. Diagnosa kerusakan
Ada kendaraan yang tidak berfungsi dengan benar, lampu peringatan ABS
menyala dan ABS tidak beroperasi. Lakukan diagnosa masalah dengan merujuk
pada Manual Servis.
a. Lampu peringatan apa saja yang menyala (ON)?
………………………………………………………
b. Tuliskan hasil dari diagnosa kerusakan.
………………………………………………………

c. Periksa bagian yang tidak berfungsi yang ditunjukkan oleh hasil diagnosis
diatas. Apa penyebab kerusakan apa itu?
………………………………………………………

35

Anda mungkin juga menyukai