Anda di halaman 1dari 5

Annisaa Soraya

CORYNEBACTERIUM & BORDETELLA


drg. Rita Endriani
KLASIFIKASI Kultur
— Bersifat aerob dg suhu optimal 34-370C, pH 7,2-7,8
— Media kultur;
* Agar darahà zona hemolisis kecil, koloni kecil,
granular, abu-abu tepi tidak beraturan
* Loeffler’s cogulated serum à koloni kecil,
putih keabu-abuan, mengkilat
* Medium selekstif (sering) à Blood Tellurit Agar
(BTA) atau Chocolate Tellurit Agar(CTA) à
koloni abu-abu sampai hitam
— Koloni pd BTA/ CTA ada 4 jenis khas: gravis (G),
CORYNEBACTERIUM DIPHTHERIA mitis (M), intermedius (I) dan belfanti è
— Penyebab penyakit difteri
epidemiologi
— Sering terjadi pd anak-anak usia 1-9 tahun yang
tidak di imunisasi ttp dapat juga pd org dewasa
— Gejala khas: ada pseudomembran pada nasofaring
à gg pernafasan dan bisa menyebabkan kematian
— Gejala lain umumnya timbul karena eksotoksin
— Kalau sudah terinfeksi, infeksi berat
Morfologi
— Gram (+)
— Bentuk pleomorfikà basil langsing, kadang Gambar: C. diphtheria pd agar Tellurit
lurus/bengkok Struktur Antigen
— Khas èClub shapes (menggelembung pd ujungnya) — Ag O / somatic è polisakarida tahan panas dan
— Tersusun spt rantai berjejer sejajar à polisade è protein tidak tahan panas è tidak ada korelasi dg
bisa seperti V, L, Y seperti "Huruf Cina" koloni dan virulensi
— Pada media Loffler à bintik-bintik granuler à Metabolit Bakterial
voluntine granules è Babes Ernt bodies à fungsi — Endotoksinà toksisitas rendah
sebagai cadangan makanan — Eksotoksin à toksin difteri à berperan bnyk dlm
— Motilitas (-), Spora (-), Kapsul (-) infeksi
Pathogenesis
1. Transmisi melalui droplet
2. Port’d entry à Resp atas
3. Attach di lapisan sel mukosa dengan pili nya
4. Multiplikasi di lapisan selaput lendir
5. Produksi toksin (eksotoksin)
6. Di saluran resp atas à eksotoksin à menyebabkan
Gambar: C. diphtheria pd pewarnaan Gram à Gram (+) , nekrosis jaringan yang berdekatan.
ungu 7. Memicu respon inflamasi à pseudomembran
dihtheritic (yg sulit untuk dilepaskan) à masuk
sirkulasi darah à ke seluruh tubuh à tetapi efek
toksiknya à jantung dan saraf tepi.
Gejala Klinis
— Inkubasi 2-7 hari
— G/ umum: nyeri tenggorok, demam dg panas tidak
Gambar: Pewarnaan Albert batang kehijauan , palisade. terlalu tinggi, tampak lemah
butiran Babes Erns, club shapes . — G/ lain tgt lokasi. à paling sering sal pernafasan
atas
— Pseudomembran difteri terdiri dari: Bakteri, Epitel
nekrotik, Fagosit, Fibrin.
1. Difteri laring
Ø Pseudomembran biasanya muncul pertama kali di
faring dan tonsil, warna putih kebiruan, ukuran
bervariasi à palatum molle dan durum
Gambar: C. diphtheria pd pewarnaan Neisser
Annisaa Soraya

Ø Membran dpt bewarna hijau keabuan atau hitam jika


terjadi pendarahan
Ø Eritema mukosa yg mengelilingi membran
Ø Bersifat melekat sulit dilepaskan à dipaksa bs
pendarahan
Ø Perluasan à obstruksi pernapasan à kematian
2. Difteri Laring Trakeal
Ø Terjadi karena perluasan difteri faring Gambar: Pewarnaan Gram +, spt huruf cina
Ø Difteri laring sangat berbahaya à sumbatan laring
à kedaruratan medik
Ø G/: gangguan pernapasan à obstruksi pernapasan
(ditandai dengan sesak napas, sianosis, stridor,
retraksi suprasternal dan epigastrik) à pembesaran
kelenjar mandibula dan leher à oedem jar
sekitarnya (bull neck )
3. Difteri hidung à jarang dijumpai Gambar: C. diphtheria pd pewarnaan Neisser
4. Difteri kutaneus
ü Sangat jarang dijumpai Kultur
ü Difteri kulit terjadi di daerah tropis. — Spesimen diinokulasi ke Loeffler, agar cystein-
ü Dapat timbul di daerah telinga, konjungtiva, tellurite dan 5% darah merah domba.
umbilikus dan vagina — Inkubasi à suhu 35 0 C selam 24 jam
— Loeffler à koloni kecil, putih keabu-abuan,
mengkilat, bintik-bintik granuler à voluntine
granules è Babes Ernt bodies
— Blood Tellurit Agar (BTA) atau Chocolate Tellurit
Agar(CTA) à koloni abu-abu sampai hitam

Identifikasi Koloni
— Setiap koloni yg tumbuh à subkultur
Gambar: Pseudomembran C. difteri di faring dan tonsi à — Identifikasi koloni à ditemukan 3 jenis koloni pd
harus diangkat kultur
Komplikasi — Jenis kolonià mencerminkan tingkat keparahan
— Pada sistem pernapasan à obstruksi sal napas, penyakit
atelektasis, bronkopneumoniae * Gravis à hasil klinis yang sangat parah.
— Pada sistem kardiovaskuler à kolaps vaskuler * Intermedius à kurang parah dan tidak fatal.
perifer, gagal jantung * Mitis à gejala ringan / tanpa gejala
— Pada traktus urogenitalà degenerasi epiel pd Uji Biokimia
nefritis akut C. difteri è
— Pada saraf à paralisis, neuritis perifer Ø Katalase (+)
— Kematian Ø Nitrat (+)
Diagnosis Laboratorium Ø Urea (-)
Spesimen: Ø Glukosa dan maltosa (+) dengan gas.
swab nasofaring dan tenggorokan (swab nasipharyngeal Ø Trehalose dan sukrosa (-),
harus diperoleh dengan kapas alginat fleksibel yang Ø Manitol dan xilosa (-)
menjangkau jauh ke dalam nares posterior). Ø Hidrolisis eskulin (-),
Transportasi Spesimen Ø Hidrolisis gelatin (-)
— Spesimen harus langsung dikirim ke laboratorium. Uji Toksigenisitas
à krn bakteri cepat mati — Semua isolat C. difteri diuji toksinnya produksi.
— Jika ada penundaan, spesimen harus ke medium — Ada metode yang tersedia:
Loffler 1. Tes imunodifusi in vitro.
— Dapat dikirim sehari atau lebih. 2. Tes kematian subkutan kelinci percobaan.
MIKROSKOPIS 3. Uji imunodifusi Elek yang dimodifikasi invitro
— Mikroskopis à Pewarnaan Gram, Neisser
— P. Gram à Gram positif
— P. Neisser àbasil langsing, kadang lurus/bengkok
, Club shapes , tersusun polisade è huruf V, L, Y
seperti "Huruf Cina"
Annisaa Soraya

— Gejala khas: batuk paroksismal tarikan napas kuat


dan berbunyi “whoop”(inspiratory whoop)
— Komplikasi mayor à bayi
Morfologi
— Gram negatif, Pleomorfik
— Coccobacil kecil (1,5 mikrometer)
— Butiran metakromatik bipolar à (dengan
pewarnaan biru toluidin)
— Media Bordet Gengou (BG) à koloni kecil, kubah,
halus, berkilau, menyerupai (like apperance)
mutiara/ air raksa dan zona kecil hemolisis kabur.
— Kapsul

TERAPI
Gambar. B. pertusis
— ADS (Anti Difteri Serum) à diberikan “segera”
Gram negatif, cocobacil tunggal / berpasangan
setelah diagnosis ditegakan
— Antibiotik à oral/ injeksi
Tujuan:
• membunuh difteri
• mencegah infeksi sekunder
• memperpendek periode penyakit
• mengurangi convalescent carrier
— Analgetik dan antipiretik
— Trakheostomi à bi;a terjadi obstruksi sal napas Gambar. Koloni B. pertusis
PENCEGAHAN Koloni kecil, mengkilat, spt mutiara
— Isolasi penderita Metabolism
— Imunisasi awal à anak2 à DPT (difteri pertusis — Aerob obligat
tetanus — Tidak memfermentasi karbohidrat
— Imunisasi ulangan à anak SD, dewasa à TT/ Td — Tidak memfermentasi gula
(tetanus toksoid) — In vitro à tumbuh lambat à Inkubasi 3 - 7 hari
— Memberantas carrier — Kultur : (tdk bisa media agar darah)
— Kontak dg penderita à swab , pemeriksaan kultur àmedia Bordet Gengou (BG) (kentang-darah-
- Negatif àimunisasi gliserol)
- Positif tanpa gejala à Antibiotik àmedia Regan Lowe (agar charcoal + 10%
- Positif dengan gejala à terapi pasien darah kuda)
Difteri à LAD à tidak tumbuh
Struktur Antigen
BORDETELLA Ø Ag K/ kapsul
Ø Ag O / somatik à sifat non protektif
Ø Hemaglutininàmemediasi perlekatan pada sel
epitel bersilia.
Ø Toksin pertusis:
- mengaktifkan limfosit.
- sensitisasi terhadap histamin.
- meningkatkan sekresi insulin
- Aktivitas ribosilasi ADP
Ø Toksin Adenylcyclase
Bordetella pertusis Ø Toksin dermonekrotik
— Penyebab penyakit pertusis /whooping cough/batuk Ø Hemolysin
rejan / batuk 100 hari Ø Sitotoksin trakeaà menghambat sistesis DNA sel
— Sering pada anak-anak < 10 tahun, bisa dewasa silia sal napas atas
Ø Pili à adhesi bakteri ke silia sal napas atas
Annisaa Soraya

— Lipolisakarida à kerusakan sel epitel sal napas atas Ø Tes DFA (Antibodi Fluoresen Langsung)
Patogenisitas Ø Kultur pada media yang sesuai
— Bakteri menghasilkan beberapa faktor yaitu terlibat Ø Mikroskopis
dalam patogenesis penyakit Ø Reaksi bikimia
— Satu lokus dalam kromosom à berfungsi sbg pusat Ø Serologi
pengatur sentral gen virulen Ø PCR
— Lokus ini memiliki 2 gen virulensi bordetella è Ø Tes DFA (Antibodi Fluoresen Langsung) à
bvgA dan bvgS sensitivitas 50% à positif/ negatif palsu
è bvgS à diaktifkan oleh sinyal lingkungan Ø Media : media Bordet Genggou (BG) à inkubasi
è bvgA à aktivator transkripsi ke gen virulensi 48-72 jam suhu 37C à koloni kecil, kubah, halus,
— Penularan melalui droplet. berkilau, menyerupai mutiara yang dibelah
— Port’ d entry à sal p’napas atas à pada epitel sal dua(pearl like apperance) dan zona kecil hemolisis
napas atas à infeksi terlokalisasi epitel bersilia à kabur.
mengeluarkan toksin dan substansi à mengiritasi Hasil kultur di pengaruhi oleh:
permukaan sel à batuk dan limfositosis à nekrosis Ø Pengumpulan sampel yang tepat
epitel dan infiltrasi PMN à inflamasi peribronkial Ø Inokulasi langsung di tempat tidur.
dan penumoniae bakterial Ø Media transport à Regan dan Lowe (RL)
— Obstruksi bronkiolus oleh mukus àatelektasis dan Ø Penyiapan media, selektif atau non-selektif
menghambat oksigenasi darah è kejang pd Ø Kelembaban à kalau kering, mati
pertusis Sambungan Mikroskopis
— Pewarnaan Gram à Gram negatif
— Koloni khasè coccobacil kecil, è tes DFA harus
dilakukan.
Sambungan biokimia
Ø Tidak ada gula fermentasi,
Ø Gelatin (-)
Ø Indole dan acetoin (-)
Ø H2S (-)
Gejala Klinis Ø Katalase (+)
— Transmisi: droplet Sambungan Serologi dan PCR
— Inkubasi 5-21 hari à keluhan 3 bln/ 100 hari Serologi
Infeksi khas ada 3 stadium: v Uji Aglutinasi dan Antibodi Fluoresen
Ø Std 1. Std kataral/ prodromal à batuk, bersin, pilek v Tetapi hasilnya akan positif setelah 3 minggu dg
(menyerupai flu biasa) à 2 mgg à infeksius gejala klinis.
Ø Std 2. Std spamodik/paroksismal à batuk khas à PCR
eksplosif (non produktif terus menerus), tarikan — è metode yang paling sensitif diagnosis.
napas kuat dan berbunyi “whoop”(inspiratory — Primer untuk B parapertussis è juga harus diuji.
whoop)à cepat lelah, disertai muntah, sianosis, IMUNITAS
kejang è lebih sering malam hari — Imunitas muncul setelah infeksi atau imunisasi
P/ laborà leukositosis (16.000-30.000/µL) — Infeksi kedua à dapat muncul ttp ringan
dan limfositosis — Reinfeksi setelah bbrp tahun / dewasa à lebih parah
Ø Std 3. Std penyembuhan/ convalescence à infeksi PENGOBATAN
sekunder dan komplikasi — DOC à eritromisin, ttp bs yang lain spt tetrasiklin
Komplikasi pertusis: dan kloramfenikol
— Sal napas à bronkitis, bronkopneumoni, — Supportif
bronkiektasis PENCEGAHAN
— Sal cerna à hernia, prolapsus reptii — Imunisasi DPT pada bayi à 3 kalià dengan interval
— SSP à oedem dan pendarahan otak 6 - 8 minggu
— Satu kasus pertusis dapat mengindikasikan sebuah — Booster à usia prasekolah
cluster dari individu yang terinfeksi. Bordetella parapertusis
— Infeksi B. pertusis harus dicurigai pada anak kecil — Menghasilkan penyakit yang sama dr. B. pertusis è
dengan infeksi saluran pernapasan yang parah dan whooping
diagnosisnya juga harus dipertimbangkan pada anak — Infeksi bersifat subklinik
yang lebih tua dan dewasa yang telah terpapar — Tumbuh pada LAD/agar darah à koloni tumbuh
pertusis. lebih cepat dan lebih besar dari B. pertusis
Diagnosis Laboratorium — Toksinnya mirip dg B. pertusis
Ø Spesimen : pencucian nasal dengan salin, swab
nasofaring atau cough plate
Annisaa Soraya

Bordetella bronchiseptica
— Ditemukan pada hewan à jarang menyebabkan
infeksi pada manusia
— Anjing à batuk “kennel” dan penumonitis
— Kelinci à snuffles
— Babi à rinitis atrofi
— Tumbuh pada LAD
— Toksinya mirip B. pertusis

Anda mungkin juga menyukai