Anda di halaman 1dari 2

Nama : Itania Indrawati

NIM : 200710101265

Mata Kuliah : PKIM

LEGAL OPINION

Duduk Perkara

Sepasang kekasih bernama Pria dan Wanita merupakan eksekutif dewasa muda berencana
melakukan perkawinan namun belum melakukan persiapan apapun karena sedang fokus pada
karier. Pria melakukan bujuk rayu terhadap Wanita untuk melakukan hubungan seksual dan
berjanji akan melakukan perkawinan sah (secara hukum agama dan negara). Pria dan Wanita
melakukan hubungan seksual dan berakibat kehamilan namun si Pria tak kunjung beritikad baik
untuk mengawini si Pria. Berikan Legal opini anda disertai sumber bacaan/dasar hukum.

Dasar Hukum

Pasal 58 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata), Putusan Mahkamah Agung RI
No. 522 K/Sip/1994,Putusan Mahkamah Agung RI No 3191 K/Pdt/1984 tertanggal 8 Februari
1986, dan Putusan Mahkamah Agung RI No 3277 K/Pdt/2000 tertanggal 18 Juli 2003

Pendapat Hukum

Sebenarnya dalam hubungan pacaran tidak ada hak dan kewajiban yang harus terpenuhi sehingga
tidak menyebabkan akibat hukum. Jadi jika salah satu pihak merasa dirugikan atau merasa janji
nya tidak ditepati maka tidak bisa menuntut kewajiban dari pihak yang memberi janji di depan
pengadilan karena tidak berdasar pada aturan apapun. Jika merujuk pada Pasal 58 KUHPER
Janji kawin tidak menimbulkan hak untuk menuntut di muka Hakim, juga tidak menimbulkan
hak untuk menuntut penggantian biaya, kerugian dan bunga, akibat tidak dipenuhinya janji itu,
semua persetujuan untuk ganti rugi dalam hal ini adalah batal. Dalam kasus diatas apabila pihak
perempuan melapor kepada pengadilan penyidik tidak akan bisa memproses lebih lanjut kasus
yang bersangkutan, karena perbuatan laki-laki yang tidak bertanggung jawab atas hamilnya
perempuan luar kawin tidak diatur dalam undang-undang manapun. Artinya persoalan ini hanya
dapat diselesaikan melalui jalur kekeluargaan, kalaupun si laki-laki menolak untuk bertanggung
jawab tidak ada sanksi pidana yang bisa menjeratnya. Dan tidak ada aturan yang dapat memaksa
laki-laki tersebut untuk memenuhi tanggung jawabnya. Namun pada kasus yang sama terdapat
putusan Mahkamah Agung yang dapat mendasari kasus tersebut yaitu Putusan Mahkamah
Agung RI No. 522 K/Sip/1994,Putusan Mahkamah Agung RI No 3191 K/Pdt/1984 tertanggal 8
Februari 1986, dan Putusan Mahkamah Agung RI No 3277 K/Pdt/2000 tertanggal 18 Juli 2003.
Dalam kasus yang sama di Nusa Tenggara Barat MA menyatakan pihak laki-laki melakukan
PMH dikarenakan tidak menepati janji untuk menikahi. MA menyatakan perbuatan laki-laki
melanggar norma kesusilaan dan kepatutan dalam masyarakat. Karena itu pula, perbuatan si pria
dianggap sebagai perbuatan melawan hukum.

Kesimpulan

Jadi dapat disimpulkan pada kasus tersebut penyidik tidak akan bisa memproses lebih lanjut
kasus yang bersangkutan, karena perbuatan laki-laki yang tidak bertanggung jawab atas
hamilnya perempuan luar kawin tidak diatur dalam undang-undang manapun, kemudian Pasal 58
KUHPER juga menyebutkan bahwa janji kawin tidak menimbulkan penuntutan ganti rugi jika
tidak diikuti telah mempersiapkan perkawinannya seperti sudah menyebar undangan dll. Tetapi
adapun putusan MA yang bias dijadikan dasar penuntutan yaitu Putusan Mahkamah Agung RI
No. 522 K/Sip/1994, Putusan Mahkamah Agung RI No 3191 K/Pdt/1984, Putusan Mahkamah
Agung RI No 3277 K/Pdt/2000.

Anda mungkin juga menyukai