Anda di halaman 1dari 12

KONSEP KEWIRAUSAHAAN ISLAM

MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Bisnis
Dosen Pengampu : Dra. Marlina,MM

Disusun oleh :
Kelompok 3

1. Nasyan Arif Dwi F 20.0101.0149


2. Arif Rifa’i 20.0101.0156
3. Bonang yusufa rahmatian 20.0101.0174
4. Wahyu safitri 20.0101.0167
5. Ade anan saputri 20.0101.0150
6. Arif Bagus Alimin 20.0101.0153

Kelas Manajemen 20 D
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya,
yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang
berjudul “Kewirausahaan dalam Islam” dengan baik.

Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Pranita S.U.,M.Sc yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan
makalah ini dengan lancar walaupun ada sedikit hambatan yang kami hadapi.

Makalah ini tidak terlepas dari kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, kami membuka diri
untuk menerima kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah kami di
masa mendatang.

Magelang, 25 Oktober 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................................................................... i

Kata Pengantar ........................................................................................................................ ii

Daftar Isi ................................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...........................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................................2
C. TUJUAN PENULISAN........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
A. Pengertian Kewirausahaan dalam Islam...............................................................................3
B. Konsep Kewirausahaan Rasulullah. Saw..............................................................................3
C. Semangat Kewirausahaan dalam Al-Quran...........................................................................3
D. Sifat-Sifat Rasulullah dalam berwirausaha...........................................................................4
E. Karakteristik Wirausaha Dalam Islam...................................................................................5
F. Perilaku Terpuji Kewirausahaan Dalam Islam......................................................................6

BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 8


A. KESIMPULAN.....................................................................................................................8
B. SARAN..................................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam Islam setiap muslim harus berusaha dengan keras agar dapat menjadi tangan
diatas daripada tangan dibawah, artinya lebih baik mampu membantu dan memberi sesuatu
pada orang lain dari hasil jerih payahnya, daripada meminta-minta. Bagaimana bisa
membantu orang lain jika untuk memenuhinya diri sendiri jika tidak mau berusaha keras.
Seseorang akan dapat membantu sesama apabila dirinya telah berkecukupan. Seseorang
dikatakan berkecukupan apabila ia mempunya penghasilan yang lebih. Seseorang akan
mendapatkan penghasilan lebih jika berusaha dengan keras dan baik. Karenanya dalam
bekerja harus disertai dengan etos kerja.

Islam mencela orang yang mampu secara fisik dan psikis yang mampu untuk bekerja
tetapi tidak mau berusaha keras. Seorang muslim harus dapat memanfaatkan karunia yang
diberikan Allah yang berupa kekuatan dan kemampuan diri untuk bekal hidup di dunia
maupun di akhirat. Etos kerja yang tinggi merupakan cerminan diri seorang muslim.

Dalam melakukan suatu usaha, disamping harus mempunyai etos kerja yang tinggi,
seorang muslim harus mempunyai jiwa wirausaha agar usaha berkembang dengan baik,
tidakmengalami kerugian, karena pada hakikatnya kewirausahaan adalah untuk
meningkatkan kualitas hidup seseorang dengan mawujudkan gagasan inovatif dan kreatif.
Inovatif adalah bertindak melakukan sesuatu, sedangkan kreatif adalah memikirkan sesuatu
yang baru.

Allah memerintahkan agar semua muslim berusaha melakukan usaha apa saja dan
dimana saja sesuai dengan ilmu dan keterampilan yang dimiliki sesuai dengan syriat Islam.
Ilmu termasuk dari bagian dari agama, ini berarti berpegang teguh pada ilmu sama halnya
berpegang teguh dengan agama, karena ilmu bersumber dari agama. Hal ini menunjukkan
bahwa jika ingin mendapatkan sesuatu yang baik maka harus berpegang teguh pada agama
dan ilmu.sedangkan agama mengajarkan bahwa dalam melakukan usaha atau
mengembangkan modal tidak melampaui batas, sesuai dengan Al-Qur’an, as-sunnah, ijma’
dan qiyas.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian kewirausahaan dalam islam ?
2. Bagaimana konsep kewirausahaan Rasulullah ?
3. Apa dalil dari semangat kewirausahaan dalam Al-Qur’an ?
4. Apa saja saja sifat-sifat Rasulullah dalam berwirausaha ?
5. Apa karakteristik wirausaha dalam islam?
6. Apa perilaku terpuji kewirausahaan dalam islam?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui pengertian dari kewirausahaan dalam islam
2. Mengetahui konsep kewirausahaan Rasulullah
3. Mengetahui dalil semangat kewirausahaan dalam Al-Quran
4. Mengetahui sifat-sifat Rasulullah dalam berwirausaha
5. Mengetahui karakteristik wirausaha dalam islam
6. Mengetahui perilaku terpuji kewirausahaan dalam islam
BAB II
PEMBAHASAN
1.    KEWIRAUSAHAAN DALAM ISLAM
Kewirausahaan dan Perdagangan dalam pandangan islam merupakan aspek kehidupan
yang dikelompokkan kedalam masalah mu’amalah, yaitu masalah yang berkenaan dengan
hubungan yang bersifat horizontal antar manusia dan tetap akan di pertanggungjawabkan
kelak di akhirat. Manusia diperintahkan untuk memakmurkan bumi dan membawanya ke
arah yang lebih baik serta diperintahkan untuk berusaha mencari rizki.Kewirausahaan
adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan
kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja,
teknologi dan produk baru yang dilakukan berdasarkan Ridho-Nya, karena semuanya akan
dikembalikan kepada-Nya. Karena lahir-mati, takdir dan rezeki adalah merupakan
kekuasaan absolut di luar instrumen rasionalitas manusia.
2.    KONSEP KEWIRAUSAHAAN ROSULULAAH SAW
Konsep kewirausahaan telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, jauh sebelum beliau
menjadi Rasul. Rosulullah telah memulai bisnis kecil-kecilan pada usia kurang dari 12 tahun
dengan cara membeli barang dari suatu pasar, kemudian menjualnya kepada orang lain untuk
mendapatkan keuntungan.
3.    SEMANGAT KEWIRAUSAHAAN DALAM AL-QURAN
Semangat kewirausahaan terdapat dalam Al-Qur’an yang akan di uraikan sebagai berikut,
1.                       QS.Hud:61, yang artinya :
“Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu Dan kepada Tsamud
(Kami utus) saudara mereka shaleh. shaleh berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali
tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan
menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah
kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa
hamba-Nya).”
2.                       QS.Al-Mulk:15, yang artinya :
“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya
dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah)
dibangkitkan.“
3.                       QS. Al-Jummuah 10 yang artinya :
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia
Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”
4.                       QS. Al-Baqarah: 275 yang artinya :
“…Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba“.

4.    UNSUR MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN YANG DIAJARKAN RASULULLAH SAW


1.               Pathfinding (mencari)
2.               Directing (mengarahkan)
3.               Controlling (mengawasi)
4.               Protecting (melindungi)
5.               Reflecting (perenungan)
5.    SIFAT-SIFAT RASULULLAH DALAM BERWIRAUSAHA
1.    Fathonah
Fathonah (cerdas) dalam diri Nabi Muhammad SAW dituliskan oleh Roziah Sidik, seorang
penulis asal Malaysia menyebutkan bahwa Rosulullah adalah seorang jenius dengan bukti
kepakaran sebagai ahli politik, ahli strategi peran, ahli diplomasi, ahli hubungan antar kaum, ahli
strategi, negarawan, pengambil keputusan, ahli perlembagaan, ahli pembangunan SDM, ahli
pembangunan masyarakat, ahli tata keluarga, ahli dakwah.
2.                       Amanah
amanah (komitmen) tercermin dalam sikap Rosulullah yang senantiasa menggunakan akad,
kesepakatan atau perjanjian bisnis dengan sistem kesepakatan bersama. Seseorang dianggap
melalaikan komitmen apabila tidak melaksanakan hal-hal yang telah disepakati bersama.
Rosulullah SAW bersabda : “Allah Azza wa jalla berfirman: “Aku adalah pihak ketiga dari
kedua belah pihak yang berserikat selama salah seorang dari keduanya tidak mengkhianati
temannya. Jika salah satu dari keduanya telah mengkhianati temannya, Aku terlepas dari
keduanya.” (HR Abu Dawud).
3.                       Shiddiq
Shiddiq (benar dan jujur) dapat tercermin dari beberapa sikap Rosulullah. Pertama, Rosulullah
bersikap baik dan jujur kepada perusahaan atau pemegang saham. Terbukti, setelah membantu
bisnis pamannya, Rosulullah mampu mengelola bisnis Khadijah ra dengan baik. Kedua,
Rosulullah bersikap baik dan jujur kepada pegawai. Rosulullah pernah menasehati untuk
membayar upah seorang pegawai sebelum keringatnya kering. Hal tersebut menunjukkan bahwa
perusahaan tidak boleh menunda-nunda hak seorang pegawai apabila perusahaan sedang tidak
mengalami kesulitan untuk membayar gaji tersebut.
4.                       Tabligh
Tabligh (Komunikatif). Sifat Rosulullah untuk senantiasa bersikap tabligh sejalan dengan firman
Allah SWT dalam QS. An-Nisa ayat 9 yaitu : “ ………oleh karena itu, hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah SWT dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.
5.                       Istiqomah
Istiqomah (keteguhan hati yang konsisten). Rosulullah senantiasa istiqomah dalam menjalankan
nilai-nilai bisnis Islam untuk dapat menjaga kepercayaan bisnis dari orang lain.

6.    KEGIATAN WIRAUSAHA DALAM ISLAM


Dalam Islam digunakan istilah kerja keras, kemandirian (biyadihi), dan tidak cengeng.
Setidaknya terdapat beberapa ayat al-Qur’an maupun Hadis yang dapat menjadi rujukan pesan
tentang semangat kerja keras dan kemandirian ini, seperti; “Amal yang paling baik adalah
pekerjaan yang dilakukan dengan cucuran keringatnya sendiri, ‘amalurrajuli biyadihi(HR.Abu
Dawud)” ;
“Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah”; “al yad al ‘ulya khairun min al yad al
sufla”(HR.Bukhari dan Muslim)(dengan bahasa yang sangat simbolik ini Nabi mendorong
umatnya untuk kerja keras supaya memiliki kekayaan, sehingga dapat memberikan sesuatu pada
orang lain), atuzzakah. (Q.S. Nisa : 77)
“Manusia harus membayar zakat (Allah mewajibkan manusia untuk bekerja keras agar kaya dan
dapat menjalankan kewajiban membayar zakat)”.
Dalam sebuah ayat Allah mengatakan, “Bekerjalah kamu, maka Allah dan orang-orang yang
beriman akan melihat pekerjaan kamu”(Q.S. at-Taubah : 105). Oleh karena itu, apabila shalat
telah ditunaikan maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia (rizki) Allah. (Q.S.
al-Jumu’ah : 10)
Bahkan sabda Nabi, “Sesungguhnya bekerja mencari rizki yang halal itu merupakan kewajiban
setelah ibadah fardlu” (HR.Tabrani dan Baihaqi).
Nash ini jelas memberikan isyarat agar manusia bekerja keras dan hidup mandiri.
Bekerja keras merupakan esensi dari kewirausahaan. Prinsip kerja keras, menurut Wafiduddin,
adalah suatu langkah nyata yang dapat menghasilkan kesuksesan (rezeki), tetapi harus melalui
proses yang penuh dengan tantangan (reziko). Dengan kata lain, orang yang berani melewati
resiko akan memperoleh peluang rizki yang besar. Kata rizki memiliki makna bersayap, rezeki
sekaligus reziko (baca; resiko).
Dalam sejarahnya Nabi Muhammad, istrinya dan sebagian besar sahabatnya adalah para
pedagang dan entrepre mancanegara yang pawai. Beliau adalah praktisi ekonomi dan sosok
tauladan bagi umat. Oleh karena itu, sebenarnya tidaklah asing jika dikatakan bahwa mental
entrepreneurship inheren dengan jiwa umat Islam itu sendiri. Bukanlah Islam adalah agama
kaum pedagang, disebarkan ke seluruh dunia setidaknya sampai abad ke -13 M, oleh para
pedagang muslim.
Dari aktivitas perdagangan yang dilakukan, Nabi dan sebagian besar sahabat telah meubah
pandangan dunia bahwa kemuliaan seseorang bukan terletak pada kebangsawanan darah, tidak
pula pada jabatan yang tinggi, atau uang yang banyak, melainkan pada pekerjaan.
Oleh karena itu, Nabi juga bersabda “Innallaha yuhibbul muhtarif” (sesungguhnya Allah sangat
mencintai orang yang bekerja untuk mendapatkan penghasilan). Umar Ibnu Khattab mengatakan
sebaliknya bahwa, “Aku benci salah seorang di antara kalian yang tidak mau bekerja yang
menyangkut urusan dunia.
Keberadaan Islam di Indonesia juga disebarkan oleh para pedagang. Di samping  menyebarkan
ilmu agama, para pedagang ini juga mewariskan keahlian berdagang khususnya kepada
masyarakat pesisir. Di wilayah Pantura, misalnya, sebagian besar masyarakatnya memiliki basis
keagamaan yang kuat, kegiatan mengaji dan berbisnis sudah menjadi satu istilah yang sangat
akrab dan menyatu sehingga muncul istilah yang sangat terkenal jigang (ngaji dan dagang).
Sejarah juga mencatat sejumlah tokoh Islam terkenal yang juga sebagai pengusaha tangguh,
Abdul Ghani Aziz, Agus Dasaad, Djohan Soetan, Perpatih, Jhohan Soelaiman, Haji Samanhudi,
Haji Syamsuddin, Niti Semito, dan Rahman Tamin.
Apa yang tergambar di atas, setidaknya dapat menjadi bukti nyata bahwa etos bisnis yang
dimiliki oleh umat Islam sangatlah tinggi, atau dengan kata lain Islam dan berdagang ibarat dua
sisi dari satu keping mata uang. Benarlah apa yang disabdakan oleh Nabi, “Hendaklah kamu
berdagang karena di dalamnya terdapat 90 persen pintu rizki” (HR. Ahmad).
7.    KARAKTERISTIK WIRAUSAHA DALAM ISLAM
1.                       Sifat Takwa, Tawakkal, Zikir, dan Syukur
Dengan adanya sifat takwa maka kita akan diberi jalan keluar penyelesaian dari suatu masalah
dan mendapat rizki yang tidak disangka. Dengan sikap tawakkal, akan diberikan kemudahan
dalam menjalankan usaha walaupun usaha yang dijalankan memiliki banyak saingan. Dengan
bertakwa dan bertawakkal dengan cara berzikir untuk mengingat Allah dan bersyukur sebagai
ungkapan terima kasih atas segala kemudahan yang kita terima maka dengan begitu para
wirausaha akan merasakan tenang dan melaksanakan segala usaha dengan kepala dingin dan
tidak stress.
2.                       Jujur
Dalam suatu hadist diriwayatkan bahwa :”Kejujuran akan membawa ketenangan dan
ketidakjujuran akan menimbulkan keragu-raguan.”(HR. Tirmidzi). Jujur dalam segala kegiatan
yang berhubungan dengan orang lain maka akan membuat tenang lahir dan batin.
3.                       Niat Suci dan Ibadah
Bagi seorang muslim kegiatan bisnis senantiasa diniatkan untuk beribadah kepada Allah
sehingga hasil yang didapat nanti juga akan digunakan untuk kepentingan dijalan Allah.
4.                       Azzam dan bangun Lebih Pagi
Rasul saw mengajarkan agar kita berusaha mencari rezeki mulai pagi hari setelah shalat subuh.
Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa :” Hai anakku, bangunlah!sambutlah rizki dari Rabb-
mu dan janganlah kamu tergolong orang yang lalai, karena sesungguhnya Allah membagikan
rizki manusia antara terbitnya fajar sampai menjelang terbitnya matahari.”(HR. Baihaqi)
5.                       Toleransi
Sikap toleransi diperlukan dalam bisnis sehingga kita dapat menjadi pribadi bisnis yang mudah
bergaul, supel, fleksibel, toleransi terhadap langganan dan tidak kaku.
6.                       Berzakat dan Berinfak
“ Tidaklah harta itu akan berkurang karena disedekahkan dan Allah tidak akan akan
menambahkan orang yang suka memberi maaf kecuali kemuliaan. Dan tidaklah seorang yang
suka merendahkan diri karena Allah melainkan Allah akan meninggikan derajatnya.”(HR.
Muslim). Dalam hadist tersebut telah diungkapkan bahwa dengan berzakat dan berinfak maka
kita tidak akan miskin, melainkan Allah akan melipat gandakan rizki kita. Dengan berzakat, hal
itu juga akan membersihkan harta kita sehingga harta yang kita peroleh memang benar-benar
harta yang halal.
7.                       Silaturahmi
Dalam usaha, adanya seorang partner sangat dibutuhkan demi lancarnya usaha yang kita
lakukan. Silaturrahmi ini dapat mempererat ikatan kekeluargaan dan memberikan peluang-
peluang bisnis baru. Pentingnya silaturahmi ini juga dapat dilihat dari hadist berikut :”Siapa
yang ingin murah rizkinya dan panjang umurnya, maka hendaklah ia mempererat hubungan
silaturahmi.”(HR. Bukhari)

8.    MOTIF BERWIRAUSAHA DALAM ISLAM


1.                       Berdangang buntuk mencari untung?
Pekerjaan berdagang adalah sebagian dari pekerjaan bisnis yang sebagian besar bertujuan untuk
mencari laba sehingga seringkali untuk mencapainya dilakukan hal-hal yang tidak baik. Padahal
ini sangat dilarang dalam agama Islam. Seperti diungkapkan dalam hadis : “ Allah mengasihi
orang yang bermurah hati waktu menjual, waktu membeli, dan waktu menagih piutang.”
Pekerjaan berdagang masih dianggap sebagai suatu pekerjaan yang rendahan karena biasanya
berdagang dilakukan dengan penuh trik, penipuan, ketidakjujuran, dll.
2.                       Berdangang adalah hobi
Konsep berdagang adalah hobi banyak dianut oleh para pedagang dari Cina. Mereka menekuni
kegiatan berdagang ini dengan sebaik-baiknya dengan melakukan berbagai macam
terobosan.Yaitu dengan open display (melakukan pajangan di halaman terbuka untuk menarik
minat orang), window display (melakukan pajangan di depan toko), interior display (pajangan
yang disusun didalam toko), dan close display (pajangan khusus barang-barang berharga agar
tidak dicuri oleh orang yang jahat).
3.                       Berdangang adalah ibadah
Bagi umat Islam berdagang lebih kepada bentuk Ibadah kepada Allah swt. Karena apapun yang
kita lakukan harus memiliki niat untuk beribadah agar mendapat berkah. Berdagang dengan niat
ini akan mempermudah jalan kita mendapatkan rezeki. Para pedagang dapat mengambil barang
dari tempat grosir dan menjual ditempatnya. Dengan demikian masyarakat yang ada disekitarnya
tidak perlu jauh untuk membeli barang yang sama. Sehingga nantinya akan terbentuk patronage
buying motive yaitu suatu motif berbelanja ketoko tertentu saja.
4.                       Perintah kerja keras
Kemauan yang keras dapat menggerakkan motivasi untuk bekerja dengan sungguh-sungguh.
Orang akan berhasil apabila mau bekerja keras, tahan menderita, dan mampu berjuang untuk
memperbaiki nasibnya. Menurut Murphy dan Peck, untuk mencapai sukses dalam karir
seseorang, maka harus dimulai dengan kerja keras. Kemudian diikuti dengan mencapai tujuan
dengan orang lain, penampilan yang baik, keyakinan diri, membuat keputusan, pendidikan,
dorongan ambisi, dan pintar berkomunikasi. Allah memerintahkan kita untuk tawakkal dan
bekerja keras untuk dapat mengubah nasib. Jadi intinya adalah inisiatif, motivasi, kreatif yang
akan menumbuhkan kreativitas untuk perbaikan hidup. Selain itu kita juga dianjurkan untuk
tetap berdoa dan memohon perlindungan kepada Allah swt sesibuk apapun kita berusaha karena
Dialah yang menentukan akhir dari setiap usaha.
5.                       Perdanganagn/berwirausaha merupakan pekerjaan muliah
Pekerjaan berdagang ini mendapat tempat terhormat dalam ajaran Islam, seperti disabdakan
Rasul “ Mata pencarian apakah yang paling baik, Ya Rasulullah?”Jawab beliau: Ialah
seseorang yang bekerja dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang bersih.” (HR. Al-
Bazzar).
9.    PERILAKU TERPUJI KEWIRAUSAHAAN DALAM ISLAM
1.                       Tidak mengambil laba lebih banyak.
Membayar harga yang sedikit lebih mahal kepada pedagang yang miskin. Memurahkan harga
dan memberi potongan kepada pembeli yang miskin sehingga akan melipatgandakan pahala. Bila
membayar hutang, maka bayarlah lebih cepat dari waktu yang telah ditetapkan. Membatalkan
jual beli bila pihak pembeli menginginkannya. Bila menjual bahan pangan kepada orang miskin
secara cicilan, maka jangan ditagih apabila orang tersebut tidak mampu membayarnya dan
membebaskan ia dari hutang apabila meninggal dunia.
2.                       Menejemen utang piutang
Dosa hutang tidak akan hilang apabila tidak dibayarkan. Bahkan orang yang mati syahidpun dosa
utangnya tidak berampun. Jadi jika seseorang meninggal, maka ahli warisnya wajib melunasi
hutang tersebut. Tapi jika orang tersebut telah berusaha membayarnya, tetapi memang betul-
betul tidak mampu, dan ia kemudian meninggal dunia, maka Rasul saw menjadi penjaminnya.
Seperti dalam hadis berikut :
“ Barang siapa dari umatku yang punya hutang, kemudian ia berusaha keras untuk
membayarnya, lalu ia meninggal dunia sebelum lunas hutangnya, maka aku sebagai walinya.”
(HR. Ahmad).
3.                       Demonstration Effect Menyebabkan Faktor Modal Menjadi Beku
Demonstration Effect atau pamer kekayaan akan dapat mengundang kecemburuan social, orang
lain menjadi iri, mengundang pencuri/perampok, membuat modal masyarakat menjadi beku dan
membuat masyarakat tidak produktif. Nabi saw menganjurkan agar kita menggunakan uang
untuk kepentingan yang di ridhoi Allah, terutama untuk tujuan pengembangan produktivitas
yang digunakan untuk kepentingan umat. Dalam sebuah hadist disebutkan :“ Barang siapa
mengurus anak yatim yang mempunyai harta, maka hendaklah ia memperdagangkan harta ini
untuknya, jangan biarkan harta itu habis termakan sedekah (zakat).” (HR. At-Tarmidzi dan Ad-
Daruquthni).
Dalam hadist tersebut dapat disimpulkan bahwa apabila kita memiliki modal, maka janganlah
disimpan begitu saja, tetapi harus digunakan untuk sesuatu yang menghasilkan.
4.                       Membina Tenaga Kerja Bawahan
Hubungan antara pengusaha dan pekerja harus dilandasi oleh rasa kasih sayang, saling
membutuhkan, dan tolong menolong. Hal ini dapat dilihat dari hubungan dalam bidang
pekerjaan. Pengusaha menyadiakan lapangan kerja dan pekerja menerima rezeki berupa upah
dari pengusaha. Pekerja menyediakan tenaga dan kemampuannya untuk membantu pengusaha
untuk menyelesaikan pekerjaan yang diperintahkan. Majikan mempunyai hak untuk memerintah 
bawahan dan mendapat keuntungan. Majikan juga mnemiliki kewajiban yaitu membayar upah
karyawan sesegera mungkin dan melindungi karyawannya. Seperi dalam hadist berikut :“
Berikanlah kepada karyawanmu upahnya sebelum kering keringatnya.” (HR. Ibnu
Majah)Sebagai majikan kita juga harus menyayangi dan memperlakukan bawahan dengan baik
karena itu bertentangan dengan ajaran islam.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Berwirausaha adalah merupakan kegiatan sosial yang dapat membantu
sesama makhluk yang saling ketergantungan antara satu sama lain. Islam sangat
menganjurakan manusia untuk berusaha memperoleh
rezki yang telah Allah
janjikan dengan jalan usaha. Diantara sekian banyak cara dalam berwirausaha,
perdagangan adalah salah satunya yang juga merupakan dunia usaha yang pernah
ditekuni oleh Rasulullah SAW. Beliau telah memberikan contoh terhadap ummat
bagaimana pedagang itu semestinya. Bahkan dalam Al-Quran secara tidak
langsung telah dituangkan tuntunan dalam bemuamalah khususnya dalam
perdagangan.

Semangat berwirausaha telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Beliau


sejak muda telah berwirausaha dari meng
gembala kambing hingga berdagang ke
negeri Syam. Semangat dan kerja keras Beliau menjadi panutan dan motivasi bagi
kaum muslimin untuk senantiasa mengais rezeki dengan jalan berwirausaha.

Disamping berdagang adalah untuk menjawab kebutuhan ekonomi,


bahkan berwirausaha sangat dianjurkan dalam Islam sebagaimana sabda
Rasulullah SAW. “Mata pencarian apakah yang paling baik, Ya
Rasulullah?”Jawab beliau: Ialah seseorang yang bekerja dengan tangannya sendiri
dan setiap jual beli yang bersih.” (HR. Al-Bazzar).

Namun demikian, sepantasnyalah seorang pedagang melestarikan sifat-sifat terpuji seperti yang
dikemukan oleh Imam Al-Ghazali, yaitu : sifat taqwa,
zikir dan syukur, tidak mengambil laba secara berlebihan, sifat jujur, niat untuk
ibadah, azzam dan bangun lebih pagi, toleransi, silaturrahim, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad as-sayyid Yusuf, Ahmad Durrah, Manhaj al-quran al-karim fi Islah al-mujtama, Qasas al-ilm fi al-
quran, Mesir : Dar as-salam Maktabah al- Usrah, t.t., terj : Abu Akbar Ahmad, Pustaka Pengetahuan Al-Quran, Edisi
Indonesia : PT. Rehal Publika.

ProLM. Trim, bambang Muhammad saw: The Super Leader Super Manager. Jakarta: Briliant Enterpreneur
Muhammad saw. Bandung: Salamadani.
https://tafsirweb.com/10910-quran-surat-al-jumuah-ayat-10.html

Anda mungkin juga menyukai