Anda di halaman 1dari 8

PPT BOLD

ASMA BRONKIAL

1) Definisi
Asma merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh hipersensitivitas cabang
trakeobronkial terhadap berbagai jenis rangsangan dan keadaan ini bermanifestasi
sebagai peyempitan jalan napas (bronkus) secara periodik dan reversibel akibat
bronkospasme.

Price-Wilson Edisi 6 Vol.2 Hal.784

2) Epidemiologi
Asma merupakan penyakit kronik serius yang dapat menyerang semua golongan
umur baik di negara maju maupun di negara berkembang. Di Indonesia asma
termasuk dalam 10 besar penyebab kesakitan dan kematian. Prevalensi asma di
seluruh dunia mencapai 300 juta, dan diprediksi akan meningkat hingga 400 juta
pada tahun 2025.

Jurnal Respirologi Indonesia Vol.4 No.1 Januari 2020

3) Etiologi
Asma dapat dibagi dalam tiga kategori.
1. Asma ekstrinsik, atau alergi, ditemukan pada sejumlah kecil pasien dewasa,
dan disebabkan oleh alergen yang diketahui. Bentuk ini biasanya dimulai pada masa
kanak-kanak dengan keluarga yang memiliki riwayat penyakit atopik termasuk hay
fever, ekzema, dermatitis, dan asma. Asma alergik disebabkan oleh individu
terhadap alergen (biasanya protein) dalam bentuk serbuk sari yang dihirup, bulu
binatang halus, spora jamur, debu, serat kain, atau yang lebih jarang, terhadap
makanan seperti susu atau coklat. Serangan terhadap alergen, meskipun hanya
dalam jumlah yang sangat kecil, dapat mengakibatkan serangan asma.

2. Sebaliknya, pada asma intrinsik, atau idiopatik, ditandai dengan sering


tidak ditemukannya faktor-faktor pencetus yang jelas. Faktor nonspesifik (seperti
flu biasa, latihan fisik, atau emosi) dapat memicu serangan asma. Asma intrinsik
lebih sering timbul sebelum usia 40 tahun, dan serangan sebelum infeksi sinus hidung
atau pada percabangan trakeobronkial. Makin lama serangan makin sering dan makin
hebat, sehingga akhirnya keadaan ini berlanjut menjadi bronkitis kronik dan kadang-
kadang emfisema.
3. Banyak pasien menderita asma campuran, yang terdiri dari komponen-
komponen asma ekstrinsik dan intrinsik. sebagian besar pasien asma terus
berlanjut menjadi bentuk campuran; anak yang menderita asma ekstrinsik sering
sembuh sempurna saat dewasa muda.

Faktor presipitasi

1. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir
yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-
kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim kemarau,
musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.

1. Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus
segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguan emosi perlu diberi
nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi
maka gejala asmanya belum bisa diobati.

2. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini
berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium
hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu
libur atau cuti.

3. Olahraga/ aktifitas jasmani yang berat


Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani
atau olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.
Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
Price-Wilson Edisi 6 Vol.2 Hal.784-785
4) Patofisiologi

aktor-faktor lingkungan berinteraksi dengan factor-faktor intrinsic yang menimbulkan reaksi


asmatik.Pada Asma , dinding bronkus mengadakan reaksi yang berlebihan terhadap berbagai
rangsangan sehingga terjadi spasme otot polos yang periodic dan menimbulkan konstriksi jalan
napas berat.

Pada saat ada factor pencetus , antibody IgE yang melekat pada sel mast yang
mengandung histamin dan pada reseptor membrane sel akan memulai serangan asma
intrinsic.Ketika terpajan suatu antigen , antibody IgE akan berikatan dengan antigen tersebut.

Pada pajanan selanjutnya dengan antigen tersebut , sel-sel mast akan mengalami
degranulasi dan melepaskan mediator.Sel-sel mast dalam jaringan interstisial paru akan
terangsang dan melepaskan histamin dan leukotriene.Histamin akan terikat pada tempat-tempat
reseptor dalam bronkus besar tempa substansi ini menyebabkan pembengkakn otot
polos.Membran mukosa mengalami inflamasi , iritasi dan edema.

Leukotrien melekat pada tempat reseptor dalam bronkus yang lebih kecil dan
menyebabkan pembengkakan local otot polos.Leukotrien juga menyebabkan prostaglandin
bermigrasi melalui aliran darah ke dalam paru-paru dan dalam organ ini , prostaglandin
meningkatkan efek kerja histamin.Histamin juga akan merangsang mucosa untuk menyekresikan
mucus secara berlebihan .Yang pada akhirnya semua efek tersebut akan menyebabkan
penyempitan lumen bronkus sehingga terjadi obstruksi jalan napas.

Sel-sel goblet menyekresikan mucus yang sangat lengket dan sulit dibatukkan keluar
sehingga pasien semakin batuk , memperdengarkan bunyi ronki serta mengi bernada tinggi dan
mengalami distress pernapasan yang bertambah berat.( PATOFISIOLOGI KOWALAK )

Penyempitan saluran napas atau obstruksi jalan napas ini dapat terjadi baik pada saluran
napas yang kecil , sedang maupun besar.Gejala mengi menandakan ada penyempitan pada
saluran napas besar , sedangkan pada saluran napas yang kecil gejala batuk dan sesak napas lebih
dominan disbanding mengi.(IPD)

Pada saat inspirasi , lumen bronkus yang menyempit ini masih dapat sedikit mengembang
sehingga udara dapat masuk ke dalam alveoli.NAmun, pada saat ekspirasi , peningkatan tekanan
intratorakal menyebabkan penutupan local lumen bronkus.Udara bisa masuk tapi sulit untuk
keluar.Terjadi kesulitas saat ekspirasi,Akibatnya , dada pasien akan mengembang dan
menyerupai tong sehingga disebut dada tong ( barrel chest) sementara hal ini pada perkusi dapat
menyebabkan bunyi hipersonor.

Penyempitan saluran napas ternyata tidak merata di seluruh bagian paru. Ada daerah-
daerah yang kurang mendapat ventilasi, sehingga darah kapiler yang melalui daerah tersebut
mengalami hipoksemia. Penurunan Pa02 mungkin merupakan kelainan pada asma sub-klinis.
Untuk mengatasi kekurangan oksigen, tubuh melakukan hiperventilasi, agar kebutuhan oksigen
terpenuhi. Tetapi
akibatnya pengeluaran C02 menjadi berlebihan sehingga PaC02 menurun yang kemudian
menimbulkan alkalosis respiratorik. Pada serangan asma yang lebih berat lagi banyak saluran
napas dan alveolus tertutup oleh mukus sehingga tidak memungkinkan lagi terjadinya
pertukaran
gas. Hal ini menyebabkan hipoksemia dan kerja otot-otot pernapasan bertambah berat serta
terjadi peningkatan produksi C02.
Peningkatan produksi C02 yang disertai
dengan penurunan ventilasi alveolus menyebabkan retensi C02 (hiperkapnia) dan terjadi asidosis
respiratorik atau gaga1 napas. Hipoksemia yang berlangsung lama menyebabkan asidosis
metabolik dan konstriksi pembuluh darah paru yang kemudian menyebabkan shunting yaitu
peredaran darah tanpa melalui unit pertukaran gas yang baik. yang akibatnya memperburuk
hiperkapnia. Dengan demikian penyempitan saluran napas pada asma akan
menimbulkan hal-ha1 sebagai berikut: 1). Gangguan ventilasi berupa hipoventilasi. 2).
Ketidakseimbangan ventilasi perfusi di mana distribusi ventilasi tidak setara dengan sirkulasi
darah paru. 3). Gangguan difusi gas di
tingkat alveoli. Ketiga faktor tersebut akan mengakibatkan: hipoksemia, hiperkapnia, asidosis
respiratorik pada tahap yang sangat lanjut

( Buku Ajar Patofisiologi Kowalak )


( Buku Ilmu Penyakit Dalam Edisi 6 )

5) Menifestasi Klinis
Gambaran klinis asma klasik adalah serangan episodik batuk, mengi, dan sesak
napas. Pada awal serangan sering gejala tidak jelas seperti rasa berat di dada, dan asma
alergik mungkin disertai pilek atau bersin. Meskipun pada mulanya batuk tanpa disertai
sekret, tetapi pada perkembangan selanjutnya pasien akan mengeluarkan sekret baik yang
mukoid, putih kadang-kadang purulen. Ada sebagian kecil pasien asma yang gejalanya
hanya batuk tanpa disertai mengi, dikenal dengan istilah batuk varian asma. Bila hal
yang terakhir ini dicuriga, perlu dilakukan pemeriksaan spirometri sebelum dan sebelum
bronkodilator atau uji provokasi bronkus dengan metakolin. Pada asma alergik, sering
hubungan antara pemajanan alergen dengan gejala asma tidak jelas. Terlebih lagi pasien
asma alergik juga memberikan gejala terhadap faktor pencetus non-alergik seperti asap
rokok, asap yang merangsang, infeksi saluran napas ataupun cuaca perubahan. Lain
halnya dengan asma akibat pekerjaan. gejala biasanya memburuk pada awal minggu dan
menjelang akhir minggu.

1. Serangan Episodik Batuk, Mengi dan Sesak napas.


2. Berat di dada
3. Pilek, Bersin
4. Sekret Mukoid, putih kadang-kadang Purulen.
5. Takipnea
6. Denyut nadi cepat
7. Pengeluaran keringat ( prespirasi ) yang banyak
8. Lapangan paru yang hipersonor saat perkusi
( Buku Ilmu Penyakit Dalam Edisi 6 )

6) Langkah Diagnosis
1. Anamnesis:
Batuk, sesak, mengi, rasa berat di dada.
Diagnosis asma berdasarkan riwayat penyakit, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan
penunjang. Pada riwayat penyakit akan dijumpai keluhan batuk, sesak, mengi, atau rasa
berat di dada. Tetapi kadang-kadang pasien hanya mengeluh batuk-batuk saja yang
umumnya timbul pada malam hari atau sewaktu kegiatan jasmani. Adanya penyakit
alergi yang lain pada pasien maupun keluarganya seperti rinitis alergi, atau dermatitis
atopik membantu diagnosis asma. gejala asma sering timbul pada malam hari, tetapi
dapat muncul sembarang waktu. Adakalanya gejala lebih sering terjadi pada musim
tertentu. Yang perlu diketahui adalah faktor-faktor pencetus serangan. Dengan
mengetahui faktor pencetus kemudian menghindarinya, maka diharapkan gejala-gejala
asma dapat mencegah

Yang membedakan asma dengan penyakit paru yang lain yaltu pada asma
serangan dapat hilang dengan atau tanpa obat, artinya serangan asma tanpa diobati ada
yang hilang sendiri. Tetapi biarkan pasien asma dalam serangan tanpa obat selain tidak
etis, juga dapat membahayakan nyawa pasien. Gejala asma juga sangat bervariasi dari
satu individu ke individu lain, dan bahkan bervariasi pada individu sendiri misalnya
gejala pada hari lebih sering muncul dibanding siang hari.
2. Pemeriksaan Fisik:
Penemuan tanda pada pemeriksaan fisis pasien asma, tergantung dari derajat
obstruksi saluran napas. Ekspirasi memanjang, mengi, hiperinflasi dada, pernapasan
cepat sampai sianosis dapat ditemukan pada pasien asma. Dalam praktek jarang
ditemukan kesulitan dalam membuat diagnosis asma, tetapi sering pula dijumpai pasien
bukan asma yang memiliki, sehingga diperlukan pemeriksaan untuk diagnosis.

3. Pemeriksaan penunjang:
- Spirometri
- Uji Provokasi Bronkus
- Pemeriksaan Sputum
- Pemeriksaan Eosinofil total
- Uji Kulit
- Pemeriksaan kadar IgE total dan kadar IgE spesifik dalam sputum
- Foto rontgen dada
- Analisis Gas Darah

( Buku Ilmu Penyakit Dalam Edisi 6 )


7) Penatalaksanaan
A. Medikamentosa :
1. Terapi pelega (Relivier)
Penghilang gejala (pereda). Obat penghilang gejala yaitu obat-obat yang dapat
merelaksasi bronkokonstriksi dan gejala-gejala akut yang menyertainya dengan segera.
Termasuk dalam golongan ini yaitu agonis beta 2 hirup kerja pendek, kortikosteroid
sistemik, anti kolinergik hirup, teofilin kerja pendek, agonis beta 2 kerja pendek.
- Beta 2 Agonis kerja singkat : Salbutamol (meredakan bronkospasme pada asma)
dosis dewasa 2-4mg/hari , Inhalasi aerosol (dewasa 100-200 mcg 1-2 hirupan) 3-
4x/hari.
2. Terapi pengontrol ( Controller)
Pencegah (pengontrol) yaitu obat-obat yang dipakai setiap hari, dengan tujuan agar gejala
asma tetap tidak terkendali. Termasuk golongan ini yaitu obat-obat anti-inflamasi dan
bronkodilator kerja panjang (long acting). Obat-obat anti-inflamasi khususnya
kortikosteroid.
- Kortikosteroid - Budesonide Dosis dewasa :200-1200 mcg/hari terbagi 2-4 dosis.
B. Non medikamentosa
1. Bina hubungan yang baik antara pasien dengan dokter
2. Identifikasi faktor risiko
3. Kontrol yang teratur
4. Pola hidup sehat
Buku IPD Edisi IV hal.482-485

8) Komplikasi
1. Pneumotoraks
2. Pneumodiastinum dan emfisema subkutis
3. Atelektasis
4. Aspergillosis bronkopulmoner alergik
5. Gagal nafas
6. Bronkitis
Buku IPD Edisi IV Hal.482

9) Pencegahan
 Berhenti merokok
 Hindari paparan asap rokok, debu, polusi udara, bau-bauan yang mengiritasi seperti
parfum, obat semprot serangga, detergen cucian
 Jangan memelihara hewan seperti anjing dan kucing
 Gunakan kasur dan bantal sitesis atau jika tidak ada, gunakan kain penutup yang
terbuat dari bahan sintesis
 Usahakan tidak memakai karpet di dalam ruamh/kamar tidur
 Jemur dan tepuk-tepuk kasur secara rutin
Sudoyo,Aru W.Setiyohadi,Bambang.Alwi,Idrus.dkk.buku ajar ilmu penyakit
dalam.Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Jakarta,Juni 2006. dan P2PTM
kemenkes RI 2018

Anda mungkin juga menyukai