Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang


Dalam melakukan suatu kegiatan pasti akan memerlukan suatu perencanaan dan
organisasi yang dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur agar dapat mencapai tujuan yang
ditentukan atau yang diharapkan. Demikian pula halnya pendidikan, diperlukan adanya program
yang terencana dan dapat mengantarkan proses pembelajaran atau pendidikan sampai pada
tujuan yang diharapkan. Proses, pelaksanaan, sampai penilaian dalam pendidikan lebih dikenal
dengan istilah “kurikulum pendidikan”.
Dalam dunia pendidikan, kurikulum mempunyai peranan yang penting karena merupakan
operasionalisasi tujuan yang hendak dicapai, bahkan tujuan tidak akan tercapai tanpa melibatkan
kurikulum pendidikan. Kurikulum merupakan salah satu komponen pokok dalam pendidikan.
Kurikulum sendiri juga merupakan sistem yang mempunyai komponen-komponen tertentu.
Kurikulum dapat diartikan sebagai sebuah dokumen perencanaan yang berisi tentang tujuan
yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa, strategi dan
cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi
tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk
nyata.
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan memunyai kedudukan yang sangat strategis
dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Pendidikan tidak mungkin berjalan dengan baik atau
berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan jika pendidikan tidak dijalankan sesuai dengan
kurikulum. Kurikulum yang dibuat tidak dapat mencapai kesempurnaan jika dalam
penyusunannya, penyusun kurikulum tidak memahami secara utuh hakikat dan fungsi
kurikulum.
Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan
kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa memahami
konsep dasar dari kurikulum. Oleh karena itu, pihak-pihak terkait dengan kurikulum harus
mengetahui hakikat kurikulum. Dalam makalah ini akan dibahas tentang hakikat kurikulum
tersebut.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Hakikat Kurikulum ?
2. Bagaimana Pengertian Kedudukan Kurikulum dalam berbagai Perspektif ?
3. Bagaimana Pola Hubungan Kurikulum dan Pembelajaran ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Hakikat Kurikulum.
2. Mengetahui Pengertian Kedudukan Kurikulum dalam berbagai Perspektif.
3. Mengetahui Pola Hubungan Kurikulum dan Pembelajaran.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Kurikulum


Istilah “kurikulum”memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-pakar dalam
bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dengan dewasa ini. Tafsiran-tafsiran
tersebut berdeda-beda satu dengan lainnya, sesuai dengan titik berat inti dan pandangan dari
pakar bersangkutan. Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin, yakni “Curriculae” artinya jarak
yang harus ditempuh seseorang pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu
pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dalam
hal ini, ijazah pada hakikatnya merupakan suatu bukti, bahwa siswa telah menempuh kurikulum
yang berupa rencana pelajaran, sebagaimana halnya seorang pelari telah menempuh suatu jarak
antara satu tempat ke tempat lainnya dan akhirnya mencapai finish. Dengan kata lain, suatu
kurikulum dianggap sebagai jenbatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu
perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu. Beberapa tafsiran lainnya
dikemukakan berikut ini (Hamalik, 2008:16-17).
Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang
harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Mata ajaran
(subject matter) dipandang sebagai pengalaman orang tua atau orang-orang pandai masa lampau,
yang telah disusun secara sistematis dan logis. Misalnya, bakat pengalaman dan penemuan-
penemuan masa lampau, maka diadakan pemilihan dan selanjutnya disusun secara sistematis,
artinya menurut urutan tertentu, dan logis, artinya dapat diterima oleh akal dan pikiran. Mata
ajaran tersebut mengisi materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa, sehingga memperoleh
sejumlah ilmu pengetahuan yang berguna baginya. Semakin banyak pengalaman dan penemuan-
penemuan maka semakin banyak pula mata ajaramn yang harus disusun dalam kurikulum dan
harus dipelajari oleh siswa disekolah (Hamalik, 2008:16-17).
Ditinjau dari asal katanya, kurikulum berasal dari bahasa yunani yang mula-mula
digunakan dalam bidang olah raga, yaitu kata currure yang berarti jarak tempuh lari. Dalam
kegiatan berlari tentu saja ada jarak yang harus ditempuh mulai dari start  sampai
dengan finish. Jarak dari start sampai dengan finish disebut currure.  Atas dasar tersebut
pengertian kurikulium diterapkan dalam bidang pendidikan.

3
Banyak ahli pendidikan dan ahli kurikulum yang membatasi pengertian kurikulum
beberapa definisi tersebut dirumuskan dengan berbeda meskipun pada initinya terkandung
maksud yang sama. Sebagai gambaran ada beberapa pengertian kurukulum yang dikembangkan
oleh bebrapa orang ahli. Hilda, Taba dalam bukunya, Curriculum Development, Theory and
Practice (1962), mendefinisikan kurikulum sebagai a plan for learning.  J.F Kerr (1966)
mendefinisikan kurikulum sebagai :
“  All the learning which is planned or guided by the school, whether it is carried on in groups
or individually, inside of or outside the school”. Definisi yang lebih kompleks tentang
kurikulum dikemukakan oleh Rene Ochs (1964) yang dikutipoleh Ariech Lewy (1970) sebagai
berikut:
This term often to design aqually a programme for a given subject matter for the entire cycle or
even the whole range of cycles. Further, the term curriculum is somestimes used in a wider
sense to cover the various educational activities through which the content is conveyed as well
as materials used and methods employed.
Dari ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan aktivitas dan
kegiatan belajar yang direncanakan, diprogramkan bagi peserta didik di bawah bimbingan
sekolah, baik di dalam maupun luar sekolah. Atas dasar tersebut secara operasional kurikulum
dapat didefinisikan sebagai berikut.
1.      Suatu bahan tertulis yang berisi uraian tentang program pendidikan suatu sekolah yang
dilaksanakan dari tahun ke tahun;
2.      Bahan tertulis yang dimaksudkan untuk digunakan guru dalam melaksanakan pengajaran
untuk siswa-siswanya;
3.      Suatu usaha untuk menyampaikan asas dan ciri terpenting dari suatu rencana pendidikan
dalam bentuk sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan guru di sekolah;
4.      Tujuan-tujuan pengajaran, pengalaman belajar, alat-alat belajar dan cara-cara penilaian yang
direncanakan dan digunakan dalam pendidikan; dan
5.      Suatu program bpendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
Definisi tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu kurikulum sebagai
program yang direncanakan dan dilaksanakan di sekolah serta kurikulum sebagai program yang
direncanakan dan dilaksanakan secara nyata di kelas.

4
Ada pakar kurikulum yang mengutarakan bahwa “kurikulum mencakupi maksud, tujuan,
isi, proses, sumber daya, dan sarana-sarana evaluasi bagi semua pengalaman belajar yang
direncanakan bagi para pembelajar baik di dalam maupun di luar sekolah dan masyarakat
melaluipengajaran kelas dan program-program terkait”, dan selanjutnya membatasi “silabus
sebagai suatu pernyataan mengenai rencana bagi setiap bagian kurikulum menesampingkan
unsure evaluasi kurikulum itu sendiri” silabus hendaknya dipandang dalam konteks proses
pengembangan kurikulum yang sedang berlangsung” (Robertson 1971: 584; Shaw 1977 dalam
Tarigan, 1993:5). Selain itu, masih terdapat bermacam-macam pengertian diberikan kepada
istilah kurikulum. Ada pengertian yang sangat luas dan sebaliknya terdpat pengertian yang
sempit. Perkataan kurikulum bukan perkataan Indonesia asli, tetapi berasal dari bahasa asing,
yaitu bahasa Yunani.
Di dalam kamus Webster dalam Team Pembina Mata Kuliah Didaktik Metodik (1995:97)
terdapat beberapa arti dari kurikulum, di antaranya yaitu sebagai berikut.
1.     Tempat berlomba, jarak yang harus ditempuh  pelari kereta lomba.
2.      Pelajaram-pelajaran tertentu yang diberikan di sekolah atau perguruan tinggi yang ditujukan
untuk mencapai suatu tingkat atau ijazah.
3.      Keseluruhan pelajaran yang diberikan dalam suatu lembaga pendidikan.

Lazimnya, kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang disusun untuk melancarkan
proses belajar-mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga
pendidikan berserta staf pengajarnya (Nasution, 2006:5). Pengertian kurikulum yang lebih luas
kemudian diberikan oleh para pendidikan yaitu “segala usaha sekolah untuk memengaruhi anak
belajar, di dalam kelas, di halaman sekolah maupun di luarnya” atau “segala kegiatan di bawah
tanggung jawab sekolah yang memengaruhi anak dalam pendidikannya” (Team Pembina Mata
Kuliah Didaktik Metodik, 1995:97).
Pendapat ini timbul karena para pendidik kini beranggapan, dengan memperhatikan
pengaruh hidden curriculum sangat membutuhkan pemikiran-pemikiran dan pertimbangan-
pertimbangan yang lebih luas dan mungkin biaya yang lebih besar daripada merencanakan
kurikulum yang bersifat tertulis. Yang termasuk hidden curriculum, misalnya dengan
tersedianya ruang perpustakaan yang nyaman dan buku-buku yang lengkap akan dengan
sendirinya meningkatkan gairah membaca murid-murid.

5
2.2 Kedudukan Kurikulum dalam Berbagai Perspektif

Inti sari pendidikan adalah interaksi antara pendidik dengan peserta didik yang dalam
pelaksanaannya bisa terjadi di lingkungan keluarga, sekolah, atau di dalam masyarakat. Di dalam
keluarga, interaksi yang terjadi antara orang tua sebagai pendidik dengan anak sebagai peserta
didik. Interaksi terjadi bisa setiap saat, misalnya ketika orang tua bertemu anaknya di meja
makan, saat menjelang tidur, atau berdialog, atau kegiatan lainnya. Semua itu berjalan secara
alamiah tanpa perhitungan dan persiapan dengan tujuan dan target tertentu.Pada umumnya
pendidikan dalam keluarga berjalan secara alamiah, tanpa rencana sistematis yang dipersiapkan
sebelumnya. Orang tua tidak mempunyai rencana khusus, tertulis, dan formal tentang pendidikan
yang akan diberikan terhadap anaknya. Umumnya mereka hanya memiliki harapan tentang apa
yang diinginkan terhadap anaknya. Mereka menjadi pendidik karena statusnya sebagai orang tua.
Karena kondisi dan sifat-sifat yang tidak formal, tidak adanya rancangan konkret, dan bahkan
ada kalanya tidak disadari, pendidikan dalam lingkungan keluarga disebut pula sebagai
pendidikan informal.
Sebaliknya, pendidikan di lingkungan sekolah lebih terencana dan sistematis. Guru sebagai
pendidik telah dipersiapkan secara formal nelalui lembaga pendidikan guru. Mereka dibekali
dengan berbagai kompetensi seperti kompetensi: kepribadian,sosial, profesional, dan pedagogis
yang memang sangat diperlukan oleh seorang guru. Di sekolah guru melaksanakan fungsi
sebagai pendidik secara sadar dan terencana berdasarkan kurikulum yang telah disusun
sebelumnya.
Dalam lingkungan masyarakat pun terjadi proses pendidikan dengan berbagai bentuk. Ada
yang dilakukan secara formal seperti kursus atau pelatihan; dan ada pula yang tidak formal
seperticeramah-ceramah, sarasehan, atau pergaulan hidup sehari-hari. Gurunya juga bervariasi
mulai dari yang berpendidikan formal guru sampai dengan mereka yang menjadi guru hanya
karena pengalaman.Dari perbandingan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan formal
mempunyai beberapa karakteristik.
Pertama, memiliki kurikulum tertulis yang tersusun secara sistematis, jelas, dan rinci.
Kedua, pelaksana kegiatan pendidikan telah dipersiap-kan secara formal sebagai pendidik yang
telah dibekali dengan berbagai macam kompetensi.
Ketiga, kegiatan pendidikan dilaksanakan secara formal, terencana, dan diakhiri dengan kegiatan
penilaian untuk mengukur tingkat keberhasilannya.

6
Keempat, interaksi berlangsung dalam situasi dan lingkungan tertentu dengan dukungan berbagai
fasilitas yang diperlukan.
Dengan demikian, dibandingkan dengan pendidikan informal dan nonformal,pendidikan
formal memiliki sejumlah kelebihan. Dari segi isi, pendidikan formal memiliki cakupan yang
lebih luas karena tidak hanya berkaitan dengan masalah pembinaan moral saja, tetapi juga ilmu
pengetahuan dan keterampilan. Dari segi fungsi, pendidikan formal memiliki peran untuk
membantu keterbatasan pendidikan anak dalam memperseiapkan masa depan mereka. Dari sisi
penyelenggaraan,pendidikan formal memiliki dasar, perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
hasil yang lebih terencana, sistematis, dan jelas. itulah sajian tentang berbagai pengertian
kurikulum. kurikulum dalam pendidikan formal menempati posisi yang sangat strategis karena
tanpa kurikulum pendidikan akan kehilangan jati diri, serta arah dan tujuan yang hendak
diraihnya. Dalam pendidikan formal, kedudukan kurikulum dapat digambarkan sebagai berikut.

Rencana Kegiatan Kegiatan Evaluasi


(Kurikulum)

Gambar tersebut menunjukkan bahwa kurikulum bukanlah kegiatan,melainkan sebagai


program yang didesain, direncanakan, dikembangkan, dan dilaksanakan dalam suatu situasi
belajar mengajar yang sengaja diciptakan disekolah. Berkaitan dengan hal itu, kurikulum
merupakan sesuatu yang dijadikan pedoman dalam segala kegiatan pendi-dikan yang dilakukan,
termasuk kegiatan belajar mengajar di kelas. Dengan demikian, kurikulum didefinisikan sebagai
suatu program pendidikan yang direncanakan untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan
tertentu.
Menurut Mac Donald (dalam Sukmadinata, 1997), sistem persekolahan terbentuk atas
empat sub sistem, yaitu mengajar, belajar, pembelajaran, dan kurikulum.
- Mengajar (teaching) merupakan kegiatan atau perlakuan profesional yang diberikan oleh guru.
- Belajar (learnig) merupakan kegiatan atau upaya yang dilakukan siswa sebagai respon terhadap
kegiatan mengajar yang diberikan oleh guru.
- Keseluruhan pertautan kegiatan yang memungkinkan terjadinya interaksi belajar mengajar

7
disebut pembelajaran (instruction).
- Dengan demikian, kurikulum merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan
dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Hilda Taba (dalam Sukmadinata, 1997) menyatakan bahwa perbedaan antara kurikulum
dan pengajaran bukan terletak pada implementasinya, tetapi pada keluasan cakupannya.
Kurikulum berkenaan dengan cakupan tujuan, isi, dan metode yang lebih luas atau lebih umum,
sedangkan yang lebih sempit dan lebih khusus menjadi tugas pengajaran. Keduanya membentuk
satu rentangan atau kontinum.Kurikulum terletak pada ujung tujuan umum atau tujuan jangka
panjang, sedangkan pengajaran pada ujung lainnya yaitu yang lebih khusus atau tujuan dekat.
Satu hal yang perlu Anda ketahui bahwa kurikulum memiliki posisi sentral dalam setiap
upaya pendidikan seperti yang telah digambarkan di atas. Uraian tentang penger-tian kurikulum
di atas diakui dapat menimbulkan kesan bahwa kurikulum seolah-olah hanya dimiliki oleh
lembaga pendidikan modern dan yang telah memiliki rencana tertulis. Sedangkan lembaga
pendidikan yang tidak memiliki rencana tertulis dianggap tidak memiliki kurikulum. Pengertian
tersebut memang pengertian yang diberlakukan untuk semua unit pendidikan. Secara
administrative kurikulum memang harus terekam secara tertulis. Oleh karena itu, kesan yang
timbul tersebut memang ada benarnya .Kurikulum dalam posisi sentralnya ini menunjukkan
bahwa dalam setiap unit pendidikan, kegiatan kependidikan yang utama adalah proses interaksi
akademik antara peserta didik, pendidik, sumber, dan lingkungan. Posisi sentral ini menunjukkan
pula bahwa setiap interaksi akademik adalah jiwa dari pendidikan.Kegiatan pendidikan atau
pengajaran pun tidak dapat dilakukan tanpa interaksi; dan kurikulum adalah desain dari interaksi
tersebut.Jadi, kurikulum merupakan bentuk akuntabilitas lembaga pendidikan terhadap
masyarakat. Setiap lembaga pendidikan, apakah lembaga pendidikan yang terbuka untuk setiap
orang ataukah lembaga pendidikan khusus harus dapat mempertanggungjawabkan apa yang
dilakukannya terhadap masyarakat. Lembaga pendidikan tersebut harus dapat memberikan
akuntabilitas akademik dan akuntabilitas legal. Oleh karena itu, jika ada yang ingin mengkaji dan
mengetahui kegiatan akademik apa dan apa yang ingin dihasilkan oleh suatu lembaga
pendidikan, maka ia harus melihat dan mengkaji kurikulum. Jika seseorang ingin mengetahui
apakah yang dihasilkan ataukah pengalaman belajar yang terjadi di lembaga pendidikan tersebut
tidak bertentangan dengan hukum, maka ia harus mempelajari dan mengkaji kurikulum lembaga
pendidikan tersebut.

8
Dalam pengertian intrinsik kependidikan, kurikulum adalah jantung pendidikan. Artinya,
semua gerak kehidupan kependidikan yang dilakukan sekolah didasarkan pada apa yang
direncanakan dalam kurikulum. Kehidupan di sekolah adalah kehidupan yang dirancang
berdasarkan apa yang diinginkan kurikulum Pengembangan potensi peserta didik menjadi
kualitas yang diharapkan didasarkan pada kurikulum. Proses belajar yang dialami peserta didik
di kelas, di sekolah, dan di luar sekolah dikembangkan berdasarkan apa yang direncanakan
dalam kurikulum. Kegiatan evaluasi untuk menentukan apakah kualitas yang diharapkan sudah
dimiliki oleh peserta didik dilakukan berdasarkan rencana yang dicantumkan dalam kurikulum.
Oleh karena itu, kurikulum adalah dasar dan sekaligus pengontrol terhadap aktivitas pendidikan.
Tanpa kurikulum yang jelas, apalagi jika tidak ada kurikulum sama sekali, maka kehidupan
pendidikan disuatu lembaga menjadi tanpa arah dan tidak efektif dalam mengembangkan potensi
peserta didik menjadi kualitas pribadi yang maksimal.
Untuk menegakkan akuntabilitasnya, maka kurikulum tidak boleh hanya membatasi diri
pada persoalan pendidikan sebagaimana dianut oleh pandangan perenialisme atau esensialisme.
Kurikulum dan pendidikan melepaskan diri dari berbagai masalah sosial yang muncul, hidup,
dan berkembang di masyarakat.Kurikulum menjadikan sekolah sebagai lembaga menara gading
yang tidak terkait dan terjamah dengan keadaan masyarakat. Pemahaman seperti ini tidak dapat
dipertahankan. Kuriku-lum harus memperhatikan tuntutan masyarakat dan rencana bangsa untuk
kehidupan masa mendatang. Problema masyarakat harus dianggap sebagai tuntutan, menjadi
kepeduliaan, dan masalah kurikulum.
Secara singkat, posisi kurikulum dapat disimpulkan menjadi tiga.
Pertama, kurikulum adalah konstruk atau sosok yang dibangun untuk mentransfer apa yang
sudah terjadi di masa lalu kepada generasi berikutnya untuk dilestarikan, diteruskan, atau
dikembangkan. Pengertian kurikulum tersebut didasarkan atas pandangan filosofis perenialisme
dan esensialisme.
Kedua, kurikulum berposisi sebagai jawaban untuk menyelesaikan berbagai masalah sosial yang
berkenaan dengan pendidikan.Posisi ini dicerminkan oleh pengertian kurikulum yang didasarkan
pada pandangan filosofi progresivisme.
Ketiga, kurikulum merupakan alat untuk membangun kehidupan masa depan, yang
menempatkan kehidupan masa lalu, masa sekarang, dan rencana pengembangan dan

9
pembangunan bangsa sebagai dasar untuk mengembangkan kehidupan masa depan.
2.3 Hubungan Antara Kurikulum dan Pembelajaran

Sering sekali orang menganggap kurikulum dan pembelajarn itu mempunyai makna yang
sama. Namun sebenarya mempunyai arti yang berbeda baik secara konseptual maupun dalam hal
prakteknya. Kurikulum merupakan seperangkat program dan rencana pembelajaran yang
terorganisasikan, meliputi semua aspek pembelajaran sedangkan pembelajaran merupakan
kegiatan yang dilakukan guru sebagai agen pembelajaran dalam membimbing dan mengarahkan
peserta didik sehingga mengalami pengalaman belajar. Kurikulum adalah program, konsep, dan
teori, maka pembelajaran sebagai implementasi, penerapan dan praktik. Kurikulum adalah segala
sesuatu yang ideal, sedangkan pembelajaran adalah realisasi dari idelisme gagasan tersebut. Bila
kurikulum dirancang cukup sempurna, namun tanpa dibarengi dengan pembelajaran yang baik
sebagaimana mestinya, atau pembelajaran dilaksanakan secara sembarangan, acak-acakan tanpa
perencanaan dari kurikulum yang matang, tentu tidak akan mencapai tujuan pendidikan
sebagaimana yang diharapkan. Tujuan pendidikan yang mendidik siswa unntuk siap hidup dalam
tatanan masyarakat yang harmonis, menguasai tehnologi, dan mempunyai kecakapan hidup tidak
akan tercapai.
Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak terpisahkan, meski berada
pada posisi yang berbeda. Saylor dalam Oliva (2012) menyatakan bahwa kurikulum dan
pembelajaran bagaikan Romeo dan Juliet. Jika kita berbicara mengenai Romeo, maka kita juga
akan berbicara masalah Juliet. Apa artinya Romeo tanpa juliet, demikian pula sebaliknya.
Artinya, pembelajaran tanpa kurikulum sebagai rencana tidak akan efektif, atau bahkan bisa
keluar dari tujuan yang telah dirumuskan. Kurikulum tanpa pembelajaran, maka kurikulum
tersebut tidak akan berguna.
Selain itu, Peter F. Olivia menyatakan bahwa kurikulum berkaitan dengan apa yang harus
diajarkan, sedangkan pengajaran mengacu pada bagaimana cara mengajarkannya. Walaupun
antara pembelajaran dengan pengajaran dalam hal ini memiliki perbedaan, namun keduanya
memiliki kesamaan tolak ukur dalam kasus ini, yaitu bagaimana mengajarkan. Hanya saja
pengajaran lebih terpusat pada guru sebagai pengajar, sedangkan pembelarajaran menekankan
pada penciptaan proses belajar antara pengajar dengan pelajar agar terjadi aktivitas belajar dalam
diri pelajar.

10
Yang perlu dilakukan selanjutnya adalah menyusun kurikulum untuk kepentingan
pembelajaran agar dapat dilaksanakan dengan optimal. Hal ini berbenturan dengan fakta bahwa
kurikulum telah dirancang secara standar (standarized curriculum). Ini berarti bahwa kurikulum
yang sama digunakan pada setiap satuan pendidikan yang masing-masing satuan pendidikan
tersebut memiliki masalah pelaksanaan pembelajaran yang berbeda. Maka dari itu diperlukan
pengembangan seperlunya yang disesuaikan dengan kondisi satuan pendidikan masing-masing.
Hal ini bisa kita lihat pada perincian Rencana Pelaksxanaan Pembelajaran yang disusun guru.
Peter F. Olivia menggambarkan beberapa kemungkinan yang terjadi hubungan antara
kurikulum dengan pembelajaran. Hubungan tersebut diantaranya adalah hubungan The Dualistic
Model, The Interlocking Model (Model yang saling mengunci), Concentric Model dan The
cyclical Model, yang mana penjelasan untuk masing-masing model tersebut adalah sebagai
berikut.
1. The Dualistic Model, pada model ini, kurikulum dan pembelajaran berdiri seolah-olah sendiri.
Kurikulum yang seharusnya menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran tidak tampak.
Begitu juga dengan pembelajaran yang seharusnya dapat dijadikan tolak ukur pencapaian tujuan
kurikulum tidak terjadi. Namun demikian hubungan kurikulum dan pembelajaran dalam model
ini tetap saling mempengaruhi antara satu sama lain dalam proses pembelajaran.
2. The interlocking Model (Model saling mengunci) dalam model ini kurikulum dengan
pembelajaran saling barkaitan. Pada model ini, ada bagian kurikulum yang menjadi bagian dari
pembelajaran, begitu juga sebaliknya.
3. Concentric Models (Model konsentris), pada model ini, keduanya memiliki hubungan dengan
kemungkinan bahwa kurikulum adalah bagian dari pembelajaran atau pembelajaran adalah
bagian dari kurikulum.
4. The clical Models (Model siklus), pada model ini, antara kurikulum dan pembelajaran di anggap
dua hal yang terpisah namun memiliki hubungan timbal balik. Di satu sisi, kurikulum merupakan
rencana tertulis sebagai panduan pelaksanaan pembelajaran, di sisi lain pembelajaran
mempengaruhi pada perancangan kurikulum selanjutnya.

11
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Kurikulum mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam lembaga pendidikan. Salah
satu penentu keberhasilan pendidikan terdapat pada kurikulum, dan bagus tidaknya kurikulum
tergantung kepada perumus kurikulum sendiri. Kurikulum diharapkan dapat menjadi sarana
terciptanya cita-cita / tujuan pendidikan nasional, “berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”.
Sehingga dapat disimpulkan untuk mendapatkan proses pembelajaran yang baik dan
berimbas pada hasil yang diperoleh peserta didik maka penyusunan kurikulumnyapun harus
diperhatikan dengan baik pula, karena kurikulum sebagai pedoman didalam proses pembelajaran
di sekolah, kurikulumlah yang mengatur guru, siswa, kepala sekolah dan semua pemangku
kepentingan dalam pendidikan. Sehingga jalannya proses pembelajaran tersebut berjalan secara
terencana dan mengarah pada suatu pencapaian yang maksimal sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional yang telah ditetapkan pemerintah.

3.2 Saran
Kita sebagai calon pendidik harus mengetahui hakikat kurikulum, karena kurikulum
mempunyai peranan penting dalam keberhasilan pendidikan. Pendidikan akan berhasil jika
kurikulum yang disajikan bagus dan dapat memenuhi kebutuhan peserta didik guna mencapai
tujuan nasional.

12
DAFTAR PUSTAKA

Brown, J. F. A. Kerr, F. G. Morgan, & I. H. Parbeny. 1980. A Course manual in plant protection.
Australia Vice Chancellors Committee Printed and Bound by Hedges and Bell, Ltd.
Melbourne.
Dakir. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2006. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
-----------------. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
-----------------. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara
Lewy, A., 1983. Merencanakan Kurikulum Sekolah. Jakarta: Penerbit Bhatara Karya Aksara.
Nasution, S. 2006. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
Ochs, R., Recherces de Pedologie et de Physiologie por le ́tude du Probleme de leau Dans
culture du Palmier a huile, Oleagineux
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Penerbit Remaja
Rosdakarya
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengkajian Pragmatik. Bandung: Penerbit Angkasa.
Team Pembina Mata kuliah Dedaktik metodik Kurikulum IKIP. 1989. Surabaya. Pengantar
Dedaktik Metodik Kurikulum Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Penerbit Rajawali.
http://ekarahmabersamawardah.blogspot.co.id/2013/09/hakikat-kurikulum-konsep-dasar.html
http://indra-rosmana.blogspot.co.id/2012/01/makalah-hakikat-kurikulum.html

13

Anda mungkin juga menyukai