Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PEMAHAMAN KONSEP IDEOLOGI PANCASILA TERKAIT DENGAN SILA


KETUHANAN YANG MAHA ESA TERHADAP KAUM ATEISME

D
I
S
U
S
U
N

Oleh :

1. Mohammad Simar Kurniawan (41621010014)

2. Hellio Dimas Danuarta. HS (41621010007)

(Dosen Pengampu : Riantini Basri, S. Pd,M.Pd)


Kata Pengantar
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
Rahmat,Kasih Sayang, dan Ridho-Nya, sehingga pembuatan makalah ini bisa diselesaikan
dengan baik. Penulisan makalah ini dibuat sebagai bentuk menyelesaikan Tugas besar 1
mata kuliah Pancasila di Universitas Mercu Buana
Penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada orang tua dan dosen
yang sudah banyak membantu dalam mengarahkan dan membimbing penulis dalam proses
pembuatan makah ini. Di samping itu, penulis berterima kasih kepada teman-teman yang
telah mendukung sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan
baik.
Diharapkan makalah ini dapat menyumbangkan gagasan guna meningkatkan dan
menambah wawasan, pengetahuan dan pemahamaan di Indonesia. Penulis pun menyadari
bahwa kritik dan saran pun dibutuhkan dalam penyempurnaan karya tulis ilmiah ini.

Palembang, 3Oktober 2021


Penyusun,

Mohammad Simar Kurniawan (41621010014) &


Helilio Dimas Danuarta (41621010007)
Abstrak
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang memiliki keanekaragaman suku bangsa
dan memiliki budaya yang beragam. Keanekaragaman budaya ini merupakan suatu karunia
atas kebesaran Tuhan yang patut disyukuri, karena telah memberikan bermacam-macam
ilmu, pengetahuan, adat-istiadat, seni dan lain sebagainya. Negara Indonesia yang luas dihuni
oleh rakyat-yang majemuk-, terdiri atas berbagi suku bangsa, adat istiadat, bahasa daerah, dan
lain-lainnya, bermacam-macam. Agama yang di anut juga berbilang Indonesia benar-benar
berbhineka, tetapi tunggal ika di bawah konstitusi UUD 1945 yang pada pembukaan-nya
tercantum Pancasila. Bangsa Indonesia yang sangat majemuk itu, secara politik, membentuk
dan membina kesatuan hidup bersama berdasar UUD 1945. Dalam Pancasila, nilai ketuhanan
dibaca dan dimaknai secara hierarkis. Nilai ketuhanan merupakan nilai tertinggi karena
menyangkut nilai yang bersifat mutlak. Seluruh nilai kebaikan diturunkan dari nilai ini. Suatu
perbuatan dikatakan baik apabila tidak bertentangan dengan nilai, kaidah dan hukum Tuhan.
Media sosial merupakan sarana strategis untuk berbagi informasi, pendapat, dan menyatakan
sikap bagi netizen termasuk mengungkapkan dirinya sebagai penganut ateis. Menjadi ateis
sedang menjadi tren bagi sebagian orang saat ini. Pancasila sebagai dasar negara juaga
memiliki prinsip ketuhanan diwujudkan dalam paham kemanusiaan yang adil dan beradab
sebagai watak kebangsaan Indonesia. Dalam pandangan Jimly, dorongan keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa menentukan kualitas dan derajat kemanusiaan
seseorang di antara sesama manusia sehingga perikehidupan bermasyarakat dan bernegara
dapat tumbuh sehat dalam struktur kehidupan yang adil sehingga kualitas peradaban bangsa
dapat berkembang secara terhormat di antara bangsa-bangsa.
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu bangsa
Indonesia yang majemuk. Mengapa pancasila dalam kehidupan bangsan dan negara
pengaruhnya begitu besar? Kondisi ini dapat terjadi karena perjalanan sejarah dan
kompleksitas keberadaan bangsa Indonesia seperti keragaman suku, agama, bahasa daerah,
pulau, adat istiadat, kebiasaan budaya, serta warna kulit jauh berbeda satu sama lain tetapi
mutlak harus dipersatukan. Pada umumnya, dalam nilai-nilai kepercayaan terhadap Tuhan
YME terkandung nilai-nilai luhur yang universal dan sangat mendasar seperti budi pekerti
dan tata krama yang luhur dalam mengatur hubungan antara manusia dan pencipta-Nya serta
antara manusia dan setiap makhluk yang diciptakan-Nya. Oleh karena itu nilai-nilai
kepercayaan terhadap Tuhan YME dapat dijadikan pegangan manusia dalam melampahi atau
menjalani kehidupan dan penghidupannya di alam dunia ini. Agama merupakan aturan atau
tatacara hidup manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya. Agama dapat
mencakup tata tertib upacara, praktek pemujaan, dan kepercayaan kepada Tuhan. Agama juga
berfungsi sebagai pedoman hidup manusia, sehingga tercipta suatu hubunganserasi antar
manusia dan dengan Yang Maha Pencipta.
Secara fenomenologis, Manusia mempunyai kesadaran untuk selalu berelasi dengan
Tuhan, sehingga tidak dapat dihindarkan bahwa Manusia dengan latar belakang agama,
budaya, dan bahasa apapun pasti membutuhkan sebuah pegangan keyakinan akan hal abadi,
yang berbeda dengan dirinya. Denganadanya perbedaan agama tersebut. Adanya saling
memahami satu sama lain merupakan harapan bagi semua pemeluk agama maka kemudian
untuk mengatasi agar tidak terjadi kesalahfahaman bahkan konflik antar agama. Disebutkan
sebanyak 95 persen rakyat Indonesia beranggapan bahwa agama dan rumah ibadah
merupakan bagian penting dalam kehidupan mereka. (Sumber : Pew Research Center, Global
attitude 2015). Sebaliknya, kondisi ini mengilustrasikan bahwa terdapat lima persen dari
seluruh rakyat Indonesia menganggap bahwa tuhan tidak penting. Konstitusi Indonesia
mengatur bahwa setiap warga negara dijamin dan dilindungi untuk memeluk agama dan
menjalankan ibadah sesuai keyakinannya. Memeluk agama merupakan hak setiap warga.
Namun, ternyata ada sebagian warga negara yang tidak memanfaatkan haknya tersebut.
Banyak sekali fakta yang tidak diketahui mengenai makhluk hidup dalam memikirkan
TuhanNya. Fakta yang terjadi pada manusia satu dengan manusia lainnya. Dimana mereka
mempunyai hal-hal yang tidak diketahui oleh orang lain mengenai fakta bagaimana mereka
memandang Tuhan. Sebagian diantara mereka pasti mempunyai pandangan tersendiri dengan
TuhanNya, itulah bagaimana mereka menentukan dan memilih melalui agama yang
dipercaya sebagai alat untuk mereka berhubungan dengan Tuhan. Agama dijadikan sebagai
alat tersendiri bagaimana mereka berkomunikasi dengan Tuhan yang mereka percayai dalam
mencapai tujuan hidup. Tuhan Jika Manusia tidak memiliki bukti tentang kebenaran
keberadaan Tuhan atau orang yang tidak percaya adanya tuhan, lalu bagaimanakah kita
mengetahui bahwa Tuhan yang kita percayai adalah Tuhan yang sesungguhnya? Bukan setan
yang menyamar sebagai Tuhan. Satu-satunya jalan hanyalah Ia sendiri yang menyatakan
diriNya kepada kita, Dalam konsep Islam, Manusia dilahirkan sebagai makhluk berTuhan.
Sebelum dilahirkan, ketika masih berada di alam ruh, Manusia telah membuat 6 satu
perjanjian primordial ke-Tuhan-an 8 yang mengakui adanya realitas Tuhan sebagai “rabb”
dan inilah yang menjadi akar genealogis pencarian tiada henti Manusia terhadap Tuhan.
II. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ini sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari ketuhan yang maha Esa ?
2. Apa alasan seseorang yang tidak mempercayai tuhan ?
3.Bagaimana cara mengimplementasikan nilai-nilai ketuhanan yang maha esa di tengah
masyarakat dan mematuhi etika profesi dalam menyelesaikan permsalahan dalam bidang
keilmuan masing-masing ?
4. Begaiamana mengevaluasi kondisi yang terjadi sekarang ini berkaitan dengan hal tersebut?
III. Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan agar pembaca dapat :
1. Memahami makna pancasila sebagai dasar negara bangsa Indonesia.
2. Mnerapkan sila pertama, Pancasila “Ketuahan Yang Maha Esa” sebagai salah satu nilai
yang penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
3.  Mengetahui sebab-sebab munculnya orang yang tidak percaya kepada tuhan
4. Memahami sila pertama Pancasila beserta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dalam
kehidupan sehari-hari dengan sebaik-baiknya.
IV. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan karya tulis ini sebagai berikut:
A. Bagi Masyarakat Sekitar
Memaparkan pentingnya memahami sila ketuhan yang maha esa, dan juga pancasila
sebagai pedoman bangsan dan negara
B. Bagi Penulis
Sebagai sarana pengkajian dan pembelajaran mengenai konflik sosial dalam
masyarakat khususnya konflik permasalahan Seseorang yang tidak percaya kepad
tuhan. Dan yang mengabaikan sila pancasila ketuhan yang maha esa.
Bab II
Tinjauan Pustaka
Secara garis besar Pancasila telah hadir didalam hubungan antara agama dan Negara
dan senantiasa menghadirkan kenyamanan terhadap berbangsa dan bernegara dapat dipahami
pada sila pertama yang berbunyi “Ketuhanan yang maha esa” oleh karenanya Hubungan
Agama dan Negara yang ada di Indonesia telah diperjelas dalam beberapa pasal-pasal dalam
UUD yaitu: Pasal 28E UUD bahwa: “Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat
menurut agamanya ” serta Pasal 29 ayat (1) UUD bahwa “Negara berdasar atas Ketuhanan
Yang Maha Esa” dan Pasal 29 ayat (2) UUD bahwa “Negara menjamin kemerdekaan tiap-
tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu. Dalam pandangan Jimly, dorongan keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa menentukan kualitas dan derajat kemanusiaan
seseorang di antara sesama manusia sehingga perikehidupan bermasyarakat dan bernegara
dapat tumbuh sehat dalam struktur kehidupan yang adil sehingga kualitas peradaban bangsa
dapat berkembang secara terhormat di antara bangsa-bangsa. Negara Indonesia yang
didirikan atas landasan moral luhur, yaitu berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
berkonsekuensi untuk menjamin kepada warga negara dan penduduknya memeluk dan untuk
beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya. Dalam pemahaman di atas, Ketuhanan
yang Maha Esa bukan merupakan prinsip yang memasuki ruang akidah umat beragama,
melainkan suatu prinsip hidup bersama dalam suatu negara di tengah masyarakat dengan
keragaman agama dan keyakinan.
Ateis, KBBI mendefinisikan kata ateis sebagai orang yang tidak mempercayai tuhan..
Dalam bukuna Zarathustra Friedrich Nietzche menyatakan diri sebagai orang yang tidak
bertuhan, dan ini merupakan bukti dari Nietzche sendiri bahwa dia memang ateis, tidak
percaya pada suatu zat yang menciptakan jagat dan isinya, termasuk manusia. Kutipan ini
menunjukkan bahwa Zahrathustra atau Nietzche tidak percaya bahwa dunia itu diciptakan. Ia
percaya bahwa jagat adalah sesuatu yang berulang kali ada dan berulang kali tiada secara
terus-menerus berkesinambungan. Orang yang Atheisme lebih suka pada suatu konsepsi
dunia yang bersifat siklis, dan para ahli filsafat yang mendahului Socrates, yang membela
pandangan ini. Dan ini dapat dimengerti, sebab apabila orang yakin bahwa dunia adalah satu-
satunya hakikat yang ada yakni keseluruhan hakikat, dan apabila selanjutnya dikonstatasikan
bahwa ada suatu penciptaan yang sedang terjadi dalam dunia. Selanjutnya kaitannya dengan
media sosial, Pengertian media sosial yaitu media berbasis Internet yang memungkinkan
pemakai berpeluang untuk berpartisipasi dan mempresentasikan diri, baik secara sesaat
ataupun tertunda, dengan komunitas maupun tidak yang mendukung nilai dari user-
generated content dan pandangan interaksi dengan pengguna lain. (Carr & Hayes, 2015). Di
bumi nusantara, memeluk suatu agama merupakan hak seseorang. Kebebasan untuk
menyampaikan pendapat juga merupakan hak seseorang. Keduanya jelas dilindungi oleh
undang-undang. Namun, memilih untuk tidak beragama apakah juga sebuah hak.
Menyatakan bahwa dirinya tidak percaya pada tuhan atau sebagai ateis apakah juga sebuah
hak. Terlebih, ungkapan ekspresi ini mereka viralkan melalui medos. Terkait realita ini,
penulis tertarik untuk melakukan kajian yang berjudul Media Sosial Sebagai Sarana
Kebebasan Berpendapat Bagi Penganut Ateis Menurut Undang-Undang Informasi dan
Transaksi Elektroni.
Bab III
Pembahasan
A. Pengertian ketuhan yang maha esa
Pancasila merupakan suatu pandangan hidup Bangsa Indonesia yang sangat asasi demi
kekokohan dan kelestarian hidupnya. Pancasila dapat mempersatukan kita, dapat memberi
petunjuk dalam mencapai kesejahteraan dan kebahagian lahir dan batin meskipun masyarakat
kita beraneka ragam sifatnya Definisi Kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa
berdasarkan Undang-Undang No. 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan dan PP
37 tahun 2007 mengenai Pelaksanaan UU No. 23 tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan mengatakan bahwa Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah
pernyataan dan pelaksanaan hubungan pribadi dengan Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keyakinan yang diwujudkan dengan perilaku ketaqwaan dan peribadatan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa serta pengamalan budi luhur yang ajarannya bersumber dari kearifan lokal
bangsa Indonesia. Tuhan merupakan pencipta seluruh alam semesta ini. Yang Maha Esa
berarti Maha Tunggal, tiada sekutu bagi-Nya, Esa dalam zat-Nya, dalam sifat-Nya maupun
dalam perbuatan-Nya. Tuhan sendirilah yang Maha Mengetahui, dan tiada yang sanggup
menandingi keagungan-Nya. Tidak ada yang bisa mengatur-Nya karena Tuhan mengatur
segala aturan. Tuhan tidak diciptakan oleh makhluk lain melainkan Tuhan yang menciptakan
segalanya. Bahagia, tertawa, sedih, tangis, duka, dan gembira juga Tuhan yang menentukan.
Selanjutnya orang yang mengakui dan meyakini nilai-nilai penghayatan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa disebut sebagai Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan
Yang Maha Esa. Dengan sila ketuhanan yang maha esa bangsa Indonesia menyatakan
kepercayaan dan ketakwaan terhadap tuhan yang maha esa dan oleh karenanya manusia
Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar Kemanusiaan.
Sadar bahwa agama dan kepercayaan terhadap tuhan yang maha esa adalah masalah
yang menyangkut kepentingan pribadi dan Tuhan yang maha esa yang dipercayai dengan
diyakininya maka dikembangkan nah Sikap saling menghormati kebebasan menjalankan
ibadah sesuai agama dan kepercayaan dan tidak memaksakan suatu agama dan
kepercayaannya itu kepada orang lain. Kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa bukan
merupakan Agama, melainkan suatu ajaran mengenai keyakinan yang mutlak atas adanya
(keberadaan) Tuhan Yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perbuatan sadar guna
mewujudkan segala cita-cita atau usaha apapun baik yang bersifat kelahiran maupun
kebatinan. Dasarnya keyakinan yang mutlak atas adanya Tuhan Yang Maha Esa adalah
adanya segala keadaan dan kejadian yang disaksikan dan diketahui secara kebatinan. Artinya,
segala keadaan dan kejadian dialam semesta ini benar-benar dapat dimengerti, dirasakan, dan
nyata adanya. Sebagian besar masyarakat di negeri ini, tak lepas juga bagi para penghayat
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sangat akrab dengan apa yang disebut dengan
sajen/sasajen, upacara tradisi dan ritual. Peristiwa ini memiliki bentuk, tata cara dan
kelengkapan yang berbeda-beda, unik bahkan sangat spesifik sesuai dengan kekayaan alam
budaya wilayahnya.
2. Alasan seseorang yang tidak mempercayai tuhan
Orang yang biasanya tidak mempercayai tuhan disebut Ateisme, Ateisme merupakan
konsep dimana manusia tidak percaya akan keberadaan atau adanya Tuhan. Dalam hal ini
masih saja terdapat manusia yang menyangkal adanya Tuhan dan tidak percaya bahwa Tuhan
itu ada. Mereka hanya memegang keyakinan dan hidup dengan berpegang teguh pada dirinya
sendiri tanpa mempedulikan adanya Tuhan. Manusia yang memegang teguh konsep ateisme
juga berfikir bahwa percaya atau tidak akan keberadaan Tuhan hidup akan terus berjalan
dengan sendirinya. Realitas yang terjadi juga dapat diketahui bahwa seorang ateis bisa saja
tidak berTuhan namun dia tetap beragama, mengingat jika sekarang ini paradigma agama
adalah konstruksi sosial yang berada di tengah masyarakat. Banyak orang yang melakukan
ibadah hanya sebagai sebuah formalitas karena adanya social pressure. Seakan-akan Tuhan
menjadi biang keladi atas realitas hidup yang tidak memuaskan. kondisi seperti inilah sebagai
akibat dari kebobrokan realitas pada manusia yang akan menyeret orang kepada
penyangkalan akan keberadaan Tuhan apabila ia sudah muak dengan realitas yang tidak
rnenyenangkan.
Di dunia ini banyak sekali hal-hal yang berlawanan. Jika mereka berpikir terdapat
sesuatu yang baik, tentu saja juga terdapat sesuatu yang buruk. Ada putih, tentu saja juga ada
hitam. Begitu pula yang terjadi pada mereka yang berkeyakinan bahwa Tuhan itu ada, tentu
saja sebagian dari mereka juga berpikir bahwa Tuhan itu tidak ada. Sebagian dari mereka
itulah yang disebut orang-orang ateis. Menurut Freud dalam bukunya yang The Future of
Illusin, Tuhan hanyalah sesuatu yang ada hanya untuk suatu pelampiasan kekecewaan dan
pelarian dari kenyataan. Maka dari itu Freud menyarankan dalam bukunya agar manusia
membentuk sikap kritis dan rasional yang membuang segala ilusi dan penipuan ketimbang
menerima suatu kepercayaan yang tidak punya dasar rasional. Dalam hal ini, manusia merasa
bahwa Tuhan adalah sesuatu yang tidak tampak dan rasional. Manusia yang tidak mempercayai
adanya Tuhan akan berpikir, dimana Tuhan saat umatnya mengalami kesusahan. Dimana Tuhan
saat umatnya meminta tetapi tidak pernah ia beri, dimana Tuhan saat umatnya selalu beribadah
tetapi ia tidak pernah ada saat dibutuhkan . kemudian alasan apakah dibalik mereka akhirnya
tidak lagi mempercayai Tuhan? Hal itu didasari dengan pemikiran bahwa Tuhan dianggap
tidak campur tangan dengan kehidupan yang manusia jalani. Manusia adalah makhluk yang
penuh rasa mengeluh. Sedikit-sedikit mengeluh lalu menyalahkan Tuhan. Mereka seolah lupa
bahwa mereka sampai saat ini dapat bernafas adalah juga campur tangan dari Tuhan. Namun
setelah mereka berada di titik tersulit dalam hidupnya, mereka seolah lupa akan Tuhan dan
justru menganggap Tuhan tidak campur tangan dengan kehidupan mereka. Begitulah para
penganut ateis memandang Tuhan, mereka seolah melampiaskan kekecewaan dengan tidak
lagi mempercayai eksistensi Tuhan dan memilih untuk tidak lagi berTuhan. Setiap ajaran
agama mempunyai sesuatu yang boleh dilakukan dan sesuatu yang dilarang untuk dilakukan.
Hal ini untuk membatasi bagaimana manusia berperilaku sehingga kualitas manusia juga
dapat dilihat dari seberapa besar mereka meyakini adanya Tuhan. Mereka yang mematuhi
ajaran agamanya adalah mereka yang mengharapkan balasan setimpal atas apa yang mereka
lakukan, yakni surga. Mereka mengharapkan balasan atas ibadah yang mereka kerjakan
melalui pengharapan-pengharapan yang selalu mereka pinta pada Tuhannya. Begitulah para
penganut ateisme memandang manusia lain yang mempercayai adanya Tuhan dengan
menggunakan agama sebagai pelarian manusia dari dunia yang tidak berpengharapan.
3. mengimplementasikan nilai-nilai ketuhanan yang maha esa di tengah masyarakat dan
mematuhi etika profesi dalam menyelesaikan permsalahan dalam bidang keilmuan masing-
masing
Manusia selain merupakan makhluk ciptaan Tuhan juga merupakan makhluk sosial,
yang berarti bahwa manusia memerlukan pergaulan dengan manusia lainnya. Setiap manusia
perlu bersosialisasi dengan anggota masyarakat lainnya.Bangsa Indonesia yang beraneka
agama, menjalankan ibadahnya masing-masing dimana pemeluk melaksanakan ajaran agama
sesuai dengan norma agamanya. Agar tidak terjadi pertentangan antara pemeluk agama yang
berbeda, maka hendaknya dikembangkan sikap toleransi beragama, yaitu sikap hormat
menghormati sesama pemeluk agama yang berbeda, sikap menghormati kebebasan
menjalanakan  ibadah sesuai ajaran agama masing-masing, dan tidak boleh memaksakan
suatu agama kepada orang lain. Toleransi beragama tidak berarti bahwa ajaran agama yang
satu bercampur aduk dengan ajaran agama lainnya.
Jika diibaratkan Pancasila ialah sebatang pohon, sila pertama merupakan akarnya, sila
kedua adalah batang, sila ketiga adalah buah, sila empat adalah buah yang telah diolah dalam
permusyawaratan perwakilan sehingga menjadi pemerintahan. Tujuan bangsa terdapat di sila
ke lima Pancasila: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Esensi utama nilai-nilai
Pancasila terletak pada nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Tanpa nilai itu, semua tidak
memiliki arti apapun. Pemahaman terhadap keempat nilai lain yang terdapat dalam Sila
kedua hingga keempat Pancasila tidak dapat dipisahkan dari pemahaman terhadap nilai
Ketuhanan Yang Maha Esa. Nilai Ketuhanan yang terdapat dalam sila pertama ini menjadi
perekat nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila berikutnya, atau ia meliputi dan menjiwai
sila-sila berikutnya. di dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai bahwa negara
yang didirikan merupakan pengejawantahan tujuan manusia Indonesia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan
penyelenggaraan negara, baik itu bidang politik, hukum, ekonomi, sosial, maupun budaya,
semuanya harus dijiwai nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.
4. mengevaluasi kondisi yang terjadi sekarang ini berkaitan dengan hal tersebut
Seperti yang kita ketahui bahwa pancasila merupakan induk dari sila-sila yang
lainnya. Sebagai sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa memberikan nafas sekaligus roh
bagi keseluruhan sila-sila Pancasila. Menurut Jimly Asshiddiqie, sila pertama dan utama
tersebut menerangi keempat sila lainnya. dari kelima sila Pancasila, ada satu sila yang
mempunyai posisi paling istimewa, yaitu sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Mengapa? Karena
sila tersebut tertelak di luar ciptaan akal-budi budi manusia. Hanya sila Ketuhanan Yang
Maha Esa yang bukan merupakan hasil kebudayaan manusia. Oleh karena itu, sila Ketuhanan
Yang Maha Esa dijadikan landasan yang paling kokoh bagi Negara Republik Indonesia.
Meskipun sila Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan roh bagi keseluruhan sila-sila
pancasila, namun pada kenyatannya, banyak sekali penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi di dalam masyarakat pada saat ini. Berikut adalah beberapa contoh penyimpangan-
penyimpangan sila Ketuhanan Yang Maha Esa :
 Aliran-aliran sesat mulai bermunculan. Munculnya teori tentang agama baru yang
bertentangan dengan agama-agama yang sudah ada, pada dasarnya agama diciptakan
agar dapat membentuk moral dan akhlak agar menjadi lebih baik, tetapi karena
adanya aliran-aliran baru yang menyesatkan. bukannya membawa kearah kebaikan
malah menjerumuskan ke hal-hal yang membawa ke dalam keburukan, sehingga
menjadi aliran agama yang seharusnya dilarang.
 Perilaku diskriminatif terhadap pemeluk agama yang lain. Memperlakukan pemeluk
agama lain dengan tidak etis, ntah itu dengan bully-an verbal ataupun secara fisik.
 Gerakan-gerakan radikal berkelompok yang mengatasnamakan agama. Munculnya
kelompok-kelompok yang mengatasnamakan agamanya sendiri untuk kepentingan
kelompoknya.
 Vandalisme terhadap tempat-tempat ibadah. Pengrusakan tempat-tempat ibadah ntah
itu dengan melakukan pencoretan terhadap tempat ibadah, memecahkan kaca, bahkan
menghancurkan suatu bangunan yang dianggap sakral bagi agama tertentu.
 Perilaku yang menyimpang dari ajaran agama. Melakukan perbuatan yang tidak
berdasarkan dengan ajaran agamanya sendiri.

Banyaknya penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia


terhadap sila pertama pancasila, sangat berkaitan erat dengan sulitnya kemajuan di
Indonesia dibandingkan dengan negara lain, banyaknya masyarakat yang sering
melakukan penyimpangan terhadap ajaran agamanya sendiri melahirkan banyak berbagai
macam kejahatan yang timbul di Indonesia, seperti maraknya aksi korupsi, pencurian,
pembunuhan dan terorisme. Tentu saja hal tersebut berbanding terbalik dengan ajaran-
ajaran agamanya, karena sejatinya seluruh agama mengajarkan kebaikan, bukan
kejahatan.
KESIMPULAN

Negara Indonesia adalah negara kebangsaan yang mengakui Ketuhanan Yang Maha Esa.
Negara sebagai suatu persekutuan hidup bersama sebagai suatu bagian dari masyarakat
bangsa di dunia adalah ketuhanan yang maha esa lain negara berketuhanan yang maha esa
setiap warga negarapun juga ketuhanan yang maha esa Di dalam kehidupan masyarakat
Indonesia dikembalikan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama
dan penganut penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga dapat selalu dihina
kerukunan hidup dan antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa. nilai-nilai kepercayaan terhadap Tuhan YME dapat menjadi rujukan pembentukan
karakter bangsa Indonesia, karena pembangunan karakter bangsa terangkum dalam
Konsensus Dasar Pembangunan Nasional yaitu yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal
Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sehingga sehingga mampu mewujudkan
masyarakat yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab,
berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan, serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Terlepas dari rasa tidak lagi percaya akan keberadaan Tuhan, hal itu akan terus mengembang
dan akan memunculkan prasangka-prasangka lain mengenai Tuhan. Bentuk dari realitas
dalam menyalahkan Tuhan akar utamanya adalah dari satu hal, yaitu menganggap bahwa
Tuhan memang tidak ada. Dari satu pemikiran tersebut akan bercabang satu dan lain hal
sampai hal apapun yang terjadi Tuhan yang disalahkan. Hingga muncul pemikiran jika Tuhan
tidak pernah membantu kehidupan manusia. Pemikiran tersebut adalah pemikiran yang
sangat dangkal dalam memaham Tuhan. Lagi-lagi kebobrokan realitas yang menganggap
Tuhan seperti itu adalah pemikiran orang yang tidak berpikir panjang.

DAFTAR PUSTAKA

Budiyono. 2021. HUBUNGAN NEGARA DAN AGAMA DALAM NEGARA PANCASILA


https://www.google.com/search?
q=hubungan+negara+dan+agama+dalam+negara+pancasila&oq=HUBUNGAN+NEGARA+
DAN+AGAMA+DALAM+NEGARA+PANCASILA&aqs=chrome.0.0i19j0i19i22i30.1121j
0j4&sourceid=chrome&ie=UTF-8
Hernandi, Andri. 2016. Nilai-Nilai Ajaran Kepercayaan Terhadap Tuhan YME Sebagai
Rujukan Pembentukan Karakter Bangsa.
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditkt/wp-content/uploads/sites/6/2016/09/Makalah-
ANDRI-HERNANDI-Nilai-Nilai-Kepercayaan-terhadap-Tuhan-YME-menjadi-Rujukan-
Pembentukan-Karakter-Bangsa.pdf

Hidayat, Arief. 2021. INDONESIA NEGARA BERKETUHANAN.


https://www.mkri.id/public/content/infoumum/artikel/pdf/artikel_14_02_arief_hidayat.pdf

Sulistiadi, Ricky. 2012. Gambaran Makna Hidup Pada Penganut Ateis


https://oldsite.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2009/Artikel_10503091.
pdf

Anda mungkin juga menyukai