Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS JURNAL KEPERAWATAN JIWA

“Pengaruh Teknik Kombinasi Menghardik dengan Zikir


Terhadap Penurunan Halusinasi”

Disusun Oleh :

Larisa
22221066

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI


MUHAMMADIYAH PALEMBANG
PROGRAM PROFESI NERS
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Konsep Teori
1. Definisi
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana klien
mengalami perubahan sensori persepsi yang disebabkan stimulus yang
sebenarnya itu tidak ada (Sutejo, 2017).

2. Etiologi
Menurut Yosep (2014) terdapat dua factor penyebab halusinasi, yaitu:
a. Faktor presdisposisi
1) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya
kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak
mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri,
dan lebih rentan terhadap stress
2) Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungan sejak bayi
sehingga akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya
pada lingkungannya
3) Faktor Biokimia
Hal ini berpengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa.
Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka di
dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang bersifat
halusiogenik neurokimia. Akibat stress berkepanjangan
menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak,misalnya
terjadi ketidakseimbangan acetylchoin dan dopamine.
4) Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini
berpengaruh pada ketidakmampuan klien mengambil
keputusan tegas, klien lebih suka memilih kesenangan sesaat
dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
5) Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian Menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh
orangtua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia . Hasil
studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan
hubungan yang sangatberpengaruh pada penyakit ini.
b. Faktor Presipitasi
Menurut Rawlins dan Heacock dalam Yosep (2014) dalam
hakekatnya seorang individu sebagai mahluk yang dibangun atas
dasar unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat
dilihat dari lima dimensi,yaitu:
1) Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik
seperti kelelahan luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam
hingga delirium dan kesulitan tidur dalam waktu yang lama.
2) Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak
dapat diatasi. Halusinasi dapat berupa perintah memasa dan
menakutkan. Klien tida sanggup menentang sehingga klien
berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
3) Dimensi Intelektual
Dalam hal ini klien dengan halusinasi mengalami penurunan
fungsi ego. Awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego
sendiri untuk melawan impuls yang menekan,namun
menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh
perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua perilaku
klien
4) Dimensi Sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosialdi dalam fase awal dan
comforting menganggap bahwa bersosialisasi nyata sangat
membahayakan. Klien halusinasi lebih asyik dengan halusinasinya seolah-
olah itu tempat untuk bersosialisasi.
5) Dimensi Spiritual
Klien halusinasi dalam spiritual mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas
tidak bermakna, dan hilangnya aktivitas beribadah. Klien halusinasi dalam
setiap bangun merasa hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya.
3. Manefestasi Klinis
Manifestasi Klinis Halusinasi
Tanda-tanda halusinasi menurut Yosep (2010) & Fajariyah (2012)
meliputi sebagai berikut :
Jenis Halusinasi Data Subjektif Data Objectif
Halusinasi 1. Klien mengatakan 1. Klien tampak bicara
Pendengaran mendengar suara atau sendiri.
(Auditory-hearing kegaduhan. 2. Klien tampak tertawa
voices or sounds) 2. Klien mengatakan sendiri.
mendengar suara yang 3. Klien tampak
mengajaknya untuk marahmarah tanpa
bercakap-cakap. sebab.
3. Klien mengatakan 4. Klien tampak
mendengar suara yang mengarahkan telinga ke
menyuruhnya untuk arah tertentu.
melakukan sesuatu yang 5. Klien tampak menutup
berbahaya. telinga.
4. Klien mengatakan 6. Klien tampak
mendengar suara yang menunjuk-nunjuk
mengancam diri nya atau kearah tertentu.
orang lain. 7. Klien tampak mulutnya
komat kamit sendiri.
Halusinasi Penglihatan Klien mengatakan 1. Klien tampaktatapan mata
(Visual-seeing persons melihat seseorang pada tempat tertentu.
or things) yang sudah meninggal, 2. Klien tampak menunjuk
melihat makhluk tertentu, nunjuk kearah tertentu.
melihat bayangan hantu atau 3. Klien tampak ketakutan
sesuatu yang menakutkan. pada objek tertentu yang
dilihat.
Halusinasi Penghidu 1. Klien mengatakan 1. Klien tampak
(Olfactory-smeeling mencium sesuatu seperti mengarahkan hidung
odors) : bau mayat, bau darah, pada tempat tertentu.
bau bayi, bau feses, atau 2. Ekspresi wajah klien
bau masakan, parfum tampak seperti mencium
yang menyenangkan. sesuatu dengan gerakan
2. Klien mengatakan sering cuping hidung.
mencium bau sesuatu
Halusinasi Perabaan 1. Klien mengatakan ada 1. Klien tampak mengusap,
(Tactile-feeling bodily sesuatu yang menggaruk garuk,
sensations) menggerayangi tubuh meraba-raba permukaan
seperti tangan, binatang kulitnya.
kecil, atau makhluk 2. Klien tampak
halus. menggerak-gerakkan
2. Klien mengatakan tubuhnya seperti
merasakan sesuatu di merasakan sesuatu
permukaan kulitnya merabanya.
seperti merasakan sangat
panas atau dingin,
merasakan tersengat
aliran listrik, dan
sebagainya
Halusinasi Pengecapan 1. Klien mengatakan 1. Klien tampak seperti
(Gustatoryexperiencing merasakan makanan mengecap sesuatu.
tastes) tertentu, rasa tertentu, 2. Klien tampak sering
atau mengunyah tertentu meludah.
padahal tidak ada yang 3. Klien tampak mual
sedang dimakannya. atau muntah.
2. . Klien mengatakan
merasakan minum darah,
nanah.

Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien serta
ungkapan pasien menurut (Oktiviani, 2020) :
1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
2. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
3. Gerakan mata cepat
4. Menutup telinga
5. Respon verbal lambat atau diam
6. Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan
7. Terlihat bicara sendiri
8. Menggerakkan bola mata dengan cepat
9. Bergerak seperti membuang atau mengambil sesuatu
10. Duduk terpaku, memandang sesuatu, tiba-tiba berlari ke ruangan lain
11. Disorientasi (waktu, tempat, orang)
12. Perubahan kemampuan dan memecahkan masalah
13. Perubahan perilaku dan pola komunikasi
14. Gelisah, ketakutan, ansietas
15. Peka rangsang
16. Melaporkan adanya halusinasi

4. Patofisiologi
Penyebab gangguan jiwa Fase pertama Disebut juga dengan fase comforting yaitu
fase menyenangkan. Pada tahap ini masuk dalam golongan nonpsikotik.
Karakteristik: klien mengalami stres, cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah,
kesepian yang memuncak, dan tidak daapat diselesaikan. Kien mulai melamun
dan memikirkan hal hal yang menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara.
Perilaku klien: tersenyum dan tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir
tanpa suara, pergerakan mata cepat, respons verbal yang lambat jika sedang asik
dengan halusinasinya, dan suka menyendiri. Fase kedua Disebut dengan fase
condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi menjijikan. Termasuk
dalam psikotik ringan. Karakteristik: pengalaman sensori menjijikan dan
menakutkan, kecemasan meningkat, melamun dan berfikir sendiri jadi dominan.
Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu,
dan ia tetap dapat mengontrolnya. Perilaku klien: meningkatnya tanda-tanda
sistem saraf otonom seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien
asik dengan halusinasinya dan tidak bisa membedakan realitas. Fase ketiga
Disebut juga dengan fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori
menjadi berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik. Karakteristik: bisikan,
suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan mengontrol klien. Klien
menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya. Perilaku klien:
kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa menit atau
detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan tidak mampu
mematuhi perintah. Fase keempat Disebut juga fase conquering atau panik yaitu
klien lebur dengan halusinasinya. Termasuk dalam psikotik berat. Karakteristik:
halusinasinya berubah menjadi mengancam, memerintah dan memarahi klien.
Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol, dan tidak dapat berhubungan
secara nyata dengan orang lain dilingkungannya. Perilaku klien: perilaku teror
akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau
katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah kompleks, dan tidak mampu
berespons lebih dari satu orang.

5. Penatalaksanaan
1 Penatalaksanaan Medis
A. Psikofarmakoterapi Terapi dengan menggunakan obat bertujuan untuk
mengurangi atau menghilangkan gejala gangguan jiwa. Klien dengan
halusinasi perlu mendapatkan perawatan dan pengobatan yang tepat.
Adapun obatobatannya seperti :
1) Golongan butirefenon : haloperidol (HLP), serenace, ludomer. Pada
kondisi akut biasanya diberikan dalam bentuk injeksi 3 x 5 mg (IM),
pemberian injeksi biasanya cukup 3 x 24 jam. Setelahnya klien biasanya
diberikan obat per oral 3 x 1,5 mg. Atau sesuai dengan advis dokter
(Yosep, 2016).
2) Golongan fenotiazine : chlorpromazine (CPZ), largactile, promactile.
Pada kondisi akut biasanya diberikan per oral 3 x 100 mg, apabila kondisi
sudah stabil dosis dapat dikurangi menjadi 1 x 100 mg pada malam hari
saja, atau sesuai dengan advis dokter (Yosep, 2016)

B. Terapi Somatis Terapi somatis adalah terapi yang diberikan kepada klien
dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif
menjadi perilaku adaptif dengan melakukan tindakan yang ditujukan pada
kondisi fisik pasien walaupun yang diberi perlakuan adalah fisik klien,
tetapi target terapi adalah perilaku pasien. Jenis terapi somatis adalah
meliputi pengikatan, ECT, isolasi dan fototerapi (Kusumawati & Hartono,
2011).
1) Pengikatan adalah terapi menggunakan alat mekanik atau manual untuk
membatasi mobilitas fisik klien yang bertujuan untuk melindungi cedera
fisik pada klien sendiri atau orang lain.
2) Terapi kejang listrik adalah bentuk terapi kepada pasien dengan
menimbulkan kejang (grandmal) dengan mengalirkan arus listrik
kekuatan rendah (2-3 joule) melalui elektrode yang ditempelkan beberapa
detik pada pelipis kiri/kanan (lobus frontalis) klien.
3) Isolasi adalah bentuk terapi dengan menempatkan klien sendiri
diruangan tersendiri untuk mengendalikan perilakunya dan melindungi
klien, orang lain, dan lingkungan dari bahaya potensial yang mungkin
terjadi. akan tetapi tidak dianjurkan pada klien dengan risiko bunuh diri,
klien agitasi yang disertai dengan gangguan pengaturan suhu tubuh akibat
obat, serta perilaku yang menyimpang.
4) Terapi deprivasi tidur adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan
mengurangi jumlah jam tidur klien sebanyak 3,5 jam. cocok diberikan
pada klien dengan depresi.

A. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan terapi keperawatan pada klien skizofrenia dengan halusinasi
bertujuan membantu klien mengontrol halusinasinya sehingga diperlukan
beberapa tindakan keperawatan yang dapat dilakukan perawat dalam upaya
meningkatkan kemampuan untuk mengontrol halusinasinya yaitu dengan
tindakan keperawatan generalis dan spesialis (Kanine, 2012).
A. Tindakan Keperawatan Generalis : Individu dan Terapi Aktifitas
Kelompok Tindakan keperawatan generalis individu berdasarkan standar
asuhan keperawatan jiwa pada klien skizofrenia dengan halusinasi oleh
Carolin (2008), maka tindakan keperawatan generalis dapat dilakukan
pada klien bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif atau
pengetahuan dan psikomotor yang harus dimiliki oleh klien skizofrenia
dengan halusinasi yang dikemukakan oleh Millis (2000, dalam Varcolis,
Carson dan Shoemaker, 2006), meliputi :
1) Cara mengontrol halusinasi dengan menghardik dan mengatakan stop
atau pergi hingga halusinasi dirasakan pergi,
2) Cara menyampaikan pada orang lain tentang kondisi yang dialaminya
untuk meningkatkan interaksi sosialnya dengan cara bercakapcakap
dengan orang lain sebelum halusinasi muncul,
3) Melakukan aktititas untuk membantu mengontrol halusinasi dan
melawan kekhawatiran akibat halusinasi seperti mendengarkan musik,
membaca, menonton TV, rekreasi, bernyanyi, teknik relaksasi atau nafas
dalam. Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan stimulus klien
mengontrol halusinasi.
4) Patuh minum obat.
B. Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) yang dilakukan pada klien skizofrenia
dengan halusinasi adalah Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) Stimulasi
Persepsi yang terdiri dari 5 sesi yaitu :
1) Sesi pertama mengenal halusinasi,
2) Sesi kedua mengontrol halusinasi dengan memghardik,
3) Sesi ketiga dengan melakukan aktifitas,
4) Sesi keempat mencegah halusinasi dengan bercakap dan
5) Sesi kelima dengan patuh minum obat.
C. Tindakan Keperawatan Spesialis : Individu dan Keluarga Terapi spesialis
akan diberikan pada klien skizofrenia dengan halusinasi setelah klien
menuntaskan terapi generalis baik individu dan kelompok. Adapun terapi
spesialis meliputi terapi spesialis individu, keluarga dan kelompok yang
diberikan juga melalui paket terapi Cognitive Behavior Therapy (CBT).
Tindakan keperawatan spesialis individu adalah Cognitive Behavior Therapy
(CBT). Terapi Cognitive Behavior Therapy (CBT) pada awalnya
dikembangkan untuk mengatasi gangguan afektif tetapi saat ini telah
dikembangkan untuk klien yang resisten terhadap pengobatan
D. Komunikasi Terapeutik Pada Klien Gangguan Jiwa (Halusinasi) Komunikasi
terapeutik merupakan media utama yang digunakan untuk mengaplikasikan proses
keperawatan dalam lingkungan kesehatan jiwa. Keterampilan perawat dalam
komunikasi terapeutik mempengaruhi keefektifan banyak intervensi dalam
keperawatan jiwa. Komunikasi terapeutik itu sendiri merupakan komunikasi yang
direncanakan dan dilakukan untuk membantu penyembuhan/pemulihan pasien.
Tujuan komunikasi terapeutik membantu klien untuk menjelaskan dan
mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk
mengubah situasi yang ada bila klien percaya pada hal yang diperlukan,
mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya serta mempengaruhi orang lain, lingkungan
fisik dan dirinya sendiri (Putri, N, & Fitrianti, 2018.

6. Komplikasi
Halusinasi dapat menjadi suatu alasan mengapa klien melakukan tindakan
perilaku kekerasan karena suara-suara yang memberinya perintah sehingga rentan
melakukan perilaku yang tidak adaptif. Perilaku kekerasan yang timbul pada
klien skizofrenia diawali dengan adanya perasaan tidak berharga, takut dan
ditolak oleh lingkungan sehingga individu akan menyingkir dari hubungan
interpersonal dengan orang lain,komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan
masalah utama gangguan sensori persepsi: halusinasi, antara lain: resiko prilaku
kekerasan, harga diri rendah dan isolasi sosial (Keliat, 2014)

7. Pohon Masalah

Resiko Perilaku kekerasan

Halusinasi Pendengaran

Isolasi Sosial: Menarik Diri

Harga Diri Rendah


8. Kasus atau skenario klinis
Disebuah ruang bangau di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang terdapat
pasien dengan gangguan jiwa yang bernama Tn. S. Pasien masuk kerumah
sakit di bawa ayahnya. Pasien di duga di bawa kerumah sakit karena
mengamuk. Namun pada saat kajian pasien mengeluh mendengar suara
yang menganggunya.

9. Rumusan Masalah
a. Problem : Halusinasi
b. Intervensi : Teknik kombinasi menghardik dengan zikir
c. Comparison : Sebelum menggunakan tenik kombinasi menghardik
dengan zikir dan sesudah menggunakan Teknik
kombinasi menghardik dengan zikir
d. Outcome : Penurunana halusinasi pada pasien

10. Metode strategi penelusuran bukti


Database google scholar : Halusinasi and menghardik, efektifitas and
pengaruh

11. Hasil penelusuran bukti/ Telaah jurnal


a. Validity
1) Desain :
Tidak disebutkan penelitian ini menggunakan desain apa tetapi
penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu
menggambarkan mengenai proses asuhan keperawatan dengan
memfokuskan pada salah satu masalah penting dalam asuhan
keperawatan pada pasien halusinasi.
2) Sample :
Jumlah sample pada studi kasus ini berjumlah 2 responden.
Dilakukan di ruang Arimbi RSJD amino Gondhohutomo Semarang
pada bulan Februari 2020.
3) Kriteria inklusi :
Pasien yang memiliki ganggyan jiwa halusinasi, beragama islam
dan berbahasa indonesia
4) Kriteria eklusi :
Pasien yang tidak memiliki gangguan jiwa halusinasi, tidak
beragama islam dan tidak berbahasa indonesia
b. Importance dalam hasil
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada penurunan tingkat
halusinasi yaitu saat preetest rata-rata nilai skore 3-4, sedangkan postest
rata-rata nilai skore 0-1. Teknik kombinasi menghardik dengan zikir
dilakukan selama 3 kali pertemuan dan menunjukkan hasil yang efektif
sehingga dapat menurunkan tingkat halusinasi

c. Applycability
1) Dalam diskusi :Penelitian ini dapat di jadikan sebagai data
acuan untuk penelitian selanjutnya.
2) Karakteristik klien : pasien dengan gangguan jiwa halusinasi
3) Fasilitas : Tidak ada fasilitas
4) Biaya : tidak dicantumkan jumlah biaya yang
digunakan

Diskusi :
Berdasarkan karya tulis ilmiah berjudul “Pengaruh Teknik
Kombinasi Menghardik Dengan Zikir Terhadap Penurunan Halusinasi”
Hasil studi menujukkan bahwa preetest pasien halusinasi di ruang Arimbi
RSJD Amino Ghondhohutomo Semarang. Pasien pertama dan kedua
menunjukkan tingkat halusinasi yang tinggi rata-rata nilai skor 3-4.
Sedangkan hasil postest pada pasien halusinasi detelah dilakukan tindakan
kombinasi menghardik dengan zikir menunjukkaan penurunan pada kedua
pasien yaitu rata-rata nilai skor 0-1.

Kesimpulan :
1. Penulis menunjukkan bahwa preetest pasien halusinasi di ruang Arimbi
RSJD Amino Ghondhohutomo Semarang sebelum melakukan Teknik
kombinasi menghardik dan zikir tingkat halusinasi yang tinggi rata-rata
nilai skor 3-4
2. Penulis menunjukkan bahwa pasien halusinasi di ruang Arimbi RSJD
Amino Ghondhohutomo Semarang setelah melakukan Teknik
kombinasi menghardik dan zikir tingkat halusinasi yang tinggi rata-rata
nilai skor 0-1
3. Terdapat pengaruh Teknik kombinasi menghardik dengan zikir
terhadap penurunan halusinasi pasien
Daftar pustaka :
Jayanti. 2021. Pengaruh Teknik Kombinasi Menghardik Dengan Zikir
Terhadap Penurunan Halusinasi. Jurnal penelitian Ners Muda, Vol 2
No 1, April 2021
Keliat, Farida Kusumawat., 2010, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta :
Salemba Medika.
Iyus, Yosep., 2010, Keperawatan Jiwa. Bandung : Refia Aditama

Anda mungkin juga menyukai