Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

SEMESTER IV MODUL – 12 (SALURAN KEMIH)

SKENARIO – 1

SERING BERKEMIH

DISUSUN OLEH : NADHILAH UMARAH SYAMDRA (71190811061)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai dengan kemampuan sederhana yang kami miliki .
Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Agar ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Medan, 22 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB I.....................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................2

1.3 Tujuan Pembelajaran..............................................................................................2

BAB II....................................................................................................................................3

PEMBAHASAN....................................................................................................................3

2.1 Organ yang Berperan dalam Sistem Berkemih............................................................3

2.1.1 Ginjal.....................................................................................................................3

2.1.2 Ureter....................................................................................................................4

2.1.3 Vesica Urinaria.....................................................................................................5

2.1.4 Uretra....................................................................................................................6

2.2 Fisiologi Pembentukan Urin........................................................................................7

2.2.1 Filtrasi (Penyaringan)............................................................................................7

2.2.2 Reabsorpsi (Penyerapan kembali).........................................................................7

2.2.3 Sekresi...................................................................................................................8

2.3 Fisiologi Berkemih.......................................................................................................9

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Berkemih......................................................................11

BAB III................................................................................................................................14

PENUTUP............................................................................................................................14

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berkemih adalah pengeluaran urin dari tubuh, berkemih terjadi sewaktu sfingter
uretra interna dan eksterna didasar kandung kemih berelaksasi. Derajat regang
yang dibutuhkan untuk menghasilkan efek ini bervariasi pada individu, beberapa
individu dapat mentoleransi distensi lebih besar tanpa rasa tidak nyaman (Gibson,
2002). Individu dapat mengalami gangguan dalam berkemih karena adanya
sumbatan atau ketidak mampuan sfingter uretra untuk berelaksasi, sehingga perlu
dilakukan tindakan untuk dapat mengeluarkan urin dari kandung kemih, salah satu
tindakannya adalah dengan pemasangan kateter.

Berkemih pada dasarnya merupakan reflek spinal yang akan difasilitasi dan
dihambat oleh pusat-pusat susunan syaraf yang lebih tinggi. Urin yang memasuki
kandung kemih tidak begitu meningkatkan tekanan intravesika sampai terisi
penuh. Pada kandung kemih ketegangan akan meningkat dengan meningkatnya isi
organ tersebut, tetapi jari-jaripun bertambah, oleh karena itu peningkatan tekanan
hanya akan sedikit saja, sampai organ tersebut relatif penuh. Selama proses
berkemih otot-otot perinium dan sfingter uretra eksterna relaksasi, otot detrusor
berkontraksi dan urin akan mengalir melalui uretra. Kontraksi otot-otot perinium
dan sfingter eksterna dapat dilakukan secara volunter, sehingga mencegah urin
mengalir melewati uretra atau menghentikan aliran urin saat sedang berkemih
(Ganong, 1998).

Pola eliminasi urin sangat tergantung pada individu, biasanya berkemih setelah
bekerja, makan atau bangun tidur. Normalnya dalam sehari sekitar lima kali.
Jumlah urin yang dikeluarkan tergantung pada usia, intake cairan, dan status
kesehatan. Pada orang dewasa sekitar 1200 sampai 1500 ml per hari atau 150-600
ml per sekali berkemih.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Berapa normalnya kebutuhan air putih seseorang dewasa dalam sehari?
2. Apa saja pemicu seseorang mengalami buang air kecil secara terus menerus?
3. Apakah sering buang air kecil merupakan suatu tanda dari suatu penyakit?

1.3 Tujuan Pembelajaran


1. Untuk mengetahui organ yang berperan dalam sistem berkemih.
2. Untuk mengetahui fisiologi pembentukan urin.
3. Untuk mengetahui fisiologi berkemih.
4. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi berkemih.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Organ yang Berperan dalam Sistem Berkemih


Susunan sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan
urin, b) dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung
kemih), c) satu vesika urinaria tempat urin dikumpulkan, dan d) satu uretra
urin dikeluarkan dari vesika urinaria.

2.1.1 Ginjal
Ginjal (ren) terletak pada dinding posterior di belakang peritoneum
pada kedua sisi vertebra torakalis ke-12 sampai vertebra lumbalis ke-3.
Bentuk ginjal seperti biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari
ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dextra yang besar.

Fungsi ginjal adalah memegang peranan penting dalam pengeluaran


zat-zat toksis atau racun, mempertahankan suasana keseimbangan
cairan, mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari

3
cairan tubuh, dan mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari
protein ureum, kreatinin, dan amoniak.

Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula


fibrosa, terdapat korteks renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat
gelap, medulla renalis di bagian dalam yang berwarna cokelat lebih
terang dibandingkan korteks. Bagian medulla berbentuk kerucut yang
disebut piramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang
terdiri dari lubang-lubang kecil yang disebut papilla renalis. Hilum
adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya
pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter, dan nervus. Pelvis renalis
berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi
menjadi dua atau tiga calices renalis majores yang masing-masing akan
bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores. Struktur halus
ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional
ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron
terdiri dari: glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal,
dan tubulus urinarius.

2.1.2 Ureter

Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke


vesika urinaria. Panjangnya ±25-34 cm, dengan penampang 0,5 cm.
Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi
terletak pada rongga pelvis. Fungsi ureter adalah membawa urin dari
ginjal menuju ke kandung kemih. Lapisan dinding ureter menimbulkan
4
gerakan-gerakan peristaltik yang mendorong urin masuk ke dalam
kandung kemih. Lapisan dinding ureter terdiri dari:
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa).
b. Lapisan tengah lapisan otot polos.
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa.

2.1.3 Vesica Urinaria


Vesika urinaria (kandung kemih) bekerja sebagai penampung urin.
Organ ini berbentuk seperti buah pir (kendi). Letaknya di belakang
simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat
mengembang dan mengempis seperti balon karet.

5
2.1.4 Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria
yang berfungsi menyalurkan air kemih ke luar. Pada laki-laki
panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:

a. Uretra pars prostatika.


b. Uretra pars membranosa.
c. Uretra pars spongiosa.
Uretra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm. Sphincter uretra
terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan uretra
disini hanya sebagai saluran ekskresi.

6
2.2 Fisiologi Pembentukan Urin
Ginjal merupakan tempat yang digunakan untuk mengeluarkan zat sisa
metabolisme dalam bentuk urine. Proses pembentukan urine melalui tiga
tahapan yaitu melalui mekanisme filtrasi, reabsorpsi dan sekresi.

2.2.1 Filtrasi (Penyaringan)


Proses pertama dalam pembentukan urine adalah proses filtrasi yaitu
proses perpindahan cairan dari glomerulus menuju ke kapsula bowman
dengan menembus membrane filtrasi. Membran filtrasi terdiri dari tiga
bagian utama yaitu: sel endothelium glomerulus, membrane basiler,
epitel kapsula bowman. Di dalam glomerulus terjadi proses filtrasi sel-
sel darah, trombosit dan protein agar tidak ikut dikeluarkan oleh ginjal.
Hasil penyaringan di glomerulus akan menghasilkan urine primer yang
memiliki kandungan elektrolit, kritaloid, ion Cl, ion HCO3, garam-
garam, glukosa, natrium, kalium, dan asam amino. Setelah terbentuk
urine primer maka di dalam urine tersebut tidak lagi mengandung sel-
sel darah, plasma darah dan sebagian besar protein karena sudah
mengalami proses filtrasi di glomerulus.

2.2.2 Reabsorpsi (Penyerapan kembali)


Reabsorpsi merupakan proses yang kedua setelah terjadi filtrasi di
glomerulus. Reabsorpsi merupakan proses perpindahan cairan dari
tubulus renalis menuju ke pembuluh darah yang mengelilinginya yaitu
kapiler peitubuler. Sel-sel tubulus renalis secara selektif mereabsorpsi
zat-zat yang terdapat pada urine primer dimana terjadi reabsorpsi
tergantung dengan kebutuhan. Zat-zat makanan yang terdapat di urine
primer akan direabsorpsi secara keseluruhan, sedangkan reabsorpsi
garam-garam anorganik direabsorpsi tergantung jumlah garam-garam
anorganik di dalam plasma darah. Proses reabsorpsi terjadi dibagian
tubulus kontortus proksimal yang nantinya akan dihasilkan urine
sekunder setelah proses reabsorpsi selesai. Proses reabsorpsi air di
tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus distal. Proses
reabsorpsi akan terjadi penyaringan asam amino, glukosa, asam
asetoasetat, vitamin, garam-garam anorganik dan air. Setelah

7
pembentukan urine sekunder maka di dalam urine sekunder sudah
tidak memiliki kandungan zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh lagi
sehingga nantinya urine yang dibuang benar-benar memiliki
kandungan zat yang tidak dibutuhkan tubuh manusia.

2.2.3 Sekresi
Urine sekunder yang dihasilkan tubulus proksimal dan lengkung henle
akan mengalir menuju tubulus kontortus distal. Urine sekunder akan
melalui pembuluh kapiler darah untuk melepaskan zat-zat yang sudah
tidak lagi berguna bagi tubuh. Selanjutnya, terbentuklah urine yang
sesungguhnya. Urine ini akan mengalir dan berkumpul di tubulus
kolektivus (saluran pengumpul) untuk kemudian bermuara ke rongga
ginjal.

Komposisi air kemih, terdiri dari:

a. Terdiri dari kira-kira 95% air.


b. Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea,
amoniak dan kreatinin.
c. Elektrolit natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat.
d. Pigmen (bilirubin dan urobilin).
e. Toksin.
f. Hormon.

8
2.3 Fisiologi Berkemih

Kandung kemih pada orang dewasa dapat menampung 250 – 400 ml


urine, sebelum tegangan di dinding kandung kemih meningkat serta
merangsang reseptor regang. Reseptor regang akan memberikan rangsangan
ke saraf parasimpatis yang berjalan menuju kandung kemih. Stimulasi
parasimpatis kandung kemih berkontraksi, sehingga spinchter urethra interna
terbuka.

Reflek berkemih adalah reflek medula spinalis yang seluruhnya bersifat


otomatis. Selama kandung kemih terisi penuh dan menyertai kontraksi

9
berkemih, keadaan ini disebabkan oleh reseptor regang sensorik pada dinding
kandung kemih sampai reseptor pada uretra posterior ketika mulai terisi urin
pada tekanan kandung kemih yang lebih tinggi. Sinyal sensorik dari reseptor
kandung kemih ke segmen sakral medula spinalis melalui nervus pelvikus
kemudian secara reflek kembali lagi ke kandung kemih melalui syaraf
parasimpatis.

Berkemih pada dasarnya merupakan reflek spinal yang akan difasilitasi dan
dihambat oleh pusat-pusat susunan syaraf yang lebih tinggi. Urin yang
memasuki kandung kemih tidak begitu meningkatkan tekanan intravesika
sampai terisi penuh. Pada kandung kemih ketegangan akan meningkat dengan
meningkatnya isi organ tersebut, tetapi jari-jaripun bertambah, oleh karena itu
peningkatan tekanan hanya akan sedikit saja, sampai organ tersebut relatif
penuh. Selama proses berkemih otot-otot perinium dan sfingter uretra eksterna
relaksasi, otot detrusor berkontraksi dan urin akan mengalir melalui uretra.
Kontraksi otot-otot perinium dan sfingter eksterna dapat dilakukan secara
volunter, sehingga mencegah urin mengalir melewati uretra atau
menghentikan aliran urin saat sedang berkemih.

Mekanisme proses miksi (Mikturisi) ialah proses di mana kandung kencing


akan mengosongkan dirinya waktu sudah penuh dengan air kencing. Mikturisi
artinya proses dibawa air seni sebagai gerak refleks yang dapat dikendalikan
(dirangsang / dihambat) oleh sistem persarafan dimana gerakannya dilakukan
oleh kontraksi otot perut yang menambah tekanan intra abdominalis, dan
organ lain yang menekan kandung kencing sehigga membantu mengosongkan
air seni

Proses pengosongan kandung kemih terjadi bila kandung kemih terisi penuh.
Proses miksi terdiri dari dua langkah utama:

1. Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya


meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah
kedua. Terjadinya distensi atau peningkatan tegangan pada kandung kemih
mencetuskan refleks I yang menghasilkan kontraksi kandung kemih dan
refleks V yang menyebabkan relaksasi uretra.

10
2. Timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang
berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal setidaknya
menimbulkan kesadaran dan keinginan untuk berkemih. Ketika proximal
uretra mengalirkan urin maka akan mengaktifkan refleks II yang akan
menghasilkan kontraksi kandung kemih dan refleks IV sehingga sfingter
eksternal dan uretra akan berelaksasi, sehingga urin dapat keluar. Jika
tejadi distensi pada uretra yang bisa disebabkan karena sumbatan, atau
kelemahan sfingter uretra maka akan mengaktifkan refleks III, sehingga
kontraksi kandung kemih melemah.

Refleks berkemih adalah refleks medulla spinalis yang seluruhnya bersifat


autonomik, tetapi dapat dihambat atau dirangsang di otak. Pusat yang lebih
tinggi dapat mencegah berkemih, bahkan ketika refleks berkemih muncul,
yaitu dengan membuat kontraksi tonik terus menerus pada sfingter eksternus
kandung kemih sampai mendapat waktu yang baik untuk berkemih. Jika sudah
tiba saat berkemih, pusat cortical dapat merangsang pusat berkemih sacral
untuk membantu mencetuskan refleks berkemih dan dalam waktu yang
bersamaan menghambat sfingter eksternus kandung kemih sehingga peristiwa
berkemih dapat terjadi.

11
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Berkemih
1. Pertumbuhan dan perkembangan
Usia dan berat badan dapat mempengaruhi jumlah pengeluaran urin. Pada usia
lanjut volume kandung kemih berkurang, perubahan fisiologis banyak
ditemukan setelah usia 50 tahun. Demikian juga wanita hamil sehingga
frekuensi berkemih juga akan lebih sering.
2. Sosiokultural
Budaya masyarakat dimana sebagian masyarakat hanya dapat berkemih pada
tempat tertutup dan sebaliknya ada masyarakat yang dapat berkemih pada
lokasi terbuka.
3. Suhu
Dalam suhu udara yang dingin, tubuh mencoba tetap hangat. Pembuluh darah
akan menyempit sehingga mengurangi aliran darah ke kulit. Proses yang
disebut vasokonstriksi ini diperlukan tubuh karena suhu panas yang hilang dari
kulit. Tubuh mencoba untuk mengurangi aliran darah ke kaki dan tangan,

12
terutama jari-jari tangan dan jari kaki. Pembuluh darah menyempit
menyebabkan tekanan darah meningkat. Faktor ini terjadi karena jumlah darah
yang mengalir dalam pembuluh darah lebih sedikit.
Kandung kemih menjadi terisi kelebihan cairan. Kemudian anda akan
merasakan dorongan untuk buang air kecil. Kandung kemih yang terisi penuh
termasuk petunjuk lain kalau tubuh kehilangan suhu panas. Segera buang air
kecil membantu mempertahankan kehangatan di dalam tubuh.
4. Tonus otot
Eliminasi urin membutuhkan tonus otot kandung kemih, otot abdomen, dan
pelvis untuk berkontraksi. Jika ada gangguan tonus otot, dorongan untuk
berkemih juga akan berkurang. Mekanisme awal yang menimbulkan proses
berkemih volunter belum diketahui dengan pasti. Salah satu peristiwa awal
adalah relaksasi otot-otot dasar panggul, hal ini mungkin menimbulkan tarikan
yang cukup besar pada otot detrusor untuk merangsang kontraksi. Kontraksi
otot-otot perineum dan sfingter eksterna dapat dilakukan secara volunter
sehingga mampu mencegah urin mengalir melewati uretra atau menghentikan
aliran urin saat sedang berkemih.
5. Intake cairan dan makanan
Alkohol menghambat anti diuretik hormon, kopi, teh, coklat, dan cola
(mengandung kafein) dapat meningkatkan pembuangan dan ekskresi urin.
6. Kondisi penyakit
Pada pasien yang deman akan terjadi penurunan produksi urin karena banyak
cairan yang dikeluarkan melalui kulit. Peradangan dan iritasi organ kemih
menyebabkan retensi urin.

7. Pemeriksaan diagnostic
Intravenus pyelogram dimana pasien dibatasi intake sebelum prosedur untuk
mengurangi output urin. Eliminasi urin atau mikturisi biasanya terjadi tanpa
nyeri dengan frekuensi lima sampai enam kali sehari, dan kadang-kadang
sekali pada malam hari. Rata-rata individu memproduksi dan mengeluarkan
urin sebanyak 1200-1500 dalam 24 jam. Jumlah ini tergantung asupan cairan,
respirasi, suhu lingkungan, muntah atau diare.

13
8. Pengobatan
Penggunaan diuretik meningkatkan output urin, anti kolinergik, dan
antihipertensi menimbulkan retensi urin.
9. Pembedahan
Penggunaan anastesi menurunkan filtrasi glomerulus sehingga produksi urin
akan menurun.
10. Psikologis
Pada keadaan cemas dan stres akan meningkatkan stimulasi berkemih. Hal ini
karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine
yang diproduksi.
11. Kebiasaan seseorang
Misalnya seseorang hanya bisa berkemih di toilet, sehingga ia tidak dapat
berkemih dengan menggunakan pot urine.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas sistem urinaria merupakan sistem yang paling
penting untuk membuang sisa metabolisme makanan yang dihasilkan oleh
tubuh terutama senyawa nitrogen seperti urea. Sistem urinaria terdiri atas
kedua ginjal (ren), ureter, kandung kemih (vesica urinaria), dan uretra.

Berkemih pada dasarnya merupakan refleks spinal yang akan difasilitasi dan
dihambat oleh pusat-pusat susunan syaraf yang lebih tinggi. Urin yang
memasuki kandung kemih tidak begitu meningkatkan tekanan intravesika
sampai terisi penuh. Selama proses berkemih otot-otot perinium dan sfingter
uretra eksterna relaksasi, otot detrusor berkontraksi dan urin akan mengalir
melalui uretra.

15
DAFTAR PUSTAKA

Sherwood, L. 2015. Fisiologi Manusia : Dari Sel Ke Sistem Edisi 9. Jakarta: EGC

Schunke, Michael et.al. 2016. Prometheus Atlas Anatomi Manusia Volume 3 Struktur
Dan Perkembangan Sistem Organ Pada Embrio Edisi 3. Jakarta:EGC

Rachmawati, Faidah, Nurul Urifah. Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Urin.


Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional .hal.127-128

16
Lembar Penilaian Makalah

N BAGIAN YANG SKOR NILAI


O DINILAI

1. Ada Makalah 60

2. Kesesuaian dengan LO 0-10

3. Tata cara penulisan 0-10

4. Pembahasan materi 0-10

5. Cover dan penjilidan 0-10

Total :

NB :

LO = Learning Objective

Medan, 22 Maret 2021

Dinilai oleh:

Tutor

(Prof.dr. Dr.dr. Umar Zein, DTM&H, Sp. PD, KPTI)

Anda mungkin juga menyukai