Anda di halaman 1dari 13

Prarancangan Infrastruktur Industri Biodiesel

Dari Palm Sludge Oil Kapasitas 600.000 Ton/Tahun


Dengan Proses Transesterifikasi Methanol-Potassium Methylate-Toluena
Julianto

ABSTRAK
Pembangunan infrastruktur industri biodiesel merupakan suatu kegiatan yang amat penting dalam upaya
meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Biodiesel menjadi pengganti bahan bakar minyak Solar yang
dari tahun ke tahun mengalami penurunan kuantitas dan menjadi habis karena naiknya permintaan. Salah satu
sumber bahan baku biodiesel adalah palm sludge oil atau minyak kotor dari kolam limbah pabrik kelapa sawit.
Palm Sludge Oil sampai sekarang masih belum dimanfaatkan secara maksimal karena mudah beku pada suhu
25oC dan kadar asam lemak bebas melebihi 80%. Kalimantan Barat pada tahun 2016 menghasilkan Crude
Palm Oil sebesar 12,3 juta ton dengan luas lahan 4,51 juta hektar dengan tanaman menghasilkan 11,6
juta ton tandan buah segar terdiri dari 13 Kabupaten/kota, 411 unit perusahaan perkebunan, 64 unit
Pabrik Minyak Kelapa Sawit kapasitas produksi 2.557 ton tandan buah segar/jam. Jika di Kalimantan
Barat dibangun Pabrik Biodiesel, diasumsikan 15% Crude Palm Oil dari 1.039.600 ton/bulan terbuang
di kolam limbah sebagai Palm Sludge Oil dikonversi menjadi Biodiesel 20 (B20) sebesar 280.692 ton
setara 318.968 kiloliter. Palm Sludge Oil yang berasal dari kolam limbah pabrik kelapa sawit mengandung asam
lemak bebas yang tinggi s e k i t a r 8 0 % dapat dikonversi menjadi biodiesel atau Fatty Acid Methyl Ester
dengan proses transesterifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk membuat rancang awal (outline business case)
infrastruktur industri biodiesel berupa Front End Engineering Desain berdasarkan data kondisi operasional hasil
Laboratorium sintesis biodiesel dari palm sludge oil dengan proses transesterifikasi methanol-potassium
methylate-toluena. Kondisi proses pembuatan Biodiesel Transesterifikasi pada 65oC, 120 menit, 300 rpm, 1 atm
dengan komposisi palm sludge oil=2.394,0 mL, CH3KO=104,1 mL dan menghasilkan Biodiesel 100/B100=2.500
mL. Uji mutu palm sludge oil (SNI 01-2901-2006 CPO) dan uji mutu produk biodiesel (SNI 7182-2015 Biodiesel)
sesuai persyaratan mutu parameter SNI, dan investasi pembangunan infrastruktur industri biodiesel dari palm sludge
oil kapasitas 600.000 ton/tahun adalah layak, menguntungkan dan resiko rendah dengan hasil analisa kelayakan
bisnis sebagai berikut : umur pabrik 25 tahun; modal investasi Rp 500.000.000.000,00; biaya produksi Rp
200.000.000.000,00/bulan; hasil penjualan produk Rp 1.592.529.400.000,00/bulan; keuntungan bersih Rp
1.092.210.300.000,00/bulan; nilai return cost ratio (R/C>1) sebesar 3,2 berarti proyek bernilai ekonomis; nilai
benefit cost ratio (B/C>1) sebesar 2,2 berarti investasi menguntungkan; nilai pay back period sebesar (PBP<10
year) sebesar 2,4 tahun berarti pengembalian modal investasi cepat; nilai break event point produksi Rp
4.019,00/L (riil Rp 2.653,00/L); nilai break event point harga Rp 5.860,00/L (riil Rp 5.671,00/L dan riil regulasi
pemerintah Rp 8.941,00/L).

Kata kunci :
pra rancangan infrastruktur industri biodiesel, palm sludge oil, biodiesel, standar mutu, kelayakan bisnis.

1. LATAR BELAKANG yang diintegrasikan dengan industri antara dan


Infrastruktur industri merupakan industri hilirnya.
bagian dari pengembangan sarana dan Indonesia akan menjadi negara
prasarana dalam kebijakan lintas sektoral pelopor pengunaan Energi Baru Terbarukan
untuk mendorong kemajuan, pertumbuhan dan (EBT) pada sektor industri, transportasi dan
peningkatan daya saing industri sebagai pembangkit listrik dengan kandungan Bahan
langkah yang diambil dalam program Bakar Nabati (BBN) 20 persen. Secara
pembangunan industri. Kebijakan keseluruhan target mandatori biodiesel 20
pengembangan industri nasional merupakan persen (B20) untuk produksi biodiesel pada
bagian kebijakan perindustrian yang 2015 mencapai 1,616 juta KL atau 95% dari
diamanatkan dalam RIPIN 2015 – 2035 dan target sebesar 1,7 juta KL dan pada 2016 ini
RPJMN 2015 - 2019. Prinsip kebijakan adalah 3.698.742 kiloliter (KL). Volume ini
pengembangan industri harus mendorong masuk dalam kerangka pembiayaan oleh
pertumbuhan industri serta peningkatan nilai Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa
tambah sumber daya alam pada industri hulu Sawit (BPDPKS) untuk sektor transportasi
berbasis agro, mineral, serta migas dan bersubsidi (PSO) dan juga pembangkit listrik,
batubara dalam rangka penguatan struktur Sementara target mandatori pemanfaatan B20
industri melalui pembangunan industri hulu pada 2017 untuk sektor PSO dan non – PSO

1
adalah sebesar 6,48 juta KL (Anonim a, 2017). ton CPO dikonversi menjadi biodiesel (B100)
Jadi masih kekurangan B20 sebesar 2,78 juta sebesar 8,4 juta ton atau setara 15,12 juta ton
KL atau 42,90%. Sedangkan di Indonesia B20. Sehingga sangat prospektus
terdapat pabrik Biodiesel dari CPO sejumlah pembangunan pabrik biodiesel yang efisien
15 unit dengan kapasitas produksi berupa B0 dan ekonomis dari berbagai jenis bahan baku
sebesar 1.513.756 KL pada tahun 2016 (multifeeds stock), pemurnian bahan baku,
(Kepmen ESDM No. 258K, 2016). Produksi jenis katalis, pelarut non polar dan kapasitas
CPO Indonesia pada tahun 2020 sebesar 42 produksi biodiesel B100 dan B20 yang
juta ton (Anonim b, 2017) dan industri memenuhi syarat mutu harus dikembangkan
biodiesel Indonesia (B100) periode 2014-2016 secara berkelanjutan.
dengan total produksi 4,99 juta ton atau setara Kebutuhan dunia terhadap sumber
5,67 juta kiloliter atau 1,89 juta KL/tahun energi tidak terbarukan seperti minyak bumi
(Anonim a, 2016). Dari data tersebut, jika terus meningkat. Namun, ketersediaan minyak
estimasi dan diasumsi jika minyak sawit bumi diperkirakan hanya dapat memasok
(crude palm oil) yang terbuang (losess) pada permintaan hingga 5-7 tahun ke depan di
kolam limbah (palm oil mill effluent/POME) Indonesia. Solusi untuk memperlambat dan
sebesar maksimal 5% (FFA > 70%) dari 42 mengurangi ketergantungan tersebut adalah
juta ton CPO maka konversi biodiesel (B100) dengan memanfaatkan sumber energi biodiesel
sebesar 2,1 juta ton atau setara 3,78 juta ton berbahan baku minyak nabati (Usman et al.,
B20, dan jika 20% (FFA < 10%) dari 42 juta 2009).

2. PERUMUSAN MASALAH biodiesel transesterifikasi dan proses


1. Rancangan Penelitian Skala pencampuran biodiesel?
Laboratorium 2. Rancangan Penelitian Skala Biodiesel
Bagaimanakah proses sintesis biodiesel Plant
dari palm sludge oil dengan proses Bagaimanakah proses pra rancangan
transesterifikasi methanol-potassium infrastruktur industri biodiesel dari
methylate melalui optimasi penelitian palm sludge oil kapasitas 600.000
proses industri kimia skala ton/tahun dengan proses
laboratorium berdasarkan perhitungan transesterifikasi methanol potassium
kesetimbangan neraca bahan dan methylate?
kondisi operasional pada proses
pemurnian bahan baku, proses

3. TUJUAN PENELITIAN produk diuji syarat mutu sesuai SNI 7182-


Melakukan penelitian proses industri 2015 Biodiesel, kemudian dilanjutkan dengan
kimia skala laboratorium berdasarkan proses prarancangan infrastruktur biodiesel
perhitungan kesetimbangan kimia dengan dari palm sludge oil kapasitas 600.000
variabel tetap tanpa ada pengaruh antar variabel ton/tahun dengan proses transesterifikasi
lainnya (triall & error) dengan menghasilkan methanol methylate berdasarkan hasil neraca
kesetimbangan neraca bahan dan kondisi bahan dan kondisi operasional menghasilkan
operasional pada tahapan proses pemurnian front end engineering desain (outline bussines
bahan baku, proses biodiesel transesterifikasi case) dan analisa ekonomi kelayakan bisnis.
dan proses pencampuran biosolar, dan hasil

4. MANFAAT PENELITIAN tindaklanjut pembangunan infrastruktur


Manfaat dari penelitian ini berguna industri biodiesel bagi pemilik perusahaan
sebagai bahan informasi teknis dan (owner), investor, konsultan dan kontraktor
.

2
5. TINJAUAN PUSTAKA Minyak sawit dapat digunakan untuk
5.1. Minyak Sawit bahan makanan dan industri melalui proses
Minyak sawit mengandung 41% lemak ekstraksi dan pemurnian, seperti penjernihan
jenuh, minyak inti sawit 81%, dan minyak dan penghilangan bau atau dikenal dengan
kelapa 86% (Harold, 2004). Minyak sawit RBDPO (refined, bleached, and deodorized
termasuk minyak yang memiliki kadar lemak palm oil). Setelah itu CPO dapat difraksinasi
jenuh yang tinggi. Minyak sawit berwujud menjadi RBD stearin dan RBD olein dengan
lemak jenuh dalam bentuk asam komposisi asam lemak yang berbeda. RBD
laurat (0.1%), asam miristat (1%), asam olein terutama digunakan untuk pembuatan
stearat (5%), dan asam palmitat (44%) dan minyak goreng, sedangkan RBD stearin
minyak sawit juga memiliki lemak tak terutama dipakai untuk margarin, shortening,
jenuh dalam bentuk asam oleat (39%), asam serta bahan baku industri sabun dan detergen
linoleat (10%), dan asam alfa linoleat (0.3%) (Ketaren, 1986).
(Cottrell, 1991).
Reaksi yang sering terjadi dalam kolam
5.2. Palm Sludge Oil limbah adalah reaksi hidrolisa dan reaksi
Palm Sludge Oil atau CPO Parit adalah oksidasi (ketaren, 1986). Reaksi hidrolisa adalah
minyak sawit kotor yang berasal dari kolam proses kerusakan minyak nabati oleh air menjadi
limbah atau POME (Palm Oil Mill Effluent) asam lemak bebas dan gliserol, reaksi oksidasi
yang berasal dari kolam 1 dan kolam 2, dan adalah proses oksidasi asam lemak bebas oleh
merupakan limbah cair hasil proses pengolahan katalisator peroksida (oksigen dan logam)
kelapa sawit yang dapat mencemari air dan membentuk aldehide dan keton yang
tanah. Namun, dengan adanya pemanfaatan menyebabkan aroma dan bau tengik pada
Palm Sludge Oil atau minyak sawit kotor minyak nabati. Reaksi hidrolisa pada minyak
sebagai bahan baku menjadi biodiesel maka nabati sebagai berikut Trigliserida + Air =>
minyak sawit kotor tersebut mempunyai nilai Gliserol + ALB. Bahan baku berbasis
ekonomi yang tinggi. Palm Sludge Oil memiliki CPO yang berpeluang menjadi bahan baku
kandungan CPO yang relatif sedikit yaitu sekitar biodiesel adalah sebagai berikut CPO off grade
2% dari jumlah CPO keseluruhan yang kadar FFA 5-20%, Palm Sludge Oil/CPO parit
dihasilkan. Sumber minyak palm sludge oil atau kadar FFA 20-70%, Palm Fatty Acid Distillate
CPO parit berasal dari proses pengutipan (PFAD) kadar FFA > 70%, Minyak goreng
kehilangan minyak sawit (palm oil losess) dari bekas, Stearin dan crude stearine. Sifat Bahan
mesin centrifuge, kolam pad feed I dan II, dari Palm Sludge Oil/CPO parit sebagai
tangki penampungan minyak, selanjutnya berikut sifat fisika : berwarna kecoklatan,
slurry (air, lumpur yang terbawa, minyak) ini keruh, kadar CPO relatif kecil 2-5%, kadar air
dikumpulkan pada kolam penampungan minyak dan kotoran tinggi, bau tengik yang menyengat
terakhir. Minyak sawit inilah yang kemudian (Anonim, 2006), dan sifat kimia : kadar BOD
disebut dengan Palm Sludge Oil atau CPO Parit 25.000 mg/l, kadar COD 50.000 mg/l, pH 4,2
adalah minyak sawit kotor. (bersifat asam), kadar FFA 20 – 90 % (Afrizal,
2008).
5.3. Trigliserida Gliserol atau gliserin memiliki tiga hidroksil
Trigliserida (TG, triasilgliserol, TAG, kelompok fungsional, yang dapat diesterifikasi
atau triacylglyceride) adalah ester yang berasal dengan satu, dua, atau tiga asam lemak untuk
dari gliserol dan tiga asam lemak (tri- + membentuk monogliserida, digliserida, dan
gliserida) (Anonim, 2007). Trigliserida dibagi trigliserida. Struktur kimia dari trigliserida
atas lemak jenuh dan lemak tak jenuh. Lemak sebagai berikut C6H5O6R3 dan gliserol sebagai
jenuh adalah "jenuh" dengan hidrogen - semua berikut C3H8O3. R1, R2, R3 adalah rantai alkil
tempat tersedia di mana atom hidrogen bisa yang panjang atau rantai hidrokarbon yang
terikat pada atom karbon yang diduduki, berupa asam lemak jenuh dan tak jenuh.
memiliki titik lebur yang lebih tinggi dan padat Melalui reaksi transesterifikasi senyawa ini
pada suhu kamar. Lemak tak jenuh memiliki dapat dikonversi menjadi etil/metil ester. R1 =
ikatan ganda antara beberapa atom karbon, di Asam Palmitat As. Lemak Jenuh (16 : 0)
mana atom hidrogen tdak dapat terikat pada CH3(CH2)14COOH / C16H32O2, Komposisi 41,1
atom karbon, memiliki titik lebur yang lebih – 47,0%, BM, g/mol 256,43, Titik Didih
rendah dan menjadi cair pada suhu kamar. 271˚C; R2 = Asam Stearat (18 : 0) As. Lemak

3
Jenuh CH3(CH2)16COOH / C18H36O2, As. Lemak Tak Jenuh CH3(CH2)7CH =
Komposisi 3,7 – 5,6% BM, g/mol 284,49, CH(CH2)7COOH / C18H34O2 Komposisi 38,2 –
Titik Didih 232˚C; R3 = Asam Oleat (18 : 1 ) 43,6 BM, g/mol 282,47, Titik Didih 260˚C.
deacidification menggunakan katalis basa
5.4. Pemurnian Minyak Nabati (Palm Oil dengan konsentrasi 0,3-6% pada suhu 60-90oC
Refining) untuk menghilangkan asam lemak bebas dalam
Proses pemurnian minyak nabati minyak nabati sampai terbentuk sabun.
secara kimia pada proses degumming Adapun tahapan proses pemurnian minyak
menggunakan air dan katalis asam dengan nabati secara kimia yaitu degumming,
konsentrasi 4-8% pada suhu 60-90oC untuk deacification, bleaching, deodorisation,
menghilangkan kandungan phospor dan zat dehydration.
lainnya (Dominik, 2008). proses
digunakan pada reaksi transesterifikasi adalah
5.5. Transesterifikasi katalis basa, karena katalis ini dapat
Transesterifikasi (biasa disebut dengan mempercepat reaksi.
alkoholisis) adalah tahap konversi dari Produk yang diinginkan dari reaksi
trigliserida (minyak nabati) menjadi alkyl ester, transesterifikasi adalah ester metil asam-asam.
melalui reaksi dengan alkohol menghasilkan Terdapat beberapa cara agar kesetimbangan
produk samping yaitu gliserol. Di antara lebih ke arah produk, yaitu : Menambahkan
alkohol-alkohol monolitik yang menjadi methanol berlebih ke dalam reaksi;
kandidat sumber/pemasok gugus alkyl, Memisahkan gliserol; Menurunkan temperature
methanol adalah yang paling banyak digunakan, reaksi ( transesterifikasi merupakan reaksi
karena harganya murah dan reaktifitasnya eksotermal ). Pada intinya, tahapan reaksi
paling tinggi (sehingga reaksinya disebut transesterifikasi pembuatan biodiesel
metanolisis). Jadi, di sebagian besar dunia ini, dilakukan untuk memperoleh produk biodiesel
biodiesel praktis identik dengan ester metal dengan jumlah yang maksimum. Beberapa hal
asam-asam lemak (fatty acids metal ester, yang mempengaruhi reaksi transesterifikai
FAME). Reaksi transesterifikasi trigliserida adalah sebagai berikut (Freedman, 1984):
menjadi metil ester sebagai berikut Triglyceride Pengaruh Air dan Asam Lemak Bebas,
+ methanol KOH/NaOH mixture of Pengaruh Perbandingan Molar Alkohol Dengan
fatty esters + glycerol. Transesterifikasi juga Bahan Mentah, Pengaruh Jenis Alkohol,
menggunakan katalis dalam reaksinya. Tanpa Pengaruh Jenis Katalis, Pengaruh Temperatur,
adanya katalis, konversi yang dihasilkan Pengaruh Waktu Reaksi, Pengaruh
maksimum namun reaksi berjalan dengan Pengadukan.
lambat (Mittlebatch, 2004). Katalis yang biasa
biodiesel mengandung oksigen, maka flash
5.6. Biodiesel pointnya lebih tinggi sehingga tidak mudah
Minyak sawit dapat digunakan untuk terbakar (Darnoko et al., 2001).
memproduksi biodiesel (Rojas, 2007). Metil Kelebihan biodiesel bila dibandingkan
ester dari minyak sawit merupakan zat mudah dengan petroleum diesel, antara lain :
bakar (flammable) yang dihasilkan dari 1) Merupakan bahan bakar yang ramah
proses transesterifikasi. Biodiesel minyak lingkungan karena menghasilkan emisi
sawit seringkali dikombinasikan dengan bahan yang jauh lebih baik (free sulphur, smoke
bakar lain untuk mendapatkan campuran bahan number rendah), sesuai dengan isu-isu
bakar. Biodiesel dari minyak sawit memenuhi global,
standar biodiesel yang ditetapkan oleh USA 2) Cetane number lebih tinggi (51-62)
dan Uni Eropa dan standar biodiesel di dibandingkan dengan petroleum diesel
Indonesia menggunakan SNI 7182-2015 (Amir (42) sehingga menghasilkan suara mesin
et al., 2010). yang lebih halus,
Biodiesel mempunyai sifat kimia dan 3) Energi yang dihasilkan oleh biodiesel
fisika yang serupa dengan petroleum diesel serupa dengan petroleum diesel (128.000
sehingga dapat digunakan langsung untuk BTU vs 130.000 BTU), sehingga engine
mesin diesel atau dicampur dengan petroleum torque dan tenaga kuda yang dihasilkan
diesel. Walaupun kandungan kalori biodiesel juga sama,
serupa dengan petroleum diesel, tetapi karena

4
4) Menghasilkan tingkat pelumasan mesin Viskositas kinematik pada 40 °C, mm2/s (cSt)
yang lebih tinggi dibandingkan petroleum = 2,3 – 6,0; Angka setana, Min = 51; Titik
diesel, nyala (mangkok tertutup), °C, min = 100; Titik
5) Pada dasarnya tidak perlu ada modifikasi kabut, °C, maks = 18; Korosi lempeng
mesin diesel apabila bahan bakarnya tembaga (3 jam pada 50 °C) = nomor 1;
menggunakan biodiesel, Residu karbon .- dalam percontoh asli, %-
6) Biodiesel tidak menghasilkan uap yang massa, maks = 0,05; .- dalam 10% ampas
berbahaya pada suhu kamar dan dapat distilasi, %-massa, maks = 0,3; Air dan
disimpan pada tangki yang sama dengan sedimen, %-volume, maks = 0,05; Temperatur
petroleum diesel, distilasi 90%, °C, maks = 360; Abu
7) Biodiesel dibuat dari bahan terbarukan tersulfatkan, %-massa, maks = 0,02; Belerang,
(renewable) sehingga dapat mengurangi mg/kg, maks = 50; Fosfor, mg/kg, maks = 4;
impor dan penggunaan bahan bakar Angka asam, mg-KOH/g, maks = 0,5; Gliserol
minyak bumi, bebas, %-massa, maks = 0,02; Gliserol total,
8) Biodiesel dapat mengurangi emisi karbon %-massa, maks = 0,24; Kadar ester metal, %-
monoksida, hidroksida total, partikel, dan massa, min = 96,5; Angka iodium, %-massa
sulfur dioksida. (g-I2/100 g), maks = 115; Kestabilan oksidasi
.- Periode induksi metode rancimat, menit =
Syarat mutu biodiesel di Indonesia 480; .- Periode induksi metode petro oksi,
(SNI 7182-2015 Biodiesel) sebagai berikut : menit = 36; Monogliserida, %-massa, maks =
Massa jenis pada 40 °C, kg/m3 = 850 – 890; 0,8.

5.7. Pencampuran Biodiesel Dan Solar merupakan campuran biodiesel dan minyak
(Blending) solar yang masing-masing mengandung 60%,
Pemakaian untuk kendaraan (motor), 70%, 85% biodiesel. Saat ini diketahui
biodiesel dapat diaplikasikan dalam bentuk penggunaan biodiesel yang populer yaitu
100% (B100) atau campuran dengan minyak mencampur 20% biodiesel dengan 80% solar
solar pada tingkat tertentu (BXX). dan disebut dengan B20. Campuran ini
Pencampuran biodiesel dengan minyak solar menghasilkan angka setana yang cukup tinggi
biasanya diberikan sistem penamaan dan konsentrasi emisi gas buang berkurang
tersendiri seperti B2, B3, atau B5 yang berarti 16-3% untuk partikulat, 11-25 % untuk
campuran biodiesel dan minyak solar yang karbon monoksida dan 19-30% untuk
masing-masing mengandung 2%, 3%, dan hidrokarbon, tetapi cenderung meningkatkan
5% biodiesel, sedangkan B60, B70, B85 NOx 2% (Dominik, 2008).

5.8. Perancangan Pabrik 5.8.2. Front-End Engineering Design


Dalam merancang suatu pabrik perlu (FEED)
dilakukan beberapa tahap analisa dan Front-End Loading (FEL), juga
perencanaan agar pembangunan pabrik disebut sebagai Pra-Perencanaan Proyek (PPP)
tersebut dapat terealisasi dengan baik dan tepat atau Front-End Engineering Design (FEED),
waktu. Tahap-tahap perancangan tersebut adalah proses untuk pengembangan konseptual
antara lain: proyek industri pengolahan.
5.8.1. Penelitian dan Pengembangan FEED adalah fase penting dalam
Laboratorium pengembangan proyek-proyek rekayasa.
Sebelum pabrik dibangun diperlukan konsep dan filosofi yang didefinisikan dalam
penelitian dan pengembangan skala tahap konseptual sebelumnya dikembangkan
laboratorium dengan tujuan untuk mencari ke tingkat definisi anggaran proyek yang
variabel kondisi operasional pada proses memungkinkan untuk dinilai secara akurat dan
pengolahan, neraca bahan, jenis bahan baku, jadwal pelaksanaan harus ditetapkan. Semua
katalis dan desain produk sesuai mutu. Setelah persyaratan untuk fase-fase berikutnya dari
itu dilanjutkan dengan analisa kelayakan proyek umumnya didefinisikan pada tahap ini
(Feasibility Study), Front-End Engineering dan paket FEED dapat digunakan sebagai
Design (FEED), Detail Enginering Design dasar untuk mendapatkan tender kompetitif
(DED), Engineering, Procurement, dari kontraktor EPC.
Construction (EPC),

5
Industri umum biasanya membagi 5.8.5. Analisis Kelayakan (Feasibility Study)
aktivitas FEED menjadi tiga tahap: FEED-1, Analisis kelayakan atau disebut juga
FEED-2, dan FEED-3. Untuk setiap tahap, feasibility study adalah kegiatan untuk menilai
khas kiriman tercantum di bawah ini. sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh
dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha.
5.8.3. Detail Enginering Design (DED) Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan
Dilakukan perencanaan pembuatan, pertimbangan dalam mengambil keputusan,
pembenahan atau ekspansi pabrik, biasanya apakah menerima atau menolak dari suatu
diperlukan banyak informasi guna melakukan gagasan usaha. Pengertian layak dalam
analisa, perencanaan, mendetailkan gagasan penelitan ini adalah kemungkinan dari gagasan
hingga merencanakan cash flow pendanaan suatu usaha yang akan dilaksanakan dapat
agar gagasan yang dibuat dapat mencapai memberikan manfaat dalam arti finansial
sasaran yang diharapkan, mulai dari tahap maupun sosial benefit. Dengan adanya analisis
melakukan analisis kelayakan usaha, membuat kelayakan ini diharapkan resiko kegagalan
konsep detail, membuat desain engineering dalam memasarkan produk dapat dihindari.
yang diperlukan hingga akhirnya usaha Tujuan analisis kelayakan antara lain :
tersebut dapat dimulai. Desain konseptual Mengetahui tingkat keuntungan terhadap
dapat dirumuskan untuk menentukan desain alternatif investasi; mengadakan penilaian
pabrik yang akan dibuat, untuk kemudian terhadap alternatif investasi; menentukan
diformulasikan kebutuhan sistem secara lebih prioritas investasi, sehingga dapat dihindari
detail hingga fase konstruksi. investasi yang hanya memboroskan sumber
daya. Tahapan analisis kelayakan usaha
5.8.4. Engineering, Procurement, mencakup beberapa aspek antara lain: aspek
Construction (EPC) pasar, aspek teknis dan operasional, aspek
EPC ialah singkatan dari Engineering, finansial dan aspek lingkungan serta aspek
Procurement, Construction. Terkadang legal.
ditambahkan Installation sehingga Berdasarkan ekonomis maka aspek
singkatannya menjadi EPCI (EPC biasanya finansial sangat memegang peranan penting
berkecimpung di offshore/platform). dalam melakukan studi kelayakan pendirian
Terkadang juga ditambahkan C (menjadi suatu usaha, perlu dilakukan pengkajian lebih
EPCC) jika perusahaannya menggeluti bagian mengenai aspek-aspek pendapatan dan biaya
Commissioning (test unjuk kerja). yang diperlukan dalam
Tugas dari EPC adalah untuk pengimplementasiannya. Untuk mengambil
melakukan rekayasa (engineering) dari suatu suatu keputusan dalam memilih suatu investasi
plant, melakukan pembelian (procurement) diperlukan perhitungan dan analisis yang tepat
barang-barang dan equipment yang terkait dan untuk menilai dan menentukan investasi yang
kemudian mendirikan/membangun menguntungkan ditinjau dari segi ekonomis.
(construction) plant tersebut. EPC terkadang Beberapa metode yang biasa dipertimbangkan
disebut sebagai ‘integrator’ karena EPC lah dalam penilaian suatu investasi:.
yang menjembatani dan mengkordinasikan 1) Net Present Value (NPV); Net Present
seluruh bagian yang terkait dalam Value atau net present worth adalah
pembangunan suatu plant; mulai dari licensor selisih antara aliran kas masuk dan aliran
(yang memiliki lisensi), vendor (yang menjual kas keluar pada saat kini (present). Jika
barang), shipper (yang mengirim barang), aliran kas tidak sama tiap tahunnya,
bahkan sampai operator (yang maka NVP dihitung sebagai jumlah
mengoperasikan plant). dari aliran kas terdiskonto (discounted
Suatu perusahaan EPC tidak harus cash flow) tiap tahunnya. Suatu proyek
melakukan E-P-C nya sekaligus, bisa saja dinyatakan layak jika NVP-nya positif
hanya salah satu atau keduanya. EPC yang (NPV>0).
hanya mengambil E-nya saja (bertindak 2) Internal Rate of Return (IRR); IRR adalah
sebagai konsultan engineering saja), E dan P tingkat diskonto (discount rate) yang akan
atau malah C (hanya memasang saja). menyebabkan NPV suatu proyek menjadi
sama dengan nol. Nilai IRR suatu proyek
yang layak secara ekonomi selalu lebih
tinggi dari pada biaya modal atau tingkat

6
diskonto yang digunakan. total nilai biaya operasional saat ini.
3) Pay Back Period (PBP); PBP adalah 5) Benefit Cost (B/C) Ratio; Benefit cost
parameter kelayakan seberapa cepat ratio adalah perbandingan total nilai
proyek akan mampu membayar bagi keuntungan bersih saat ini dibagi dengan
dirinya sendiri, atau mengembalikan total nilai biaya operasional saat ini.
investasi awal, atau bisa juga disebut 6) Break Event Point (BEP); BEP adalah
keadaan dimana modal awal sudah titik yang menunjukkan pada tingkat
kembali. Pada perhitungan, dihitung berapa biaya dan penghasilan jumlahnya
waktu sampai arus kas kumulatif sama sama. Dengan BEP kita dapat menetukan
dengan besarnya investasi awal tanpa tingkat harga jual dan jumlah unit yang
modal kerja (asumsi modal kerja dijual secara minimum, dan berapa harga
dikembalikan pada akhir umur proyek dan dan unit penjualan yang harus dicapai
tidak ada nilai sisa). Suatu proyek agar mendapatkan keuntungan.
dikatakan layak jika menunjukkan nilai Sedangkan SDP adalah titik atau saat
kas positif dan memiliki jangka waktu penentuan aktivitas produksi dihentikan.
pengembalian modal yang pendek. Disebabkan oelah variable cost yang
4) Return Cost (R/C) Ratio; Benefit cost tinggi atau karena tidak ekonomisnya
ratio adalah perbandingan total nilai suatu pabrik.
keuntungan kotor saat ini dibagi dengan

5.8.6. Spesifikasi peralatan Penyimpanan Bahan Baku, 2). Unit Produksi,


Spesifikasi peralatan dalam pabrik 3). Unit Pemisahan, 4). Unit Penampungan
biodiesel ini terdiri dari : 1). Unit Hasil Produksi, 5). Pompa, 6). Pemanas.

5.8.7. Tata letak pabrik Penyimpanan Bahan Baku, 3). Unit Produksi
Tata letak pabrik terdiri atas : 1). Unit dan Pemurnian, 4). Unit Penampungan Hasil
Perkantoran, 2). Unit Kontrol dan Produksi, 5). Unit Pengolahan Limbah.

6. METODOLOGI PENELITIAN
6.1. RANCANGAN PENELITIAN SKALA
LABORATORIUM
Penelitian proses industri kimia skala
laboratorium ini, tidak mempelajari pengaruh
variabel bebas terhadap produk akhir tetapi
menggunakan variabel tetap yaitu volume
(bahan baku, pereaksi, katalis, pelarut
universal, pelarut non polar), waktu, suhu,
tekanan pada Unit Pemurnian Bahan Baku,
Unit Biodiesel Transesterifikasi, dan Unit
Pencampuran Biosolar tetapi berdasarkan
perhitungan kesetimbangan neraca bahan, dan
hasil akhir produk Biodiesel Murni (B100) dan
Biosolar (B20) diuji berdasarkan syarat mutu
SNI 7182-2015.

7
6.1.1. Pelaksanaan Penelitian x1g, Methanol = x2g, Potassium
Pengambilan sampai preparasi sampel Methylsilate = x3g, ke dalam labu leher tiga,
bahan baku palm sludge oil dari POME (Palm 2. Kondisi operasional 60°C x 15 menit x 300
Oil Mill Effluent) pada kolam 1 dilaksanakan rpm,
pada Laboratorium PMKS PT. Bonti Permai Jaya 3. Saring dan dinginkan,
Raya Kecamatan Binjai, dan proses pemurnian, 4. Hasil TGME sebagai Biodiesel Murni
pembuatan biodiesel dan pencampuran biosolar (B100) di uji Laboratorium dengan syarat
dilaksanakan pada Laboratorium Dinas mutu SNI 7182-2015.
Lingkungan Hidup Kabupaten Sintang, dan 6.1.6. Pengolahan data
kemudian pengujian mutu Bahan Baku Palm Dalam penelitian ini, setelah dilakukan
Sludge Oil, Produk Biodiesel (B100) dan Produk perhitungan kesetimbangan neraca bahan dan
Biosolar (B20) dilakukan melalui Jasa didapatkan hasil pengujian mutu terhadap bahan
Laboratorium PT. SUCOFINDO Jakarta. baku palm sludge oil, Biodiesel Murni (B100)
6.1.2. Penetapan Variabel dan Biosolar (B20) berdasarkan syarat mutu SNI
Kondisi operasional pada Unit Biodiesel 7182-2015.
Transesterifikasi : Tekanan, P = 1 atm, Suhu, T 6.1.7. Rancangan Penelitian Skala Biodiesel
= 60oC, Waktu reaksi, tr = Waktu pengadukan, Plant (studi literatur dan pengolahan data). Dari
tp = 15 menit, Pengadukan, Kp = 300 rpm, hasil Laboratorium dapat dianalisa kadar
Reaksi Kimia Proses Pembuatan Biodiesel parameter, sehingga jika kadar tersebut melebihi
(B100) : TGx + CH3OH + CH3KO = FAME ≈ atau kurang maka diperbaiki teknis proses
TGME. pengolahan.
6.1.3. Bahan
Bahan Baku : Palm Sludge Oil, Pelarut 6.2. RANCANGAN PENELITIAN SKALA
Universal : Aquades, Katalis Pemurnian : KOH, PRARANCANGAN INDUSTRI (BIODIESEL
Pereaksi : Methanol, CH3OH, Katalis PLANT)
Transesterifikasi : Potassium Methylsilate. Dalam penelitian ini, dilakukan
6.1.4. Alat prarancang industri melalui analisa kelayakan
Labu leher tiga, Corong pemisah, Gelas (Feasibility Study) meliputi potensi bahan baku,
ukur, Motor Pengaduk, Pemanas, Statif dan pemasaran dan lingkungan; dan Front-End
klem, Buret, Erlenmeyer, Pipet tetes, Beaker Engineering Design (FEED) meliputi teknis,
glass, Water bath, Termometer. neraca bahan, layout, lokasi industri dan analisa
6.1.5. Langkah Percobaan Proses Pembuatan ekonomi (R/C; B/C; Pay Back Periode; Break
Biodiesel Transesterifikasi Event Point / BEP).
1. Masukkan Hasil [palm sludge oil] = TGx =

7. HASIL DAN PEMBAHASAN belum memenuhi syarat SNI antara lain carbon
7.1. Analisis Hasil Penelitian Laboratorium residue on original 0,81% (syarat SNI max
Biodiesel 0,05%); sulfated ash 0,61% (syarat SNI max
Berdasarkan hasil Analisa Sampel Palm 0,02%), sulfur 1.936 ppm (syarat SNI max 100
Sludge Oil sesuai SNI 01-2901-2006, bahwa ppm), phosphor 16% (syarat SNI max 10%), acid
kadar Free Fatty Acid, FFA sebagai Asam value 102,41 mg KOH/g (syarat SNI max 0,6%),
Palmitat sebesar 83,16% dan kadar air 3,66% ester alkyl content 10,94% (syarat SNI max
cukup tinggi. Pada proses pemurnian skala 96,5%). Untuk parameter yang kadarnya tinggi
laboratorium dilakukan penyaringan dan antara lain carbon residue on original 0,81%
penghilangan kadar air, lalu dilakukan proses (syarat SNI max 0,05%); sulfated ash 0,61%
degumming-netralisasi dengan katalis. Untuk (syarat SNI max 0,02%), sulfur 1.936 ppm
skala industri dilakukan pada reaktor (syarat SNI max 100 ppm), phosphor 16%
Degummimg-Netralisasi dan sebelumnya bahan (syarat SNI max 10%), acid value 102,41 mg
baku dihilangkan kadar kotoran / lumpur dengan KOH/g (syarat SNI max 0,6%), maka
mesin vibrating filter dan mesin decanter untuk rekomendasi tindaklanjut adalah dengan
menghilangkan kadar air. memperbaiki dari segi teknis yaitu melakukan
Berdasarkan hasil Analisa Sampel penyaringan berkali-kali sampai kadarnya
Produk Biodiesel 100 / B100 sesuai SNI 7182- memenuhi standar dalam skala laboratorium, dan
2015, bahwa masih ada beberapa parameter yang untuk skala industri biodiesel maka diperlukan

8
mesin vibrating filter dan decanter. Dan 0,02%), sulfur 1.604 ppm (syarat SNI max 100
parameter lainnya memenuhi standar mutu SNI ppm), phosphor 15% (syarat SNI max 10%), acid
7182-2015 Biodiesel yaitu free glycerol, total value 50,84 mg KOH/g (syarat SNI max 0,6%),
glycerol dan water/sediment merupakan indikator ester alkyl content 14,77% (syarat SNI max
parameter kritis. 96,5%). Walaupun ada beberapa parameter non
Berdasarkan hasil Analisa Sampel kritis berdasarkan hasil uji mutu laboratorium
Produk Biodiesel 20 / B20 sesuai SNI 7182- pada produk Biodiesel 100 / B100 dan produk
2015, bahwa masih ada beberapa parameter yang Biodiesel 20 / B20 yang belum memenuhi syarat
belum memenuhi syarat SNI antara lain carbon mutu, namun hasil uji unjuk kinerja
residue on original 0,41% (syarat SNI max (performance) mesin diesel sangat memuaskan.
0,05%); sulfated ash 0,33% (syarat SNI max
Palm Sludge Oil sebagai bahan baku, desain
7.2. Hasil dan Pembahasan Penelitian Skala teknologi proses pengolahan biodiesel ini dapat
Biodiesel Plant menggunakan bahan baku dari jenis minyak
Potensi Palm Sludge Oil di Pabrik lainnya dengan berbagai konsentrasi kadar FFA,
Kelapa Sawit Kabupaten Sintang cukup besar, termasuk digunakan bahan baku CPO sebesar
jika losess 15% CPO sebagai Palm Sludge Oil 20% atau 207.920 ton/bulan atau setara total
sebesar 9.000 ton/bulan atau total Palm Sludge bahan baku untuk produksi biodiesel 363.860
Oil sebesar 155.940 ton/bulan, maka pendirian ton/bulan sehingga pabrik dapat beroperasi
pabrik biodiesel kapasitas 600.000 ton/tahun secara berkesinambungan.
atau 2.500 ton/hari sangat cukup layak. Selain

7.3. Perhitungan Kapasitas Produksi Biodiesel ton/tahun x 1 tahun/12 bulan hari = 50.000;
Kapasitas Produksi Biodiesel Ton/Hari = 600.000 ton/tahun x 1 tahun/240 hari
Kapasitas produksi = 600.000 = = 2.500; Ton/Jam = 600.000 ton/tahun x 1
ton/tahun; Basis perhitungan : 1 = jam operasi; 1 tahun/240 hari x 1 hari/20 jam = 125; Kg/ Jam =
bulan operasi = 20 hari; 1 tahun operasi = 240 600.000 ton/tahun x 1 tahun/240 hari x 1 hari/20
hari; 1 hari operasi = 20 jam. Kapasitas produksi jam x 1 kg/1.000 ton = 0,13.
: Ton/Tahun = 600.000; Ton/Bulan = 600.000
7.4. Spesifikasi Mesin dan Peralatan Industri 3. Reaktor Degumming-Netralisasi
Biodiesel Fungsi = Menetralkan palm sludge oil
1. Vibrating Filter /trigliserida; Bentuk = Silinder vertikal
Fungsi = Memisahkan partikel-partikel dengan dasar datar dan tutup Ellipsoidal;
pengotor dari palm sludge oil; Bentuk = Bahan konstruksi = Carbon steel SA-285
Horizontal Vibrating Filter; Bahan konstruksi grade C; Jumlah = 2 unit; Kapasitas = 125
= All 316 Stainless Steel; Jumlah = 4 unit; ton/jam; Kondisi Operasi : Temperatur =
Kapasitas = 1,33 ton/jam; Kondisi Operasi : 950C; Tekanan = 1 atm = 14,696 psia; Kondisi
Temperatur = 1000C, Tekanan = 1 atm = Fisik : Panjang = 20 m; Lebar = 15 m; Tinggi
14,696 psia; Kondisi Fisik : Laju alir bahan = 5 m; Tebal = 1/4 inc; Pengaduk : Jenis =
= 38,5 L/min; Tekanan = 21 kg/cm2; Bukaan turbin impeller daun enam; Jumlah baffle = 4
filter = ≤ 10 micron; Berat = 13,2 kg. buah; Diameter = 0,3 m; Daya motor = 1/8 hp.
2. Decanter 4. Vacuum Dryer
Fungsi = Memisahkan palm sludge oil dari air Fungsi = Mengurangi kadar air pada palm
dan kotoran berdasarkan berat jenis; Bentuk sludge oil yang tidak dapat dipisahkan pada
= Horizontal silinder; Bahan konstruksi = alat Decanter; Bentuk = Silinder Tegak
Carbon steel SA-285 grade C; Jumlah = 2 dengan tutup atas dan bawah; Bahan
unit; Kapasitas = 833,3 ton/jam; Kondisi konstruksi = High-tensile steel for heavy-
Operasi : Temperatur = 950C; Tekanan = 1 wall, SA-302, grade B; Jumlah = 1 unit;
atm = 14,696 psia; Kondisi Fisik : Panjang = Kapasitas = 43,75 ton/jam; Kondisi Operasi :
4 m; Lebar = 5 m; Tinggi = 5 m; Tebal = 1/4 Temperatur = 950C; Tekanan = 1 atm = 14,696
inc. psia; Kondisi Fisik : Panjang = 14 m; Lebar =
15 m; Tinggi = 5 m; Tebal = 1/4 in.

9
5. Reaktor Transesterifikasi m; Daya motor = 1/8 hp; Desain Jaket :
Fungsi = Mereaksikan trigliserida dengan Lebar = 11 m; Tinggi = 7 m; Tebal = 1/4 inc.
pereaksi methanol CH3OH; Bentuk = 6. Distilator
Silinder vertikal dengan dasar datar dan Fungsi = Memisahkan campuran; Bentuk =
tutup Ellipsoidal; Bahan konstruksi = Carbon Silinder vertikal dengan dasar datar dan
steel SA-285 grade C; Jumlah = 4 unit; tutup Ellipsoidal; Bahan konstruksi = Carbon
Kapasitas = 125 ton/jam; Kondisi Operasi : steel SA-285 grade C; Jumlah = 5 unit;
Temperatur = 650C; Tekanan = 1 atm = 14,696 Kapasitas = 31,25 ton/jam; Kondisi Operasi :
psia; Kondisi Fisik : Panjang = 15 m; Lebar = Temperatur = 1200C; Tekanan = 2 atm =
10 m; Tinggi = 5 m; Tebal = 1/4 inc; 29,392 psia; Kondisi Fisik : Panjang = 5 m;
Pengaduk : Jenis = turbin impeller daun Lebar = 3 m; Tinggi = 10 m; Tebal = 1/4 inc.
enam; Jumlah baffle = 4 buah; Diameter = 0,4
7. Reaktor Mixer Kondisi Operasi : Temperatur = 250C;
Fungsi = Menghomogenkan B100 dengan Tekanan = 1 atm = 14,696 psia; Kondisi Fisik
C14H30, menjadi produk Biodiesel 20 / : Panjang = 10 m; Lebar = 20 m; Tinggi = 5 m;
B20;Bentuk = Silinder vertikal dengan Tebal = 1/4 inc; Pengaduk : Jenis = turbin
dasar datar dan tutup Ellipsoidal; Bahan impeller daun enam; Jumlah baffle = 4 buah;
konstruksi = Carbon steel SA-285 grade C; Diameter = 0,3 m; Daya motor = 1/20 hp.
Jumlah = 2 unit; Kapasitas = 83,33 ton/jam;
Kebutuhan daya listrik sekali proses untuk
kapasitas produksi 2.500 ton/hari
7.5. Utilitas Pabrik menggunakan mesin diesel sebesar 500 KVA
Utilitas dalam suatu pabrik adalah sarana sebanyak 2 unit mesin dengan kebutuhan
penunjang utama di dalam kelancaran proses BBM Solar 7.200 liter/hari (atau 300
produksi. Agar proses produksi tersebut dapat L/hari).untuk star up dan BBN Biodiesel 20 /
terus berkesinambungan, haruslah didukung oleh B20 sebesar 14.400 liter/hari (atau 600
sarana dan prasarana utilitas yang baik. L/hari). Sedangkan mesin Turbin hanya
Berdasarkan kebutuhannya, utilitas pada Pra– menggunakan uap panas (steam) sebagai
rancangan Infrastruktur Industri Biodiesel ini pembangkit listrik.
meliputi: 3. Unit Pengolahan Limbah
1. Kebutuhan air Pabrik biodiesel dengan kapasitas produksi
Kebutuhan total air bersih untuk kapasitas 2.500 ton/hari menghasilkan total limbah
produksi industri biodiesel 2.500 ton/hari sebesar 2,5 ton/hari yang terdiri dari limbah
sejumlah 25.000 ton/hari yang terdiri dari Air padat (lumpur 0,5 ton/hari dan pasir 0,25
Boiler 13.750 ton/hari (55%), Air Proses ton/hari) yang akan diolah menjadi pupuk
6.250 ton/hari (25%), Air Panas 3.750 ton/hari organik padat / POP sedangkan limbah cair
(15%) dan Air Fasilitas Umum 1.250 ton/hari (air 1,75 ton/hari) yang akan diolah menjadi
(5%). pupuk organik cair / POC. Limbah tersebut
2. Kebutuhan listrik mengandung unsur hara yang masih
diperlukan oleh tanaman.

7.6. Lokasi Pembangunan Infrastruktur Industri Jalur tranportasi sungai merupakan sarana dari
Biodiesel kabupaten putussibau, sekadau, dan melawi.
Rencana lokasi pembangunan
Infrastruktur Industri Biodiesel di Jalan
Mensiku Jaya, Kelurahan Kapuas Kiri Hulu
RT.08/RW.02, Kecamatan Sintang,
Kabupaten Sintang. Pemilihan lokasi tersebut
sesuai rencana tata ruang wilayah kabupaten
sintang untu kawasan industri. Letak lokasi
tepi jalan nasional dan tepi sungai kapuas.

10
7.7. Layout Prarancangan Infrastruktur
Industri Biodiesel.

Gambar 7.7.3. 2D Pada Layout A Dan B


Prarancangan Infrastruktur Industri
Biodiesel

Gambar 7.7.1. Layout A Prarancangan


Infrastruktur Industri Biodiesel

Gambar 7.7.4. 3D Prarancangan


Infrastruktur Industri Biodiesel

Gambar 7.7.2. Layout B Prarancangan


Infrastruktur Industri Biodiesel

11
8. KESIMPULAN DAN SARAN 2. Berdasarkan hasil Rancangan Penelitian Skala
8.1. Kesimpulan Biodiesel Plant, maka didapat sebagai berikut
1. Berdasarkan hasil rancangan penelitian skala :
laboratorium untuk pembuatan Biodiesel 20 / 1. Kapasitas pabrik biodiesel 600.000
B20 = 2,5 L, diperlukan tahapan proses ton/tahun = 50.000 ton/bulan = 2.500
sebagai berikut : ton/hari = 125 ton/jam = 0,13 Kg/jam
1. proses transesterifikasi pada 65oC, 120 2. Berdasarkan hasil analisis ekonomi
menit, 300 rpm, 1 atm dengan komposisi kelayakan bisnis, maka didapat hasil yang
bahan PSO = 2.332,2 mL, CH3OH = optimal sebagai berikut : umur pabrik 25
475,7 mL, dan menghasilkan Biodiesel tahun; modal investasi Rp
100 / B100 = 2.500 mL. 500.000.000.000,00; biaya produksi Rp
2. Uji mutu bahan baku palm sludge oil (SNI 200.000.000.000,00/bulan; hasil
01-2901-2006 CPO) dan produk biodiesel penjualan produk Rp
(SNI 7182-2015 Biodiesel) melalui jasa 1.592.529.400.000,00/bulan; keuntungan
PT. SUCOFINDO Jakarta dengan hasil bersih Rp 1.092.210.300.000,00/bulan;
kadar air, kadar kotoran dan asam lemak nilai return cost ratio (R/C>1) sebesar
bebas (free fatty acid, FFA) pada bahan 3,2 berarti proyek bernilai ekonomis;
baku palm sludge oil sangat tinggi, nilai benefit cost ratio (B/C>1) sebesar
sedangkan produk Biodiesel 100 / B100 2,2 berarti investasi menguntungkan;
dan Biodiesel 20 / B20 sesuai dengan nilai pay back period sebesar (PBP<10
mutu parameter SNI. year) sebesar 2,4 tahun berarti
3. Hasil uji mesin diesel menggunakan pengembalian modal investasi cepat;
produk Biodiesel 100 / B100 dan nilai break event point produksi Rp
Biodiesel 20 / B20 sangat effisien, dimana 4.019,00/L (riil Rp 2.653,00/L); nilai
1 L Biodiesel selama 1 jam mesin hidup break event point harga Rp 5.860,00/L
dan sampai berhenti mesin penggunaan (riil Rp 5.671,00/L dan riil regulasi
Biodiesel 375 mL atau 37,5% dan tersisa pemerintah Rp 8.941,00/L), maka
625 mL atau 62,5% dengan tidak investasi pembangunan infrastruktur
mengeluarkan asap hitam dan kondisi industri biodiesel adalah layak,
mesin tidak panas. menguntungkan dan resiko rendah.

8.2. Saran sangat cerah karena keterbatasan sumber daya


Pabrik ini layak didirikan karena memiliki minyak di dunia memaksa untuk mencari
kelayakan dari segi teknik maupun ekonomi. sumber energi alternatif yang terbarukan.
pabrik ini memberikan nilai tambah bagi Pemasaran produk biodiesel didalam negeri
produksi CPO di Indonesia pada umumnya dan sangat tinggi untuk pembangkit tenaga listrik,
khususnya di Kalimantan Barat sebagai pusat transportasi, perusahaan tambang dan
regional trans Kalimantan dari segi perusahaan lainnya yang menggunakan
pemanfaatan palm sludge oil sebagai minyak berbasis mesin diesel dan telah didukung
kotor yang berasal dari kolam limbah pabrik regulasi pemerintah, dan permintaan ekspor
kelapa sawit dengan kadar air, kadar kotoran biodiesel di Asia Tenggara dan Uni Eropa
dan asam lemak bebas (free fatty acid, FFA) sangat menjanjikan.
yang tinggi. Potensi biodiesel dimasa depan

12
9. DAFTAR PUSTAKA Hill.
Afrizal, 2008, Pemanfaatan Parit Cair Kelapa Poku, K., 2002, Origin of oil palm, Small-Scale
Sawit /CPO Parit),diunduh pada Tanggal Palm Oil Processing in Africa. FAO
22 Juli 2008. Agricultural Services Bulletin 148, Food
Amir, R. S., M. M. Moskin, W. M. Mat. Yunus, and Agriculture Organization, ISBN 92-
A. Mohammadi, Z. A. Talib, 5-104859-2.
2010, Optical Characterization of Palm Rachel B., 2008, Biodiesel Standards and Testing
Oil Biodiesel Blend (Report), Journal of Methods: An Overview of ASTM D6751,
Materials Science and Engineering. Central Carolina Community College.
Anonim, 2007, "Nomenklatur Lipid", IUPAC- Rasidi, 2004, Kinetika Esterifikasi Asam Lemak
IUB Komisi Biochmical Nomenklatur Bebas dari Minyak Sawit, Central Library
(CBN), diunduh pada Tanggal 8 Maret InstituteTechnology Bandung.
2007. Rojas, M., 2007, Assessing the Engine
Anonim a, 2016, Data Outlook Industri Performance of Palm Oil Biodiesel.
Oleokimia dan Biodiesel 2015-2016. Usman, T., Fahrianto, dan Andi, K.A., 2005,
Anonim b, 2016, Biodiesel Handling and Use Esterifikasi Asam Lemak Bebas dari
Guide, Fifth Edition, USA Departement Limbah Minyak Sawit Mentah dengan
of Energy, diunduh pada Bulan Etanol Menggunakan Katalis p-toluena
November 2016. sulfonat, Fakultas Matematika dan Ilmu
Anonim b, 2017, Riset Tren Produksi Kelapa Pengetahuan Alam Universitas
Sawit 2009-2017. Tanjungpura, (Skripsi). Usman, T.,
Cody Lindley, 2017, Front End Engineering Syahrul, M., Agus. K., and Winda, R.,
Developer Handbook 2017, Fronted 2009.
Master, U.S.A. Direct Transesterification of Palm Kernel with
Darnoko, 2000, Continuos Production of Palm Methanol by Using Empty Palm Bunch
Methyl Ester, JAOCS, Vol. 77 (12), Hal. Ash Catalyst, The First International
1269-72. Seminar on Science and Technology,
Darnoko, D. T, Herawan dan P. Guritno, 2001, January 24, 2009, Yogyakarta.
Teknologi Produksi Biodiesel dan Usman, T., Winda, R., Agus, K., dan
Prospek Pengembangannya di Indonesia, Rizmahardian, A.K., 2009, Metode
Warta PPKS, Vol.1, Hal. 17-27. Pembuatan Ester Asam Lemak dari
Dominik R., 2008, Biofuel Technology Daging Buah Kelapa melalui
Handbook, WIP Renewable Energies Transesterifikasi, Paten Indonesia.
München, Germany.
Freedman, 1984, Variabels affecting The Yields
of Fatty Ester from Transesterified
Vegetable Oils, J. Am. Oil Soc. Chem.,
Vol.61, Page.1638-1643.
Gerhard, K., 2005, The Biodiesel Handbook,
National Center for Agricultural
Utilization Research, Department of
Agriculture Peoria, Illinois, U.S.A.
Kepmen ESDM Nomor 258K/2016 tentang
Penetapan Badan Usaha BBN.
Ketaren, S., 1986, Pengantar Teknologi Minyak
Dan Lemak Pangan. Universitas
Indonesia, Jakarta.
Mittlebatch, 2004, Biodiesel The Comprehensive
Handbook.
Perry, J.H., 1999, Chemical Engineering
Handbook, Edisi 7, McGraw-Hill Book
Co. New York.
Peter, Max S. And Klaus D. Timmerhaus., 2002,
Plant Design and Economic for Chemical
Engineering 6th edition, USA: McGraw

13

Anda mungkin juga menyukai