Anda di halaman 1dari 68

SUBSTANCE ABUSE PREVENTION IS PUBLIC

HEALT

Oleh

Ummu Kalsum Asiri

Diah Aulia Asiri

Kelas M.Kes 1
Program Pasca Sarjana
Universitas Muslim Indonesia

AULIA & UMMU Page 1


SUBSTANCE ABUSE PREVENTION IS PUBLIC HEALT

A. Latar Belakang

Penggunaan, penggunaan keliru, dan penyalahgunaan substansi pengubah pikiran

jelas mendahului zaman sejarah tercatat kita. Hal itu barangkali merupakan bagian dari

keadaan sifat manusia yang ingin mengalami peraasaan tidak biasa dan asing atau perubahan

dalam suasana hati dan persepsi. Orang-orang pada peradaban awal mungkin menggunakan

obat sebagai sasaran untuk berkomunikasi dengan roh. Bahkan sekarang, dalam beberapa

budaya, obat masih digunakan untuk maksud tersebut.

Untuk kebanyakan orang Amerika, pemakaian obat dapat bersifat coba-coba atau

untuk pergaulan, suatu kebebasan sementara dari kondisi mental dan fisik yang normal dan

tidak terbius. Untuk orang lainnya, pemakaian obat menjadi upaya yang salah arah untuk

mengobati diri atau untuk menghadapi permasalahan pribadi seperti kesepian, rasa bersalah,

atau perasaan rendah diri. Untuk sebagian kecil populasi, pemakaian obat bukan lagi pilihan

yang disadari; orang-orang ini talah menjadi penyalahguna obat kronis atau bergantung pada

obat. Dalam banyak budaya, penyalahgunaan atau ketergantungan kronis alcohol atau obat

lain dipandang sebagai perilaku yang merusak, baik bagi diri sendiri maupun masyarakat

sekitar. Anggota masyarakat yang hidupnya berfokus seputar pengadaan dan penggunaan

obat biasanya hanya sedikit bermanfaat bagi masyarakat dan bahkan kerap merugikan

masyarakatnya.

Memang sulit untuk membantah mereka yang menyatakan bahwa penyalahgunaan

alcohol, tembakau, dan obat lain merupakan masalah kesehatan masyarakat nomor satu di

Amerika. Menurut hasil penelitian terbaru, lebih banyak kasus kematian, kesakitan, dan

AULIA & UMMU Page 2


disabilitas dapat dikaitkan dengan penyalahgunaan obat dibanding dengan berbagai kondisi

kesehatan tercegahkan lainnya. Satu perempat dari 2 juta kematian setiap tahunnya berkaitan

dengan penggunaan alcohol, tembakau, atau obat terlarang. Perkiraan beban ekonomi

penyalahgunaan subtansi di Amerika Serikat beragam antara $246 milyar tagihan dan $414

milyar setiap tahunnya. Perkiraan ini juga mencakup biaya langsung (mis., pengeluaran

layanan kesehatan, kematian dini, dan gangguan produktifitas), dan biaya taklangsung, yang

meliputi biaya penegakan hukum, pengadilan, penjara dan kerja social.dari $414 milyar

tagihan obat tahunan. Biaya akibat alkoholisme dan penyalahgunaan diperkirakan mencapai

$166 milyar, penyalahgunaan obat $110 milyar, dan merokok sekitar $138. Jelas,

penyalahgunaan alcohol dan obat lain merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat

Amerika yang paling mahal.

Masalah penyalah gunaan narkoba di Indonesia saat ini, menurut beberapa pakar,

sudah mencapai titik yang mengkhawatirkan. Bukan hanya di kalangan remaja di perkotaan,

bahkan sudah menjalar ke kalangan anak-anak di daerah pedesaan. Menurut Suryani SKp

MHSc dalam tulisannya “Permasalahan Narkoba di Indonesia”, saat ini penyalahguna

narkoba di Indonesia sudah mencapai 1,5% penduduk Indonesia atau sekitar 3,3 juta orang.

Dari 80% pemuda, sudah 3% yang mengalami ketegantungan pada berbagai jenis narkoba.

Bahkan menurut Kalakhar BNN, Drs I Made Mangku Pastika, setiap hari, 40 orang

meninggal dunia di negeri ini akibat over dosis narkoba. Angka ini bukanlah jumlah yang

sebenarnya dari penyalahguna narkoba. Angka sebenarnya mungkin jauh lebih besar.

Menurut Dr. Dadang Hawari (dalam tulisannya Penyalahgunaan dan ketergantungan NAZA

(Jakarta: Balai Penerbit FKUI 2002), fenomena penyalahgunaan narkoba itu seperti

fenomena gunung es. Angka yang sebenarnya adalah sepuluh kali lipat dari jumlah

AULIA & UMMU Page 3


penyalahguna yang ditemukan. Lebih lanjut, Direktur PLRIP-BNN, Ida Utari, pada Rakernis

Terapi Rehabilitasi Napza pada 20 Maret 2014 di Kementrian Kesehatan menyatakan bahwa

di dunia, pecandu narkoba berjumlah antara 15.5 juta - 38.6 juta. Prevalensi pengguna

narkoba dunia adalah sekitar 5%. Di Indonesia pada 2015 diperkirakan sebesar 2.8%.

Peningkatan sebesar 1,05% dalam kurun 10 tahun terakhir.

Mencermati angka prevalensi dalam unit juta orang di tahun 2015, dimana apabila

tidak ada penghambat penyalahgunaan narkoba, dengan asumsi penduduk Indonesia

berjumlah 250 juta orang, maka di Indonesia diperkirakan sekitar 5.1 juta orang akan

menjadi penyalahguna narkoba atau di antara 50 orang WNI ada satu pengguna narkoba.

Bisa jadi setiap lembaga yang mempunyai staf lebih dari 50 orang dipastikan ada

diantaranya pengguna narkoba. Jika demikian lembaga penegak hukum (kepolisian,

kejaksaan, KPK, kehakiman), lembaga hankam, lembaga tinggi negara lain, perusahaan

swasta dan milik negara di Indonesia dipastikan terdapat pengguna narkoba. Cepat atau

lambat bisa menghancurkan kelangsungan bangsa Indonesia.

Mereka menyalahgunakan alcohol dan obat lain dapat memunculkan ancaman

kesehatan yang serius bagi diri mereka sendiri, keluarga, maupun masyarakat. Mereka

merupakan ancaman bagi mereka sendiri dan keluarga karena mereka menempatkan diri

sendiri dan keluarga mereka dalam resiko kehancuran fisik, jiwa, dan dan keuangan.

Penggunaan obat kebiasaan (habitual) dapat mengalami ketergantungan fisik dan/atau

psikologi pada obat tersebut, sehingga mengalami kesulitan besar dalam usaha

menghentikan penggunaannya walau dihadapkan pada semakin memburuknya kesehatan

jiwa dan fisik serta menipisnya sumber keuangan. Jika obat dikonsumsi adalah obat

AULIA & UMMU Page 4


terlarang, penggunaannya termasuk dalam tindak kejahatan sehingga berisiko ditangkap dan

dipenjara.

Penyalahguna alcohol dan obat lain juga dapat menghadirkan suatu ancaman serius

kepada masyarakat karena mereka memiliki kebutuhan yang jauh lebih besar akan layanan

kesehatan, mengalami lebih banyak cedera, dan kurang produktif disbanding mereka yang

bukan penyalahguna obat. Dampak pada masyarakat berkisar dari hilangnya produktivitas

dan peluang ekonomi sampai kehancuran social dan ekonomi. Selain itu, penyalahguna obat

dapat melakukan lebih banyak tindak kejahatan yang mengakibatkan kerugian ekonomi,

cedera, dan kematian. Kekerasan yang berhubungan dengan penyalahgunaan alcohol dan

obat lain.

Menurut hasil survey terbaru terhadap penggunaan obat, penggunaan obat terlarang

oleh kaum remaja Amerika, yang menunjukkan penurunan tajam pada tahun 1992,

meningkat lagi selama tahun 1990-an. Contoh, pada tahun 2000, penggunaan marijuana

(dalam 30 hari terakhir) dilaporkan mencapai 21,6% dari siswa kelas 3 SMU, jika

dibandingkan dengan hanya 11,9% pada tahun 1992. Penggunaan kokain (dalam 30 hari

terakhir) dilaporkan oleh 1,3% siswa kelas 3 SMU pada tahun 1992 dan dilaporkan oleh

2,1% siswa kelas 3 SMU pada tahun 2000. Sejak tahun 1998, angka kasus penggunaan obat

terlarang umumnya stabil atau menurun, tetapi Tetap jauh lebih tinggi disbanding angka

pada tahun 1992. Angka kasus penggunaan dua obat terlarang, heroin dan MDMA, juga

menunjukkan peningkatan yang signifikan sejak tahun 1998.

Jika istilah penyalahgunaan obat digunakan, kebanyakan orang berpikir tentang

obat terlarang misalnya heroin, LSD, kokain dan zat terlarang lainnya. Sementara

penyalahgunaan obat terlarang memang merupakan satu masalah Utama di Amerika,

AULIA & UMMU Page 5


penyalahgunaan alcohol dan produk tembakau barangkali merupakan tantangan yang lebih

serius terhadap kesehatan produk amerika. Penggunaan tembakau oleh siswa kelas 3 SMU

menunjukkan peningkatan sejak tahun 1992, sedangkan penggunaan alcohol Tetap tinggi

selama periode yang sama.

Berbagai negara telah berusaha memecahkan masalah penyalahgunaan obat selama

berpuluh-puluh tahun. Kebanyakan orang dewasa yang menyalahgunakan obat pada

akhirnya meniggalkan perilaku tersebut, tetapi Tetap saja terdapat kelompok potensial

pengguna obat di kalangan anak-anak. Pengabaian generasi tersebut menunujukkan bahwa

upaya pendidikan pencegahan penyaalahgunaan obat tidak akan pernah berhenti. Alih-alih,

upaya pencegahan itu harus menjadi bagian yang menetap dalam budaya kita. Itu berarti,

kita harus mengajarkan kepada anak-anak kita bahaya akibat penggunaan obat yang bersifat

mencoba-coba.

Selain itu, Bahan tambahan atau zat aditif pada makanan semakin meningkat,

terutama setelah adanya penemuan-penemuan termasuk keberhasilan dalam mensintesis

bahan kimia baru yang lebih praktis, lebih murah, dan lebih mudah diperoleh. Penambahan

bahan tambahan/zat aditif ke dalam makanan merupakan hal yang dipandang perlu untuk

meningkatkan mutu suatu produk sehingga mampu bersaing di pasaran. Di dalam proses

pengolahan makanan sering digunakan Bahan tambahan pangan yang berfungsi untuk

memperoleh mutu sensori seperti cita rasa, warna, dan tekstur yang diinginkan dengan masa

simpan yang cukup (awet). Bahan tambahan pangan merupakan senyawa sintetik kimia yang

bila digunakan berlebihan dapat membahayakan kesehatan. Masalah penyalahgunaan Bahan

tambahan pangan yang terjadi di Indonesia terutama oleh industri kecil dan penjual makanan

jajanan adalah digunakannya Bahan tambahan pangan terlarang atau melebihi batas yang

AULIA & UMMU Page 6


diizinkan (Hariyadi dkk., 2001). Bahan tambahan pangan yang sering digunakan contohnya

adalah Formalin, boraks, methanyl yellow, dan Rhodamin B. Harga menjadi salah satu

alasan oleh produsen untuk menggunakan zat pewarna tekstil untuk ditambahkan pada

produk makanan mereka, dimana zat pewarna tekstil relatif lebih murah dan biasanya

warnanya lebih menarik dibanding dengan zat pewarna untuk makanan. Contohnya

pemakaian Rhodamin B yang masih banyak digunakan sebagai pewarna makanan.

Pemberian zat pewarna berbahaya seperti Rhodamin B yang dipakai dalam bahan makanan

juga disebabkan karena ketidaktahuan tentang zat pewarna apa saja yang diperbolehkan dan

yang tidak diperbolehkan untuk ditambahkan pada makanan. Masyarakat kurang mengetahui

bahwa Rhodamin B yang digunakan dalam makanan dapat menimbulkan gangguan

kesehatan tubuh mereka. Rhodamin B merupakan zat warna sintetik yang umum digunakan

sebagai pewarna tekstil. Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 28 Tahun 2004, Rhodamin B

merupakan zat warna tambahan yang dilarang penggunaannya dalam produk-produk

pangan. Rhodamin B dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan, iritasi kulit, iritasi pada

mata, iritasi pada saluran pencernaan, keracunan, dan gangguan hati, akan tetapi sampai

sekarang masih banyak produsen yang menggunakan Rhodamin B dalam produk makanan

dan minuman yang dihasilkannya. Rhodamin B ditemukan dalam produk kerupuk, jelli/agar-

agar, aromanis, dan minuman serta dalam terasi.Zat warna Rhodamin B walaupun telah

dilarang penggunaanya ternyata masih ada produsen yang sengaja menambahkan zat warna

Rhodamin B untuk produk minuman sebagai pewarna merah dengan alasan warnanya sangat

bagus, mudah didapat, dan murah harganya. Sebagian besar produk tersebut tidak

mencantumkan kode, label, merek, jenis atau data lainnya. Para pedagang minuman

AULIA & UMMU Page 7


menggunakan pewarna untuk memperbaiki warna merah minuman yang berkurang (menjadi

pudar) akibat penambahan bahan lain. Rhodamin B dapat terakumulasi pada tubuh.

Manusia dan bersifat karsinogenik yang dalam jangka panjang menyebabkan

penyakit-penyakit seperti kanker dan tumor pada organ tubuh manusia Pengetahuan

termasuk faktor presdisposisi dimana merupakan faktor yang mempermudah dan mendasari

untuk terjadinya perilaku tertentu. Pengetahuan tentang pewarna makanan yang rendah,

memungkinkan produsen menggunakan Rhodamin B sebagai bahan tambahan makanan.

Makanan yang mengandung Rhodamin B, warnanya lebih mencolok daripada makanan

yang berwarna alami. Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam

berat pada pewarna tersebut. Timbulnya penyalahgunaan tersebut antara lain disebabkan

ketidaktahuan. Masyarakat mengenai zat pewarna untuk pangan disamping itu harga zat

pewarna untuk industri jauh lebih murah dibandingkan dengan harga zat pewarna untuk

pangan.

B. Tujuan Penulisan

1. Memberikan gambaran penyalahgunaan obat yang terjadi di masyarakat

2. Memberikan gambaran penyalahgunaan zat berbahaya pada makanan di kalangan

masyarakat

C. Pembahasan

1. Penyalahgunaan Obat

Kita mulai pembahasan mengenai alcohol, tembakau dan obat lain sebagai suatu

masalah kesehatan masyarakat dengan defenisi beberapa istilah yang ada. Obat dalah

suatu zat, selain makanan dan vitamin, yang ketika memasuki badan dalam jumlah

kecil, dapat mengubah kondisi fisik, jiwa, maupun kondisi emosional seseorang. Obat

AULIA & UMMU Page 8


psikoaktif adalah obat yang dapat mengubah persepsi sensorik, suasana hati, proses

berpikir, atau perilaku.

Dalam bab ini, istilah penggunaan obat merupakan istilah non-evaluatif yang

mengacu pada perilaku pemakaian obat secara umum, tanpa memandang apakah

perilaku tersebut memang benar. Penggunaan keliru obat (drag misuse) mengacu

terutama pada penggunaan yang tidak sesuai dari obat atau tanpa resep dokter yang

diberi secara legal. Contoh, penggunaan keliru obat terjadi ketika seseorang

menghentikan penggunaan antibiotic tertentu sebelum keseluruhan dosis yang

diresepkan selesai atau ketika seseorang meminum empat aspirin dan bukannya dua

seperti yang tercantum dalam label. Penyalahgunaan obat (drug abuse) dapat

didefenisikan dengan beberapa cara bergantung pada tipe obat dan situasinya.

Penyalahgunaan obat terjadi ketika seseorang mengkomsumsi obat dengan atau tanpa

resep dokter untuk tujuan selain dari yang telah disetujui secara medis. Contoh,

penyalahgunaan obat terjadi ketika seseorang menggunakan pil diet dengan resep untuk

mengambil efek (stimulasi) pengubah suasana hatinya. Penyalahgunaan obat-obatan

legal, seperti nikotin atau alcohol dikatakan terjadi ketika seseorang menyadari bahwa

penggunaan yang berkelanjutan akan berakibat buruk pada kesehatan seseorang. Karena

obat terlarang tidak memiliki kegunaan medis yang disetujui, penggunaan obat terlarang

apapun dipandang sebagai penyalahgunaan obat. Sama halnya, penggunaan alcohol dan

nikotin oleh mereka yang masih dibawah umur dipandang sebagai tindak

penyalahgunaan obat.

Ketergantungan obat (zat kimia) terjadi ketika seseorang pengguna merasa

bahwa suatu obat tertentu sangat diperluka untuk berfungsi secara normal.

AULIA & UMMU Page 9


Ketergantungan dapat bersifat psikologis, yang dalam hal ini pengguna merasakan suatu

hasrat emosional ataupun psikologis yang sangat kuat untuk terus menggunakan suatu

obat walaupun tubuhnya tidak memperlihatkan tanda-tanda klinis atau penyakit, atau

dapat bersifat fisik, yaitu penghentian penggunaan obat dapat mengakibatkan kesakitan

klinis. Biasanya, baik ketergantungan psikologis maupum fisik ada di saat yang

bersamaan sehingga penghentian penggunaannya menjadi sangat sulit. Seperti yang

sering terjadi dalam perilaku merokok sigaret.

a. Factor Kontribusi Dalam Penyalahgunaan Alcohol, Tembakau, Dan Obat

Lain

Factor yang berkonstribusi dalam enyalahgunaan alcohol, tembakau, dan obat lain

memang sangat banayk, dan walaupun keputusan untuk menggunakan obat pada

akhirnya terletak pada individu itu sendiri, hasil penelitian menunjuk kan setiap

individu memiliki risiko yang berbeda-beda untuk terlibat dalam perilaku

penggunaan obat. Factor-faktor yang dapat meningkatkan probabilitas penggunaan

obat disebut dengan factor risiko, factor-faktor yang dapat menurunkan probabilitas

penggunaan obat disebut factor pelindung. Mereka yang memiliki banyak factor

risiko dikatakan rentan terhadap penyalahgunaan atau ketergantungan obat,

sedangkan mereka yang sedikit factor risikonya dan memiliki banyak factor

pelindung dikatakan resisten terhadap perilaku penyalahgunaan obat.

Factor risiko dan factor pelindung dapat berupa factor genetic ( keturunan)

maupunatau factor lingkungan. Sejumlah besar studi menyimpulkan bahwa factor

turunan dapat memperbesar risiko seseorang untuk mengalami ketergantungan

alcohol, dan memang masuk akal untuk beranggapan bahwa kerentangan terhadap

AULIA & UMMU Page 10


obat lain kemungkinan juga bersifat diwariskan. Factor risiko lingkungan, seperti

kehidupan rumah maupun keluarga seseorang, sekolah dan kelompok sebaya, dan

masyarakat serta kebudayaan, juga telah teridentifikasi.

b. Factor Risiko Turunan

Sebagian besar data yang berasal dari penelitian mengenai alkoholisme

memperkuat pendapat bahwa risiko ketergantungan obat dapat diwariskan. Bukti

pewarisan risiko alkoholisme diberikan oleh begitu banyak penelitian, yang telah

ditelaah oleh Tabakoff dan Hoffman dalam the Seventh Special Report to the U.S.

Congress on Alkohol and Health, dari Menteri of Health and Human Services.

Penelitian terhadap keluarga alkoholik mengungkap sedikitnya dua tipe

alkoholisme turunan, sekarang disebut sebagai alkoholisme Tipe I (atau terbatas-

lingkup-pergaulan) dan alkoholisme Tipe II (atau terbatas-pria). Studi

observasional terhadap keluarga alkoholik tersebut juga didukung oleh penelitian

yang menggunakan ciri genetic dan biologis dalam sampel binatang. Beberapa ciri

itu memicu seseorang secara biokimiawi untuk meningkatkan kerentanannya dalam

mengalami masalah terkait alcohol, sedangkan ciri lainnya justru bersifat

melindungi. Contoh, gen yang merupakan kode bagi enzim yang menghalangi

metabolisme normal alcohol, dapat menyebabkan seseorang memberikan respons

positif terhadap efek alcohol sehingga akan mengkomsumsi kembali alcohol, atau

memberikan respon negative terhadap efek alcohol sehingga mengurangi minum

ataubahkan berhenti sama sekali. Suatu penelitian terbaru telah menyajikan bukti

dalam mendukung pendapat bahwa gen juga mempengaruhi kebiasaan merokok

sigaret. Pewarisan kerentanan terhadap obat lain masih dalam penelitian.

AULIA & UMMU Page 11


c. Factor Risiko Lingkungan

Ada banyak sekali factor lingkungan, baik psikologis maupun social, yang

memengaruhi penggunaan dan penyalahgunaan alcohol dan obat lain. Termasuk

didalamnya adalah factor personal, misalnya pengaruh kehidupan rumah dan

berkeluarga, sekolah dan kelompok sebaya, dan komponen lain di dalam

lingkungan social dan budaya.

(1) Faktor Pribadi

Factor personal mencakup sifat-sifat kepribadian, misalnya keimpulsifan,

suasana hati, depresi, kerentanan terhadap stress, atau kemungkinan gangguan

kepribadian.beberapa dari factor tersebut telah dikaji oleh Needle dan

koleganya. Walau model-model yang melibatkan factor personal dapat

memberikan kerangka penelitian maupun teorimengenai etiologi

penyalahgunaan alcohol dan obat lain, model tersebut memiliki

keterbatasannya sendiri. Memang sulit untuk menentukan sampai dimana

factor-faktor tersebut merupakan factor turunan atau hanya factor lingkungan

belaka. Contoh, keputusan seseorang untuk menggunakan alcohol atau obat

sebagai respon terhadap suatu situasi yang menekan ( dan hasil akhir keputusan

tersebut) dapat merupakan akibat dan karakteristik turunan, perilaku,yang

didapat, atau bahkan gabungan kedua factor itu.

(2) Kehidupan Rumah dan Keluarga

Pentingnya factor kehidupan rumah dan keluarga dalam penyalahgunaan

alcohol dan obat telah banyak menjadi topic banyak penelitian, yang beberapa

diantaranya telah dikaji oleh Meller dan Needle serta koleganya. Hasil

AULIA & UMMU Page 12


penelitian memperlihatkan bahwa tidak semua risiko terkait keluarga bersifat

turunan atau genetic. Struktur keluarga, dinamika keluarga (kematian dan

perceraian) telah dikaitkan dengan awal mula penggunaan alcohol dan obat

lain. Dalam hal ini, penggunaan alcohol dan obat merupakan suatu gejala

masalah keluarga dan/atau personal, bukan suatu penyebab.

Pengenbangan keterampilan antarpersonal, misalnya keterampilan komunikasi,

keterampilan hidup mandiri, dan belajar bergaul dengan orang lain,

ditumbuhkan di rumah. Kegagalan orangtua untuk menyediakan suatu

lingkungan yang mendukung pengembangan keterampilan itu dapat

mengakibatkan hilangnya harga diri dan meningkatnya kenaikan

ketidakmampuan beradaptasi dan perilaku antisosial, semua factor risiko

personal untuk penyalahgunaan alcohol dan obat.

Akhirnya sikap keluarga terhadap penggunaan alcohol dan obat akan

memengaruhi keyakinan dan perkiraan anak akan efek obat. Harapan ini

terbukti merupakan factor penting didalam keputusan remaja untulk memulai

dan terus mengkomsumsi alcohol. Usia saat pertama kali mengkomsumsi

alcohol, tembakau dan oabat terlarang berkolerasi dengan kemunculan masalah

alcohol dan obat di kemudian hari, terutama jika komsumsi dimulai sebelum 15

tahun.

(3) Sekolah dan Kelompok Sebaya

Penggunaan obat oleh teman sebaya baik tersirat maupun tersurat akan

memengaruhi sikap dan keputusan yang diambil oleh seorang remaja.

Beberapa hasil penelitian menunjukkkan bahwa dukungan tersirat kelompok

AULIA & UMMU Page 13


untuk mengkomsumsi minuman keras merupakan satu-satunya factor paling

penting didalam keputusan remaja untuk minum. Teman sebaya juga dapat

memengaruhi haparapan akan suatu obat. Alcohol dapat dipandang sebagai

“obat sihir” yang dapat meningkatkan kesenangan fisik maupun social,

kepekaan dan kepuasan seksual, kekuasaan dan agresi serta kemampuan

bergaul. Menarik untuk diperhatikan bahwa kondisi itu justru menjadi pertanda

mistis dari alcohol yang ditampilkan dalam iklan bird an minuman beralkohol

lainnya.

(4) Lingkungan Sosiokultural

Konsep risiko lingkungan juga mencakup pengaruh lingkungan sosiokultural

dan fisik terhadap perilaku penggunaan obat. Penelitian terhadap pengaruh

lingkungan fisik dan social individu disebut sebagai ekologi social. Risiko

lingkungan untuk penggunaan obat dapat berawal dari pengaruh permukiman

sekitar kita atau masyarakat pada umumnya. Contoh, tinggal di tengah kota

dengan kekumuhannya, penyerangan fisik, dan ancaman terhadap keselamatan

sendiri dapat memicu terjadinya perubahan baik dalam nilai-nilai maupun

perilaku, termasuk yang berkaitan dengan penggunaan alcohol atau obat.

Namun, peluang untuk melakukan intervensi masyarakat tetap ada. Contoh,

program pendidikan untuk pencegahan penyalahgunaan obat di tingkat

pemerintah federal, Negara bagian, dan tingkat setempat, pencapaian

penegakan hokum, dan ketersediaan pengobatan dapat memperbaiki

lingkungan social dan menurunkan prevalensi kasus penyalahgunaan obat.

Selain itu, peningkatan pajak atas produk tembakau dan minuman beralkohol

AULIA & UMMU Page 14


dan pembentukan aturan penetapan wilayah yang membatasi jumlah bar dan

took minuman keras dalam pemukiman tertentu dapat secara efektif

mengurangi masalah alcohol, tembakau dan obat lain disuatu komunitas.

d. Tipe Penyalahgunaan Obat dan Masalah yang Ditimbulkan

Hamper setiap obat psikoaktif yang tersedia dapat menjadi subjek penyalahgunaan

oleh setidaknya beberapa segmen masyarakat. System klasifikasi penyalahgunaan

obat memang banyak, tetapi tidak satupun yang sempurna. Masalah klasifikasi

terjadi karena semua obat memiliki banyak efek dank arena kedudukan hukum

suatu obat dapat bergantung pada formulasi dan kekuatannya, dan dalam beberapa

hal, bergantung pada usia penggunanya.dalam pembahasan ini system klasifikasi

yang ada meliputi obat resmi dan obat tidak resmi (illegal). Obat resmi (legal)

meliputi alcohol, nikotin, dan obat yang dibeli dengan atau tanpa resep. Obat tidak

resmi (illegal atau terlarang) dapat dikelompokkan lebih lanjut berdasarkan efek

fisiologisnya sebagai stimulant, depresan, narkotika, halusinogen, marijuana, dan

obat lain.

e. Obat Resmi

Obat resmi atau legal adalah obat yang menurut hukum dapat dibeli dan dijual di

pasaran. Termasuk obat yang mendapat pengaturan ketat, misalnya morfin; obat

yang pengaturannya tidak ketat, seperti alcohol dan tembakau; dan obat lain yang

tidak memiliki pengaturan sama sekali misalnya kafein.

(1) Alkohol

Alcohol merupakan masalah obat nomor I di Amerika berdasarkan standar

pengukuran apapun jumlah orang yang menyalahgunakannya, jumlah kasus

AULIA & UMMU Page 15


cedera dan kematian yang diakibatkannya, jumlah biaya yang dikeluarkan

untuknya, dan beban social maupun ekonomi bagi masyarakat akibat

hancurnya keluarga dan hilangnya pendapatan. Alcohol dikonsumsi dalam

berbagai bentuk, termasuk bir, anggur, anggur bersuplemen, dan brandi, serta

alcohol murni. Walau banyak orang memandang alcohol murni sebagai bentuk

paling berbahaya dari alcohol, sekarang diketahui bahwa bentuk alcohol yang

menyebabkan banyak kasus mabuk berat adalah bir. Sebagian besar minuman

bir itu dikomsumsi oleh siswa sekolah menengah dan perguruan tinggi, dan

sebagian besar konsumsi itu terjadi dalam binge drinking atau pesta minum

(mengkomsumsi lima gelas atau lebih pada satu kejadian untuk pria dan empat

gelas atau lebih untuk wanita).

Komsumsi oleh siswa menengah dan perguruan tinggi semakin menyebarluas

walau kenyataannya pembelian minuman semacam itu merupakan perbuatan

melanggar hokum bagi hampir semua siswa sekolah menengah dan untuk

kebanyakan siswa perguruan tinggi. Pada tahun 1999, 80% siswa kelas 3 SMU

dilaporkan pernah mengkonsumsi alcohol (lebih dari beberapa teguk)

sedikitnya sekali seumur hidup, 74% pada tahun lalu dan 51%dalam 30 hari

terakhir. Sekitar 33% (satu dari tiga siswa kelas # SMU) dilaporkan pernah

mendatangi binge drinking sedikitnya sekali dalam periode dua minggu

terakhir. Siswa perguruan tinggi melaporkan adanya frekuensi pesta minuman

keras yang lebih tinggi, 40% menyatakan bahwa mereka pernah mengkonsumsi

secara berturut-turut lima gelas atau lebih minuman keras dalam periode dua

minggu terakhir.

AULIA & UMMU Page 16


Kebanyakan dari mereka yang mengkonsumsi alcohol memulai perilaku

tersebut dalam lingkungan pergaulan dan menjadi peminum tingkat ringan atau

menengah. Penggunaan alcohol diperkuat dalam dua cara: konsumsi alcohol

dapat mengurangi kecemasan dan menimbulkan euphoria (rasa bahagia)

ringan. Bagi banyak orang, konsumsi alcohol bukan masalah penting, tetapi

sekitar 10% dari peminumnya, yang terjadi justru sebaliknya. Sebagian dari

orang tersebut menjadi peminum bermasalah, yaitu mereka mulai mengalami

permasalahan social, keuangan, atau permasalahan hukum karena perilaku

mereka itu. Namun sebagian lainnya ternyata tidak dapat mengendalikan

perilaku tersebut dan justru mengalami ketergantungan alcohol.

Ketergantungan fisik akan alcohol dan hilangnya kendali seseorang atas

perilaku minumnya merupakan dua karakteristik penting pada kasus

alkoholisme. Menurut the Journal of the American Medical Association.:

Alkoholisme merupakan suatu penyakit primer kronis yang dilengkapi dengan

factor-faktor genetic, psikososial, dan factor lingkungan yang memengaruhi

kejadian dan manifestasinya. Penyakit inikerap bersifat progresif dan fatal.

Ciri-cirinya meliputi terganggunya kendali atas perilaku minum, pikirannya

pada selalu konsumsi alcohol, konsumsi alcohol tanpa mengindahkan efek

negatifnya, dan gangguan dalam berpikir, yang paling terlihat adalah

pengingkaran. Masing-masing dari gejala tersebut dapat berlangsung terus atau

bersifat periodic.

Biaya yang dikeluarka Amerika Serikat karena penyalahgunaan alcohol dan

alkoholisme pada tahun 1994 mencapai sekitar $166,5 milyar. Yaitu sekitar

AULIA & UMMU Page 17


$633 untuk setiap pria, wanita, dan anak. Dengan kata lain, Amerika harus

membayar sekitar $19 juta setiap jam untuk masalah yang berkaitan dengan

masalah alcohol. Sekitar 60% lebih dari biaya tersebut berkaitan dengan

hilangnya pekerjaan atau menurunnya produktivitas, dan 13%-nya berkaitan

dengan biaya pengobatan dan medis. Biaya layanan kesehatan untuk kasus

alkoholik mencapai sekitar dua kali biaya mereka yang non-alkoholik.

Alcohol dan obat lain merupakan factor kontribusi dalam berbagai kasus

cedera tak disengaja dan kasus kematian akibat cedera. Risiko kecelakaan

kendaraan bermotor terus meningkat seiring dengan peningkatan konsumsi

alcohol dan konsentrasi alcohol darah (blood alcohol concentration, BAC).

Dibandingkan denganpengemudi yang tidak mengkonsumsi alcohol, risiko

kecelakaan kendaraan bermotor berakibat fatal untuk pengemudi dengan BAC

antara 0,02 sampai 0.04% diperkirakan 1,4 kali lebih tinggi, untuk pengemudi

dengan BAC antara 0.05 sampai 0.09%, II kali lebih tinggi untuk pengemudi

dengan BAC antara 0,1 sampai 0,14%, 48% kali lebih tinggi, dan untuk

pengemudi dengan BAC di atas 0,15%, risiko diperkirakan menjadi 380 kali

lebih tinggi.

Pengemudi muda merupakan kelompok yang paling beresiko karena mereka

adalah pengemudi dan peminum yang tidak berpengalaman. Kombinasi

tersebut dapat mematikan. Suatu hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel

darah dari sekitar 23% pengemudi usia 16 sampai 20 tahun yang terlibat dalam

kecelakaan kendaraan bermotor berakibat fatal yang secara hukum belum di

izinkan mengkonsumsi alcohol, ternyata mengandung alcohol.

AULIA & UMMU Page 18


Konsumsi alcohol juga terbukti meningkatkan risiko seseorang untuk

mengalami tipe lain kasus cedera takdisengaja, misalnya tenggelam, jatuh,

kebakaran, dan terbakar. Hubungan antara cedera takdisengaja dan

penyalahgunaan obat lain belum terdokumentasikan dengan baik, tetapi

mengingat adanya pengetahuan akan efek obat semacam itu, kita dapat

beranggapan bahwa penyalahgunaan obat semacam itu tidak dapat

meningkatkan kewaspadaan maupun koordinasi penggunanya.

Alcohol juga berkontribusi dalam kasus kekerasan disengaja di masyarakat.

Contoh, 50% kasus penganiayaan pasangan, 49% kasus pembunuhan, 62%

kasus penyerangan, 52% kasus perkosaan, 38% kasus penganiayaan anak, dan

20-35% kasus bunuh diri dapat ditelusuri penyebabnya sampai pada konsumsi

alcohol.

(2) Nikotin

Nikotin adalah obat psikoaktif dan adiktif yang terdapat dalam produk

tembakau seperti sigarat, cerutu, tembakau tanpa asap atau dilepeh (tembakau

kunyah atau tembakau bubuk), Dan tembakau Rajang untuk pipa. Selama

bertahun-tahun, pemberlakuan hukum negara bagian yang melarang penjualan

sigaret dan produk tembakau lain untuk kelompok kecil ternyata tidak

seimbang. Di sisi lain, sigerat dapat dibeli dengan mudah oleh anak muda dari

mesin penjual otomatis. Dengan begitu, sampai sekarang banyak kaum muda

Amerika memiliki akses yang sangat mudah untuk mendapatkan produk

tembakau, sementara perusahaan tembakau Amerika sendiri sangat

memanfaatkan kondisi tersebut selama tahun 1990-an. Dengan iklan “Joe

AULIA & UMMU Page 19


Camel” (sekarang sudah pension) meraka yang membujuk dan metode

pemasaran seruapa yang diorientasikan untuk anak muda, mereka menjadikan

merokok sebagai aktivitas yang sangat menarik bagi anak muda masa kini.

Synar Amandement merupakan undang-undang federal yang mengharuskan

semua Negara bagian memberlakukan peraturan yang melarang penjualan dan

distribusi produk tembakau kepada penduduk yang berusia kurang dari 18

tahun. Negara yang tidak mematuhi peraturan ini akan kehilangan dana yang

diberikan pemerintah federal untuk program pencegahandan penanganan

penyalahgunaan alcohol, tembakau, dan obat lain.

Perilaku merokok dikalangan siswa kelas 3 SMU, yang menunjukkan

penurunan sampai ke tingkat terendahnya pada tahun 1992 (27,8%), ternyata

melonjak kembali mencapai angka 34,6% pada tahun 1999. Yaitu sekitar

34,6% siswa kelas 3 SMU pernah merokok dalam 30 hari pelaksanaan survey.

Angka merokok harian juga meningkat; pada tahun 1999, sekitar 23,1%

(hamper 1 dari 4 orang) siswa kelas 3 SMU melaporkan aktivitas merokok

harian. Walau memang benar bahwa sebagaian dari siswa tersebut merupakan

perokok ringan (kurang dari separuh bungkus sehari), hasil penelitian

menunjukkan bahwa banyak perokok ringan akan menjadi perokok berat (lebih

dari separuh bungkus sehari) saat mereka semakin dewasa. Prevalensi kasus

merokok sigaret pada penduduk usia 18 tahun atau diatasnya mencapai sekitar

25%.

Dampak kesehatan penggunaan tembakau sudah umum diketahui semua orang,

bahkan oleh perokok sendiri. Dampaknya mencakup peningkatan resiko

AULIA & UMMU Page 20


penyakit jantung, kanker paru, penyakit paru obstruktif kronis, sroke,

emfisema, dan kondisi lainnya. Merokok diperkirakan turut terlibat dalam

430.700 kasus kematian di Amerika Serikat selama tahun 1990-1994 dan

sekitar 2 juta kasus kematian di seluruh dunia pada tahun 1995. Biaya ekonomi

akibat merokok tembakau ini diperkiraan mencapai sekitar $138 milyar pada

tahun 1995, yang 58%-nya atau sekitar $80 milyarnya merupakan biaya

kesehatan. Diperkirakan juga baahwa sekitar 43% biaya kesehatan dibayar

dengan dana pemerintah, termasuk Medicaid dan Medicare. Jelas bahwa

penggunaan tembakau dan kecanduan nikotin tetap menjadi beban bagi

masyarakat.

Temuan penelitian memperlihatkan bahwa kita seseorang tidak perlu

mengkonsumsi produk tembakau untuk terkena pengaruh buruknya. Pada tahun

1986, laporan Surgeon General mengenai efek asap tembakau lingkungan

(environmental tobacco smoke, ETS) atau asap sekunder memperlihatkan

bahwa orang dewasa dan anak-anak yang menghirup asap tembakau orang lain

(merokok pasif) juga mengalami peningkatan resiko terkena penyakit jantung

dan pernapasan. Temuan tersebut menyebabkan keluarnya peraturan merokok

yang baru di tempat umum. Selanjutnya, pada bulan Desember 1992,

Environmental Protection Agency (EPA) mengeluarkan laporannya,

“Respiratory Health Effects of Passive Smoking; Lung Cancer and Others

Disorders”. Laporan tersebut menyatakan bahwa ETS adalah karsinogen kelas

A untuk manusia (kelas yang setingkat dengan asbestos) dan ikut bertanggung

jawab atas 3.000 kasus kematian akibat kanker paru setiap tahunnya pada

AULIA & UMMU Page 21


orang Amerika bukan perokok. Lebih lanjut, laporan itu menyebutkan bahwa

pajanan terhadap ETS biasanya berhubungan dengan sekitar 150.000 sampai

300.000 kasus infeksi pernapasan (mis., bronchitis dan radang paru) pada bayi

dan anak usia maksimal 18 bulan. Hasil penelitian terhadap EPA juga

memperlihatkan bahwa ETS dapat memperburuk asma pada anak dan

merupakan faktor resiko untuk kasus baru asma di masa kanak-kanak.

Konsumsi tembakau kunyah juga menimbulkan resiko kesehatan yang serius,

termasuk kecanduan, penyakit periodontal, dan kanker mulut. Sekitar 2,1% pria

usia 17 tahun dan 10,5% pria usia 18 sampai 25 tahun melaporkan

mengkonsumsi tembakau kunyah dalam 30 hari terakhir pada tahun 1998.

Mayoritas pengguna tembakau kunyah adalah pria kulit putih; angka

penggunaan tembakau kunyah dalam 30 hari terakhir sebesar 7,5% dilaporkan

oleh pria kulit putih usia 18 sampai 25. Perilaku tersebut dimulai di sekolah

menengah, yang pada tahun 1998,selular 4,8% siswa kelas 2 SMP, 7,5% siswa

kelas 1 SMU, dan 8,8% siswa kelas 3 SMU melaporkan menggunakan

tembakau kunyah dalam 30 hari terkhir.

(3) Obat Bebas

Obat bebas adalah obat resmi atau legal, kecuali untuk tembakau dan alcohol,

yang dapat dibeli tanpa resep dokter. Masuk dalam kategori ini adalah obat

analgesic seperti aspirin, asetaminofen (Tylenol) dan ibuprofen (Advil); obat

batuk dan demam (Robitussin, Contac); obat emetic (muntah); obat laksatif;

obat kumur; vitamin, dan banyak obat lain. Ribuan produk bebas yang berbeda

diperdagangkan oleh apotik, supermarket, dan mesin penjual. Produk ini

AULIA & UMMU Page 22


diproduksi dan dijual kepada mereka yang melakukan diagnosis dan

pengobatan penyakit yang diderita dirinya sendiri. Obat bebas diatur secara

ketat oleh Food and Drug Administration (FDA), suatu badan di dalam

Departemen of Health and Human Services. FDA akan memastikan keamanan

dan keefektifan suatu produk jika digunakan sesuai dengan petunjuk dalam

kemasan. Tidak ada orang atau lembaga yang memantau penjualan atau

penggunaan sebenarnya dari substansi semacam itu.

Biasanya, beberapa dari substansi tersebut keliru digunakan (misuse) dan

disalahgunakan (abuse). Contoh penggunaan keliru adalah penggunaan yang

tidak mengikuti petunjuk dosis atau penggunaan obat setelah melawati waktu

kadaluarsanya. Contoh khusus penyalahgunaan obat bebas adalah penggunaan

laksatif atau obat emetic untuk menurunkan berat badan atau untuk

menghindari peningkatan berat badan. Obat bebas lain yang sering

disalahgunakan adalah obat penekan nafsu makan (Dexatrim), simulant

(Nodoz), dan obat semprot hidung (Neo-Synephrine).

Kebanyakan obat bebas hanya bersifat meredakan gejala dan tidak

menyembuhkan. Contoh obat batuk dan demam akan meringankan

ketidaknyamanan yang muncul bersama pilek, tetapi bagaimanapun tidak dapat

menghilangkan virus pilek yang menyebabkan gejala itu. Dengan begitu,

bahaya sebenarnya dari penggunaan keliru dan penyalahgunaan obat adalah

bahwa gejala yang seharusnya diceritakan untuk menarik perhatian dokter

kerap tidak dilaporkan. Bahaya lain bahwa mereka yang menyalahgunakan

obat tersebut mungkin akan mrngalami ketergantungan sehingga tidak dapat

AULIA & UMMU Page 23


hidup secara normal. Penyalahgunaan obat dapat menimbulkan suatu pola

ketergantungan yang mendorong penyalahguna untuk membentuk hubungan

ketergantungan dengan obat resep atau obat terlarang.

(4) Obat Resep

Karena semua obat resep memiliki efek samping yang serius bagi sebagian

orang, obat itu hanya dapat dibeli dengan instruksi tertulis (resep) dokter atau

dokter gigi. Layaknya obat bebas, obat resep juga diatur secara ketat oleh FDA.

Lebih dari 4.000 obat resep terdaftar dalam edisi tahunan Physicin’s Desk

Reference. Resep tertulis itu menunjukkan bahwa suatu obat tertentu tengah

dikonsumsi oleh seorang pasien dibawah pengawasan dokter. Setiap resep juga

mencantumkan nama pasien, jumlah obat yang diberikan, dan dosis.

Walau begitu obat resep juga menjadi objek penggunaan obat yang keliru dan

penyalahgunaan. Tipe penggunaan yang keliru yang terjadi meliputi kasus

untuk obat bebas di atas juga pemberian obat dengan resep dokter seorang

pasien ke pasien lain. Selain itu, obat resep tertentu seperti stimulant

(amfetamin), depresan (Valium), dan narkotika (morfin, kodein) berpotensi

lebih tinggi untuk disalahgunakan dibanding tipe obat lainnya. Karena obat

resep biasanya lebih kuat atau pekat dibanding obat bebas, terdapat resiko yang

lebih besar untuk mengalami ketergantungan atau mengkonsumsi obat dalam

dosis berlebihan. Mereka yang mengalami ketergantungan mungkin akan

mencoba memperoleh resep obat salinan dokter lain atau mencuri obat tersebut

dari apotik rumah sakit atau apotik umum.

AULIA & UMMU Page 24


Walau penyalahgunaan obat resep sudah menjadi suatu masalah, angka

penyalahgunaannya justru lebih rendah dibanding angka penyalahgunaan

alcohol dan tembakau. Hanya 1,7% remaja usia 12 tahun sampai 17 tahun,

2,7% peduduk usia 18 sampai 25 tahun, dan 1,3% pnduduk usia 26 sampai 35

tahun yang melaporkan telah menyalahgunakan obat psikoterapi dalam 30 hari

terakhir.

Suatu dampak serius dari penggunaan keliru obat resep adalah berkembangnya

strain pathogen yang resisten terhadap obat. Jika pasien tidak dapat

menyelesaikan pengobatan antibiotic (mis., hanya resep tiga hari dari sepuluh

hari yang ditentukan), sebagian bakteri dapat bertahan dan berkembang biak,

yang tentunya kembali menginfeksi tubuh dengan organisme yang resisten

terhadap obat itu. Dengan begitu pengobatan yang dijalani menjadi kurang

efektif. Jika strain penyakit itu ditularkan ke orang lain, pengobatan antibiotic

menjadi gagal. Obat baru kemudian dibutuhkan untuk mengobati pasien ini.

Jika penggunaan keliru obat berlanjut, baktri menjadi resisten terhadap

berbagai obat. Tuberculosis resisten berbagai obat (multidrug resistant

tuberculosis, MDR TB) merupakan contohnya. Besarnya angka prevalensi

MDR TB mengarah pada bahaya penggunaan keliru dan desakan untuk

mengembangkan antibiotic baru untuk pengobatan infeksi bakteri.

Masalah lain yang muncul karena penggunaan obat resep yang baru-baru ini

terkuak, adalah reaksi negative obat. Para peneliti memperkirakan bahwa pada

tahun 1994 mungkin terjadi sebanyak 106.000 kasus kematian di Amerika

AULIA & UMMU Page 25


Serikat yang disebabkan oleh reaksi negative obat. Jika hal itu benar, reaksi

negative obat masuk dalam sepuluh penyebab utama kematian di Amerika.

f. Subtansi Terkontrol dan Obat-Obatan Gelap (Terlarang)

Subtansi terkontrol adalah zat yang diatur oleh Controlled Subtances Act of 1970

(CSA), yang secara resmi disebut sebagai the Comprehensive Drug Abuse Control

Act of 1970. Banyak dari obat yang akan dibahas berikut ini tercantum dalam

Schedule I Undang-undang ini karena oba etrsebut sangat berpotensi untuk

disalahgunakan dan, dengan demikian, tidak memiliki standar yang dapat diterima

tentang penggunaan amannya. Obat semacam itu disebut sebagai obat gelap

(terlarang). Obat semacam itu tidak dapat diperoleh, diproduksi, dibeli, dijual, atau

digunakan dalam batasan hukum yang berlaku. Lebih dari 1000 obat masuk dalam

daftar kategori ini, termasuk heroin, metaqualon, marijuana,LSD, psilocybin,

meskalin, MDMA dan DMT.

Obat lain yang memang memiliki kegunaan medis dimasukkan Sechedule II-V

Undang-Undang ini, bergantung pada potensinya disalahgunakan dan risikonya

dalam menyebabkan ketergantungan. Termasuk dalam Schedule II adalah berbagai

senyawa sangat kuat yang memiliki kegunaan medis khusus tetapi beresiko tinggi

disalahgunakan. Termasuk dalam kategori ini adalah berbagai turunan opium

sepertin morfin, fentanyl dan methadone. Juga termasuk dalam Schedule II adalah

stimulant seperti amfetamin dan methamfetamin, depresan tertentu seperti

amorbarbital, pentobarbital, sekobarbital, dan phencyclidine dan beberapa obat lain.

Obat dalam Schedule III memiliki kegunaan medis dan memperlihatkan resiko

yang lebih rendah untuk disalahgunakan disbanding obat dalan Schedule II.

AULIA & UMMU Page 26


Termasuk didalamnya adalah bentuk kurang pekat dari beberapa obat Schedule

IIdan banyak steroid anabolic. Obat Schedule IV memperlihatkan potensi yang

bahkan jauh lebih sedikit untuk disalahgunakan disbanding obat schedule III.

Termasuk di dalamnya obat stimulant dan depresan yang lebih ringan. Obat

schedule V terutama terdiri atas opium atau opiate yang konsentrasinya sangat

lemah yang digunakan obat semacam sirup batuk.

The Drug Enforcement Administration (DEA), dalam naungan departemen Justice,

memiliki tanggung jawab utama untuk menjalankan Controlled Subtance Act.begitu

obat ditempatkan dalam daftar yang Schedule I CSA, sudah menjadi tanggung

jawab utama DEA untuk melarang “lalulintas” (pembuatan, distribusi, dan

penjualan) subtansi tersebut. Satu-satunya sumber obat itu adalah pengembang dan

pembuat illegal (dalam laboratorium tersembunyi) atau melalui penggelapan obat

resep yang diproduksi secara legal.

(1) Marijuana

Marijuana atau ganja merupakan obat terlarang yang apaling sering

disalahgunakan di Amerika Serikat. “Pot” dan produk terkait, basbish dan

basbish oil, berasal dari tumbuhan ganja, Cannabis Sativa. Produk ini paling

lazim dipakai dalam merokok tetapi dapat juga dimakan. Walau

penyalahgunaan marijuana menurun, konsumsinya tetap menjadi masalah

karena beberapa alas an. Pertama, obat itu illegal sehingga penggunanya akan

berhubungan dengan pelaku tindak criminal. Kedua, perilaku merokok sangat

merugikan kesehatan seseorang. Ketiga, merokok marijuana kerap dilakukan

bersamaan dengan konsumsi alcohol dan obat lain. Efek polydrug

AULIA & UMMU Page 27


use(penggunaan beberapa obat secara bersamaan) lebih serius disbanding

dengan penggunaan obat tunggal. Terakhir, seperti yang memang berlaku pada

semua obat, remaja yang mengkonsumsi marijuana biasanya mengalami

penundaan perkembangan, misalnya, kelambatan pencapaian kedewasaan,

pencapaian kemandirian, dan perkembangan keterampilanantar personal yang

diperlukan untuk hidup mandiri secara efektif.

Pada survey tahun 1999, persentase siswa kelas 3 SMU yang mengkonsumsi

marijuana sedikitnya seklai dalam hidup mereka mencapai 49,7%. Selain itu,

23,1% melaporkan mengkonsumsi marijuana dalam 30 hari terakhir, suatu

peningkatan dari 11,9% pada tahun 1992. Perkiraan penurunan risiko akibat

menkonsumsi marijuana secra rutin biasanya melebihi peningkatan yang terjadi

pada konsumsi yang sebenarnya. Pada tahu 1992, 76.5% penduduk memahami

adanya risiko yang sangat besar yang berkaitan dengan konsumsi marijuana

secara rutin. Namun angka ini menurun menjadi 57,4% pada tahun 1999.

Efek kesehatan akut dari penggunaan marijuana mencakup penurunan

konsentrasi perhatian, perlambatan waktu reaksi, gangguan memori jangka

pendek, dan gangguan penilaian. Biasanya efek tersebut dapat memberikan

dampak yang serius bagi seseorang yang mengemudikan kendaraan bermotor

atau menjalankan mesin lain atau bahkan mengakibatkan keadaan darurat

medis.konsumsi marijuana bersama dengan alcohol dapat sangat

membahayakan karena keduanya jika digabungkan dalam mempengaruhi otak

dalam cara yang berlaianan.

AULIA & UMMU Page 28


Efek kronis menghisap marijuana mencakup gangguan pada system pernapasan

karena asap itu sendiri dank arena beberapa alasan lain, pembentukan suatu

kondisi kontroversial yang dikenal sebagai sindrom nonmotivasi dijelaskan

sebagai suatu kondisi apatis kronis menuju kedewasaan dan penguasaan

keterampilan perkembangan yang disebutkan sebelumnya (mis, perkembangan

keterampilan untuk hidup mandiri, penetapan dan pencapaian sasaran, dan

pengembangan identitas kedewasaan). terdapat juga buku yang menunjukkan

bahwa pengguna kronis marijuana mengalami gejala penarikan psikologis dan

fisiologis. Walaupun gejala perilaku yang tidak menyenangkan itu kurang

begitu nyata dibandingkan gejala kaibat heroin atau alkoho, efek itu memang

signifikan dan memang mungkin berperan dalam kelanjutan obat. Terakhir,

salah satu masalah utama yang disebabkan marijuana adalah bahwa mereka

yang menghiap marijuana lebih cebderung mengkonsumsi obat lain yang lebih

adiktif. Contoh 89% dari mereka yang mengkonsumsi kokain biasanya terlebih

dahulu menggunakan sigaret, alcohol dan marijuana.

(2) Narkotika: Opium, Morfin, Heroin, Dan Lainnya

Opium dan turunannya, morfin dan heroin dibuat dari tumbuhan bunga candu

yang berasal dari timur, Papaver Somniferum. Narkotika ini menebalkan indera

dan mengurangi rasa nyeri. Oleh karenanya obat itu berpotensi tinggi untuk

disalahguanakan. Narkotika yang paling banyak disalah gunakan adalah heroin,

suatu turunan morfin. Penggunaan dalam tahun terakhir oleh siswa kelas 3

SMU menujukkan peningkatan yang signifikan dari 0,6% pada tahun 1992

menjadi 1,5% pada tahun 2000.

AULIA & UMMU Page 29


Bunga candu itu tidak tumbuh di Amerika Serikat. Heroin tiba di Amerika

Serikat dari empat dunia: Asia Barat-Daya, Asia Tenggara, Mexico, dan

Amerika Selatan. Sementara Asia dan Mexico memasok heroin bagi pasar AS

selama bertahun-tahun, Amerika Selatan baru belakangan ini menjadi sumber

penting heroin bagi AS. DEA memperkirakan bahwa pada tahun 1998, 75%

dari total heroin yang disita berasal dari Amerika Selatan.

Heroin merupakan subjek penyalahgunaan narkotika Nomor I dan juga

merupakan obat terlarang yang bertanggung jawab atas lebih banyak kasus

kematian disbanding dengan narkotika jenis lain. Namun, masih banyak jenis

narkotika jenis lain yang disalahgunakan. Beberapa diantaranya didapat

melalui pengubahan senyawa yang ditujukan untuk penggunaan medis legal

sebagai pereda nyeri.contohnya, mencakup narkotika alami seperti morfin dan

kodein, narkotika sintetis seperti Demerol dan Darvon, dan narkoba semi-

sintetis seperti dilaudid dan Percodan. Salah satu narkotika sintetis oxycontin,

suatu penghilang nyeri untuk pasien kanker, telah menjadi berita utama karena

merupakan obat popular untuk disalahgunakandari kegunaan medis, di

Kentucky saja telah mengakibatkan 59 kematian.

Narkotika menyebabkan euphoria, analgesia dan mengantuk. Obat itu juga

dapat mengurangi kecemasan dan nyeri tanpa memengaruhi aktivitas motoric

seperti halnya yang ditimbulkan oleh alcohol dan barbiturate. Jika penggunaan

berlanjut, tubuh akan melakukan penyesuaian fisiologis terhadap keberadaan

obat tersebut. Toleransi ini berarti dosis yang semakin lama semakin besar

diberikan untuk efek euphoria dan kekebalan yang sama seperti dari awal.

AULIA & UMMU Page 30


Walaupun toleransi berkembang secara cepat terhadap efek euphoria, efek

depresif terhadap pernapasan mungkin terus meningkat sesuai dosis, yang

berarti meningkatkan risiko kasus overdosis fatal. Ketika biaya perilaku

konsumsi obat ini semakin tinggi, penyalahguna biasanya mencoba berhenti.

Akibatnya adalah gejala putus obat (withdrawal symptom) karena tubuh secara

fisik telah bergantung pada obat tersebut. Pecandu heroin mengalami kesulitan

untuk mengubah gaya hidupnya karena beberapa alasan. pertama, kecanduan

itu sendiri baik secara fisik dan psikologis. Alasan lain yang sering adalah

masalah psikososial utama seperticitra diri rendah, tidak adanya keterampilan

kerja, dan tidak adanya keluarga dan teman yang mendukung. Pecandu

umumnya mencurigai program resmi yang dirancang untuk mereka. Kondisi

kesehatan jiwa maupun fisik mereka biasanya buruk. Karena durasi kerja

heroin hanya empat sampai lima jam, pecandu biasanya yang selalu berkutat

dengan pencarian obat berikutnya atau berusaha sembuh dari kecanduan

sebelumnya agar dapat produktif di masyarakat.

Dampak pada masyarakat bukan hanya karena hilangnya produktivitas.

Pecandu harus mendapatkan uang untuk membeli heroin, dan harga kebiasaan

itu bias sangat tinggi-$200 per hari. Uang itu biasanya didapat secara illegal

melalui penjambretan, pencurian, perampokan, pelacuran (pria dan wanita),

dan penjualan obat. Jika seorang PSK (pekerja seks komersial) dapat

menghasilkan $50 sekali kencan, dia perlu sedikitnya 4 kali kencan dalam

sehari hanya untuk mempertahankan kebiasaan itu. Dampaknya bukan saja

semakin memburuknya masyarakat tetapi juga terjadi epidemic penyakit

AULIA & UMMU Page 31


menular seksual, seperti gonore, sifilis, klamida, herpes dan AIDS. Karena

kebanyakan pecandu heroin menggunakan obat dalam bentuk suntik,

munculnya juga penyakit bawahan darah, seperti penyakit yang disebabkan

oleh HIV dan virus hepatitis. Dengan cara tersebut, penyalahgunaan obat akan

memperbesar beban pada sumber daya kesehatan masyarakat. Pecandu yang

beralih menjadi penjual obat untuk mempertahankan kebiasaan mereka justru

menimbulkan lebih banyak kerusakan karena mereka meningkatkan

ketersediaan obat dan dapat memperkenalkannnya ke pengguna baru. Ada juga

beban tambahan pada system peradilan pidana jika pecandu itu ditangkap,

dituntut, dipenjara, dan direhabilitasi.

(3) Kokain dan Kokain “Crack”

Kokain adalah psikoaktif dalam daun tumbuhan coca, erythoxolyn coca, yang

tumbuh dipegunungan Andes, Amerika Selatan. Kokain merupakan suatu

stimulant, suatu zat yang dapat meningkatkan aktifitas system saraf pusat.

Selama berabad-abad penduduk asli pegunungan Andes sering mengunyah

daun tanaman ini untuk meningkatkan daya tahan selama bekerja dan

melakukan perjalanan panjang. Dalam bentuk yang lebih murni, sebagai garam

(bubuk putih) atau pasta kering(crack),kokain merupaka suatu stimulant/ obat

pemicu euphoria yang kuat dan sangat aktif.

Konsumsi kokain pada siswa kelas 3 SMU mencapai puncaknya pada tahun

1985, saat 6,7% siswa melaporkan penggunaannya dalam 30 hari terakhir. Pada

tahun 1992, angka tersebut menurun tajam menjadi 1,3%, tetapi pada tahun

1999 angka konsumsi dalam 30 hari terakhir menjadi dua kali lipat angka

AULIA & UMMU Page 32


semula (2,6%). Hasil estimulasi pada tahun 1998 menunjukkan bahwa

sebanyak 1,7 juta penduduk Amerika menggunakan kokain dalam 30 hari

terakhir. Dengan begitu kokain tetap menjadi masalah obat serius di Amerika

Serikat.

Halusinogen

Halusinogen adalah obat yang menghasilkan ilusi, halusinasi dan perubahan

lain dalam persepsi seseorang terhadap lingkungan. Efek tersebut disebabkan

oleh peristiwa yang disebut sebagai synesthesia, suatu pencampuran perasaan.

Halusinogen mencakup obat yang diturunkan secara alami seperti meskalin,

dari kaktus peyote, dan psilocybindan psilocin, dari jamur psilocybe, dan obat

sintetis seperti lysergic acid diethylamide (LSD). Sementara ketergantungan

fisik belum pernah diperlihatkan dalam penggunaan halusinogen, toleransi

memang terjadi. Walau kasus dalam kematian karena kelebihan dosis jarang

terjadi, perasaan tidak menyenangkan memang ada, dan beberapa orang dapat

mengalami gangguan penglihatan permanen. Karena tidak adanya sumber legal

untuk obat ini, para pemakai selalu berada pada bahaya karena mengkonsumsi

golongan obat yang tidak murni atau campuran.

Stimulant

Seperti disebutkan semula, stimulant merupakan obat yang meningkatkan

derajat aktivitas system saraf pusat. Contoh stimulant mencakup amfetamin,

misalnya amfetamin itu sendiri (bennis), dekstroamfetamine (dexies),

methamfetamine (meth), dan dekstromethamfetamine, metilfenidate (Ritalin);

dan suatu obat baru, methcanthinone (cat). Obat-obatan itu menyebabkan

AULIA & UMMU Page 33


pelepasan dopamine neurotransmitter dalam kadar tinggi, yang akan

merangsang sel-sel otak. Toleransi terbentuk dengan cepat sehingga

penyalahguna harus meningkatkan dosis dengan cepat. Penyalahguna kronis

dapat mengalami tremor, dan kebingungan, juga menjadi agresif dan paranoid.

Efek jangka panjang mencakup penyakit otak permanen dan gejala seperti

penyakit Parkinson.

Amfetamin termasuk dalam obat resep Schedule II yang telah secara luas

disalahgunakan selama bertahun-tahun. Peningkatan upaya pengaturan pada

tahun 1970-an ikut menyebabkan semakin ramainya perdagangan kokain pada

tahun 1980-an. Saat kasus penyalahgunaan kokain menurun pada akhir tahun

1980-an, terdapat peningkatan kasus penyalahgunaan amfetamin, terutama

methamphetamine yang juga dikenal “crystal”, “crank”, “speed”, “go fast”,

atau hanya “meth”. Awalnya laboratorium legal yang memproduksi

methamfetamin dan mereka yang menyalahgunakan subtansi itu, terpusat di

barat daya Amerika. Namun pada tahun 1995 produksi dan penyalahgunaan

menyebar sampai ke barat tengah Amerika, dan trend ini terus berlanjut.

Menurut DEA penyalahgunaan methamfetamin merupakan ancaman

penyalahgunaan yang perkembangannya paling cepat di Amerika saat ini. Pada

tahun 1999, 4,5% siswa melaporka pernah menyalahgunakan amfetamindan

1,7% menyalahgunakannya dalam 30 hari terakhir. Pada tahun yang sama,

petugas pemerintah federal, Negara bagian dan setempat menyita 2,155

laboratorium methamfetamin di 43 negara bagian. Sejak tahun 1995,

AULIA & UMMU Page 34


pertumbuhan laboratorium “meth” terjadi di barat tengah AS terutama di

Kansas, Missouri, Oklahoma dan Arkansas.

Metilfenidate (Ritalin) adalah obat schedule II yang digunakan untuk

mengobati gangguan kuarang perhatian/hiperaktivitas. Walau tidak diproduksi

dalam laboratorium illegal, oabat ini sering disimpangkan dari tujuan

penggunaannya semula dan disalahgunakan oleh mereka yang sebenarnya tidak

perlu.

Pada awal tahun 1990-an, stimulant lain muncul ke permukaan. Methcathinone

(“cat) adalah analog cathinone yang menyerupai methamfetamin, suatu zat

kimia yang ditemukan pada tumbuhan khat (Cathis edulis) dari Afrika timur.

Kasus Methcathinone pertama ditemukan di Michigan pada tahun 1991.

Penggunaannya kini menyebar secara perlahan ke daerah lain di Amerika

Serikat. Terdapat bukti bahwa methcathinone, obat schedule I, menyebabkan

kerusakan otak dengan cara serupa yang dilakukan methamfetamin.

Obat Depresan

Barbiturat, benzodiazapin, methaqualone, dan depresan lain memperlambat

kerja system syaraf pusat. Obat ini menarik bagi sebagian orang karena, seperti

alcohol, di antar efek pertama yang muncul saat mengkonsumsi obat ini adalah

penurunan kecemasan dan hhilangnya kekangan (kendali). Efek ini

menimbulkan perasaan “melayang” walau obat ini menekan system saraf pusat.

Jika seseorang melanjutkan penggunaan obat ini, toleransi terbentuk, dan

pengguna akan merasakan kebutuhan dosis yang semakin lama semakin besar

untuk mendapatkan efek serupa yang diberikan dosis sebelumnya.

AULIA & UMMU Page 35


Ketergantungan fisik yang kuat berkembang, sedemikian rupa sehingga

penghentian konsumsi obat ini, mengakibatkan penyakit klinis yang parah;

dengan begitu penyalahguna substansi ini harus sering bergantung pada

bantuan medis selama proses detoksifikasi dan penyembuhan.

Club Drug dan Designer Drug

“Club Drug” adalah suatu istilah untuk sejumlah obat terlarang, terutama

sintesis, yang paling umum ditemukan pada klum malam dan pesta minum.

Obat tersebut mencakup MDMA, Ketamine, GHB, GBL, Rohypnol, LSD,

PCP, methamfetamin, dan obat lain. Karena obat out illegal, tidak ada jaminan

terhadap keamanan maupun identitas obat tersebut. Selain itu, obat ini sering

dikonsumsi bersama olkohol dan obat lain. Akibatnya, jumlah kasus

kedaruratan dari berbagai klub tersebut meningkat empat kali lipat antara tahun

1994 dan 1998. MDMA, juga dikenal sebagai “ekstasi”, adalah club drug yang

paling popular. Penggunaan MDMA meningkat tajam diantara siswa kelas 2

SMP, siswa kelas 1 SMU, dan siswa kelas 3 SMU pada tahun 2000. Sekitar

11% siswa kelas 3 SMU yang disurvei pada tahun 2000 pernah menggunakan

MDMA setidaknya sekali, 8,2% pernah mengkonsumsi pada tahun lalu. Efek

jangka panjang MDMA masih dalam penelitian, tetapi ada bukti obat tersebut

menyebabkan kerusakan otak.

Rohypnol (flunitrazepan) merupakan club drug yang lain yang juga dikenal

sebagai obat date-rape (“perangsang”). Obat ini, yang memiliki setiap

karakteristik dari suatu depresan, merupakan resep legal dilebih dari 50 negara.

Di Amerika Serikat, obat ini dipandang lebih berbahaya sehingga kegunaan

AULIA & UMMU Page 36


medisnya lebih rendah dibanding sedatif lain. Dengan demikian obat ini

termasuk illegal (Shedule 1).

Designer drug adalah suatu istilah yang muncul pasa tahun 1980-an untuk

menggambarkan obat yang dibuat oleh ahli kimia amatir dalam laboratorium

illegal. Dengan secara teratur mengubah desain obat mereka, ahli kimia

tersebut berharap tetap berada satu di depan petugas hukum. Contoh designer

drug antara lain MDMA (3,4-methylenedioxy-methampetamin), narkotika

sintesis, dan obat anastesi disosiatif seperti PCP (angle dust), dan Ketamin. Di

bawah the Controlled Substance Act of 1970, hanya obat yang terdaftar sebagi

obat ilegal. The Controlled Substance Analogue Act of 1986 diberlakukan

untuk mengurangi aliran masuk designer drug ke dalam pasar dan

mempermudah penuntutan hokum terhadap mereka yang terlibat dalam

pembuatan dan pendistribusian obat-obatan ini. Walau begitu, drug club dan

designer club masih merupakan suatu masalah.

Obat Anabolik

Obat Anabolik adalah obat pembentuk protein. Termasuk di dalamnya adalah

steroid anabolic/ androgenic (AS), testosterone, dan hormone pertumbuhan

manusia (human growth hormone, HGH). Obat ini mempunyai kegunaan

medis legal seperti pembentukan kembali otot setelah kelaparan atau penyakit

dan pengobatan dwarfisma. Namun, terkadang obat ini disalahgunakan oleh

atlit dan binaragawan sebagai jalan pintas untuk meningkatkan massa,

kekuatan, dan daya tahan otot. Penyalahgunaan steroids memiliki begitu

banyak efek samping yang kronis dan akut bagi pria, termasuk jerawat,

AULIA & UMMU Page 37


ginkomastia (pembesaran payudara), kebotakan, penurunan fertilitas, dan

mengecilnya ukuran testis. Efek samping bagi wanita berupa perubahan

menjadi lebih maskulin: perkembangan fisik seperti pria, pertambahan rambut

pada tubuh, kegagalan berovulasi (ketidakteraturan haid), dan perendahan nada

suara. Penyalahgunaan jangka panjang steroid anabolic dapat mengakibatkan

ketergantungan psikologis sehingga penghentiannya menjadi sangat sulit.

Pada akhir tahun 1980-an, tampak terdapat peningkatan jumlah anak laki-laki

dan pemuda di sekolah menengah maupun perguruan tinggi yang

mengkonsumsi anbolik steroid sebagai jalan pintas untuk membentuk otot

maupun menuju kedewasaan. Karena tren yang tampak dalam kasus

penyalahgunaan steroid anabolic, obat ini ditempatkan dalam Schedule III pada

the Controlled Substance Act of 1990. Penyalahgunaan steroids meningkat

selama tahun 1990-an, dengan kasus penyalahgunaan paling lazim tampak

pada siswa kelas 2 SMP dan 1 SMU. Menurut Dr.Alan I. Lashner, Direktur

dari National Institute on Drug Abuse, “lebih dari setengah juta siswa kelas 2

SMP dan 1 SMU sekarang mengkonsumsi obat berbahaya ini, dan terdapat

peningkatan jumlah siswa kelas 3 SMU yang menyatakan meraka tidak

percaya bahwa obat tersebut berbahaya”.

Inhalan

Inhalan merupakan suatu kumpulan zat kimia psikoaktif, yang bisa dihirup.

Termasuk di dalamnya adalah solven, bahan bakar mesin, bahan pembersih,

lem, sprei aerosol, kosmetik dan zat uap tipe lain. Karena mudah didapat dan

murah harganya, substansi ini sering menjadi obat pilihan anak muda. Efek

AULIA & UMMU Page 38


utama dari kebanyakan inhalan adalah depresi. Seperti alcohol, penggunaan

awalnya akan mrngalami penurunan kecemasan dan kendali, membuat pemakai

merasa “melayang”. Penggunaan berlanjut dapat mengakibatkan halusinasi dan

hilangnya kesadaran. Banyak dari bahan kimia ini yang sangat beracun untuk

ginjal, hati, dan system saraf. Konsumsi inhalan oleh kaum muda diawali dari

rasa jenuh dan mungkin akibat tekanan kelompok serta memperlihatkan adanya

maladaptasi terhadap kondisi tersebut.

g. Pencegahan dan Pengendalian Penyalahgunaan Obat

Upaya pencegahan dan pengendalian penyalahgunaan alcohol dan obat lain

memerlukan suatu pengetahuan mengenai penyebab perilaku konsumsi-obat itu,

sumber obat terlarang, perundangan mengenai obat-obatan, dan program pengbatan.

Selain pengetahuan tersebut, diperlukan juga keterampilan pengaturan komunitas,

ketekunan, dan kerjasama antar-berbagai pihak yang peduli dan lembaga

pemerintah maupun nonpemerintah.

Dari sudut pandang kesehatan masyarakat, penyalahgunaan obat cenderung menjadi

kondisi yang kronis. Dengan begitu, aktivitas lembaga dan oganisasi pencegahan

dan pengendalian penyalahgunaan obat dapat dipandang sebagai aktifitas

pencegahan penyakit kronis.

h. Tingkatan Pencegahan

Aktifitas pencegahan penyalahgunaan obat dapat dipandang sebagai upaya

pencegahan primer, sekunder, atau tersier bergantung pada titik intervensinya.

Program pencegahan primer ditujukan bagi mereka yang belum pernah

mengkonsumsi obat terlarang, dan sasarannya adalah mencegah atau menghalangi

AULIA & UMMU Page 39


keinginan penyalahgunaan obat. Program pendidikan obat menekankan pada

pencegahan primer konsumsi alcohol dan obat merupakan upaya paling tepat dan

efektif bagi anak usia sekolah dasar. Dalam pengertian lebih luas, hamper setiap

aktifitas yang dapat mengurangi probabilitas konsumsi obat untuk pertama kalinya

dapat dipandang sebagai upaya pencegahan primer. Contoh, kenaikan harga

minuman beralkohol, peningkatan pajak rokok, penangkapan penjual obat terlarang

di sekitar pemukiman, atau pembakaran lading kokain di Bolivia dapat di pandang

sebagai upaya pencegahan primer jika upaya itu dapat mencegah konsumsi obat

untuk pertama kali setidaknya pada beberapa orang.

Program pencegahan sekunder diarahkan pada mereka yang sudah mulai

mengkonsumsi alcohol atau obat lain, tetapi belum menjadi penyalahguna kronis

dan belum mengalami gangguan mental maupun fisik yang cukup signifikan akibat

penyalahgunaan alcohol atau obat tersebut. Program pendidikan penyalahgunaan

alcohol dan obat lain

Yang memekankan pencegahan sekunder kerap kali lebih tepat bagi penduduk usia

sekolah menengah atau perguruan tinggu. Program ini dapat diselenggarakan di

lingkungan pendidikan, tempat kerja, atau masyarakat.

Program pencegaahan tersier dirancang untuk memberikan pengobatan kasus

penyalahgunaan obat dan pengobatan lebih lanjut, termasuk program pencegaahan

pemakaian ulang. Karena itu, program ini umumnya dirancang untuk orang dewasa.

Program tersier untuk remaja sangat tidak biasa. Program pencegahan tersier dapat

menerima klien yang “masuk karena kesadaran diri” untuk berobat secara sukarela,

tetapi yang paling sering adalah klien yang dirujuk oleh pengadilan.

AULIA & UMMU Page 40


i. Unsur-Unsur Pencegahan

Terdapat empat unsur dasar yang berperan di dalam upaya pencegahan

pengendalian penyalahgunaan obat. Unsur-unsur tersebut antara lain pendidikan,

pengobatan, kebijakan public, dan penegakan hokum. Tujuan umum pendidikan

dan pengobatan adalah sama, yaitu mengurangi permintaan obat. Demikian pula,

penetapan kebijakan public dan penegakan hokum yang efktif memiliki tujuan yang

sama, yaitu mengurangi pasokan dan ketersediaan obat di masyarakat.

(1) Pendidikan

Tujuan pendidikan penyalahgunaan obat adalah untuk membatasi permintaan

akan obat terlarang melalui pemberian informasi tentang obat dan bahaya

penyalahgunaan obat, pengubahan sikap dan kepercayaan tentang obat,

pembekalan keterampilan yang diperlukan untuk tidak mengkonsumsi obat,

dan terakhir pengubahan prilaku penyalahgunaan obat. Pendidikan, yang pada

dasarnya merupakan upaya pencegahan primer, dapat dilakukan di sekolah

maupun masyarakat. Contoh program pencegahan penyalahgunaan obat di

lingkungan sekolah adalah Here’s Looking at You, 2000 dan Project DARE

(drug Abuse Resistance Education). Agar program ini dan program berbasis

sekolah lainnya dapat efektif, anggota lain masyarakat seperti orang tua, guru,

dan usahawan setempat, serta pihak lainnya harus memberikan dukungan

nyata. Contoh program di lingkungan masyarakat adalah Great American

Smokeout yang diselenggarakan oleh American Cancer Society; Race Against

Drugs (RAD), suatu program nasional yang menghubungkan upaya pencegahan

penyalahgunaan obat dengan olahraga bermotor; dan Reality Campaign Check,

AULIA & UMMU Page 41


suatu program untuk meningkatkan kewaspadaan remja akan efek

membahayakan abikat mengisap marijuana.

(2) Pengobatan

Tujuan pengobatan adalah menyingkirkan kondisi fisik, emosional, dan kondisi

lingkungan yang ikut berperan dalam terjadinya ketergantungan obat. Seperti

halnya pendidikan, pengobatan ditujukan untuk mengurangi permintaan akan

obat terlarang. Pengobatan juga ditujukan untuk menghemat dana.

Diperkirakan bahwa untuk setiap $1 yang dibelanjakan untuk pengobatan,

terdapat penghmatan sebesar $7 dalam biaya medis dan pencegahan kejahatan.

Pengobatan untuk penyalahgunaan obat dapat dilakukan dibrbagai tempat dan

melibatkan berbagai metode. Pengobatan dapat diberikan secara rawata jalan

maupun rawat inap. Dalam system managed care, panduan “layanan kesehatan

prilaku” umumnya membatasi rawat inap sampai 28 hari, yang sesudahnya

perawatan dapat diteruskan secara rawat jalan. Dalam pengobatan

penyalahgunaan obat, apa yang terjadi setelah pengobatan awal sangat penting.

Pengobatan lanjutan, perawatan lanjutan bagi mantan penyalahguna obat yang

berada dalam masa pemulihan, kerap melibatkan pertemuan kelompok sebaya

atau kelompok pendukung swabantu, seperti yang ditawarkan oleh Alcoholics

Anonymous (AA) atau Narcotics Anonymous (NA). walau sering sering terjadi

kekambuhan, pengobatan untuk ketergantunganobat dipandang sebagai satu

komponen penting di dalam strategi penting di dalam strategi terpadu

pencegahan dan pengendalian penyalahgunaan obat masyarakat.

(3) Kebijakan Publik

AULIA & UMMU Page 42


Kebijakan public memuat peraturan pelaksanaan dan rangkaian tindakan yang

diselenggarakan pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan praktis yang

mempengaruhi masyarakat. Contoh mencakup pengesahan undang-undang

pelanggaran mabuk saat mengemudi atau peraturan pelaksanaan penzonaan

yang membatasi banyaknya bar di dalam suatu lingkungan dan pemberlakuan

peraturan pelaksana yang mengatur Janis dan jumlah iklan untuk obat legal

semacam alcohol dan tembakau. Kebijakan public harus dapat mengarahkan

rincian anggaran yang pada akhirnya akan menentukan seberapa banyak dana

yang dihabiskan suatu komunitas untuk upaya pendidikan, pengobatan, dan

penegakan hokum. Contoh lain keputusan kebijakan public adalah pelanggaran

merokok di bangunan umum, penetapan kadar alcohol darah sebesar 0,08%

sebagai batasan dilarang mengemudi, dan toleransi hukum yang mutlak tidak

ada untuk BAC (kadar alcohol darah) pada anak kecil. Penetapan tingkat bea

cukai Negara bagian atas alcohol dan tembakau juga menjadi keputusan

kebijakan public.

(4) Penegakan Hukum

Penegakan hukum di dalam upaya pencegahan dan pengendalian

penyalahgunaan obat merupakan pemberlakuan hukum federal, negara bagian,

dan hukum setempat untuk menangkap, memenjarakan, mengadili, dan

menghukum mereka yang melanggar hukum obat atau melanggar hukum

karena penggunaan obat. Peran utama penegakan hukum dalam program

pencegahan dan pengendalian penyalahgunaan obat adalah (1) mengendalikan

penggunaan obat, (2) mengendalikan kejahatan, terutama kejahatan yang

AULIA & UMMU Page 43


berhubungan dengan penggunaan obat dan lalu lintas obat-pembelian,

penjualan, produksi, atau penyaaluran obat terlarang, (3) mencegah

pembentukan organisasi kejahatan, dan (4) melindungi lingkungan

permukiman. Penegakan hukum mempunyai kaitan dengan pembatasan

pasokan obat-obatan dalm masyarakat dengan memutus sumber, pengantaran,

dan distribusi obat. Terdapat lembaga-lembaga penegak hukum pada semua

tingkat pemrintah.

j. Lembaga dan Program Pencegahan dan Pencegahan dan Pengendalian Obat

Pemerintah

Lembaga pemerintah yang terlibat dalam upaya pencegahan, pengendalian, dan

pengobatan kasus penyalahgunaan obat meliputi berbagai lembaga di tingkat

pemerintah federal, negara bagian, dan pemerintah setempat. Pada setiap tingkat

pemerintahan tersebut, terdapat banyak unit dan program yang ditujukan untuk

mengurangi pasokan, atau permintaan akan obat.

(1) Lembaga dan program federal

Upaya anti-penyalahgunaan obat AS dikepalai langsung oleh White House

Office of National Drug Control Policy (ONDCP), yang setiap tahunnya

menerbitkan suatu laporan yang menguraikan anggaran dan strategi

pengendalian obat-oabatan tingkat Nasional. The National Drug Control

Strategy for 1992-2003 mencantumkan 5 tujuan umum, yaitu untuk :

 Mendidik dan memungkinkan kaum muda Amerika untuk menolak obat

illegal juga alcohol dan tembakau

AULIA & UMMU Page 44


 Meningkatkan keamanan warga Amerika dengan mengurangi secara

bermakna kasus kejahatan dan kekerasan terkait obat-obatan

 Mengurangi beban kesehatan dan social bagi pengguna obat illegal

 Melindungi perbatasan udara, daratan, dan laut Amerika dari ancaman obat

 Memberantas sumber pemasok obat baik domestic maupun asing

Permintaan anggaran The National Drug Control Strategy 2000 Annual Report

untuk tahun fiscal 2001 adalah $19,2 milyar. Permintaan ini jauh lebih besar

dari jumlah $1,7 milyar yang dibelanjakan untuk perang melawan

penyalahgunaan obat tahun 1981 atau $9,4 milyar untuk tahun 1990. Hamper

12% dari anggaran pengendalian obat federal 2001 dikhususkan untuk

memenuhi tujuan khusus yang tercantum dalam tujuan khusus yang tercantum

dalam Tujuan Umum I-mengurangi kasus penggunaan obat pada ank muda

yang mencakup upaya pendidikan dan upaya lain penurunan permintaan.

Hamper 43%-nya, bagian terbesar dalam anggaran, disisihkan untuk memenuhi

Tujuan Umum 2-mengurangi kasus kejahatan terkait obat termasuk penegakan

hukum dalam negeri. Sekitar 20% akan dibelanjakan untuk Tujuan Umum 3-

mengurangi beban kesehatan dan social akibat penyalahgunaan obat termasuk

pengobatan. Hanya 13% dikhususkan untuk memenuhi Tujuan Umum 4-

pencegahan obat di perbatasan. Sekitar 12% sisa anggaran dibelanjakan untuk

Tujuan Umum 5-memberantas sumber pemasok domestic dan asing.

a) Department of Justice (DOJ)

Sejauh ini, porsi terbesar pengeluaran federal ditujukan untuk upaya

pengendalian obat, $8,23 milyar, diberikan pada Departemen of Justice

AULIA & UMMU Page 45


(DOJ). Menangani pihak pemasok dalam perdagangan obat terutama

dengan mengidentifikasi, menangkap, dan menuntut mereka yang

melanggar hukum obat. Lembaga ini berupaya melindungi kesejahteraan

masyarakat dengan memenjarakan sebagian besar pelanggar berat,

menghalangi pihak lain agar tidak terlibat dalam perdagangn obat, dan

memberikan gambaran yang jelas bagi semua pihak mengenai beban yang

muncul akibat perdagangan dan penyalahgunaan obat. Berkaitan dengan

penyalahgunaan obat, DOJ secaraa tidak langsung ikut menurunkan

permintaan akan obat.

Anggaran DOJ memang besar karena selain tanggung jawab penegak

hukum, departemen ini juga harus menanggung pemeliharaan baik penjara

maupun narapidana. DOJ mempekerjakan bukan saja mereka yang

mengelola system hukum pidana, tetapi juga banyak marshal, pengacara,

dan hakim. DOJ juga menyelenggarakan program pengobatan, pendidikan,

dan program rehabilitasi di dalam penjara.

Di dalam DOJ terdapat beberapa badan penting yang memerangi obat.

Badan utama dalam lembaga ini adalah Drug Enforcement Agency (DEA),

yang menyelidiki dan membantu didalam penuntutan terhadap para

pengedar obat dan kaki tangan mereka di dalam maupun di luar negeri dan

menyita obat sekaligus dan personel pendukung.

Dua badan lain yang sangat penting dalam DOJ adalah Federal Bureau

Investigation (FBI) dan Immigration and Naturalization Service (INS). FBI

menyelidiki jaringan kejahatan terorganisasi multinegara yang

AULIA & UMMU Page 46


mengendalikan pasar obat legal, dan INS bekerja untuk memulangkan

pengedar asing yang ditahan dalam penjara federal. Porsi terbesar

anggaran DOJ diberikan pada Bureau of Prisons.

b) Department of Health and Human Services (HHS)

Department of Health and Human Services (HHS) menerima porsi terbesar

kedua dari anggaran obat federal, lebih dari $2,87 milyar dalam tahun

anggaran 2001. Uang ini dibelanjakan untuk program pendidikan

pencegahan penyalahgunaan obat, program pengobatan, dan penelitian

mengenai penyebab dan fisiologi penyalahgunaan obat. Porsi terbesar dana

tersebut dibelanjakan untuk mengurangi permintaan akan obat. Pendekatan

HHS terhadap masalah obat sangat luas dan mencakup upaya penelitian,

pengobatan, dan upaya pendidikan.

Penggunaan keliru dan penyalahgunaan tembakau, alcohol, dan obat lain

ditangani terutama sebagai masalah gaya hidup, yaaitu, sebagai persoalan

promosi kesehatan seperti kebugaran fisik dan gizi. Oleh karena itu, HHS

mengakui bahwa masalah penggunaan keliru dan penyalahgunaan obat

sangat kompleks melibatkan faktor turunan, lingkungan, social, dan faktor

ekonomi. Selain itu, solusinya juga dipandang kompleks. Pendekatan yang

biasa dilakukan melibatkan penerapan tiga tingkatan pencegahan primer,

sekunder, dan tersier. HHS juga mengenali pentingnya pemaduan ketiga

strategi pencegahan primer-pendidikan, perundang-undangan, dan

perlindungan otomatis.

AULIA & UMMU Page 47


HHS telah menetapkan tujuan-tujuan khusus yang berkaitan dengan status

kesehatan, penurunan resiko, dan pelayanan serta perlindungan terhadap

penggunaan tembakau, alcohol, dan obat lain dalam Healthy People 2010.

Tujuan khusus tersebut menetapkan arah dan standar keberhasilan dari

semua upaya pengendalian obat Amerika Serikat.

Badan utama dalam HHS adalah Substabce Abuse and Mental Health

Services Administration (SAMHSA). Di dalam SAMSHA, terdapat tiga

lembaga: Center of Substance Abuse Prevention (CSAP), Center for

Substance Abuse Treatment (CSAT), dan Center for Mental Health

Services (CMHS). Selain SAMHSA, terdapat dua badan penting lain yang

menangani masalah alcohol dan obat lain: The National Institute on Drug

Abuse dan the Food and Drug Administration.

The National Institute on Drug Abuse (NIDA) adalah institusi terbesar

yang ditujukan untuk melakukan penelitian mengenai penyalahgunaan

obat di dunia. Dalam NIDA, upaya penelitian diarahkan pada pemahaman

penyebab dan dampak penyalahgunaan obat serta pada evaluasi program

pencegahan dan pengobatan. Di dalam NIDA juga terdapat beberapa

devisi dan pusat-pusat penting semacam Division of Clinical Research,

Devision of Epidemiology dan Prevention Research, devision of Applied

Research, Medications Development Division, dan Addiction Research

Center. Badan-badan tersebut menyelenggarakan penelitian dan

menertibkan artikel mengenai penyebab, upaya pencegahan dan

pengobatan penyalahgunaan tembakau, alcohol, dan obat lain.

AULIA & UMMU Page 48


Badan penting lain dalam HHS adalah Food and Drug Administrations

(FDA). Seperti dinyatakan semula, FDA ditugaskan untuk memastikan

keamanan dan keefektifan semua obat resep dan nonresep. FDA

menentukan obat mana saja yang dapat mencapai pasar, dan cara

pelabelan, pengemasan, dan penjualan obat itu. FDA lebih memperhatikan

masalah penggunaan salah bukan penyalahgunaan obat.

c) The Departemen of Treasury

DOJ dan badan-badannya bekerja sama dengan lembaga-lembaga lain

dalam departemen yang setingkat dengan cabinet untuk mengendalikan

masalah obat. Tiga badan semacam itu berada di dalam Departemen of

Treasury, yang menerima bagian terbesar ketiga dari dana yang ada,

sekitar $1,69 milyar. Badan tersebut antara lain U.S. Customs Service, the

Internal Revenue Service (IRS), dan the Bureu of Alkohol, Tobacco, and

Firearms (ATF). The U.S. Customs Service bekerja sama dengan DEA

untuk menangani peredaran obat dan untuk mencegat masuknya obat

melalui perbatasan Amerika. Target utama IRS adalah para pengedar

dengan menyelidiki operasi “cuci uang” yang berlangsung dan menyelidiki

kasus penggelapan pajak. ATF bertanggung jawab untuk mengatur dua hal

yang paling sering disalahgunakan-alkohol dan tembakau.

d) Lembaga Federal lain

Badan lain yang terlibat dalam upaya pencegahan dan pengendalian obat

antara lain: Departement of Transportation (DOT), Departement of Sate

(DOS), Departement of Defense (DOD), Departement of Housing and

AULIA & UMMU Page 49


Urban Development (HUD), dan Departement of Education. Badan-badan

dalam DOT yang upaya pengendalian obat antara lain the U.S Coast

Guard, the Federal Aviation Administration, dan the National Highway,

Trafic Safety Administration. The Sate Departement melalui upaya

diplomatikanya, termasuk berbagai seminar mengenai obat-obatan

terlarang, “berupaya mewujudkan suatu penurunan dalam produksi

maupun pengiriman obat gelap ke Amerika.

The Departement of Education meluncurkan suatu program untuk

mendukung sekolah dan masyarakat bebas obatpada akhir tahun 1980-an.

Uapaya ditujukan untuk mendorong sekolah menerapkan kebijakan bebas

obat yang tegas dan menyampaikan pesan bahwa baik masyarakat maupun

sekolah tidak berkenan atau menyetujui penggunaan alcohol atau obat.

Satu buku pegangan berjudul What Works : School Without Drugs

disiapkan dan dibagikan ke sekolah dan masyarakat. Department ini tetap

menjadi peserta penting dalam upaya pencegahan penyalahgunaan obat

federal dan menerima dana yang cukup besar dari ONDCP setiap

tahunnya. Untuk program The Safe and Drug-Free Schools and

Communities (SDFSC).

(2) Lembaga dan Program Negara Bagian dan Regional

Walau banyak sumber daya ekonomi dapat dimanfaatkan untuk menangani

masalah obat pada tingkat federal, tampak semakin jelas bahwa untuk

mencapai kesuksesan, perang terhadap obat di Amerika harus dimulai dari

tingkat local-di rumah, pemukiman dan sekolah. Dukungan Negara bagian

AULIA & UMMU Page 50


biasanya diberikan dalam bentuk keahlian penegakan hokum, pendidikan,

kesehatan jiwa, koordinasi program regional dan local, dan terkadang acara

inisiatif pendanaan. Untuk menerapkan inisiatif dari Negara bagia itu ke dalam

praktiknya atau untuk memulai inisiatif mereka sendiri, biasanya bergantung

pada warga itu sendiri.

a) Pemerintah Negara bagian

Lembaga-lembaga Negara bagian yang manangani masalah

penyalahgunaan obat mencakup berbagai departemen kesehatan Negara

bagian, departemen pendidikan, departemen kesehatan jiwa, departemen

kehakiman, badang cabang eksekutif lain. The Governor’s Commissions

fo a Drug Free Indiana, yang dibentuk pada tahun 1989 merupakan contoh

inisiatif Negara bagian untuk upaya pencegahan dan pengendalaian

penggunaan obat. Misalanya adalah mengurangi insidensi dan prevalensi

penyalahgunaan zat, kecanduan dan masalah kesehatan perilaku lain

dikalangan orang dewasa dan anak-anak di Indiana. Misi ini terpenuhi

dengan meningkatkan kemampuan masyarakat setempat dalam hal

pengelolaan guna “memerangi penyalahgunaan unsur, kecanduan, serta

persoalan masyarakat terkait perilaku lain. Sudah menjadi tujuan dalam

inisiatif gubernur bahwa melalui koordinasi melalui semua kelompok yang

terlibat dengan masalah penyalahgunaan alcohol dan obat lain,

peningkatan berarti penurunan terhadap tingkat keluasan dan keseriusan

masalah ini dapat terwujud. Khususnya diharapkan bahwa upaya

pendidikan dapat meluas di masyarakat, tidak hanya berpusat di sekolah,

AULIA & UMMU Page 51


bahwa lembaga penegakan hukum kota dan county dapat bekerja

terwujudnya konsistensi dalam penegakan, dan bahwa sumber daya

pengobatan dan kelompok pendukung setempat dapat terkoordinasi

dengan baik untuk mencapai keefektifan yang optimal.

Di tingkat Negara bagian, koordinasi dicapai melalui Interagency Council

On Drugs, suatu organisasi yang mencakup semua badan tingkat Negara

bagian yang terlibat dalam penyusunan program untuk alcohol dan obat.

Di tingkat local komisi tersebut telah mendukung pengembangan dan

perluasan dewan pengoordinasi serupa dan sekarang membantu dewan

tersebut dalam mengembangkan rencana terpadu seputar persoalan

alcohol, tembakau dan obat lain. Dengan cara ini Governor’s Commission

berharap dapat memastikan bahwa upaya pendanaan program masyarakat

sesuai dengan upaya terkoordinasi pemerintah setempat. Sementara

mengkoordinasi dan mendukung aktivitas regional dan local badan tingkat

Negara bagian juga dapat memengaruhi rancangan perundangan Negara

bagian untuk mengurahi bahaya akibat alcohol, tembakau, dan obat lain.

Terakhir untuk melengkapi sumber dana lain, Drug Free Communities

Fund mengumpilkan dana dari DUI local, kemudian denda akibat

permasalahan obat dan biaya pengadilan lain disusun untuk memberikan

bantuan bagi upaya rumput setempat. Sekitar 75% dana diperoleh dari

embayaran pengadilan dan dikembalikan ke dalam anggaran dewan

pengoordinasi setempat.

b) Dewan Pengoordinasi Setempat

AULIA & UMMU Page 52


Dalam system Indiana, dewan pengoordinasi setempat, yang merupakan

gabungan masyarakat luas yang mewakili semua badan yang terlibat

dengan masalah alcohol, tembakau dan obat lain dibantu oleh salah satu

dari enam kantor pengoordinasi regional (KPR). KPR mempermudah

keterlibatan penduduk dan membantu masyarakat mengembangkan suatu

strategi terpadu berbasis masyarakat terkait dengan pencegahan dan

pengendalian obat-obatan.

(3) Badan dan Program Lokal

Setiap countydi Indiana diwajibkan menyerahkan sebuah rencana terpadu

tahunan, yang mengidentifikasi masalah alcohol, tembakau dan masalah obat

lain county tersebut, data pendukung, tindakan yang dianjurkan, serta tolak

ukurnya. KPR memberikan bantuan didalam pengembangan rencana ini yang

biasanya disiapkan oleh dewan pengoordinasi local.

Dewan Pengoordinasi Koordinasi Local (DPL)

Dewan pengoordinasi local (DPL) memiliki tujuan sendiri, mendidik

masyarakat tentang permasalahan alcohol dan obat lain, mengkaji kebutuhan

local, dan memulai, mengoordinasi dan menjelaskan rencana terpadu local

terkait masalah alcohol, tembakau dan obat lain. Daya dorong utama DKL

adalah (1) pencegahan melalui pendidikan, (2) intervensi dan pengobatan, dan

(3) penegakan hukum. Keanggotaan dalam DKL sengaja diragamkan, yang

mencakup perwakilan dari departemen kesehatan local, otoritas perumahan,

asosiasi permukiman, asosiasi kesehatan jiwa, dan pemerintahan kota. Selain

itu terdapat perwakilan dari sekolah kota dan county, layanan anak dan

AULIA & UMMU Page 53


keluarga, orangtua, kamar dagang, polisi kota, sheriff county, pemuka agama,

kantor jaksa, penuntut, hakim, petugas penegak hukum, siswa sekolah

menengah, fasilitas pengobatan local, staf manajemen, dan program bantuan

karyawan.

k. Badan Dan Program Pencegahan dan Pengendalian Obat Non-Pemerintah

Banyak badan dan program nonpemerintah yang memberikan kontribusi penting

dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyalahgunaan obat di Amerika.

Diantaranya adalah program berbasis sekolah dan masyarakat, program tempat

kerja, dan badan relawan.

(1) Program Penddikan Obat Berbasis Masyarakat

Penddikan obat berbasis masyarakat dapat dilakukan di berbagai lingkungan

misalnya di fasilitas penitipan anak, tempat penampungan umum,institusi

keagaman, tempat usaha, dan fasilitas layanan kesehatan. Informasi tentang

penyalahgunaan alcohol, temabaku dan obat lain dapat disebarkan melalui

program televise dan radio, film, surat kabar, dan majalah.

Program pendidikan obat berbasis masyarakat kemungkinan besar akan efektif

jika memadukan enam factor kunci berikut :

 Suatu strategi terpadu

 Metode tak langsung upaya pencegahan penyalahgunaan obat

 Tujuan pemberdayaan anak muda

 Pendekatan partisipasi

 Orientasi peka budaya

 Aktivitas sangat terstruktur

AULIA & UMMU Page 54


Program pendidikan obat berbasis masyarakat yang mengurusi persoalan yang

lebih luas (mis, keterampilan penanganan dan pengajaran) adalah yang paling

efektif, seperti program yang tertanam dalam aktivitas lain masyarakat yang

ada. Partisipasi dapat ditingkatkan dengan merancang pelaksanaan program

pendidikan obat di sekitar acara olahraga dan budaya. Program peka budaya

sangat penting untuk mengajak kelompok minoritas dalam masyarakat.

Penggunaan bahasa yang tepat, tingkat bacaan, dan tokoh penghubung dalam

masyarakat dapat memberikan perbedaan berarti dalam keberhasilan atau

kegagalan suatu program.

Pentingnya media dalam menyampaikan pesan suatu antiobat tidak dapat

dipandang remeh. Salah satu program anti obat yang paling berhasil adalah

kampanye media Partnershipfor a drug Free America (PDFA) pada tahun 1989.

Iklan telavisi dan media cetak menayangkan gambar telur goring dalam wajan

panas dengan pesan, “Ini Otakmu jika kau menggunakan Obat”. Diwilayah

yang sarat dengan tayangan media, angka konsumsi marijuana menurun 33%

sementara konsuumsi kokain berkurang 15% antara tahun 1988 dan 1989.

Sedangkan wilayah yang kurang terjangkau media, angka konsumsi kokain

marijuana menurun masing-masing 15% dan 2%. PDFA merupakan suatu

badan nirlaba netral hasil kualisi berbagai professional dari kalangan industry

komunikasi. Misalnya adalah mengurangi permintaan obat terlarang di

Amerika melalui komunikasi media. Walau pihak media sendiri mungkin tidak

dapat menghasilkan perubahan yang tahan lama dalam hal perilaku, kampanye

media yang dipadukan dengan berbagai strategi memang sangat efektif. Tujuan

AULIA & UMMU Page 55


pendidikan berbasis media adalah mendidik masyarakat tentang pengaruh

berbahaya dari alcohol dan obat lain dan tentang cara mengurangi factor risiko

dan memperkuat masyarakat. Media dapat menjadi mitra yang sangat kuat

dalam membentuk pendapat, nilai-nilai dan norma masyarakat.

Badan nonpemerintah yang penting lainnya adalah Join Together, “suatu

sumber daya nasional bagi masyarakat yang tengah memerangi

penyalahgunaan zat dan tindak kekerasan bersenjata”. Join Together

didanaioleh yayasan swasta dan berlokasi di Boston University of Public

Health.

Project ASSIST (American Stop Smoking Intervention Study), suatu strategi

berbasis masyarakat lainnya yang ditujukan untuk memengaruhi kebijakan

public, mulai mengubah kebijakan terkait tembakau untuk membatasi akses

kaum muda mendapatkan tembakau dan untuk meminimalkan bahaya bagi

masyarakat akibat tembakau. Pendanaan proyek ini awalanya berasal dari

National Cancer Institute, tetapi sekarang dibebankan pada Centers for Disease

Control and Prevention, yang mendukung sejumlah program Negara bagian.

Contoh di Indianan dana CDC mendukung program Smokefree Indiana, suatu

koalisi relawan yang berorientasi pada konsultasi antara individu dan badan-

badan yang bekerjasama untuk mengurangi angka konsumsi tembakau guna

terwujudnya masa depan ang lebih sehat. “The CDC State Tracking System

memberikan akses untuk mendapatkan informasi dari setiap Negara bagian.

(2) Program pendidikan obat berbaasis sekolah

AULIA & UMMU Page 56


Kebanyakan pendidikan kesehatan percaya bahwa suatu program pendidikan

kesehatan yang terpadu dan kuat program yang menempati posisi permanen

dan terkemuka dalam kurikulum sekolah merupakan uapaya pertahanan yang

paling baik terhadap semua permasalahan kesehatan, termasuk penyalahgunaan

obat. Namun, banyak sekolah tidak memiliki program tersebut, dan dalam

ketiadaannya program pengganti pendidikan obat dikembangkan secara khusus

untuk bagi sekolah tertentu.

Salah satu program semacam itu adalah rogram Drug Abuse Resistance

Education (DARE), yang dimulai di Los Angeles. Dalam program DARE,

polisi setempatmasuk ke ruang kelas untuk mengajar anak-anak sekolah hal-hal

dasar tentang obat. Saat menyampaikan informasi tersebut, pendekatan utama

program tersebut adalah mengubah sikap dan kepercayaan tentang obat.

Sayangnya walau sangat popular di masyarakat, program DARE tidak mampu

memperlihatkan keberhasilan nyata dalam menurunkan angka konsumsi obat

yang sebenarnya.

Program bantuan siswa (Student Assistance Program, SPA) merupakan

program berbasis sekolah yang mengikuti bentuk program bantuan karyawan di

tempat kerja. Program ini ditujukan untuk mengidentifikasi dan mengambil

tindakan jika terjadi permasalahan obat. Program konseling sebaya (peer

counseling program) juga terdapat di beberapa sekolah. Dalam program ini,

siswa memperbincangkan masalah yang sama dan menenrima dukungan dan

mungkin keterampilan penanganan dari rekan sebaya mereka yang memang

dilatih dalam aktivitas intervensi ini dan tidak mengkonsumsi obat terlarang.

AULIA & UMMU Page 57


(3) Program Pendidikan Obat Berbasis Tempat Kerja

Pada bulan September 1989, keprihatinan terhadap meluasnya konsumsi

penggunaan obat di tempat kerja membuat Presiden Ronald Reagan

menandatangani Executive Order Number 12564, mengumumkan peraturan

Drug Free Federal Workplace, dasar pemikiran untuk peraturan presiden yang

ditandatangani di bulan September 1986 itu tercantum dalam dokumen itu

sendiri. Hasrat dan pentingnya kesejahteraan karyawan; hilangnya

produktivitas akibat penggunaan obat; keuntungan illegal dari tindak kejahatan

terkelola; ilegalitas perilaku itu sendiri; jatuhnya kepercayaan masyarakat; dan

peran serta pemerintah federal sebagai usahawan terbesar di Negara ini untuk

menetapkan suatu standar bagi karyawan lain untuk dipatuhi. Selain itu sudah

jelas bagi semua orang bahwa penyalahgunaan obat bukan hanya masalah

kesehatan personal dan masalah penekan hukum, tetapi juga masalah perilaku

yang memengaruhi produktivitas dan keselamatan kerja orang lain, terutama di

tempat kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para penyalahguna zat : (1)

kurang produktif, (2) sering tidak masuk kerja, (3) lebih berkemungkinan

mencederai diri sendiri dan (4) mengajukan lebih banyak klain kompensasi

pekerja daripada rekan kerja mereka yang bukan pengguna.

Aturan the Drug Free Federal Workplace mengharuskan karyawan pemerintah

federal untuk menahan diri tidak menggunakan obat terlarang, dan

mengharuskan pimpinan suatu badan untuk mengembangkan sebuah rencana

guna mewujudkan daerah bebas obat dari karyawan dalam badan mereka.

Peraturan itu lebih lanjut mengharuskan penyelenggaraan program dan

AULIA & UMMU Page 58


prosedur test penggunaan obat serta bantuan karyawan yang mencakup

tindakan rehabilitasi. Program serupa untuk penyalahgunaan subtansi di tempat

kerja yang mencakup tes penggunaan obat, segera menyebar luas sampai ke

sector swasta, sehingga pada pertengahan tahun 1990an, program semacam itu

telah diberlakukan di lebih dari 80% perusahaan Amerika.

Program pencegahan penyalahgunaan subtansi di tempat kerja pada dasaranya

terdiri atas lima komponen. Komponen pertama adalah kebijakan tertulis

penyalahgunaan subtansi yang berisi komitmen karyawan untuk mewujudkan

suatu tempat kerja yang bebas obat. Komponen kedua adalah penduidikan obat

dan program kesadaran karyawan. Ketiga adalah program pelatihan penyelia.

Keempat adalah program bantuan karyawan (employee assistance program,

EAP) untuk membantu mereka yang memerlukan konseling dan rehabilitasi.

Komponen terakhir adalahprogram tes penggunaan obat. Perusahaan besar

lebih berkemungkinan disbanding perusahaan kecil untuk memiliki komponen-

komponen utama dalam program tempat kerja bebas obat.

Sementara seporsi besar masalah dapat diaitkan dengan konsumsi alcohol,

penggunaan obat terlarang tetap menjadi masalah di banyak tempat

kerja.walaupun memang benar bahwa prevalensi kasus penyalahgunaan obat

illegal pada populasi orang dewasa yang menganggur dua kali angka prevalensi

pada populasi orang dewasa yang bekerja, 70% dari pengguna obat illegal

ternyata bekerja. Untungnya angka prevalensi penggunaan obat di tempat kerja

menunjukkan penurunan yang tajam, sebagian karena penggalakan program

AULIA & UMMU Page 59


pencegahan penyalahgunaan obat di tempat kerja dan pelaksanaan tes

penggunaan obat.

(4) Badan Kesehatan Relawan

Program pencegahan dan pengendalian obat diselenggarakan di tingkat local

dengan kerja sama dan upaya dari banyak anggota masyarakat. Beberapa dari

program semacam itu memang diprakarsai secara local, sedangkan program

lain mendapat pengenalan dan bahkan pengakuan nasional. Mereka yang

benar-benar menjalankan program pencegahan penyalahgunaan obat anatara

lain, para pengajar, pendidik kesehatan masyarakat, tenaga social, petugas

penegak hukum, dan para relawan.

Program yang diperkenalkan berbeda-beda dalam hal pesan maupun

pendekatannya beberapa program bersifat mendidik atau menyampaikan

pengetahuan, program lainnya berupaya mengubah perilaku dengan

mengajarkan keterampilan baru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program

menggabungkan berbagai pendekatan ini paling efektif.

Sejumlah besar badan kesehatan relawan telah didirikan untuk mencegah atau

mengendalikan konsekuensi pribadi dan social dari penyalahgunaan alcohol,

tembakau dan obat lain. Beberapa diantaranya adalah Mothers Against Drunk

Driving (MADD), Student Against Driving Drunk (SADD), alcoholics

Anonymous (AA), Narcotics Anonymous (NA), American Cancer Society

(ACS), dan banyak lainnya. Masing-masing dari organisasi tersebut aktif di

tingkat local, Negara bagian maupun tingkat nasional.

AULIA & UMMU Page 60


Satu fungsi penting dari ara pemuka masyarakat adalah mendorong orangtua,

pejabat sekolah, petugas penegak hukum, usahawan, kelompok social , tenaga

kesehatan masyarakat, dan media untuk bekerjasama dalam upaya mengurangi

penyalahgunaanalkohol, tembakau dan obat lain. Setiap pendekatan harus

digunakan, termasuk pencarian peraturan sesuai dengan pertimbangan,

kewajaran dalam pengiklanan, pendidikan sekolah dan masyarakat, pengobatan

dan penegakan hukum. Hanya melalui dukungan masyarakat dan penegak

hokum baru dapat diwujudkan suatu penurunan ancaman terkait dengan

penggunaan alcohol dan obat lain di masyarakat.

2. Zat Berbahaya Dalam Makanan

Secara kasat mata memang agak sulit untuk menentukan apakah produk

panganolahan yang ditemukan mengandung bahan-bahan kimia berbahaya atau tidak.

Apalagi biladosisnya sangat sedikit. Akan tetapi, apabila dosisnya cukup banyak, maka

kita bisamengetahuinya dari penampilan luar yang nampak nyata (penampilan visual

Dasar hukum pelarangan :Untuk menjaga kesehatan manusia, maka ada beberapa

regulasi pemerintah yang mengatur hal ini, seperti :

Undang-undang Pangan No. 8 Tahun 1999, tentang Perlindungan Konsumen.

Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI No. 208/Menkes/Per/IV/85,

tentangPemanis Buatan. Pemanis buatan hanya digunakan untuk penderita diabetes

(sakitgula dan penderita yang memerlukan diet rendah kalori, yaitu : aspartame,

Nasakarin, Na siklamat, dan sorbitol. Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1998, tentang

AULIA & UMMU Page 61


Pengamanan Sediaan Farmasi danAlat Kesehatan), Peraturam Pemerintah No. 69 Tahun

1999, tentang Label dan Iklan Pangan.

Macam-macam bahan kimia berbahaya:Bahan kimia yang digunakan sebagai

tambahan makanan yang dikategorikan berbahaya diantaranya adalah sebagai berikut

:Pengawet Berbahaya: biasanya terdapat dalam bentuk Formalin, Benzoat (bila terlalu

banyak, dan lain-lain Pewarna Berbahaya: biasanya terdapat dalam bentuk pewarna

merah Rhodamin-B, pewarna kuning Methanyl Yellow, dan lain-lain Pemanis Buatan

(yang berlebihan): biasanya dalam bentuk Natrium (sodium) Saccharine (sakarin), Na-

Cycla-mate (siklamat), aspartame, sorbitol, dan lain-lain Pengenyal (Bakso) Berbahaya:

biasanya dalam bentuk boraks

Dampak negatif bagi kesehatan manusia. Terdapat banyak efek (dampak)

negatifpenyalahgunaan (kontaminasi) bahan kimia berbahaya yang dipakai sebagai

bahan tambahan pangan. Di antara efek negatif yang sering muncul adalah : Keracunan,

mulai gejala ringan hingga efek yang fatal (kematian); Kanker, seperti kanker leher

rahim, paru-paru, payudara, prostat, otak, dan lain-lain; Kejang-kejang, mulaitremor

hingga berat; Kegagalan peredaran darah (gangguan fungsi jantung, otak,

reproduksi,endokrin) Gejala lain, seperti : muntah-muntah, diare berlendir, depresi,

gangguan saraf, danlain-lain; serta Gangguan berat, seperti : kencing darah, muntah

darah, kejang-kejang, dan lain-lain.

a. Formalin

Formalin adalah nama populer dari zat kimia formaldehid yang dicampur dengan

air.Larutan formalin tidak berwarna, berbau menyengat, larut dalam air dan

alkohol.Larutan formalin mengandung 37% formalin gas dan methanol. Formalin

AULIA & UMMU Page 62


diperuntukkan untuk pengawet mayat, disinfektan, antiseptik, anti jamur, fiksasi

jaringan, industri tekstil dan kayu lapis, juga sebagai germisida dan fungisida (pada

tanaman/sayuran), sebagai pembasmi lalat dan serangga lainnya.

Penyimpangan dalam industri pangan terjadi ketika formalin sering digunakan

untuk mengawetkan produk mie basah, tahu, dan ikan segar. Formalin sangat

berbahaya bagi tubuh karena jika terhirup, formalin akan menyebabkan rasa

terbakar pada hidung dan tenggorokan, sukar bernapas, napas pendek, sakit kepala,

dan kanker paru-paru. Di antara efek formalin pada kulit adalah munculnya warna

kemerahan,gatal, dan ter-bakar. Pada mata, senyawa ini akan menyebabkan

kemerahan, gatal, berair, kerusakan, pandangan kabur hingga kebutaan. Kalau

kandungannya sudahsangat tinggi, formalin akan mengakibatkan iritasi pada

lambung, alergi, muntah,diare bercampur darah, dan kencing bercampur darah.

Bukan itu saja, formalin juga bisa mengakibatkan kematian karena kegagalan

peredaran darah Sifat-sifat dari formalin :

 Pada suhu diatas 150°C akan terurai menjadi methanol dan karbondioksida

 Bersifat karsinogenik (zat yang dapat menimbulkan kematian jaringan dan

memicu kanker pada manusia).

 Mudah menguap, sehingga menimbulkan bau yang kuat dan pedih di mata.

 Merupakan senyawa desinfektan (zat yang dapat menurunkan jumlah bakteri

tetapi bila terkena manusia dapat marusak jaringan) kuat untuk membasmi

berbagai bakteri pembusuk, dan jamur.

 Jika kandungan dalam tubuh tinggi, maka dapat menekan fungsi sel yang

menyebabkan keracunan dalam tubuh.

AULIA & UMMU Page 63


Ketahanan pangan yang mengandung formalin :

Jenis pangan Pada suhu 25°C Pada suhu dingln 10°c


Mie basah Tahan lebih dari 5 Hari Tahan lebih dari 15 hari
Tahu Tahan lebih dari 3 Hari Tahan lebih dari 15 hari
Ikan basah Tahan lebih dari 3 Hari Tahan lebih dari 10 hari
Sumber: Unit Layanan Pengaduan Konsumen Balai Besar POM Bandung

Ciri-ciri pangan yang mengandung formalin :

Erni (2006:23) pada mie basah formalin sebagai pengawet dan pengenyal.

Tanpa ditarnbahkan formalin mie basah setelah satu hari akan berbau dan Iengket

yang menunjukan tanda-tanda kerusakan. Ciriciri mie yang tidak mengandung

formalin selain tidak keras, jika digumpalkan mie basah tersebut akan bersatu

kembali seperti adonan semula. Dengan adanya penambahan formalin, mie tersebut

tahan sampai dengan lima hari. Pada tahu, penambahan formalin dilakukan pada

proses penggumpalan tahu yang akan menyebabkan textur tahu menjadi lebih keras.

Formalin juga digunakan untuk merendam tahu yang sudah jadi agar tahu tersebut

lebih awet selama lebih dari tiga hari. Ciri tahu yang mengandung formalin ketika

di tekan tehu tersebut sedikit kenyal dan tidak mudah hancur, sedangkan tahu yang

tidak mengandung formalin setelah satu hari menunjukan kerusakan diantaranya

berbau agak asam, dan berlendir.

Pada ikan basah penggunaan formalin sebagai pengawet agar ikan tersebut

tidak mudah membusuk ikan yang mengandung formalin dapat tahan hingga tiga

hari.

Ciri-ciri ikan segar atau hasil laut berformalin :

 Tidak rusak sampai 2 hari pada suhu kamar 25°C

AULIA & UMMU Page 64


 Warna insang merah tua dan tidak cemerlang bukan merah segar dan warna

daging ikan putih bersih

 Bau agak menyengat, bau formalin

 Tidak dihinggapi lalat

Ciri-ciri ikan asin berformalin

 Tidak rusak sampai 1 hari pada suhu kamar 25°C

 Bersih cerah tidak berbau khas ikan asin

 Tidak dihinggapi lalat

b. Boraks

Boraks (asam borat) adalah senyawa berbentuk kristal putih, tidak berbau, dan

stabil pada suhu serta tekanan normal. Boraks diperuntukkan untuk mematri logam,

proses pembuatan gelas dan enamel, sebagai pengawet kayu, dan pembasmi

kecoa.Penyimpangan dalam industri pangan terjadi ketika boraks banyak dipakai

pada bakso, kerupuk, mie bakso, tahu, batagor dan pangsit. Efek negatif boraks

pada tubuh yaitu, pemakaian yang sedikit dan lama akan terjadi akumulasi

(penimbunan) pada jaringan otak, hati, lemak, dan ginjal. Pemakaian dalam jumlah

banyak mengakibatkan demam, anuria, koma, depresi, dan apatis (gangguan yang

bersifat saraf).

Ciri-Ciri Pangan yang mengandung Boraks

 Mie basah yang mengandung boraks: teksturnya sangat kenyal, biasanya lebih

mengkilat, tidak lengket, dan tidak cepat putus.

 Bakso mengandung boraks: teksturnya sangat kenyal dan warnanya tidak

kecokelatan seperti penggunaan daging namun lebih cenderung putih.

AULIA & UMMU Page 65


 Makanan jajanan mengandung boraks: teksturnya sangat kenyal, berasa

“tajam” atau sangat gurih dan membuat lidah bergetar, serta memberikan rasa

getir.

 Kerupuk mengandung boraks: teksturnya sangat renyah dan dapat memberikan

rasa getir.

c. Rhodamin-B

Adalah pewarna sintetis berbentuk kristal, tidak berbau, berwarna merahkeunguan,

dalam larutan berwarna merah terang berpendar. Rhodamin-B diperuntukkan

sebagai pewarna kertas, tekstil dan cat tembok. Penyimpangan dalamindustri

pangan yang sering terjadi adalah penggunaan pada minuman, lipstik, permen, obat

dan saos. Efek negatif bagi tubuh yaitu, jika terhirup dapatmenimbulkan iritasi pada

saluran pernafasan. Dapat pula menimbukan iritasi padakulit, iritasi pada mata

(kemerahan, oedema pada kelopak), iritasi pada saluran pencernaan (keracunan, air

seni ber-warna merah, kerusakan ginjal), dan lain-lain.Akumulasi dalam waktu

lama berakibat gangguan fungsi hati hingga kanker hati,merusak kulit wajah,

pengelupasan kulit,hipopigmentasi, hiperpigmentasi dan lain-lain.

d. Methanyl yellow

Adalah pewarna sintetis berwarna kuning menyala, yangdiperuntukkan untuk

pewarna kertas, tekstil dan cat tembok. Penyimpangan dalamindustri pangan, yaitu

banyak digunakan pada minuman sirup/limun, agar-agar/jelly,manisan (pisang,

mangga, kedondong), dan lain-lain. Efek negatif yang muncul bagi tubuh serupa

dengan efek negatif pada konsumsi Rhodamin-B.

AULIA & UMMU Page 66


D. Kesimpulan

Penyalahgunaan alcohol, tembakau adalah suatu masalah kesehatan masyarakat

yang utama karena tidak hanya mempengaruhi individu tetapi juga masyarakat yang

mengakibatkan berkurangnya kemampuan, baik secara social maupun secara ekonomis.

Penyelidikan mengenai penyebab penggunaan obat coba-coba, penyalahgunaan obat dan

ketergantungan obat menunjukkan bahwa baik faktor turunan maupun faktor lingkungan

ikut mengakibatkan masalah tersebut. Terdapat empat unsur dasar dalam upaya pencegahan

dan pengendalian penyalahgunaan obat yaitu pendidikan, pengobatan, pelaksanaan hukum

dan kebijakan public.

Bahan tambahan pangan merupakan senyawa sintetik kimia yang bila digunakan

berlebihan dapat membahayakan kesehatan. Masalah penyalahgunaan Bahan tambahan

pangan yang terjadi di Indonesia terutama oleh industri kecil dan penjual makanan jajanan

adalah digunakannya Bahan tambahan pangan terlarang atau melebihi batas yang diizinkan

Bahan tambahan pangan yang sering digunakan contohnya adalah Formalin, boraks,

methanyl yellow, dan rhodamin B.

Daftar Pustaka

McKenzie James F dkk.2013.Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

AULIA & UMMU Page 67


Hariyadi, Purwiyatno dkk. 2001. Pangan dan Gizi: Ilmu, Teknologi, dan Perdagangan.
Jakarta: Sagung Seto dan Institut Pertanian Bogor.

Dono, Nanung Danar. 9 Maret 2012. “Zat Berbahaya dalam Makanan” dalam
http://www.kibar-uk.org/2012/03/09/zat-berbahaya-dalam-makanan/

http://dokumen.tips/health-medicine/makalah-promosi-kesehatan-559c0d3746854.html

AULIA & UMMU Page 68

Anda mungkin juga menyukai