PENDAHULUAN
Manusia sangat bergantung kepada tanah, baik sebagai media untuk tempat
bangunan, berusaha, media tumbuh tanaman atau sebagai tanah pertanian. Sebagai
tanah pertanian tanah di tentukan oleh sejauh mana manusia cukup
terampil dalam mengelola atau justru sebaliknya terjadi kesalahan dalam
pengelolaannya, sehingga menyebabkan kesalahan atau kerusakan tanah yang
dipandang dari kesuburannya. Sifat-sifat fisik tanah banyak bersangkutan dengan
kesesuaian tanah sebagai penggunaannya. Kekuatan dan daya dukung,
kemampuan tanah menyimpan air; drainase, penetrasi akar tanaman, tata
udara dan peningkatan unsure hara, semuanya sangat erat kaitannya dengan
sifat fisik tanah (Munir, 2010).
Sifat-sifat fisik tanah ditentukan oleh permukaan butiran tanah, sifat-sifat
kimia dari butiran dan kandungan bahan organic. Butiran-butiran yang menyusun
tanah mempunyai ukkuran yang berbeda-beda. Perbedaan ukuran dan jumlah
butiran tersebut sangat mempengaruhi tekstur tanah (Pairunan, 2012).
Tekstur tanah adalah ukuran kehalusan atau kekasaran bahan tanah pada
perabaan berkenaan dengan perbandingan berat antar fraksi tanah. Jadi tekstur
tanah adalah ungkapan agihan besar zazah tanah atau proporsi nisbi fraksi tanah,
yaitu fraksi pasir, debu dan liat. Selain itu tekstur tanah turut menentukan tata air
dalam tanah, berupa kecepatan infiltrasi, peneterasi, dan kemampuan pengikatan
air oleh tanah (Notohadiprawiro, 2013).
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan praktikum untuk membahas
tekstur tanah dan faktor-faktor pembentukannya serta perbandingan partikel tanah
dalam hubungannya dengan penentuan kelas tekstur.
1.2 Tujuan dan kegunaan
Tujuan dari praktikum tekstur adalah untuk menentukan tekstur tanah dari sampel
tanah yang diambil berdasarkan perbandingan fraksi pasir, debu dan liat dan
menentukan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Kegunaan dari praktikum ini adalah sample yang digunakan yaitu sebagai
sample untuk praktikum selanjutnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tekstur adalah ungkapan ragihan besar sarah tanah atau proporsi nisbi fraksi
tanah. Dalam hal fraksi lempung merajai dibanding dengan fraksi debu dan pasir,
tanah dikatakan bertekstur halus atau lempung. Oleh karena tanah bersifat atau
bertekstur halus sering bersifat berat diolah karena sangat liat dan lekat sewaktu
basah dan keras sewaktu kering, tanah yang dirajai fraksi lempung juga
disebut bertekstur berat. Sebaliknya, tanah yang dirajai fraksi disebut kasar,
pasaran atau ringan (mudah diolah karena longgar dan gembur). Apabilan
kadar ketiga fraksi tanah kira-kira berimbang, tanah disebut berteksturn sedang.
Tanah yang dirajai fraksi debu disebut bertekstur debuan. Apabila fraksi lempung
banyak dan fraksi debu cukup, akan tetapi fraksi pasir sedikit, tanah di sebut
bertekstur lempung debuan. Dalam hal fraksi pasir banyak dan fraksi lempung
cukup, akan tetapi fraksi debu sedikit, tanah dikatakan bertekstur pasir
lempungan, demikian seterusnya (Notohadiprawiro, 2013).
Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separate)
yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi relative antara fraksi pasir
(berdiameter 2,00-0,20 mm atau 2000-200 µm), debu (berdiameter 0,20 – 0,002
mm atau 200 – 2 µm) dan liat (< 2 µm). fraksi pasir umumnya di dominasi oleh
mineral kuarsa (SiO ) yang sangat tahan terhadap pelapukan, sedangkan fraksi
debu biasanya berasal dari mineral fielspor dan mika yang cepat lapuk, pada saat
pelapukannya akan membebaskan sejumlah hara, sehingga tanah bertekstur debu
umumnya lebih subur ketimbang tanah bertekstur pasir. Hal ini menunjukkan
bahwa fraksi liat berukuran < 1 µm merupakan sifat yang hamper tidak berubah,
berlainan dengan struktur dan konsistensi. Memang kadang - kadang
didapati perubahan dalam lapisan itu sendiri karena dipindahkannya lapisan
permukaan atau berkembangnya lapisan pemukaan yang baru. Pemindahan ini
dapat juga disebabkan erosi tanah. Karena sifatnya yang relative tetap untuk
jangka waktu tertentu maka tekstur tanah sudah lama menjadi dasar klasifikasi
fisika tanah. Istilah popular tanah berat dan tanah ringan yang merupakan
pernyataan berat ringannya penggarapan tanah seolah-olah ditentukan
tekstur tanah, karena para petani sudah lama mengetahui bahwa tanah pasir adalah
tanah ringan dan tanah lempung adalah tanah berat. Tekstur tanah turut
menentukan tata air dalam tanah, berupa kecepatan infiltrasi, penetrasi, dan
kemampuan pengikatan air oleh tanah. Terkenal ada dua system klasifikasi
fraksi pertikel tanah yaitu, system internasional dan system USDA (United
State Departement of Agriculture) (Notohadiprawiro, 2013).
Dengan tekstur tanah kita dapat membahas dan mengemukakan tentang
bahan mineral seperti pasir, debu, liat dalam susunan tanah yang penting bagi
berbagai kehidupan di muka bumi ini. Pasir, debu, dan liat adalah partikel-partikel
(mineral) yang di golongkan berdasarkan atas ukuran, bentuk, kerapatan dan
komposisi kimia, partikel-partikel tanah yang dikelompokkan berdasarkan atas
ukuran tertentu di sebut fraksi (partikel) tanah, fraksi tanh ini dapat kasar ataupun
halus. Menurut system MOHR fraksi tanah pasir mempunyai ukuran 2,00 – 0,05
mm, debu 0,05 – 0,005 mm, liat 0,005 mm (Munir, 2010).
Disamping pengelompokan kedalam kelas tekstur yang hanya didasarkan
pada fraksi tanah halus tersebut, untuk tingkatan klasifikasi family tanah, kadang-
kadang tanah dikelompokkan ke dalam kelas besar butir (particle zise
distribution) berdasar atsas seluruh tanah (fraksi halus dan fragmen batuan)
seperti sangat halus (fine loamy) berlempung kasar (coarse loamy) berpasir
(sandy) fragmental, berliat skeletal, Terlempung skeletal (Munir, 2010).
Pada permukaan tanah yang tersebar luas ditemukan berbagai perbandingan
susunan butiran tanah. Suatu susunan butiran menentukan sifat-sifat fisik tertentu
pada tanah, sehingga dikenal berbagai kalas-kelas susunan butiran tanah yang
disebut dengan kelas tekstur tanah. Tekstur tanah adalah susunan berat nisbi
fraksi pasir, debu dan liat. Misalnya tanah yang mengandung 40 % atau lebih
berat fraksi liat, kurang dari 45 % berat pasir dan kurang dari 40 % berat debu
dimasukkan dalam kelas tanah bertekstur liat (Pairunan, 2012).
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi tekstur suatu tanah
Menurut Foth . H.D (2011) yang menyatakan bahwa terdapat beberapa indikator
yang mempengaruhi tekstur suatu tanah :
2.2.2 Organisme
2.3.2 Waktu
Waktu adalah faktor dalam interaksi semua faktor di atas ketika mengembangkan
tanah. Seiring waktu, tanah berevolusi fitur tergantung pada faktor-faktor
pembentukan lain, dan pembentukan tanah adalah proses waktu-responsif
tergantung pada bagaimana interaksi faktor-faktor lain dengan satusama lain.
Tanah selalu berubah.
Dari kelima faktor tersebut yang bebas pengaruhnya adalah iklim. Oleh
karena itu pembentukan tanah kering dinamakan dengan istilah asing weathering.
Secara garis besar proses pembentukan tanah dibagi dalam dua tahap, yaitu
proses pelapukan dan proses perkembangan tanah.
Proses pelapukan adalah berubahnya bahan penyusun didalam tanah dari
bahan penyusun batuan. Sedangkan proses perkembangan tanah adalah
terbentuknya lapisan tanah yang menjadi ciri, sifat, dan kemampuan yang khas
dari masing – masing jenis tanah. Contoh proses pelapukan adalah hancurnya
batuan secara fisik, sedangkan contoh untuk peristiwa perkembangan tanah
adalah terbentuknya horison tanah, latosolisasi.
Pratikum tekstur tanah dilaksanakan pada hari Kamis dan Jumat, 27-28
Oktober 2016, di laboratorium kimia tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas
Pertanian, Universitas Hasanuddin Makassar.
Alat –alat yang di gunakkan pada praktikum ini adalah botol sebagai wadah
dan sendok.
Bahan-bahan yang digunakan adalah sampel tanah kering udara, dan air.
Pada praktikum ini, cara menentukan tekstur tanah yang pertama dengan cara
metode feeling yaitu, pertama menyiapkan contoh tanah kering udara yang sudah
dihaluskan lebih-kurang 100 g dan air dalam wadah kemudian mengambil contoh
tanah kira-kira satu sendok makan, letakkan pada telapak tangan, selanjutnta
menteskan air sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk dan digosok dengan
telunjuk tangan yang lain, kemudian perkirakan berapa banyak pasir yang ada
dengan merasakan tingkat kekasarannya. Tenambahkan air, namun jangan sampai
terlalu basah, kemudian pijit-pijitlah sedikit tanah diantara ibu jari dan telunjuk.
Kemudian tenambahkan air sedikit lagi sampai tanah tersebut bisa digulung
hingga diameter sekitar setengah sentimeter dan panjangnya dengan 5 cm.
Yang dua di laboratorium, timbang 20 gram tanah kering udara, butir-butir
tanah ini berukuran kurang dari 2 mm, kemudian masukkan kedalam Erlenmeyer
atau botol tekstur dan menambahkan 10 ml calgon 4%dan air secukupnya. Setelah
itu tutup dengan plastik, kocok dengan mesin pengocok selama 30 menit.
Tuangkan secara kualitatif semua isinya kedalam silinder sedimentasi 500 mlyang
diatasnya dipasangi saringan dengan diameter lubang sebesar 0,05 mm dan
bersihkan botol tekstur dengan bantuan botol semprot. Semprotkan dengan spayer
sambil diaduk-aduk semua suspense yang masih tinggal pada saringa sehingga
semua partikel debu dan liat telah turun (air saringan telah jernih).Pasir yang
tertinggal dipindahkan kedalam cawan dengan pertolongan botol semprot
kemudian memasukkan dalam oven bersuhu 105oC selama 2 x 24 jam, selanjutnya
masukkan Jalam desikator dan timbang hingga berat pasir diketahui (catat sebagai
C gram),selanjutnya cukupkan larutan suspensi dalam sedimentasi dengan air
destilasi hingga 500 ml. Angkat silinder sedimentasi, sumbat baik-baik dengan
karet ;lalu kocok dengan membolak-balik tegak lurus 180oC sebanyak 20 kali,
atau dapat juga dilakukan dengan memasukkan pengocok ke dalam silinger
sedimentasi lalu aduk naik turun selama 1 menit. Kemudian dengan cepat
tuangkan kira-kira 3 tetes amyl aicohol kepermuakaan suspense dengan hati-hati
agar suspense tidak banyak terganggu. Setelah 40 detik, baca dan catat pembacaan
hydrometer pertama (H1) dan suhu suspense (t1). Dengan hati-hati keluarkan
Hydrometer dari suspense. Setelah menjelang 8 jam, masukkan hydrometer dan
catat pembacaan hydrometer kedua (H2) dan suhu suspense (t2). Kemudian hitung
persamaan debu dan liat.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai
berikut :
Tabel 1. Hasil Perhitungan Tekstur Tanah pada Lapisan I, II dan III
Lapisan Persentase (%) Bentuk
Tanah Pasir Debu Liat Tekstur
4.2 Pembahasan
Berdasarkan Hasil pengamatan yang dilakukan pada saat di lapangan, data yang
diperoleh menunjukkan bahwa Pada Lapisan I teksturnya yaitu liat, lapisan II dan
III berupa L dan Si yaitu Lempung Berdebu. Menurut Anonim I (2009) yaitu
untuk mengetahui Tekstur suatu tanah dapat dilakukan dengan berbagai macam
pengujian. Salah satunya dengan cara metode Feeling., yaitu dengan mengambil
Sample dari ketiga Lapisan kemudian diberikan sedikit air dan di gosokkan
ditelapak tangan. Sehingga Teksturnya bisa diamati karakteristiknya.
Menurut Foth . H.D (2011) yang menyatakan bahwa terdapat beberapa
indikator yang mempengaruhi tekstur suatu tanah diantaranya Topografi / Relief,
Organisme, dan Waktu. Topografi alam dapat mempercepat atau memperlambat
kegiatan iklim.Pada tanah datar kecepatan pengaliran air lebih kecil daripada
tanah yang berombak. Waktu adalah faktor dalam interaksi semua faktor di atas
ketika mengembangkan tanah. Seiring waktu, tanah berevolusi fitur tergantung
pada faktor-faktor pembentukan lain, dan pembentukan tanah adalah proses
waktu-responsif tergantung pada bagaimana interaksi faktor-faktor lain dengan
satusama lain. Tanah selalu berubah. Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi
antara lain oleh tekstur tanah. Tanah-tanah bertekanan dan tekstur tanah
mempunyai gaya menahan air lebih kecil dari tanah tekstur halus. Oleh karena itu
tanaman ditanam pada tanah bertekstur lempung dan liat (Pairunan, 2012).
Tanah dengan kandungan bahan organik dan liat yang tinggi mempunyai
kapasitas penyangga yang rendah apabila basah. Tanah berpengaruh penting pada
tanaman melalui hubungannya dengan udara dan air. Kemampuan tanah untuk
menyimpan air di antara hujan yang terjadi menentukan pemberian musiman
kelembaban tanah dan biasanya menentukan spesies apa yang tumbuh dalam
sebuah hutan dan kecepatan pertumbuhannya.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan