Anda di halaman 1dari 3

Hati menjadi tempat semua kejujuran yang dimiliki seseorang bisa tersimpan dengan rapi.

Namun, hati
juga bisa menjelma menjadi ruang yang paling aman untuk menyimpan semua rasa yang tak bisa
terungkap.

Akan tetapi, jika segala hal sudah melibatkan hati, akan banyak hati yang tersentuh untuk sama-sama
menikmati segala hal yang terasa. Hati bagian penting yang tak dapat dipisahkan, apalagi untuk proses
penciptaan sebuah karya seni.

Banyak gagasan tak berhasil disampaikan oleh seorang pelaku seni saat hatinya tidak dilibatkan. Maka
dari itu, banyak dari mereka yang telah berhasil pada bidang tersebut kerap mengatakan bahwa jangan
sampai hati tidak disertakan ketika semua proses berkarya dilakukan.

Itu menjadi dasar yang selalu dipegang Egha Latoya,penulis, musisi, dan pelukis saat berproses
menciptakan sebuah karya. Apa yang ada dalam hatinya tak pernah luput ia libatkan.

Pada dasarnya, semua perasaan yang tak pernah absen terlibat dalam setiap karya Egha pasti pernah
atau sedang dirasakan, termasuk dalam karya Aku yang Tak Bernama di Hatimu. Dari pengalaman hidup
yang ia luapkan dalam karya bisa dibilang menjadi suatu yang diharapkan bisa mewakilkan rasa-rasa
yang tak dapat diungkapkan seseorang.
Karya-karya yang sudah dibuatnya bisa dibilang adalah catatan harian yang mewakili apa yang Egha
rasakan, juga hal-hal yang terjadi di lingkungan sekitar. Ia percaya semua hal yang bermula dari hati,
akan mudah diterima banyak hati untuk sama-sama merasakan yang sedang dirasakan.

Selain mengungkapkan rasa melalui karya yang dia ciptakan selama ini, berkesenian di tiga bidang yang
secara konsisten dila

kukan sampai hari ini adalah bentuk rasa syukur terhadap segala hal yang diberikan Tuhan kepadanya.
Dan itulah yang membuat Egha terus bertahan untuk tetap berkreasi menghasilkan karya terbaik.

Dari banyaknya bidang seni yang ada, musik, menulis, dan lukis adalah tiga ruang yang bisa
mengakomodasi semua hal ya

ng ia rasakan. Mulai dari musik yang mampu membuat hatinya selalu terasa hidup, dunia menulis yang
selalu ia percaya sebagai t

empat yang paling aman untuk mengungkapkan rasa tanpa perlu ia berbicara, dan lukisan yang mampu
menggambarkan perasaan melalui simbol-simbol yang ia ciptakan.

"Aku selalu menunggu pulangmu, sekalipun aku tak bernama di hatimu. Pulanglah kepadaku, dalam
keadaan apa pun kau."

Anda mungkin juga menyukai