Anda di halaman 1dari 2

Lukisan merupakan wujud nyata dari jiwa si pelukisnya sendiri.

Dalam mewujudkan suatu lukisan ide


tidak dapat dipisahkan dari konsep dan proses penciptaan. Karya seni adalah suatu bentuk ungkapan
dan pengekspresian perasaan batin atau salah satu dari kebutuhan spiritual Dalam perwujudan suatu
karya seni rupa aspek dan perasaan menjadi bagian yang cukup dominan. untuk itu pemahaman dan
perenungan terhadap suatu peristiwa atau kejadian yang telah dialarni menjadi cukup penting sehingga
akan tercapai hasil karya seperti yang diharapkan. Buku harian merupakan ungkapan yang realistis
dalam kehidupan penulis . Di dalarnnya terdapat kejadian-kejadian yang merupakan bagian dari
kehidupan penulis , baik itu kejadian atau peristiwa yang menyenangkan ataupun tidak menyenangkan.
Berbagai peristiwa dan kejadian yang terangkum di catatan harian pribadi penulis tersebut menimbukan
suatu ide yang kemudian diwujudkan ke dalam karya seni. Melalui lukisan ini, penulis berusaha
mewujudkan suatu peristiwa atau kejadian yang tertuang di catatan harian pribadi. Dengan perenungan
terhadap kejadian atau peristiwa yang pemah dialarni oleh penulis kemudian menemukan makna yang
terkandung dari kejadian atau peristiwa tersebut. Dalam penciptaannya penulis mendeformasi bentuk,
hal tersebut dimaksudkan agar penulis dengan bebas dapat memvisualisasikan catatan harian pribadi
pada media seni lukis. Lukisan penulis terdapat lelehan dan corat-coret, baik berbentuk tulisan atau
objek yang mempunyai arti atau maksud secara pribadi penulis sedangkan corat-coret yang spontan
atau bahkan sekedar corat coret garis panjang atau pendek lebih mempunyai maksud sebagai jejak
emosi penulis ketika penulis meluk:is . Untuk memberikan kesan dinamis dan spontan, garis yang
hendak digunakan adalah garis-garis ekspresif dan garis yang digores terhindar jauh dari kesan terukur.
Karya terbaik menurut penulis dalam Tugas Akhir ini adalah karya yang berjudul "Nothing Special in 14
February" karena karya tersebut sangat berkesan dan mernilik:i makna yang sangat berarti bagi penulis.
Catatan harian pribadi selain bermanfaat untuk instrospeksi diri, juga suatu kenangan yang mencatat
sejarah hidup kita, baik itu sejarah yang menyenangkan maupun yang tidak menyenang kan sama sekali.
Oleh karenanya sangat penting untuk menyikapi dengan positif hal-hal yang buruk sekalipun pada
kejadian atau peristiwa yang pemahkita alarni, yaitu dengan mengambil makna yang terkandung di
dalarnnya

BUKU harian itu diketemukan Senin pagi dekat sebuah bak sampah. Ia tergeletak di bawah deretan
pohon petai cina di kompleks Istana Olah Raga Senayan. Ia rupanya milik seorang gadis. Mungkin ia
terjatuh ketika ratusan ribu penonton berbondong pulang dari nonton bola dan upacara penutupnl SEA
Games, Minggu menjelang malam. Belum banyak isinya. Tulisannya di ana-sini kabur. Mungkin terkena
embun. Tapi umumnya huruf-huruf tegak dengan ballpoint itu masih bisa terbaca, di antara hiasan
bunga-bunga kecil di tepinya yang rapi. Si penulis, seperti tertera di sana, bernama H. (tak usah disebut
kepanjangannya). Ia menyebut hari ulangtahunnya yang ke-17 bulan lalu. Nampaknya ia senang cewek
yang romantis, atau seorang penggemar olah raga yang berapi-api, atau seorang yang lagi jatuh cinta
pada seorang atlit. *** "Bukuku", begitu tulisan bertanggal ' September 1979. "Hari ini aku bertengkar.
D., sepupuku, bilang: sebagian besar medali emas untuk kita itu ngibul. Gila! Dia bilang kita sengaja bikin
acara pertandingan yang pasti nggak ada lawannya, dan bahwa negara-negara tetangga cuma kirim atlit
kelas kambing. ..... Bukankah itu kurangajar? "Aku panas benar. Dia pura-pura nggak tau kejadian
penting dalam sejarah pernahkah kita memperoleh kemenangan sebanyak itu dalam pertandingan
internasional? Tidak. Baru kali ini. D. rupanya nggak ingin ikut bangga. Ia meledek aku "Kau fanatik
karena lagi naksir Si M, atlit gondrong itu!" "Kenapa D. begitu sengit? Kenapa dia, calon sarjana, tak mau
ngerti? Pagi tadi aku temui mas Tom, kubilangkan omongan D. itu.

Dia cuma ketawa. "Itu yang disebut sinis, Niek," katanya. "Banyak orang yang tak percaya lagi bahwa
hal-hal yang baik juga bisa terjadi kepada bangsa kita," katanya lagi. "Mas Tom lalu cerita tentang
sebuah majalah Amerika yang dibacanya (Forture?) yang nyebut-nyebut Indonesia punya korupsi
terburuk di Asia. Ia lalu cerita tentang pencopet orang Indonesia di Tokyo yang dipasang potretnya di
televisi Jepang. Mas Tom juga nyebut perkara sogok-sogokan, tekan-tekanan, yang membikin orang
kehilangan banyak, tapi terutama kepercayaan bahwa hal yang

baik bisa terjadi. "Tapi hal yang baik 'kan bisa juga terjadi kepada bangsa kita, 'kan mas Tom ?, " tanyaku.
"Tentu, Niek, tentu," jawabnya, menatapku. Tapi kenapa aku pingin nangis. *** Baris-baris lainnya
bertanggal 26 September: "Hari ini M tak berhasil dapat medali. Ia murung sekali dan aku cuma bisa
memegangi tangannya. Teman-teman sengaja pura-pura nggak ngeliat kami, berjalan beduaan di tepi
bukit kecil di seberang lapangan baseball. "Mengapa orang tak bisa menghargai mereka yang kalah?
Mengapa orang ngomongin hasil terakhir doang? Wartawan-wartawan sok pinter pada sok bikin analisa,
pada ngritik ceplos-ceplos. Emangnya apaan pekan olahraga bagi mereka? Mereka cuma melihat satu
titik, besaaar tapi bukan garis panjang. "M berbulan-bulan mempersiapkan diri. Dan tidak cuma dia.
Sejak jam setengah lima pagi para atlit yang mau bertanding di mana saja pada bangun, berlari, berlatih,
cemas, kecapekan, kepanasan, dikejar-kejar, mengejar-ngejar, kesel, keki, berharap-harap ..untuk
perbaikan waktu yang cuman beberapa detik ! "Kau tau berapa rekor dunia lari satu mil di tahun 1945?",
tanya M satu kali. Aku nggak tahu, nggak bisa ngejawab. Ia menerangkan: "Empat menit, satu koma
enam detik, atas nama seorang Swedia." Lalu tanyanya lagi: "Kau tau berapa rekor dunia di tahun lalu?
Dia jawab sendiri: "Tiga menit, 49 koma 4 detik atas nama John Walker, orang Selandia. "Itu artinya 30
tahun, Niek, 30 tahun!". Pergulatan, dan keringat, dan ketegangan, yang 30 tahun itu hanya untuk selisih
12 detik. *** Akhirnya buku harian itu berhenti di tanggal 30 September pagi. "Jika kesebelasan
Indonesia kalah sore nanti dari Malaysia, aku tidak akan mengejeknya. Bukan karena aku fanatik, tapi
dari ribuan penonton itu biarlah ada seorang yang bisa kasih medali diam-diam."

Anda mungkin juga menyukai