Anda di halaman 1dari 2

KRITIK KARYA SENI RUPA

Identitas karya:

Judul: kawan kawan revolusi

Seniman: sudjojono

Ukuran: 95×149 cm

Media: Cat minyak di kanvas

Tahun pembuatan: 1947

1. Deskripsi karya

Pada 1947 lukisan tersohor karya Sudjojono yang bertajuk Kawan-Kawan Revolusi lahir. Lukisan ini
dikerjakan atas tantangan yang diberikan oleh kritikus seni, Trisno Sumardjo, sebagai pembuktian
kemampuan teknis melukis realisnya yang dianggap lambat. Lukisan ini diselesaikan dalam satu waktu
atau kurang dari satu hari. Sudjojono melukisnya ketika ia sedang berada di sanggar Seniman Indonesia
Muda (SIM) wilayah Solo.

Lukisan yang diberi judul “Kawan-kawan Revolusi” karya S.Sudjojono menggambarkan beberapa orang
yang dapat diasumsikan berjasa dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Meski sebagian besar
karakter tidak secara jelas menggambarkan suatu tokoh, namun karakter dalam gambar tersebut
sekiranya cukup jelas menggambarkan sosok pejuang dari kaum laki-laki

2. Analisis formal

dapat secara jelas dilihat sebagian besar karakter menoleh ke arah kanan, tidak satupun ke ke kiri.
Sekilas hal tersebut mungkin dipandang biasa, namun jika ditinjau dari latar belakang hidup Sudjojono,
terutama ideologinya, gestur karakter pada lukisannya itu menyiratkan suatu makna atau bahkan
beragam makna. Pendek kata, bentuk dan makna nan ambigu menjadi sasaran dalam penelitian ini lebih
jauh. Penelitian dilakukan dengan metode studi pustaka dengan berlandaskan pada teori semiotika
KRITIK KARYA SENI RUPA

Ferdinand de Saussure. Pembacaan dengan menggunakan kerangka semiotik dapat dilakukan tentu
menghubungkan gambar dengan semangat zaman pada masa Sudjojono membuat karya tersebut.

3. Interpretasi

Bung Dullah, Wajahnya terletak pada deretan tengah, sosok ketiga dari kanan lukisan: menggunakan pet
hitam miring, topi khas laskar zaman revolusi. Kisah perjuangannya yang legendaris melatarbelakangi
penciptaan lukisan berjudul Kawan-kawan Revolusi ini. “Bung Dullah ini gugur ketika menyerang iring-
iringan tank tentara Belanda. Waktu mencabut picu geranat gombyok dari pinggangnya, serbuk kimia
dan mesiu di dalamnya keburu bereaksi. Tapi sebelum granat meledak di pinggangnya sendiri, Bung
Dullah langsung menubrukan diri ke tank Belanda sehingga tank itu hancur,” kata Tedjabayu, anak
pertama Sudjojono kepada Historia.

Di depan lukisan Kawan-kawan Revolusi, Bung karno menceritakan heroisme Bung Dullah. Bahkan
Bubukin, seperti dikutip dalam katalog pameran 17/71, pemimpin kesebelasan, pada akhir pertemuan
itu mengajak timnya untuk mendoakan Bung Dullah, si pahlawan sederhana itu.

4. Evaluasi

Dalam lukisan kawan kawan Revolusi’ tersirat kritikan, kecaman, kekecewaan mendalam dari Sudjojono
sendiri atas segala keganjilan hidup yang dirasakan semasa hidup atau pun dalam kehidupan yang akan
datang. Maknamakna yang lahir secara spontan tidak henti-hentinya bermunculan dari dalam kanvas.
Bayangan-bayangan kepedihan dan penderitaan dari masa lalu ataupun masa yang akan datang. Lahir
dan besar di tengah-tengah masyarakat yang setiap waktu selalu merasa cemas; seperti apa hidup yang
mesti dijalani esok hari? Membuat Sudjojono sangat peka dalam pelukisan-pelukisan apa-apa yang
tersirat dalam realitas, sehingga hasil dari setiap goresan pada kanvas dapat pula menjadi saksi
kejamnya peradaban antar manusia di tanah bangsa (Indonesia) ini. Inilah fokus utama kenapa
‘Kawankawan Revolusi’ hadir. Jiwa nasionalis yang begitu tinggi pun tergambar dalam ‘Kawan-kawan
Revolusi’.Mungkinkah ‘Kawan-kawan Revolusi’ menandakan ketakjuban dan suatu bentuk sanjungan
Sudjojono terhadap pahlwan-pahlawan bangsa, mengingat kenyataan pahit yang telah diterima rakyat
kita? Jika benar adanya, dapat pula kita kritisi; bukankah begitu banyak deretan nama-nama
revolusioner dari kaum perempuan yang sama-sama memikul beban perjuangan seperti halnya kaum
laki-laki.

Anda mungkin juga menyukai