Anda di halaman 1dari 3

Judul Karya : PERAHU

Seniman : Zaini Kusnadi


Tahun Pembuatan : 1974
Medium : Kanvas, Cat Minyak
Dimensi Karya : 80 cm x 65 cm
Deskripsi :
Lukisan yang berjudul PERAHU ini, dibuat oleh seorang seniman Indonesia yang terkenal
yaitu Zaini Kusnadi. Lukisan ini merupakan lukisan yang beraliran impressionisme. Aliran
Impressionisme merupakan aliran seni rupa yang lahir pada tahun 1874. Aliran ini mengutamakan
kesan selintas dari suatu obyek yang dilukiskan. Kesan itu didapat dari bantuan sinar matahari yang
merefleksi ke mata mereka. Mereka melukiskan dengan cepat karena perputaran matahari dari timur
ke barat. Karena itulah dalam lukisan impressionisme obyek yang dihasilkan agak kabur dan tidak
mendetail. Salah satunya dalam lukisan ini, Zaini melukiskan sebuah perahu dengan abstraksi yang
menghadirkan suasana puitik. Dengan sapuan-sapuan kuas yang menciptakan suasana lembut, warna
dan garis tersebut memunculkan suatu objek perahu dalam suasana kesunyian, kehampaan bahkan
kematian di waktu senja. Unsur warna yang ditampilkan pada lukisan ini ialah warna coklat dan hitam
pada perahu, perpaduan warna biru dan hijau pada dasar laut, serta warna orange dan kuning pada
langit.
Analisis :
Dalam lukisan ini, hubungan antara judul, karya dan senimannya sangat harmoni. Hal itu dapat
ditemukan pada judul lukisannya yaitu PERAHU yang berarti bahwa lukisan itu benar-benar
menonjolkan objek perahu, kemudian hubungan antara karya dan senimannya ditemukan pada gagasan
ceritanya. Dimana saat itu Zaini yang sedang menikmati waktu senja di tepi laut, mendapati sebuah
perahu tua yang nampak usang, lapuk bahkan hampi tinggal bangkainya saja namun masih berdiri
kokoh. Dari situlah gagasannya muncul untuk menggoreskan lukisan perahu yang terkapar dalam
suasana yang mencekam.
Dilihat dari keseluruhan, yang menjadi obyek pokok dari lukisan ini hanyalah perahu dan
langitnya saja. Namun ada banyak unsur yang menjadikan lukisan tersebut berkesan puitik dan
mencekam suasana. Pada lukisan itu, perahu tua digambarkan dalam keadaan mengenaskan. Layar
perahunya robek dan terurai disana-sini, tubuh dan kerangkanya mulai hilang satu-persatu bahkan
hampir tersisa bangkainya. Perahu tak berpenghuni itu layaknya karang yang terhempas oleh badai
ombak-ombak nan besar dan kasar. Dilihat dari unsur warna, warna yang paling dominan dalam
lukisan ini ialah warna hijau dan kuning. Warna kuning keorange-an pada langit melambangkan waktu
senja (pulangnya perahu selepas melawan ombak besar). Kemudian perpaduan warna hijau dan biru
melambangkan suasana ombak dasar laut, sedangkan warna coklat dan hitam mendominasi bentuk
serta suasana isi perahu. Untuk unsur garis, terdapat guratan-guratan kasar (meluluh) pada area
background dan objeknya. Namun guratan yang paling menonjol dan terkesan mencekam suasana ialah
pada areal objek. Pada area ini objek perahu benar-benar dibuat seolah perahu tersebut tak bernyawa.
Pilihan ruang pada lukisan ini sangatlah cocok dan sesuai. Untuk suasana yang tersirat, lukisan ini
menggambarkan suasana kehampaan bahkan kematian. Hal tersebut dapat diamati bahwa perahu
tersebut tak berpenghuni bahkan terlihat seperti bangkai perahu selepas dari berlayar
Kritik :
Lukisan ini sangat merefleksi mata, objek-objeknya yang kurang mendetail memaksa kita
untuk lebih mendalami atau mencari tahu arti makna dari lukisan ini. Begitu juga dengan objek yang
dipilih. Menurut saya, perahu bukanlah suatu hal baru. Namun dengan objek yang tak asing seperti ini,
sang pelukis (Zaini) cukup berhasil menyampaikan kesan dan suasana yang mencekam dari segi
pewarnaan dan bentuknya yang menarik. Tak hanya itu, lukisan ini benar-benar menggambarkan kesan
selintas dari suatu objek sehingga objek yang dihasilkan agak kabur dan tidak mendetail.
Biografi Seniman :

Zaini (lahir di Pariaman, Sumatera


Barat, 17 Maret 1926 meninggal di Jakarta, 25
September 1977 pada umur 51 tahun) adalah
seorang tokoh pelukis Indonesia yang produktif.
Dia banyak belajar melukis pada pelukis-pelukis
senior dan ternama Indonesia, seperti Basuki
Abdullah, S. Soedjojono dan Affandi pada masa
pendudukan Jepang. Sebelumnya Zaini juga
pernah bersekolah di INS Kayutanam, sebuah
lembaga pendidikan khusus bentukan Muhammad
Sjafei di Kayutanam, Sumatera Barat. Di INS
Kayutanam, Zaini mendapatkan pelajaran dasar
melukis dari Wakidi, seorang pelukis naturalis
ternama. Sedangkan pendidikan formalnya hanya
sampai kelas 5Sekolah Rakyat (SD). Zaini yang
beraliran impresionisme ini telah melakukan
pameran lukisan di banyak tempat, baik di dalam
negeri maupun mancanegara. Dia dikenal sebagai
seorang pelukis yang produktif dan telah menyelengarakan pameran tunggal pertamanya pada tahun
1969 di Taman Ismail Marzuki (TIM), serta pameran tunggal terakhirnya juga di TIM pada Oktober 1976.[2]

Zaini menikah dengan Asmi Zaini dan dikaruniai tiga orang putra dan dua orang putri. Pada tanggal
25 September 1977, Zaini meninggal dunia sewaktu beraktivitas lari pagi di daerah Slipi, Jakarta
Barat dalam usia 51 tahun.[3]

Kegiatan
Belajar dasar melukis dengan Wakidi di INS Kayutanam, Sumatera Barat
Tahun 1942 latihan melukis dengan S. Sudjojono di Keimin Bunka Shidoso, di Jakarta
Tahun 1943 belajar teknik melukis secara akademis dari Basuki Abdullah, di Jakarta
Tahun 1945 pindah ke Yogyakarta, bernaung di sanggar Seniman Masyarakat bentukan Affandi
Tahun 1946 ke Madiun dan Solo, bergabung dalam Seniman Indonesia Muda (SIM) pimpinan S.
Sudjojono
Tahun 1949 kembali ke Jakarta dan bergabung dengan GPI serta Masyarakat Seniman Jakarta Raya
Tahun 1949 bersama Affandi serta Mochtar Apin menjadi panitia Pameran Seni Lukis Indonesia yang
diselenggarakan Kementerian Penerangan RI yang dibuka oleh PM Sjahrir
Tahun 1953 ikut mendirikan majalah Indonesia terbitan Lembaga Kebudayaan Indonesia, lalu berganti
nama jadi Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional (BMKN)
Tahun 1956 mengajar di Balai Budaya Jakarta dan BMKN
Tahun 1956-1960 di BMKN bersama Oesman Effendi dan Nashar mengadakan pelatihan melukis

Anda mungkin juga menyukai