Anda di halaman 1dari 6

UTS Tinjauan Seni Rupa Gabrielle Mutiara Ramadhani 17019033

GIRL WITH
DEATH MASK

The Girl with the Death Mask 1


UTS Tinjauan Seni Rupa Gabrielle Mutiara Ramadhani 17019033

Girl with Death Mask, 1938 - Frida Kahlo

Kalau Anda tidak asing dengan nama Frida Kahlo,


pasti yang terbesat di pikiranmu lukisan self-portrait-
nya yang ikonik, bukan? Tetapi, selain karya potret
dirinya, ia juga pernah membuat lukisan lain seperti
Viva la Vida, Watermelons, yang mengambil objek
semangka, atau lukisan kakinya di dalam bak mandi
yang berjudul What the Water Gave Me. Namun, ada
satu lukisan Frida Kahlo yang memancing mata saya
untuk menelitinya lebih dalam, yaitu Girl with The
Death Mask.

Mari kita lihat dari subject matter yang dipakai oleh


Kahlo di dalam karya ini. Kahlo menggambarkan
sesosok anak kecil dengan topeng di kepalanya serta
Frida Kahlo berpose di New York, topeng lain di sampingnya. Anak kecil di dalam karya
Amerika, tahun 1931.
ini diyakini adalah Frida Kahlo sendiri yang masih
© Cunningham Trust

berumur sekitar empat atau lima tahun. Namun, ada


juga yang beranggapan bahwa sosok anak kecil di sini
menceritakan tentang Kahlo yang tidak berhasil mempunyai anak, mengetahui lukisan ini
juga dibuat setelah ia mengalami keguguran serta perceraian dengan suaminya di kala
itu yang juga seorang seniman, Diego Rivera.

Topeng yang dipakai adalah jenis topeng yang digunakan dalam festival kematian yang
berasal dari negara Kahlo sendiri, Meksiko. Festival ini bernama Day of the Dead (Dia de
Ios Muertos) dan dilakukan setiap tahunnya untuk merayakan kematian orang-orang
terdekat mereka. Familiar dengan film Disney Pixar, Coco? Nah, festival ini pun juga
menjadi plot utama dalam film tersebut. Frida Kahlo juga menjadi salah satu karakter
cameo di film ini, lho!

Selain topeng yang dipakai,


ada pula topeng Harimau atau
“Tiger Mask” yang terletak di
samping kakinya. Topeng ini
dipercaya sebagai jimat untuk
melindungi anak-anak kecil dari
makhluk jahat.
Cameo Frida Kahlo di film Coco.

© Disney Pixar

The Girl with the Death Mask 2


UTS Tinjauan Seni Rupa Gabrielle Mutiara Ramadhani 17019033

Terdapat juga bunga Marigold yang digenggam anak kecil tersebut. Bunga Marigold ini
diyakini sebagai bunga yang ditaruh di atas kuburan-kuburan untuk mengenang arwah
yang sudah meninggal.

Lukisan Girl with Death Mask ini dianggap sebagai representatif dari kehidupan sang
seniman. Sebagai contoh, anak kecil di lukisan ini terlihat sendirian dengan latar langit
kelabu. Kahlo sendiri pernah mengaku bahwa ia sering merasa sedih dan kesepian.
Apalagi ia pernah mengalami kecelakaan, yang mengharuskannya untuk lebih sendirian
di rumah sakit. Selain itu, ada pula intrepertasi lain melalui topeng yang dipakai. Topeng
tersebut terlihat menyeramkan dan tidak pantas untuk dipakai anak kecil. Hal ini lagi-lagi
interpretasi dari kehidupan Kahlo sejak kecil yang terpaksa untuk melewati pengalaman-
pengalaman pahit. Selain itu, ada juga yang beranggapan bahwa topeng ini adalah
simbol untuk mengenang kematian anak Kahlo yang
telah gugur.
"Aku melukis potret
Dalam aliran seni Modern, tema masa kecil memang
diri karena aku
sering digunakan, khususnya pada era 1930-an. Salah
sering sering
satu lukisan Frida Kahlo inilah yang ikonik, bahkan
merasa sendirian,” sampai sekarang dijadikan simbol perayaan Halloween.
—Frida Kahlo.
Kahlo sendiri pun juga sering menjadi tokoh yang
diperankan oleh orang-orang di perayaan tersebut.

Menurut saya, Frida Kahlo sangat mencurahkan jiwa dan emosinya pada lukisan ini.
Pengalaman personal bisa Kahlo komunikasikan melalui lukisan yang bahkan tidak ia
ceritakan secara langsung. Hal seperti ini juga sering terjadi di karya seni pada
umumnya. Latar belakang yang dimiliki seniman mempunyai peran tambahan yang
penting dalam proses kita untuk menginterpretasi dan mengkritik karya. Namun, tidak
menutup kemungkinan pula karya seni yang tidak mempunyai cerita di baliknya bisa
membuat karya tersebut menjadi tidak menarik. Beberapa kasus seniman lain mungkin
berkata sebaliknya, seperti contoh, seniman Van Gogh yang karya-karyanya baru
terkenal dan diakui setelah ia mengakhiri hidupnya. Semuanya pun masih tergantung
dengan pandangan masing-masing, karena, kembali lagi, sebuah karya seni bisa
memberikan reaksi yang berbeda-beda kepada tiap orang yang melihatnya. Akankah
cara pandang kita berubah setelah kita menelaah kisah senimannya, atau bahkan sama
saja? Apakah kita hanya perlu mengandalkan intuisi yang kita rasakan sehingga kita
tidak perlu mencari tahu agar sensasi yang kita rasakan tidak buyar? Atau bahkan, jika
kita mencari tahu dan mendapat fakta yang diterima, kita malah merasa lebih baik? Atau

The Girl with the Death Mask 3


UTS Tinjauan Seni Rupa Gabrielle Mutiara Ramadhani 17019033

mungkin, kita menyesal untuk mengetahui setelahnya? Dengan kata lain, semua masih
bergantung dengan bagaimana kita menerimanya.

Memang banyak pertanyaan yang tersebit di otak kita kalau sudah berbicara mengenai
topik karya seni. Hal ini cukup normal, karena pada dasarnya kita memang harus terus
bertanya-tanya dan mencari ‘masalah’ untuk merasa puas dalam hidup. Mungkin dari kita
memang tidak mengerti maksud dari karya abstrak Jackson Pollock, atau bertanya-tanya
mengapa karya yang hanya menghadirkan sebuah pisang ditempeli oleh lakban bisa
laku sampai beribu-ribu dollar, atau mungkin karya yang rumit yang kita sendiri sulit untuk
menafsirkannya. Menurut saya, dengan kita bertanya-tanya itu pula merupakan respon
yang valid dalam melihat suatu karya. Mungkin ketika melihat karya yang hanya berupa
kanvas dengan cat putih di museum ternama membuat kita berpikir, “Karya seperti itu
yang cuman dilukis warna putih doang, aku juga bisa bikin! Kok bisa laku sampe sejuta
dollar?” Ya, tapi Anda tidak membuatnya, ‘kan? Walaupun saya tadinya agak skeptis
dengan aliran abstrak ekspresionis atau minimalisme—dan mungkin banyak orang juga
merasakan hal yang sama—saya merasa respon itulah yang membuat karya-karya di
aliran tersebut valid dan bisa diakui menjadi sebuah karya seni. Saya salut dengan para
seniman yang mampu membuat karya yang tadinya dianggap ‘malas’ di gerakan seni
lain, bisa menjadi karya yang monumental dan berpengaruh, terlebih lagi juga laku
sampai jutaan dollar.

Sekadar fun fact, Frida Kahlo adalah seorang komunis. Ia


merupakan member partai komunis di Meksiko kala itu.
Kahlo juga beberapa kali menyuarakan pandangan
politiknya dalam karya-karyanya. Salah satunya adalah
korset Kahlo yang digambarkan logo palu arit di
dalamnya, serta lukisan bayi yang masih di dalam rahim
di bagian bawah.

“Loh, Frida Kahlo ternyata seorang komunis?”

Nah, kembali lagi dengan bahasan awal. Setelah tahu


pandangan politik yang sekiranya berbeda dengan Anda
—ini hanya berdasarkan asumsi pribadi saja, mengetahui
mayoritas penduduk Indonesia yang sensitif dengan aliran
Frida Kahlo mengenakan korset
ini—apakah Anda tetap melihat karya seni Kahlo dengan
komunis.

© Florence Arquin
rasa yang sama? Apakah Anda tetap berempati pada
anak kecil yang dilukiskan Kahlo dalam Girl with Death
Mask? Jika tidak, hal ini adalah hal yang sama persis
saya rasakan pada para seniman laki-laki kulit putih yang mempunyai catatan kehidupan

The Girl with the Death Mask 4


UTS Tinjauan Seni Rupa Gabrielle Mutiara Ramadhani 17019033

buruk, seperti Picasso dengan mindset rasismenya atau Paul Gauguin yang ternyata
menikahi tiga wanita Tahiti—sebelumnya pernah ia jadikan objek di karya lukisannya—
yang masih di bawah umur. Saat pertama kali saya melihat karya Gauguin, saya cukup
terkesima karena saya merasa ia memberikan representatif POC (People of Color) atau
perempuan yang mempunyai kulit yang berwarna (orang-orang di luar ras kaukasia) di
skena seni. Setelah tahu bahwa ternyata Gauguin adalah seorang pedofil, fakta itu
sangat mengubah pandangan saya 180 derajat dalam melihat lukisannya. Saya malah
merasa iba dengan perempuan-perempuan di dalam karyanya dan merasa terganggu
jika Gauguin dibahas sebagai seniman yang jenius dan influental.

Mungkin beberapa orang beranggapan seperti “Seperate the art from the artist!” atau,
“Love the art, hate the artist.” Tetapi, hal ini tidak bisa dinormalisasi oleh saya. Perasaan
saya yang tadinya merasa nyaman, menjadi sangat terganggu. Hal ini sungguh sulit saya
kendalikan. Namun, kembali lagi, ini semua tergantung perspektif orang-orang. Mungkin
orang bisa memisahkan karya seni dan penciptanya, namun tidak untuk saya. Apalagi
ada kutipan terkenal yang ditajukkan oleh ahli sejarah seni, Ernst Gombrich, yang
berpendapat bahwa, “There’s no such thing called art. There are only artists.” Seni itu
tidak ada, yang ada hanya seniman. Berdasarkan kutipan ini, saya mengambil
kesimpulan bahwa seniman berperan besar dalam sebuah karya seni. Semua terpusat
dari senimannya, bagaimana seniman membuat karyanya, memperlakukan karyanya,
mempublikasi karyanya, sampai mencari eksistensi diri agar karya-karyanya dikenal
oleh publik. Untuk itu—setidaknya bagi saya sendiri—peran seniman dalam karya
sangatlah tinggi. Saya tidak mau berkontribusi serta memberi keuntungan kepada
seniman yang sekiranya membuat saya tidak nyaman. Dalam kasus Frida Kahlo sendiri,
saya tidak merasa terganggu dengan pandangannya sebagai komunis. Saya tetap
mengagumi karya-karyanya.

Mari kita kembali lagi berbicara tentang Frida Kahlo dan lukisannya yang berjudul Girl
with The Death Mask. Sebelum saya mencari tahu tentang latar belakang lukisan ini,
saya sendiri merasakan emosi dan rasa kesepian yang digambarkan Kahlo. Hal ini lah
yang bikin saya tergerak untuk membahas karya tersebut. Kahlo juga menginspirasi saya
untuk menuangkan emosi-emosi yang saya rasakan pada karya yang saya buat.
Menurut saya, pandangan tentang lukisan ini mengenai gambaran anak kecil yang tidak
pantas untuk mengalami hal-hal pahit cukup relevan dengan semua orang. Banyak sekali
kasus anak-anak terlantar, dieksploitasi, disiksa, dilecehkan, bahkan sampai child
trafficking.

The Girl with the Death Mask 5


UTS Tinjauan Seni Rupa Gabrielle Mutiara Ramadhani 17019033

Lukisan Girl with Death Mask juga cukup relevan jika disambungkan dengan masa kini,
mengetahui kita semua sedang melalui pandemi virus Corona yang mengharuskan kita
untuk memakai masker. Anak-anak kecil yang seharusnya di luar, belajar di sekolah dan
bermain dengan teman-teman terhambat karena pandemi ini. Tidak semua anak pula
mempunyai privilese yang sama. Beberapa tidak bisa mengakses sekolah daring karena
minimnya gawai serta internet yang dimiliki, terlebih lagi ekonomi masyarakat di pandemi
ini pun sangat terpengaruh dan kian menurun. Tentu kehidupan anak-anak juga sangat
terpengaruh seiring dengan kondisi keluarga yang menopangnya.

Frida Kahlo mempunyai peran penting dalam skena seni di era modern, dan ia diakui
sebagai salah satu seniman terkenal di dunia. Namun, sayangnya Kahlo jarang dibahas
di sejarah seni secara umum. Padahal, karya-karya Kahlo dan cerita di baliknya sangat
monumental. Karya Frida Kahlo tidak melulu tentang potret dirinya, dan masih banyak
karya-karya lainnya yang bisa dibahas. Saya harap, karya Frida Kahlo akan sering
dijadikan contoh dalam skena sejarah seni, tidak memandang Kahlo sebagai seorang
ikon perempuan saja, tetapi juga sebagai seniman.

Sumber:

Google Arts & Culture, Girl with Death Mask, https://artsandculture.google.com/story/girl-


with-death-mask/igJCp2pDD3HRKQ

Frida Kahlo, Girl with Death Mask, 1938 - by Frida Kahlo, https://www.fridakahlo.org/girl-
with-death-mask.jsp

The ARTery, Beyond The Suffering: A Deeper Look Into Frida Kahlo's Necessary Artistry,
https://www.wbur.org/artery/2019/02/27/frida-kahlo-arte-popular-museum-of-fine-arts-
boston

New York Times, Is It Time Gauguin Got Canceled?, https://www.nytimes.com/


2019/11/18/arts/design/gauguin-national-gallery-london.html

The Cut, Tracing Frida Kahlo’s Influence on the Fashion World, https://www.thecut.com/
2016/03/frida-kahlo-fashion-influence.html

New York Times, Frida Kahlo in ‘Gringolandia’, https://www.nytimes.com/2020/03/03/


books/review/frida-in-america-celia-stahr.html

The Girl with the Death Mask 6

Anda mungkin juga menyukai