Anda di halaman 1dari 2

TUGAS KRITIK SENI

GARUDA WISNU KENCANA


Wendelyn W.W
XI-D
36

Terbuat dari tembaga dan kuningan yang ditopang 21.000 batang baja seberat 2.000 ton, serta
baut sebanyak 170.000 buah, patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) akhirnya diresmikan hari
Sabtu malam (22 September) di desa Ungasan, Kuta Selatan, Badung, Bali.
Seperti diketahui The Statue of Liberty memiliki ketinggian mencapai 93 meter, sedangkan
patung GWK berukuran 121 meter. Bila melihat data ini, sebenarnya patung GWK tercatat
sebagai patung tertinggi ke dua di dunia, sebab The Spring Temple Buddha di China berukuran
128 meter, sedangkan The Laykyun Sekkya Buddha di Myanmar tingginya mencapai 116 meter,
namun terhitung 130 meter bila dihitung dari dasarnya.
Tapi tak sekadar adu mendirikan patung tertinggi di dunia, tegaknya Garuda Wisnu Kencana
menjadi penting karena menjadi simbol kemampuan Indonesia untuk melahirkan mahakarya
yang baru, setelah karya besar peradaban masa lalu seperti Candi Borobudur dan Candi
Prambanan. Garuda Wisnu Kencana merupakan wujud dari Dewa Wisnu yang mengendarai
seekor Garuda. Dalam agama Hindu, Dewa Winu merupakan Dewa Pemelihara (Sthiti). Tak
hanya memiliki nilai seni tinggi, patung karya seniman Nyoman Nuarta itu juga dibangun
dengan mengolaborasikan teknologi. Pembuatan patung ini menjalani proses yang panjang
selama 28 tahun. Lokasi tempat dibangunnya Cultural Park GWK adalah bekas lahan
penambangan kapur liar yang sudah tidak produktif, sehingga keadaannya lahan seluas 60 hektar
tersebut kurang baik. Proses pembuatan patung tembaga itu juga menggunakan teknik yang
rumit dan melibatkan sekitar 1.000 pekerja, baik di Bandung dan Bali. Pembuatan keping-keping
GWK juga melibatkan 120 seniman.
Patung Garuda Wisnu Kencana diciptakan oleh I Nyoman Nuarta. Beliau adalah salah satu
pematung terbaik yang bangsa Indonesia miliki. I Nyoman Nuarta mulai terkenal pada tahun
1979, saat beliau memenangkan perlombaan membuat patung Proklamator Republik Indonesia. I
Nyoman Nuarta membuat patung, bagian demi bagian di tempat kerja beliau yang berada di
Bandung. Desain patung GWK terdiri dari 24 segmen dan di bentuk dalam modul yang
berjumlah 754. Bahan dari patung, terbuat dari bahan logam tembaga serta logam kuningan.
Untuk menyelesaikan patung utama, diperlukan 3.000 ton tembaga. Untuk alas berdirinya
patung, dibagun sebuah bangunan dan dalam bangunan ditujukan untuk Ballroom. I Nyoman
Nuarta adalah sang maestro di balik mahakarya Garuda Wisnu Kencana. Ia memulai proyek
raksasa ini sejak 1989 atau 29 tahun lalu. Jalan berliku ia tempuh untuk mewujudkan GWK.
Sama sekali tak mulus. GWK sempat belasan tahun mangkrak karena--terutama--ketiadaan dana
dan dukungan pemerintah. Gagasan GWK bermula dari permintaan Dirjen Pariwisata saat itu,
Joop Ave, kepada Nuarta untuk membuat patung setinggi lima meter guna ditempatkan di
Bandara Ngurah Rai. Namun Nuarta berpendapat, patung lima meter saja amat tanggung.
Menurut Nuarta, Bali mestinya memiliki ikon pariwisata besar, sebab pariwisata adalah
penyumbang devisa yang besar bagi negara. Lagi pula, Nuarta merasa miris melihat banyak
tempat ibadah (pura) di Bali yang menjadi lokasi wisata. Tak jarang, peribadatan pun menjadi
tontotan turis. Satu tahun setelah gagasan GWK digulirkan, Nuarta bersama Joop Ave yang saat
itu telah menjadi Menteri Pariwisata, Gubernur Bali Ida Bagus Oka, serta Menteri Pertambangan
dan Energi Ida Bagus Sudjana, mengembangkan ide pembangunan GWK.
Jalan kian terang. Proyek GWK direstui Presiden Soeharto pada 1993. Ia menjanjikan negara
akan ikut membantu pengerjaannya. Empat tahun kemudian, 9 Juni 1997, dilakukanlah peletakan
batu pertama, menandai dimulainya proses pembangunan GWK.
Pengerjaan GWK terhenti ketika Indonesia dihantam krisis moneter pada 1998. Bantuan dana
untuk proyek GWK pun tak kunjung tiba seiring lengsernya Soeharto.
Pembangunan GWK ditangguhkan saat patung baru selesai tiga potong--tubuh dan kepala Dewa
Wisnu, serta kepala Garuda yang terpisah dari tubuh sang Dewa. GWK lalu mangkrak belasan
tahun. Setelah anggaran terjamin, Nuarta mulai membangun Garuda Wisnu Kencana dari nol.
Tubuh dan kepala Dewa Wisnu, serta kepala Garuda yang sudah jadi 15 tahun sebelumnya, ia
biarkan di sisi timur GWK Cultural Park. Tak disambung dengan bagian-bagian baru yang dibuat
kemudian. Alih-alih menggunakan tiga potongan patung lawas itu, Nuarta membuat baru lagi--
semua dari awal. Alasannya, biarlah potongan-potongan patung yang tak selesai itu menjadi
tanda betapa sulit dan lamanya pengerjaan GWK. Patung baru GWK ditempatkan 300 meter di
barat daya lokasi potongan patung lama, tentu masih di area GWK Cultural Park. Meski
dibangun di Bali, bagian-bagian patung GWK dibuat di Bandung, di bengkel seni Nuarta.
Potongan-potongan patung itu--yang seluruhnya berjumlah 754-- kemudian diangkut ke Bali
melalui jalur darat. Untuk mengangkutnya, butuh 500 lebih truk tronton.

Anda mungkin juga menyukai