Anda di halaman 1dari 3

Saya masih ingat ketika di status Facebook mengatakan, “Disini yang blogger siapa

aja ya?” Lalu tampaklah deretan komentar dari banyak teman blogger yang telah
saya kenal, walau hanya di dunia maya. Lalu salah satu dari mereka bertanya,
“Ada apa memangnya, kok nanya kayak gitu?” Dengan entengnya saya menjawab,
“Pengen iseng-iseng aja nih bikin grup yang isinya teman-teman blogger yang gue
kenal, mau gabung kah?” Dan seketika mereka menjawab secara antusias,
“Mauuuu!”

Keisengan saya untuk membuat grup khusus teman-teman blogger sebenarnya


tanpa rencana yang WOW! Bahkan tidak pernah terpikirkan sama sekali untuk
menjadikan grup tersebut sebagai salah satu komunitas besar. Saya hanya ingin
berkomunikasi secara dekat dengan teman sesama blogger, itu saja. Ingin belajar
ngeblog, bergosip, bertukar pikiran, serta bercanda. Dan ternyata, saya
menemukan banyak teman-teman yang satu pikiran dan sehati. Belum lagi umur
mereka yang tidak jauh terpaut dari saya, sehingga komunikasi terasa lebih santai
dan nyambung.

Dari pagi hingga malam, saya selalu nongkrong di grup tersebut. Tentu saja
dampaknya saya seperti orang gila seharian, karena selalu tertawa melihat
candaan mereka. Hingga suatu ketika, entah tahu dari mana, banyak blogger lain
yang ikut bergabung. Bahkan dalam sebulan, grup tersebut mendapatkan ratusan
request! WOW!

Semakin lama, grup tersebut semakin ramai. Dari yang berawal hanya memiliki 25
anggota, hingga sekarang yang telah mencapai 2400an anggota. Dan tentu saja,
dari yang berawal benar-benar untuk berteman, hingga berakhir pada pencarian
jodoh. Tunggu dulu, jodoh? Ya! Ini benar-benar terjadi!
Saya sendiri sudah dua kali menjalani hubungan dengan sesama anggota grup.
Dan tentu saja keduanya berakhir dengan penyesalan. Kedua pria tersebut kini
telah lama menghilang dari grup. Saya tidak peduli dan bahkan tidak
mengharapkan kembali sosok mereka di kehidupan saya. Mengeluarkan mereka
dari grup? Tentu saja saya tidak ingin di-cap sebagai pendiri sekaligus admin yang
egois. Profesionalisme saya memang benar-benar diuji.

Tidak hanya saya, bahkan beberapa teman mengalami hal yang serupa. Cinta
lokasi bersemi di dalam grup. Ada yang merangkai kisah cinta hanya sampai 3
bulan bahkan hingga bertahun-tahun. Namun sayangnya semua telah menjadi
kenangan. Semoga hal tersebut tidak memutuskan tali pertemanan diantara
mereka.

Pacaran, TTM (Teman Tapi Mesra), PHP (Pemberi Harapan Palsu), adalah tiga
istilah yang banyak terjadi di dalam grup. Saya hanya tersenyum kecil jika
mendengarkan curahan hati para anggota. Semua curahan hati mereka akhirnya
saya sharing ke radio online milik grup tersebut (dengan izin mereka dan nama
samaran). Bahkan hingga dijadikan sebuah buku yang diterbitkan oleh salah satu
penerbit besar di Indonesia. Ini pun sebenarnya tanpa disengaja saya utarakan
kepada pihak penerbit, bahkan tanpa niat si penerbit.

Saya masih ingat di awal tahun 2013, salah satu editor menawari saya untuk
membuat buku. Ia melihat potensi saya sebagai calon penulis buku cukup besar.
Awalnya saya menolak tawaran tersebut, mengingat ia menginginkan saya untuk
menulis buku personal literature dan bergenre komedi. Tentu saja saya tahu diri
bahwa potensi saya sebagai penulis buku komedi tidaklah seberapa. Untuk
membuat buku personal literature pun saya sungkan, karena saya merasa bukan
siapa-siapa dan bukan orang istimewa. Saya bukan artis, figur publik, atau siapa
pun. Saya masih merasa sebagai orang biasa saja.
Memang tidak bisa saya pungkiri bahwa banyak orang yang menganggap saya
sebagai selebblogger, selebtwit, pokoknya seseorang yang dianggap publik figur.
Mungkin karena blog pribadi saya yang telah mencapai ribuan followers, pengikut
Twitter yang juga telah ribuan, hingga pernah masuk beberapa acara televisi dan
majalah ternama. Namun tentu saja, hal itu menurut saya belum seberapa jika
dibandingkan dengan orang lain yang memang memiliki potensi diatas saya.
Pengalaman saya belum seberapa, saya pun belum merasa istimewa sehingga
untuk membuat buku personal literature rasanya sangat berat. Untuk apa
pembaca tahu kehidupan saya? Kehidupan saya tidak cukup inspiratif dan
menghibur bagi mereka! - begitu kata hati saya. Apalagi jika harus membuat
genre komedi.

Anda mungkin juga menyukai