Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PENGEMBANGAN KURIKULUM
” Model Pengembangan Kurikulum”

Dosen Pengampu:

Zeni Murtafiati Mizani, M.Pd.

Disusun oleh:

Andrean Pratama A.P : 210316418

Izza lutfiyana : 201190386

M. Dicky Anggara P. : 201190418

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengembangan kurikulum tidak dapat lepas dari berbagai aspek
yang mempengaruhinya, seperti cara berpikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan,
politik, budaya, dan sosial) proses pengembangan, kebutuhan peserta didik,
kebutuhan masyarakat maupun arah prigram pendidikan. Dewasa ini telah banyak
dikembangkan model-model pengembangan kurikulum. Setiap model pengembangan
kurikulum tersebut memiliki karakteristik pada pola desain, implementasi, evaluasi
dan tindak lanjut dalam pembelajaran. Dalam pengembangan kurikulum dapat
diidentifikasi berdasarkan basis apa yang akan di capai dalam kurikulumtersebut,
seperti alternatif yang menekankan pada kebutuhan mata pelajaran, peserta didik,
penguasaan kompetensi suatu pekerjaan, kebutuhan masyarakat atau permasalahan
sosial. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum perlu dilakukan dengan
berlandaskan pada teori yang tepat agar kurikulum yang dihasilkan bisa efektif,
sehubungan dengan hal tersebut, dalam makalah ini akan di uraikan beberapa model
pengembangan kurikulum.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana model pengengembangankurikulum Model Tyler, administrative,
Grass Root, Hilda Taba, Wheeler, Beauchamp, dan Roger?
C. Tujuan
Mengetahu I model pengembagankurikulumModel Tyler, administrative,
Grass Root, Hilda Taba, Wheeler, Beauchamp, dan Roger
BAB II
PEMBAHASAN

A. Model Ralph Tyler


Model pengembangan kurikulum yang dikembangkan Tyler (1949)
diajukan berdasarkan pada beberapa pertanyaan yang mengarah pada langkah-
langkah dalam pengembangan kurikulum. Pertanyaan-pertannyaan tersebut
adalah:

a) Tujuan pendidikan apa yang harus dicapai oleh sekolah?


b) Pengalaman - pengalaman pendidikan apakah yang semestinya diberikan untuk
mencapai tujuan pedidikan?
c) Bangaimanakah pengalaman - pengalaman pendidikan sebaiknya
diorganisasikan?

d) Bagaimanakah menentukan bahwa tujuan telah dicapai?

Oleh karena itu, menurut tyler ada empat tahap yang harus dilakukan
dalam pengembangan kurikulum yang meliputi:

 Menentukan tujuan pendidikan.

 Mnentukan proses pembelajaran yang harus dilakukan.

 Menentukan organisasi pengalaman belajar.

 Meneentukan evaluasi pembelajaran.


Berikut ini penjelasan setiap tahap model pengembangan kurikulum tyler.

a) Menentukan tujuan pendidikan


Tujuan pendidikan merupakan arah atau sasaran akhir yang
harus dicapai dalam program pendidikan dan pembelajaran. Tujuan
pendiddikan harus menggambarkan perilaku akhir setelah peserta didik
mengikuti proses pendidikan, sehingga tujuan tersebut harus dirumuskan secara
jelas sampai pada rumusan tujuan khusus guna mempermudah pencapaian
tujuan tersebut.

Ada tiga aspek yang harus dipertimbangkan sebagai sumber dalam


penentuan tujuan pendidikan menurut Tyler, yaitu: 1) hakikat peserta didik 2)
kehidupan masyarakat masa kini dan 3) pandangn para ahli bidangstudi. Ketiga
aspek tersebut harus dipertimbangkan dalam penentuan tujuan pendidikan
umum. Penentuan tujuan pendidikan dengan berdasarkan masukan dari ketiga
aspek tersebut, selanjutnya difilter oleh nilai-nilai filosofis masyarakat dan
filosofis pendidikan serta psikologi belajar.

Ada llima faktor yang menjadi arah penentuan tujuan pendidikan, yaitu:
pengeembangan kemampuan berpikir, membantu memperoleh informasi,
pengembangan sikap kemasyarakatan, pengembangan minat peserta didik dan
pengeembangan sikap sosial.

b) Menentukan proses pembelajaran


Setelah penetapan tujuan, selanjutnya adalah menentukan proses
pembelajaran apa yang paling cocok dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam penentuan proses penbelajaran
adalah persepsi dan latar belakag kemampuan peserta didik . artinya,
pengalaman yang sudah dimiliki siswa harus menjadi bahan pertimbangan
dalam menentukan proses pembelajaran selanjutnya. Dalam proses
pembelajaran akan terjadi interaksi antara peserta didik dengan lingkungan atau
sumber belajar yang tujuannya untuk membentuk sikap, pengetahuan dan
keterampilan sehinggah menjadi perilaku yang utuh.

C. Model Grass Roots


Model grass root merupakan kebalikan dari model administrasi. Model ini
terdapat inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum berasal dari yakni guru
sebagai pengajar dan pelaksana kurikulum di lembaga sekolah.

Pandangan yang mendasari model ini adalah pengembangan kurikulum


secara demokratis yakni berasal dari bawah. Seorang pengajar ialah perencana,
pelaksana, dan penyempurna di kelasnya. Dampak positif yang ditimbulkan
dalam penggunaan model ini adalah proses keputusan terletak pada pelaksana.
Model groos root akan berkembang dengan sistem yang bersifat desentralisasi,
sistem yang didalamnya terdapat kompetisi.1

D. Model Hilda Taba


Model ini dikemukakan oleh Taba yang mendapat pengaruh dari Jhon
Deway dan Wiliam Kilpatrick. Taba memiliki tanggapan bahwasannya fakta
merupakan hal yang paling penting untuk mendasari ide dan penyamarataan
peserta didik. Namun sangat disayangkan, gagasannya tidak pernah mendapat
pengakuan dari peran substansi di dalam pemikiran tyler, kontribusi dalam hal ini
muncul ke permukaan. Kontribusi tersebut memilikibeberapahal yang
pentingyakni:
1. Kebutuhan akan metode untuk menilai pembelajaran yang bermakna
melampaui ujian dan perolehan muatan.
2. Perencanaan kurikulum yang terkoordinasi dengan kelompok organisasi.
3. Guru berkolaborasi dalam menghubungkan mata pelajaran sekolah dengan
aktivitas tertentu untuk menyepakati tema-tema yang canggih.2

1
Subandijah,pengembangan dan inovasikurikulum. Hlm.71
2
John D meneil, contemporary curriculum(unitwd states of America)hlm.365
E. Model Wheeler
Menurut wheeler pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang
membentuk lingkaran. Proses pengembangan kurikulum terjadi secara terus
menerus. Wheeler berpendapat proses pengembangan kurikulum terdiri dari lima
fase. Setiap fase merupakan pekerjaan yang berlangsung secara sistematis atau
berurut. Artinya kita tidak dapat menyelesaikan fase kedua manakala fase pertama
belum terselesaikan.
Wheller berpendapat, pengembangan kurikulum terdiri atas lima tahap, antara
lain :
1. Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum bias merupakan
tujuan yang bersifat normative yang mengandung tujuan filosofis atau tujuan
pembelajaran umum yang bersifat praktis. Sedangkan tujuan khusus adalah
tujuan yang bersifat spesifik dan objective yaitu tujuan yang dapat diukur
pencapaianya.
2. Menentukan pengalaman belajar yang mungkin dapat dilakukan oleh siswa
untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam langkah pertama.
3. Menentukan isi atau materi pembelajaran sesuai dengan pengalaman belajar.
4. Mengoerganisasi atau menyatukan pengalaman belajar dengan materi belajar.
5. Dalam melakukan evaluasi setiap fase pengembangan dan pencapaian tujuan.
Dalam langkah-langkah yang di kemukakan oleh wheeler, maka tampak
bahwa pengembangan kurikulum membentuk sebuah siklus. Pada hakikatnya
setiap tahapan pada siklus membentuk sebuah system yang terdiri dari komponen-
komponen pengembangan yang saling bergantung satu sama lainya.3
F. Model Roger
Model ini didasarkan pada kebutuhan untuk menciptakan serta
memelihara suasana yang baik terhadap perubahan. Dalam melakukan hal ini
digunakan pengalaman kelompok yang intensif, untuk menghasilkan sesuatu yang
berhubungan dengan berbagai keterampilan serta pengalaman yang mendasar.
Ada 3 langkah yang harus dilakukan untuk menjalin hubungan interpersonal
dalam pengembangan kurikulum model roger ini.

a. Langkah pertama adalah memilih target Pendidikan, criteria untuk yaitu


bahwa satu atau lebih dari individu berada dalam posisipemimpin. Keuntugan
dalam kelompok intensif ini yaitu :
1. Setiap individu dapat meneliti kembali apa yang diyakini nya
2. Menemukan ide yang inovatif
3. Berkomunikasi dengan jelas, realistis dan terbuka
4. Mampu menerima umpan balik yang positif dan negativ dan
mempergunakanya secara konstruktif

3
Dr. Sanjaya Wina, Kurikulum dan pembelajaran(Teori dan Praktek KTSP),( Kencana,2008)hlm.95
b. Langkah kedua adalah kelompok intensif diantara para guru. Konsep sama
dengan administrator, dimana pengalamanya lebih lama dan dapat
dipertimbangkan dengan masalah ukuran staff, finansial, serta berbagai
variasinya. Kegiatan ini memberikan keuntungan seperti :
1. Mampu mendengarkan peserta didik
2. Menerima ide inovatif dari peserta didik
3. Memperhatikan interaksi peserta didik khusunya dalam bahan pelajaran
4. Memcahkan masalah bersama peserta didik
5. Mengembangkan suasana kelas yang demokratis
c. Langkah ketiga yaitu pengembangan pengalaman kelompok intensif untuk
unit kelasataupembelajaran. Roger menyarankan lima hari untuk kegiatan ini,
dimana masyarakat boleh mengikutinya dengan tujuan menciptakan suasana
yang lebih nyaman, dan menyenangkan. Pengaruh kegiatan ini bagi peserta
didik adalah :
1. Peserta didik merasa lebih bebas dalam menyuarakan perasaanya yang
positif maupun negative
2. Bekerja berdasarkan perasaan yang mengarah pada pada penyelesaian
secara realistis
3. Memiliki lebih banyak energy untuk belajar, karena kurang memiliki rasa
takut terhadap penilaian dan hukuman
4. Menemukan rasa tanggung jawab terhadap cara belajarnya sendiri
5. Menemukan proses untuk menyelesaikan masalahnya sendiri4

G. Model Beauchamp
Model pengembangan kurikulum ini di kembangkan oleh beauchamp
seorang ahli kurikulum. Beauchamp mengemukakan lima langkah dalam
pengembangan suatu kurikulum.
Pertama, menetapkan area atau lingkup wilayah yang akan di cangkup
oleh kurikulum tersebut, apakah suatu sekolah, kecamatan, kabupaten, proponsia
atau nasional. Pentahapan area ini ditentukan oleh wewenang yang dimiliki oleh
pengambil kebijaksanaan dalam pengembangan kurikulum.

Kedua, menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa yang turut serta terlibat


dalam pengembangan kurikulum, yaitu:
a. Para ahli Pendidikan / kurikulum yang ada pada pusat pengembangan
kurikulum dan para ahli bidang dari luar
b. Para ahli Pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru
terpilih
c. Para professional dalam system Pendidikan
d. Professional lain dan tokoh-tokoh masyarakat.
Penetapan personalia ini sudah tentu disesuaikan dengan tingkat dan luas
wilayah arena. Untuk tingkat provinsi atau nasional tidak terlalu banyak
4
Widodo Winaro, Dasar pengembangankurikulum,hal. 60
melibatkan guru. Sebaliknya untuk tingkat kabupaten, kecamatan atau sekolah
keterlibatan guru-guru semakin besar.
Ketiga, organisasi dari prosedur pengembangan kurikulum itu. Langkah
ini berkenaan dengan prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan
umum dan tujuan yang lebih khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, serta
kegiatan evaluasi dan dalam menentukan menentukan keseluruhan desain
kurikulum. Beauchamp membagi keseluruhan kegiatan ini dalam lima langkah
yaitu:
a. Membentuk tim pengembang kurikulum
b. Mengadakan penilaian atau penelitian terhadap kurikulum yang ada
dan sedang digunakan
c. Studi penjajagan tentang kemungkinan penyusunan kurikulum baru
d. Merumuskan kriteria-kriteria bagi penentuan kurikulum baru
e. Penyusunan dan penulisan kurikulum baru.
Keempat, implementasi kurikulum, langkah ini merupakan langkah
melaksanakan kurikulum yang bukan merupakan suatu yang sederhana, karena
memerlukan kesiapan yang menyeluruh, baikkesiapan guru-guru, siswa, fasilitas,
bahan maupun biaya, disamping kesiapan manajerial dari pimpinan.
Langkah kelima merupakan langkah yang terakhir yaitu evaluasi
kurikulum. Langkah ini minimal mencangkup empat hal, yaitu:
a. Evaluasi tentang pelaksanaan oleh guru-guru
b. Evaluasi desain kurikulum
c. Evaluasi hasil belajar siswa
d. Evaluasi dari semua system kurikulum.
Data yang diperoleh dari hasil evaluasi ini digunakan bagi perbaiakan system dan
desain kurikulum serta prinsip-prrinsip melaksanakanya.5

BAB III
PENUTUP
5
Lismina,PengembanganKurikulum,(UwaisInspirasi Indonesia), Hlm.96-98
A. Kesimpulan
Dalam pengembangan kurikulum, model dapat merupakan ulasan teoritis

tentang suatu proses kurikulum secarah menyeluruh atau dapat pula merupakan ulasan

tentang salah satu ulasan kurikulum. Disamping itu, ada model yang mempersoalkan

keseluruhan proses dan ada pula yang hanya menitikberatkan pandangannya pada

mekanisme penyusunan kurikulumnya. Ulasan teoritis demikian dapat pula hanya

mengutamakan uraianya pada segi organisasi kurikulum dan ada pula yang

menitikberatkan ulasannya hanya pada hubungan antar pribadi orang-orang yang

terlibat dalam pengembangan kurikulum. Aplikasi model-model sebaiknya didasarkan

pada faktor-faktor konstan, sehingga ulasan tentang model yang dibahas dapat

terungkapkan secara konsisten.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai