Anda di halaman 1dari 10

JURNAL ELKOLIND, SEPTEMBER 2109, VOL.06, N0.

3 72

Modul Sistem Pengaturan Suhu Mini Boiler Dengan


Metode PID Menggunakan PLC dan HMI

Rizal Braman Setya , Muhammad Rifa’I, Edi Sulistio Budi

Abstrak - Perkembangan teknologi saat ini sangat pesat I. PENDAHULUAN


dalam berbagai bidang terlebih di dunia industrialisasi.

P
Teknologi dalam bidang konversi energi saat ini telah erkembangan teknologis saat ini sangat pesat dalam
berkembang sangat pesat dalam memunculkan berbagai ide- berbagai bidang terlebih di dunia industrialisasi.
ide kreatif untuk dimanfaatkan dalam bidang industri. Salah Teknologi dalam bidang konversi energy saat ini telah
satunya boiler, boiler adalah bejana yang digunakan untuk berkembang sangat pesat dalam memunculkan berbagai ide
menghasilkan uap air (steam) yang akan digunakan sebagai ide kreatif untuk dimanfaatkan dalam bidang industry. Salah
pemanas atau tenaga penggerak seperti turbin. Salah satu satunya boiler, boiler adalah bejana yang digunakan untuk
perangkat kontrol modern yang dapat diterapkan dalam menghasilkan uap air (steam) yang akan digunakan sebagai
berlangsungnya proses produksi di industri saat ini adalah pemanas atau tenaga penggerak. Pada industri proses,
PLC (Programmable Logic Controller) sebagai kontroler dan biasanya terdapat boiler yang dapat menghasilkan steam untuk
HMI (Human Machine Interface) sebagai alat untuk digunakan mengalirkan panas ke suatu proses. Steam yang
memonitoring kinerja sistem secara real time. Dengan dihasilkan oleh boiler ini berasal dari air yang diumpan pada
berkembangnya sistem kontrol pada suatu industri, maka boiler dan kemudian dididihkan. Setelah didihkan dalam
modul miniplant boiler yang merupakan salah satu peralatan temperatur tertentu uap siap dialirkan ke plant, seperti
yang ada di indistri ini dapat digunakan sebagai media pemanas atau turbin. Dalam proses mengubah air menjadi uap
pembelajaran di laboraturium sebelum masuk ke dunia sering terjadi kendala sehingga keluaran tidak sesuai dengan
industri yang sesungguhnya. Pengontrolan suhu pada mini yang dikehendaki, salah satunya temperatur yang terlalu
boiler merupakan suatu hal yang sangat penting karena suhu rendah atau terlalu tinggi dari setpoint.
merupakan parameter yang mudah berubah sehingga perlu Temperatur yang tidak sesuai dengan setpoint akan
dilakukan pengontrolan agar suhu dapat tetap stabil pada nilai menyebabkan banyak masalah seperti terjadinya overpressure
tertentu terhadap berbagai gangguan sehingga tidak terjadi dan overheat yang menyababkan tekanan uap tidak sesuai
kegagalan sistem akibat suhu yang terlalu tinggi. Untuk dengan spesifikasi yang diinginkan. Selain itu kegagalan
mendapatkan respon sistem yang stabil, diterapkan metode dalam proses pengontrolan juga dapat mengakibatkan
kontrol PID pada sistem. Pada skripsi ini digunakan miniplant kegagalan sistem yang bisa berakibat fatal, seperti rusaknya
boiler dengan ukuran diameter tabung 15 cm dengan panjang bejana karena temperature yang tidak dikontrol dengan baik
30 cm dan kapasitas 5 L. Suhu yang dikontrol pada tabung bahkan bisa menyebabkan terjadinya ledakan karena bejana
adalah 100 °C dengan hasil nilai parameter PID menggunakan tidak kuat menahan tekanan yang dihasilkan.
metode Ziegler Nichols Sistem Orde 1 diperoleh nilai Kp = Berawal dari kondisi diatas, skripsi ini bertujuan untuk
20.03, Ti =120 dan Td = 4,2. Dan dari grafik respon sistem membuat sebuah modul miniplant boiler yang dapat
diperoleh karakteristik %error steady state = 0,1 %, time rise digunakan sebagai media pembelajaran di Laboratorium
(Tr) = 2130 s, time delay (Td) = 900, dan settling time (Ts) = Teknik Elektronika untuk mengimplementasikan cara
2370 s. Dari nilai parameter kontrol PID tersebut, meminimalisir sistem failure dan menjaga kondisi sistem agar
menunjukkan respon sistem yang baik dan mampu menjaga tetap berada pada kondisi yang diinginkan dalam bentuk
suhu sesuai dengan setpoint yang diberikan pada HMI untuk sebuah miniplant boiler. Modul miniplant boiler ini
kondisi sistem tanpa diberikan gangguan atau diberikan menggunakan PLC (Programmable Logic Controller) S7-200
gangguan CPU224 sebagai kontroler dan HMI (Human Machine
Kata Kunci : Boiler, Kontrol suhu ,PLC, HMI.PID. Interface) Omron NB7W-TW000B sebagai alat untuk
memonitoring kinerja sistem secara real time serta
menggunakan metode kontrol PID. Kontrol PID digunakan
karena kontrol PID merupakan jenis kontrol yang secara
umum banyak digunakan di industri dan memiliki
Rizal Braman Setya adalah mahasiswa D4 Teknik Elektronika Politeknik karakteristik respon yang cepat dan stabil sehingga dapat
Negeri Malang digunkanan untuk mengontrol suhu agar tetap terjaga sesuai
Muhammad Rifa’I dan Edi Sulistio Budi adalah dosen Jurusan Teknik dengan setpoint yang diinginkan [2]. Tujuan pada skripsi ini
Elektro Politeknik Negeri Malang adalah dapat menjaga suhu boiler tetap pada suhu 100 OC.
JURNAL ELKOLIND, SEPTEMBER 2109, VOL.06, N0. 3 73

II. TINJAUAN PUSTAKA Interface (HMI) yaitu membuat visualisasi sistem secara nyata
sehingga mempermudah operator memonitor serta
mengendalikan langsung secara real time terhadap proses
2.1 Boiler yang sedang berlangsung. Selain itu, HMI dapat menunjukkan
Boiler/ketel uap merupakan bejana tertutup dimana panas kesalahan mesin, status mesin, dan memudahkan operator
pembakaran dialirkan ke air sampai terbentuk uap air panas dalam menjalankan atau menghentikan kerja mesin. Gambar 2
atau steam. Air adalah media yang berguna dan murah untuk menunjukkan HMI Omron NB7W-TW000B yang digunakan
mengalirkan panas ke suatu proses. Air panas atau steam pada pada skripsi ini.
tekanan dan suhu tertentu mempunyai nilai energi yang
kemudian digunakan untuk mengalirkan panas dalam bentuk
energi kalor ke suatu proses. Jika air didihkan sampai menjadi
steam, maka volumenya akan meningkat sekitar 1600 kali,
menghasilkan tenaga yang besar dan mudah meledak,
sehingga sistem boiler merupakan peralatan yang harus
dikelola dan dijaga dengan sangat baik [6].

2.2 PLC Siemens S7-200


Berdasarkan namanya konsep PLC adalah
Programmable yang menunjukkan kemampuan dalam hal
Gambar 2. HMI Omron NB7W-TW000B
memori untuk menyimpan program yang telah dibuat yang
dengan mudah diubah-ubah fungsi atau kegunaanya. Logic
2.4 Sensor Suhu PT100
yang menunjukkan kemampuan dalam memproses input
PT100 merupakan salah satu jenis sensor suhu yang
secara aritmatik dan logic (ALU), yang melakukan operasi
termasuk golongan RTD (Resistance Temperature Detector)
membandingkan, menjumlahkan, mengalikan, membagi,
dengan koefisien suhu positif, yang berarti nilai resistansinya
mengurangi, negasi, AND, OR, dan lain sebagainya. Dan
naik seiring dengan naiknya suhu. Disebut PT100 karena
Controller yang menunjukkan kemampuan dalam mengontrol
sensor ini terbuat dari platinum “PT” dan dikalibrasi pada
dan mengatur proses sehingga menghasilkan output yang
suhu 0 °C pada nilai resistansi 100 Ω [8]. Bentuk fisik sensor
diinginkan [7]. Secara umum PLC adalah komputer elektronik
suhu PT100 dapat dilihat pada Gambar 3
yang memiliki fungsi kendali untuk melakukan kontrol proses
yang berupa regulasi variabel secara berkesinambungan
seperti sistem analog atau hanya melibatkan kontrol dua
keadaan (on/off) [5].
PLC yang digunakan pada penelitian ini adalah PLC
Siemens S7-200. Siemens S7-200 merupakan PLC jenis
modular, dimana bagian-bagian PLC dibagi menjadi modul-
modul yang masing-masing memiliki fungsi berbeda. Pada
penelitian ini digunakan modul CPU 224 dengan tambahan
modul analog input EM231 dan modul analog output EM232.
Bentuk CPU 224 dapat dilihat pada Gambar 1. CPU 224 dan
modul analog I/O memiliki karakteristik umum: Gambar 3. Sensor Suhu PT100
a. Sumber tegangan DC 24 Volt.
b. 24 port input dan output digital, dengan 2 output PWM 2.5 Heater
c. 4 input analog dan 2 output analog Heater atau Elemen pemanas merupakan piranti yang
mengubah energi listrik menjadi energi panas melalui proses
Joule Heating. Prinsip kerja elemen panas adalah dengan
memberikan sumber tegangan AC pada heater sehingga arus
listrik dapat mengalir pada elemen lilitan kawat kawat
(resistance wire) yang dilapisi pipa logam sehingga dapat
menghasilkan panas pada elemen. Bentuk fisik Heater dapat
dilihat pada Gambar 4.

Gambar 1. PLC Siemens S7-200 CPU224 [3]

2.3 HMI Omron NB7W-TW000B


Human Machine Interface (HMI) merupakan suatu
perangkat elektronik yang berfungsi untuk menghubungkan Gambar 4. Immersion Heater
manusia dengan mesin sebagai alat pemantauan dan
pemberian kontrol kerja dari PLC. Tugas dari Human Machine
JURNAL ELKOLIND, SEPTEMBER 2109, VOL.06, N0. 3 74

2.6 Sensor Level


Sensor level yang digunakan adalah sensor pasif berupa
empat buah besi alumunium yang memiliki luas sama namun
dengan panjang berbeda yang akan dideteksi perubahan Dan penyetelan parameter PID menggunakan metode
resistansinya saat ada di dalam air oleh kontroler. Sehingga Ziegler Nichols Orde 1 atau kurva reaksi ditunjukkan seperti
perubahan resistansi akan menyebabkan perubahan tegangan pada Tabel 1.
pada kontroler yang dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi
Tabel 1. Penyetelan Paramater PID dengan Metode Kurva Reaksi
ketinggian air pada tangki boiler. Gambar 5 menunjukkan
contoh sensor level elektroda yang digunakan pada skripsi ini.

III. METODOLOGI

3.1 Diagram Blok Sistem


Gambar 5 Contoh Sensor Level Elektroda

2.7 Pompa Air


Pompa air DC pada skripsi ini berfungsi untuk
memasukkan air kedalam tabung boiler dari tabung preheater
yang selanjutnya dipanaskan pada suhu tertentu sesuai dengan
setpoint yang ditentukan. Pompa air yang dipilih harus
memiliki torsi yang kuat karena air dialirkan menuju boiler
yang memiliki tekanan balik. Sehingga tekanan input pompa
harus lebih besar dari tekanan output pompa agar air tidak
kembali ke tangki penampungan. Bentuk fisik Pompa Air DC
Gambar 7. Diagram Blok Sistem
dapat dilihat pada Gambar 6.
Berikut penjelasan fungsi dari masing-masing blok
diagram sistem pada gambar 7 :
1. Sensor Suhu PT-100, berfungsi untuk mendeteksi suhu
yang ada di dalam tabung boiler. Sensor suhu yang
digunakan adalah jenis RTD dengan tipe PT-100.
2. Pengkondisi sinyal, berfungsi sebagai penguat dan perubah
nilai resistansi yang dibaca sensor menjadi nilai tegangan
yang akan diproses pada analog input PLC.
3. PLC, berfungsi sebagai komponen utama pada miniplant
Gambar 6. Pompa Air DC Boiler untuk mengolah data input menjadi output dengan
pengontrolan PID agar sistem bekerja dengan stabil
2.8 Kontrol PID (Proportional, Integral Derivative) 4. Expand I/O PLC, berfungsi sebagai input dan output
Sistem Kontrol PID (Proportional – Integral – analog tambahan untuk membaca input analog berupa
Derivative controller) merupakan kontroler untuk menentukan sensor suhu.
presisi suatu sistem instrumentasi dengan karakteristik adanya 5. HMI, berfungsi untuk menetapkan nilai setpoint boiler
umpan balik pada system tesebut (Feedback). Sistem control yang diinginkan serta mengamati kinerja sistem secara
PID terdiri dari tiga buah cara pengaturanya itu kontrol P keseluruhan.
(Proportional), D (Derivative) dan I (Integral), dengan masing 6. Driver Heater, berfungsi untuk mengatur waktu penyalaan
– masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Dalam heater secara variabel.
implementasinya masing – masing cara dapat bekerja sendiri 7. Heater, berfungsi sebagai aktuator untuk mengatur besar
maupun gabungan diantaranya. Dalam perancangan system kecilnya pemanas agar dapat mencapai setpoint tertentu
kontrol PID yang perlu dilakukan adalah mengatur parameter 8. Sensor Level, berfungsi untuk mendeteksi ketinggian air
P, I atau D agar tanggapan sinyal keluaran sistem terhadap pada tangki boiler.
masukan tertentu sesuai dengan yang diinginkan . Perhitungan 9. Pompa Air, berfungsi untuk menyuplai air pada boiler agar
kontrol PID seperti pada persamaan 1 berikut : sistem dapat berjalan terus.
JURNAL ELKOLIND, SEPTEMBER 2109, VOL.06, N0. 3 75

b. Dimensi Tabung
- Diameter : 15 cm
3.2 Desain Mekanik - Panjang : 30 cm
Gambar P&ID alat secara keseluruhan dapat dilihat pada - Tebal : 0.5 mm
Gambar 8 berikut. - Kapasitas : 5 liter
- Bahan : Stainless Steel
c. Dimensi Rangka Boiler
- Tinggi : 15 cm
- Panjang : 30 cm
- Bahan : Besi
2. Spesifikasi Elektronik
a. PLC Siemens S7-200 CPU 224 DC/DC/DC
- Tegangan : 24 VDC
- Digital Input : 14
- Digital Output : 10
b. Expand PLC Siemens S7-200
Gambar 8. P&ID alat secara keseluruhan
- Tegangan : 24 VDC
- Analog Input : 4 x 12 Bit (EM231)
Sedangkan gambar mekanik keseluruhan dan gambar
- Sinyal Input : 0-5 VDC / 0-10 VDC /
mekanik mini boiler dapat dilihat pada Gambar 9 dan 10
0-20 mA
berikut.
- Analog Output : 2 x 12 Bit (EM232)
- Sinyal Output : ±10 VDC / 0-20 mA
c. HMI Omron NB7W-TW00B
- Tegangan : 24 VDC
- Ukuran : 7 inch
- Resolusi : Touch Screen, 800x480
pixel
d. Sensor RTD (PT100)
- Jenis Sensor : Wire Wound
- Range Suhu : -200 ℃ s/d 400 ℃
- Sensitifitas : 0,385 Ω/℃
e. Immersion Heater
- Tegangan : 220 V
- Watt : 1000 W
Gambar 9. Mekanik alat secara keseluruhan - Dimensi : 16 mm x 180 mm
f. Power Supply
- Tegangan : 24 V
- Arus :2A

3.4 Perancangan Rangkaian Sensor Suhu PT100


Rangkaian Sensor suhu PT100 terdiri dari rangkaian
pengkondisi sinyal yang berupa rangkaian jembatan
wheatstone, dan rangkaian penguat. Rangkaian sensor ini
bertujuan untuk menghasilkan output berupa tegangan antara
0-5V setiap perubahan suhu sehingga dapat diolah oleh analog
input PLC. Gambar 11 merupakan rangkaian pengkondisi
sinyal PT100.

Gambar 10. Mekanik mini boiler

3.3 Spesifikasi Alat


Berikut spesifikasi alat yang akan digunakan dalam
penelitian skripsi ini :
1. Spesifikasi Mekanik
a. Dimensi Total
- Panjang : 150 cm
- Lebar : 100 cm
Gambar 11 Rangkaian Pengkondisi Sinyal PT100
- Tinggi : 100 cm
JURNAL ELKOLIND, SEPTEMBER 2109, VOL.06, N0. 3 76

IV. HASIL DAN ANALISA


3.5 Perancangan Rangkaian Driver Heater
Rangkaian driver heater berfungsi untuk mengatur 4.1 Pengujian Sensor Suhu PT100
penyalaan pada heater dengan cara mengatur waktu penyalaan Pengujian sensor suhu PT100 dilakukan dengan cara
input driver heater dari PLC sehingga dapat diperoleh membandingkan hasil pembacaan sensor suhu yang
pewaktu penyalaan heater yang bervariasi dengan skala antara ditampilkan pada HMI dengan hasil pembacaan dengan alat
0-10s. Pada rangkaian driver heater menggunakan optocoupler ukur thermometer. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
MOC3041 sebagai detektor gelombang sinus 220V saat besarnya nilai error yang dibaca oleh sensor dengan alat ukur.
melewati titik nol dan TRIAC BT139 sebagai driver untuk Pengujian dilakukan dengan melakukan perubahan nilai suhu
menyalakan heater. Gambar 12 merupakan rangkaian Driver setiap kenaikan 10 °C seperti yang ditunjukkan pada tabel 2
Heater berikut :

Tabel 2.Perbandingan Pembacaan Sensor Suhu

Gambar 12 Rangkaian Driver Heater

3.6 Perancangan Rangkaian Sensor Level Air


Rangkaian sensor level air yang digunakan pada tangki
boiler menggunakan 3 buah elektroda yang ditempatkan sesuai
dengan batas yang ditentukan sehingga dapat mendeteksi batas
low, normal dan high air pada tangki boiler. Rangkaian sensor Hasil perbandingan nilai suhu yang diperoleh pada tabel
level air ini menggunakan transistor jenis PNP sebagai saklar 2 , dapat diolah dalam bentuk grafik seperti pada gambar 14
untuk mendeteksi ketinggian air pada tangki untuk memicu berikut :
penyalaan pompa air DC. Gambar 13 merupakan rangkaian
Sensor Level Air.

Gambar 13 Rangkaian Sensor Level Air


Gambar 14. Grafik Pembacaan Sensor Suhu pada
3.7 Perancangan PLC dan HMI Thermometer dan HMI
Perancangan PLC dan HMI dilakukan dengan melakukan
wiring terhadap rangkaian sensor suhu, sensor level air dan Dari hasil pengujian sensor suhu PT100 yang
driver heater ke masing-masing I/O PLC. Dan perancangan ditunjukkan pada Tabel 2 diatas, diperoleh hasil yang cukup
program untuk PLC dan HMI dilakukan menggunakan akurat dan sesuai dengan pengukuran menggunakan
software Step-7 Microwin dan NB-Designer. termometer. Hal ini dapat dilihat dari persentase nilai error
rata-rata sebesar 1.10%.
JURNAL ELKOLIND, SEPTEMBER 2109, VOL.06, N0. 3 77

Selain pengujian dengan pembacaan suhu yang dengan hasil pengukuran output sensor sebelum penguatan
ditampilkan pada HMI dengan termometer, juga dilakukan dan setelah penguatan oleh pengkondisi sinyal berdasarkan
pengujian sensor suhu dengan membandingkan hasil perubahan suhu. Perbandingan hasil perhitungan dan
pengukuran nilai resistansi dari sensor PT100 dengan nilai pengukuran output sensor tanpa penguatan dapat dilihat pada
yang ada pada datasheet untuk pengujian setiap perubahan tabel 4 berikut :
suhu sebesar 10 °C. Hasil dari perbandingan nilai resistansi
tersebut dapat dilihat pada tabel 3 berikut : Tabel 4. Perbandingan Output Sensor PT100 Tanpa
Penguatan
Tabel 3.Hasil Perbandingan nilai Resitansi Sensor PT100

Dari hasil perbandingan pada tabel 4 diatas, nilai


tegangan output perhitungan dan pengukuran pada jembatan
Hasil perbandingan nilai resistansi dengan suhu yang wheatstone diperoleh rata-rata sebesar 1.646%. Dari nilai
diperoleh pada tabel 3 diatas, dapat diolah dalam bentuk grafik error yang didapat maka rangkaian jembatan wheatstone
seperti pada gambar 15 berikut : mampu bekerja dengan baik dan akurat namun memiliki nilai
tegangan yang rendah. Sehingga dengan nilai output yang
hanya dalam orde mV, diperlukan penguatan pada
pengkondisi sinyal. Penguatan yang diberikan disesuaikan
dengan range input analog PLC yaitu sebesar 0-5V.
Pengujian selanjutnya dengan melakukan perbandingan
hasil perhitungan output dan pengukuran serta hasil yang
terbaca pada analog input PLC pada output pengkondisi sinyal
setelah penguatan. Data analog input diperoleh dengan
mengkonversikan tegangan yang terbaca pada analog input
menjadi nilai tegangan dalam bentuk word dan nilai suhu
dalam bentuk angka desimal menggunakan software.
Perbandingan perhitungan output dan pengukuran serta hasil
yang terbaca pada analog input PLC pada output sensor
setelah penguatan dapat dilihat pada tabel 5 berikut :

Gambar 15. Perbandingan nilai resistansi dari sensor PT100 Tabel 5


dengan nilai pada Datasheet Perbandingan Output Sensor PT100 Dengan Penguatan

Dari hasil perbandingan nilai resistansi sensor suhu


PT100 yang ditunjukkan pada Tabel 3 diatas, diperoleh hasil
yang cukup akurat dan sesuai dengan nilai yang ada pada
datasheet. Hal ini dapat dilihat dari persentase nilai error rata-
rata sebesar 0.351%. Nilai error rata-rata yang didapat tidak
lebih besar dari 5% sehingga dapat ditoleransi dan tidak
mengganggu kinerja sistem.

4.2 Pengujian Pengkondisi Sinyal Sensor Suhu PT100


Pengujian rangkaian pengkondisi sinyal sensor suhu
PT100 yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui nilai
output tegangan pada setiap perubahan nilai suhu. Pengujian
dilakukan dengan melakukan perbandingan hasil perhitungan
JURNAL ELKOLIND, SEPTEMBER 2109, VOL.06, N0. 3 78

Hasil perbandingan nilai tegangan dengan suhu yang Dari tabel 6 diatas dapat disimpulkan bahwa semakin
diperoleh pada tabel 5 diatas, dapat diolah dalam bentuk grafik besar input pewaktu yang diberikan maka semakin lama waktu
seperti pada gambar 16 berikut : dari output TRIAC untuk aktif.

4.4 Pengujian Rangkaian Sensor Level


Pengujian rangkaian sensor level bertujuan untuk
mengetahui output tegangan dari elektroda yang akan
dijadikan sebagai input PLC. Pengujian dilakukan dengan
menggabungkan atau merendam elektroda referensi dengan
elektroda low, normal dan high secara bergantian. Apabila
elektroda low, normal atau high tidak bergabung dengan
elektroda referensi, maka tegangan output rangkaian sensor
level air akan bernilai 0 V, dan apabila elektroda referensi
bergabung dengan elektroda low, normal atau high maka
tegangan output rangkaian sensor level akan bernilai 24 V
Gambar 16. Perbandingan nilai pengukuran dan perhitungan
untuk masing-masing output elektroda. Hasil pengujian dapat
tegangan pengkondisi sinyal sensor PT100
dilihat pada tabel 7 berikut :
Dari hasil perbandingan yang ditunjukkan pada Tabel 5
Tabel 7. Hasil Pengujian Sensor Level Air
diatas, diperoleh hasil yang cukup akurat dan sesuai dengan
hasil perhitungan. Hal ini dapat dilihat dari persentase nilai
error rata- sebesar 1,842%. Nilai error rata-rata yang didapat
tidak lebih besar dari 5% sehingga dapat ditoleransi dan tidak
mengganggu kinerja sistem.
Dan dari hasil penguatan tegangan output pengkondisi
sinyal sensor PT100 diperoleh range tegangan antara 1.2V –
4.9V, sehingga output pengondisi sinyal dapat memenuhi
kebutuhan analog input PLC dimana kebutuhan analog input
PLC disetting pada range 0-5V. Dengan demikian rangkaian
pengkondisi sinyal sensor suhu PT100 dapat bekerja dengan Dari hasil pengujian pada Tabel 7 diatas dapat dilihat
cukup akurat dan optimal bahwa sensor level air dapat bekerja dengan akurat untuk
pengukuran setiap level air yang dibutuhkan.
4.3 Pengujian Rangkaian Driver Heater
Pengujian pada rangkaian driver heater bertujuan untuk 4.5 Pengujian Kontrol PID
mengetahui kinerja dari opto triac MOC 3041 dan TRIAC Pengujian Kontrol PID dilakukan untuk membandingkan
BT139. Rangkaian driver heater ini memiliki prinsip kerja nilai parameter antara sistem tanpa kontroler dengan sistem
dengan cara mengatur waktu penyalaan input driver heater dengan kontroler PID. Kontrol PID memiliki fungsi untuk
dari PLC sehingga dapat diperoleh pewaktu penyalaan heater mengatur suhu dalam mini boiler dengan mengatur waktu
yang bervariasi dengan skala antara 0-10s. Waktu penyalaan penyalaan heater. Pengujian ini dilakukan dengan cara
driver heater yang bervariasi sesuai degan respon sistem dari mengambil sample data dari pengujian respon suhu terhadap
data PID dengan skala 0-100% akan menyebabkan heater waktu tanpa menggunakan kontroler PID. Pengujian kontrol
akan menyala mulai dari 0-10s. Kontrol pewaktu penyalaan PID yang digunakan menggunakan metode Ziegler Nichols
opto triac dikontrol melalui PLC dan pengujian dilakukan dengan grafik respon kurva S.
dengan menggunakan rangkaian driver heater, dan avometer Dari pengujian tanpa kontrol PID, pengambilan data
digital untuk mengukur output tegangan driver heater. dilakukan dengan cara mengaktifkan heater secara manual
Selanjutnya dilakukan pengukuran dengan mengukur hingga tercapai setpoint 100 °C. Hasil dari respon sistem tanpa
waktu input dan tegangan output driver heater yang hasilnya kontroler PID dapat dilihat pada Gambar 17 berikut.
dapat dilihat pada Tabel 6 berikut :

Tabel 6. Hasil Pengujian dan Pengukuran Rangkaian Driver


Heater

Gambar 17 Kurva Respon Karakteristik Sistem Tanpa


Kontroler
JURNAL ELKOLIND, SEPTEMBER 2109, VOL.06, N0. 3 79

Berdasarkan grafik respon sistem tanpa kontroler pada Dari grafik respon sistem menggunakan kontrol PID
Gambar 17 diatas, diperoleh nilai L = 130 dan T = 2170. dengan manual tuning seperti yang ditunjukkan pada gambar
Selanjutnya pengambilan data dilakukan dengan cara 19 diatas, diperoleh karakteristik respon sistem seperti
memasukkan nilai Kp = 20.03, Ti = 260 dan Td = 65 terhadap ditunjukkan pada tabel 9 berikut.
setpoint 100 °C. Hasil dari respon sistem dengan kontroler
PID dapat dilihat pada Gambar 18 berikut. Tabel 9. Karakteristik Respon kontrol PID manual tuning

Dari hasil pengujian sistem dengan kontroler PID hasil


perhitungan dengan manual tuning, dapat disimpulkan bahwa
rise time menggunakan kontrol PID hasil manual tuning lebih
Gambar 18 Grafik Respon Menggunakan kontrol PID cepat dibandingkan dengan nilai kontroler PID hasil
perhitungan. Dan error steady state menggunakan kontrol PID
Dari grafik respon sistem menggunakan kontrol PID hasil tuning manual menunjukkan hasil yang lebih baik
seperti yang ditunjukkan pada gambar 18 diatas, diperoleh dibanding nilai kontroler PID hasil perhitungan dengan error
karakteristik respon sistem seperti ditunjukkan pada tabel 8 sebesar 0.1 %.
berikut.
4.5.2 Kontrol PID dengan Gangguan 25%
Tabel 8. Karakteristik Respon menggunkan kontrol PID Menggunakan parameter PID dengan nilai Kp = 20.03, Ti
=120 dan Td = 4.2, saat sistem telah mencapai setpoint 100°C
sistem diberikan gangguan dengan cara membuka valve secara
maksimal dengan waktu selama 15 detik. Hasil dari respon
sistem dapat dilihat pada Gambar 20 berikut

Dari hasil pengujian sistem tanpa kontroler dan dengan


kontroler PID, dapat disimpulkan bahwa rise time
menggunakan kontrol PID lebih cepat dibandingkan tanpa
mennggunakan kontroler. Dan error steady state
menggunakan kontrol PID menunjukkan hasil yang lebih baik
dibanding tanpa kontrol dengan error sebesar 0.7 %.

4.5.1 Kontrol PID dengan Manual Tuning


Dari hasil tuning secara manual, diperoleh hasil respon
terbaik dengan nilai parameter Kp = 20.03, Ti =120 dan Td = Gambar 20 Grafik Respon kontrol PID dengan gangguan
4.2. Hasil dari respon sistem dapat dilihat pada Gambar 19 25%
berikut
Dari grafik respon sistem kontrol PID dengan gangguan
sebesar 25% seperti yang ditunjukkan pada gambar 20 diatas,
dengan error steady state sebesar 1.5 °C saat diberikan
gangguan, waktu yang dibutuhkan sistem untuk kembali
menstabilkan suhu boiler pada suhu 100 °C adalah 480 s.
Waktu untuk kembali menstabilkan suhu ke setpoint tidak
terlalu lama dan perubahan suhu tergolong sangat cepat karena
hanya diberi gangguan sebesar 25%

4.5.3 Kontrol PID dengan Gangguan 50%


Menggunakan parameter PID dengan nilai Kp = 20.03,
Ti =120 dan Td = 4.2, saat sistem telah mencapai setpoint
Gambar 19 Grafik Respon kontrol PID dengan manual tuning 100°C sistem diberikan gangguan dengan dengan cara
membuka valve secara maksimal dengan waktu selama 30
JURNAL ELKOLIND, SEPTEMBER 2109, VOL.06, N0. 3 80

detik. Hasil dari respon sistem dapat dilihat pada Gambar 21 pembukaan valve dengan waktu yang sama diperoleh hasil
berikut yang memiliki karakteristik berbeda. Dimana semakin besar
gangguan yang diberikan kepada sistem, maka semakin lama
respon sistem untuk kembali menstabilkan sistem pada
setpoint yang telah dtentukan. Dan lambatnya respon dari
sistem bisa dikarenakan beberapa faktor antara lain yaitu
faktor spesifikasi pemanas dan elemen pemanas itu sendiri.

V. PENUTUP

5.1 Kesumpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan analisa yang telah
dilakukan pada sistem pengaturan suhu mini boiler
Gambar 21 Grafik Respon kontrol PID dengan gangguan menggunakan PLC dan HMI, maka dapat ditarik beberapa
25% kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada pengujian sensor suhu, perbandingan antara
Dari grafik respon sistem kontrol PID dengan gangguan pembacaan sensor suhu pada tampilan HMI dengan
sebesar 50% seperti yang ditunjukkan pada gambar 21 diatas, thermometer memiliki nilai error minimal sebesar 0%
Dari grafik respon sistem kontrol PID dengan gangguan dan error maksimal sebesar 3.33% dengan nilai error
sebesar 50% seperti yang ditunjukkan pada gambar 21 diatas, rata-rata sebesar 1.10%. Dari nilai error tersebut
dengan error steady state sebesar 1.9 °C saat diberikan menunjukkan bahwa sensor suhu dapat menunjukkan
gangguan, waktu yang dibutuhkan sistem untuk kembali kinerja yang cukup akurat dan presisi. Dan pada
menstabilkan suhu boiler pada suhu 100 °C adalah 630 s. rangkaian pengkondisi sinyal PT100, tegangan output
Waktu untuk kembali menstabilkan suhu ke setpoint tidak yang dihasilkan mampu memberikan kinerja yang cukup
terlalu lama dan perubahan suhu tergolong cepat karena diberi optimal dengan memiliki range output antara 1,21V –
gangguan sebesar 50%. 4,92V sehingga dapat dioleh dengan baik oleh kontroler
PLC.
4.5.4 Kontrol PID dengan Gangguan 100% 2. Pada pengujian kontrol PID menggunakan metode
Menggunakan parameter PID dengan nilai Kp = 20.03, Ziegler-Nichols, diperoleh paramater kontrol PID dengan
Ti =120 dan Td = 4.2, saat sistem telah mencapai setpoint nilai dengan Kp = 20.03, Ti =120 dan Td = 4,2. Dan dari
100°C sistem diberikan gangguan dengan cara membuka valve greafik respon sistem diperoleh karakteristik % error
secara maksimal dengan waktu selama 60 detik. Hasil dari steady state = 0,1 %, time rise (Tr) = 2130 s, time delay
respon sistem dapat dilihat pada Gambar 22 berikut (Td) = 900, dan settling time (Ts) = 2370 s.
3. Pada pengujian kontrol PLC dan HMI, PLC mampu
memberikan kinerja yang baik dan akurat untuk setiap
perubahan sistem dan HMI dapat memberikan tampilan
visual yang real time dan presisi untuk setiap respon
input dan output dengan rata-rata interval waktu respon
sebesar 0.25 second.
4. Pada pengujian sistem, dengan kontrol PID diperoleh
respon sitem yang lebih cepat dan lebih stabil jika
dibandingkan dengan tanpa kontroler. Dan saat sistem
diberikan gangguan sebesar 25%, 50%, dan 100% pada
pembukaan valve dengan waktu yang sama yaitu 15s
diperoleh hasil dimana semakin besar gangguan yang
diberikan kepada sistem, maka semakin lama respon
Gambar 22 Grafik Respon kontrol PID dengan gangguan
sistem untuk kembali menstabilkan sistem pada setpoint
100%
yang telah dtentukan.
Dari grafik respon sistem kontrol PID dengan gangguan
5.2 Saran
sebesar 100% seperti yang ditunjukkan pada gambar 22 diatas,
Berdasarkan hasil pengujian dan analisa yang telah
dengan error steady state sebesar 2.6 °C saat diberikan
dilakukan pada sistem pengaturan suhu mini boiler
gangguan, waktu yang dibutuhkan sistem untuk kembali
menggunakan PLC dan HMI, maka saran dari penulis untuk
menstabilkan suhu boiler pada suhu 100 °C adalah 750 s.
pengembangan penelitian tentang alat ini lebih lanjut adalah
Waktu untuk kembali menstabilkan suhu ke setpoint tergolong
sebagai berikut :
lama dan perubahan suhu tergolong lama karena gangguan
1. Untuk melakukan pengembangan alat sebaiknya
yang diberikan sebesar 100%.
menggunakan metode kontrol yang berbeda seperti Fuzzy
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan memberikan
gangguan pada sistem sebesar 25%, 50%, dan 100% pada
JURNAL ELKOLIND, SEPTEMBER 2109, VOL.06, N0. 3 81

Logic dan cascade control sebagai perbandingan respon


yang dihasilkan dari kontroler yang berbeda.
2. Pengembangan alat juga dapat dilakukan dengan
menggunakan komunikasi jarak jauh sperti DCS atau
SCADA sehingga lebih menyerupai implementasi pada
dunia industri
3. Pada mekanik, dapat ditambahkan cover sebagai
pengaman tangki agar panas tidak menyebar dan
membahayakan pengguna.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Effendi, Asnal. 2013. Perancangan Pengontrolan Pemanas Air


Menggunakan PLC Siemens S7-1200 dan Sensor Arus ACS712. Jurnal
Teknik Elektro Volume 2 No.3. Institut Teknologi Padang.
[2] Kurniawan, Iwan. 2014. Diktat Sensor dan Tranduser. Jambi :
Politeknik Jambi.
[3] Manual Book Siemens S7-200. 2003.
[4] Manual Book Omron NB7W-TW00B. 2007
[5] Chusnul Adib, Mohammad. 2016. Rancang Bangun Pengendalian Alat
Vacuum Pressure Impregnation Berbasis PLC Dan HMI Untuk
Gulungan Baru Mesin Listrik. JETri, Volume 14, Nomor 1. Jurusan
Teknik Elektro. Universitas Trisakti.
[6] Djokosetyardjo, H.J.1999. Ketel Uap. Pradnya Paramita. Jakarta
[7] Setiawan, Iwan. 2008. Kontrol PID Untuk Proses Industri. Jakarta :
Penerbit Elex Media Komputindo.
[8] Kurniawan, Iwan. 2014. Diktat Sensor dan Tranduser. Jambi :
Politeknik Jambi.
[9] https://www.amazon.com/AGPtek-Stainless-Thermistor-Sensor
Temperature/dp/B008YP1D04
[10] Lubis, Hasrin. 2016. Rancang Bangun Alat Penggongseng Kelapa
Untuk Pembuatan Bumbu Dapur Dengan Menggunakan Pemanas
Listrik Temperatur 800c Dengan Kapasitas 3 Kg. Jurnal Teknik Mesin.
Politeknik Negeri Lhoksumawe.
[11] Katsuhiko, Ogata. 1997. Modern Control Engineering Third Generation.
University Of Minnesota.

Anda mungkin juga menyukai