Anda di halaman 1dari 3

Nama : Anastasia Telly Wijaya Kusuma

Kelas : XI IPA 1

***

Kehidupan Orang Pinggir Sungai

Identitas Buku
1. Judul Buku : Pelaut di Air Kecil
2. Nama pengarang : Agnes Veronica
3. Penerbit : Kantor Bahasa Provinsi Jambi
4. Tahun terbit : November 2015
5. Cetakan ke :1
6. Tebal buku/ukuran : 7 hlm

Ikhtisar
Tokoh Aku dan temannya Malika sangat hobi berlagak bak reporter ataupun
fotografer professional. Hanya bermodal kamera dan photoshop tanpa bekal ilmu, mereka
menyusuri Sungai Batanghari. Sekali melihat, mereka tahu betapa tercemarnya sungai milik
Provinsi Jambi itu. Airnya hitam dan berlendir, bau bangkai ikan sangat menyengat. Sungai
itu bahkan lebih mirip tempat sampah. Kesimpulannya, tidak ada pemandangan yang
berpotensi untuk difoto di sini.
Tapi, entah apa yang mereka pikirkan, hingga bisa berakhir di sini. Memegang
kamera dan membidik Sungai Batanghari sebagi bintang utama. Lebih tepatnya hanya tokoh
aku yang bekerja, nyatanya Malika malah duduk nyaman di bawah pohon seraya asyik
menikmati sebungkus nasi gemuk. Pemandangan yang sudah tidak asing bagi tokoh aku.
Tokoh aku yang sempat berhenti memfoto kembali melanjutkan aksinya. Tapi
perhatiannya teralihkan oleh sesosok berperawakan tinggi yang tubuhnya tidak terbaluti baju,
hanya memakai celana pendek lusuh, tampak sedang mengayuh sampan.
Sosok itu mendekat ke pinggir, membuat tokoh aku tergoda untuk bersikap layaknya
reporter sejati. Tokoh aku mendekati sosok itu, yang ternyata seorang laki-laki paruh baya.
Dengan alasan sedang meliput berita, tokoh aku mulai bertanya-tanya kepada laki-laki di
depannya. Laki-laki tua itu menjawab dengan bahasa Melayu Jambi yang kental. Terkadang
laki-laki itu tidak mengerti saat tokoh aku menanyakan pertanyaan dengan bahasa Indonesia.
Laki-laki itu menceritakan tentang kehidupannya yang ternyata benar-benar malang, istrinya
gila karena guna-guna, ketiga anaknya meninggal akibat gizi buruk. Ia juga menumpahkan
keluh kesahnya mengenai Sungai Batanghari yang telah tercemar. Tokoh aku begitu prihatin
dengan kehidupan orang dipinggir Sungai Batanghari yang tercemar. Tokoh aku tidak tahu
harus menyalahkan siapa atas kehidupan mereka yang malang, pemerintahkah, pelaku yang
membuang sampah sembarangankah, atau dirinya sendiri yang tidak mampu berbuat apapun
ataupun Tuhan.
Tokoh aku sangat ingin memotret kehidupan yang tidak layak ini, mengirimkannya
kepadanya orang-orang yang seharusnya bertanggung jawab akan hal ini. Namun, tokoh aku
tidak mampu melakukan hal itu.
Bapak itu berharap bahwa tokoh aku dapat memberi tahu pemerintah lewat liputan
ini, namun tokoh aku hanya dapat menunduk, dan terdiam. Ia tidak bisa, karena dirinya hanya
seorang reporter tipu-tipu.

Kelemahan dan Kelebihan


Kelebihan :
Kelebihan dari novel ini adalah dari bahasanya yang sangat luar biasa bagus, diksi
yang dipakai membuat pembaca merinding. Dalam cerpen inipun tidak ditemui kesalahan
pengetikan. Ceritanya juga menarik dan membuat pembaca ingin membacanya lagi dan lagi.
Kekurangan :
Kekurangan dari novel ini mungkin karena diksinya yang banyak, orang awam
mungkin tidak mengerti dengan kata-kata yang disampaikan. Lalu, di cerpen ini ada
menggunakan bahasa Melayu Jambi yang tidak dimengerti oleh orang lain, namun tidak
diberikan arti kalimat tersebut.

Penutup
Secara keseluruhan menyukai cerpen ini. Jujur, ini cerpen pertama yang membuat
saya merinding, baik dari diksi maupun jalan ceritanya. Cerpen ini menyajikan kehidupan
orang yang tinggal dipinggir Sungai Batanghari yang ternyata begitu sengsara. Cerpen ini
membuat kita tercubit, dengan seenaknya kita membuang sampah sembarangan dan yang
menderita malah orang lain. Seharusnya cerpen ini membuat yang membaca sadar, Sungai
Batanghari harus kita jaga, jangan sampai kotor, karena itu akan membuat orang yang hidup
di sana menderita.

No Penilaian Novel Cerpen


1 Produk
2 Proyek
3 Portofolio

Anda mungkin juga menyukai