“SUSPENSI ANTASIDA “
(MAGASIX®)
Oleh Kelompok 6 :
Dosen Pengampu :
PEKANBARU
2021
1
DAFTAR ISI
2.1.3 Tinjauan Kimia Fisika Zat Tambahan dan Alasan Pemilihan ............... 8
i
2.5.2 Fungsi dan Peranan Kemasan .............................................................. 27
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk
halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi
harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila digojog perlahan – lahan,
endapan harus terdispersi kembali. Dapat di tambahkan zat tambahan untuk
menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan
mudah di gojog dan di tuang . Dalam pembuatan suspensi harus diperhatikan
beberapa faktor anatara lain sifat partikel terdispersi (derajat pembasahan
partikel), Zat pembasah, Medium pendispersi serta komponen – komponen
formulasi seperti pewarna, pengaroma, pemberi rasa dan pengawet yang
digunakan. Suspensi harus dikemas dalam wadah yang memadai di atas cairan
sehigga dapat dikocok dan mudah dituang. Pada etiket harus tertera “Kocok
dahulu dan di simpan dalam wadah tertutup baik dan disimpan di tempat yang
sejuk “.
Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah
cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari pertikel.
Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi.
Suspensi merupakan sediaan yang menjamin stabilitas kimia dan memungkinkan
terapi dengan cairan. Untuk pasien dengan kondisi khusus, bentuk cair lebih
disukai dari pada bentuk padat. Suspensi pemberiannya lebih mudah serta lebih
mudah memberikan dosis yang relatif lebih besar. Suspensi merupakan sediaan
yang aman, mudah di berikan untuk anak-anak, juga mudah diatur penyesuain
dosisnya untuk anakanak dan dapat menutupi rasa pahit.
Suspensi memiliki kestabilan yang rendah Jika terbentuk caking akan sulit
terdispersi kembali sehingga homogenitasnya turun. Aliran yang terlalu kental
menyebabkan sediaan sukar di tuang Ketepatan dosis lebih rendah dari pada
bentuk sediaan larutan Pada saat penyimpanan kemungkinan terjadi perubahan
sistem dispersi (caking, flokulasi-deflokulasi) terutama jika terjadi
fluktuasi/perubahan suhu Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk
1
memperoleh dosis yang diinginkan. Jenis-jenis suspensi Suspensi Oral adalah
sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa
cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukkan untuk penggunaan oral.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
padat dalam bentuk halus yang terdispersi dalam cairan pembawa
cair yang di tunjukkan untuk penggunaan kulit.
4
baik digunakan untuk orang yang sulit mengkonsumsi tablet, pil,
kapsul. terutama untuk anak-anak
dapat mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air
1. Aluminium Hidroksida
Mekanisme kerja
Menetralisir asam lambung serta melindungi dinding lambung dari iritasi
akibat asam lambung.
Indikasi
Meringankan gejala-gejala akibat kelebihan asam lambung
Kontra Indikasi
5
Penderita yang hipersensitif terhadap Aluminium hidroksida,penderita
hipofosfatemia tidak dianjurkan untuk menggunakan obat ini, penderita
porfiria akut sebaiknya menghindari obat ini.
Efek Samping
Konstipasi atau sembelit, perubahan warna feses, mual, muntah,
hipomagnesia.
Kekuatan Dosis
- Tablet : 100 mg, 200 mg, 250 mg per tablet
- Syrup: 200 mg, 325 mg, 350 mg per sendok takar (5 ml)
2. Magnesium Hidroksida
Mekanisme kerja
Senyawa ini akan bersifat antasida karcna dapat bereaksi dengan asam
hidroklorida dam membentuk magnesium klorida dan air pada saluran
pencernaan. Karena dapat menurunkan efek asam dilambung dan
meningkatkan Ph sekresi lambung menyebabkan obat ini juga secara tidak
langung menginaktfkan pepsin.
Indikasi
Menurunkan kadar asam lambung dan melancarkan buang air besar (sebagai
laksatif osmotik
Kontra Indikasi
Penderita yang hipersensitit terhadap Magnesium hidroksida dan tidak boleh
digunakan pada penderita obstruksi pencernaan, gangguan fungsi ginjal,
penderita usus buntu dan impaksi feses
Efek Samping
Gangguan saluran cerma, Hipermagnesemia (bila dikonsumsi oleh pasicn
gagal ginal), initasi saluran pencernaan dan ketidakseimbangan clcktrolit
tubuh.
Kekuatan Dosis
6
- Dosis dewasa : hingga I gr/hari dikombinasi kan dengan antasida yang
mengandung alumunium hidroksida
- Dosis dewasa: 2,4-4,8 gr/hari dalam dosis tunggal atau dibagi dalam
beberapa dosis.
- Dosis anak-mak umur 6- 12 tahun 1,2-2,4 gr/ hari, umur 2-5 tahun 0,4-
1,2 grhari. Dosis dapat berupa dosis tunggal atau dibagi dalam beberapa
dosis per harinya.
1. Aluminium Hidroksida
Nama Resmi : Aluminium chloride
Nama Iain : Aluminium hidroksida
Rumus molekul : Al(OH)3
Berat Molekul : 78,0
Pemerian : Serbuk putih, tidak berbau, hampir tidak berasa
Kelarutan : Praktis tidak lanut dalam air dan garam etanol
(95%) P
Khasiat : Antasida
pH : 5,5-8,0
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, panas suhu tidak lebih
dari 25°C
2. Magnesium Hidroksida
Nama Resmi : Magnesii Hydroxidum
Nama Lain : Magnesium Hidroksida
Rumus molekul : Mg(OH)2
Pemerian : Serbuk, putih, ruah
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan garam etanol;
larut dalam asam encer
Khasiat : Antasida
7
2.1.3 Tinjauan Kimia Fisika Zat Tambahan dan Alasan Pemilihan
1. Na MC
2. Sorbitol Kristal
8
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat : Co-solvent dan Pemanis
Alasan Pemilihan : Untuk memperbaiki keterimaan rasa dan raba
mulut dari antasida
3. Gliserin
9
dalam eter, larut dalam air mendidih, sukar larut
dalam etanol, mudah larut dalam ammonia encer,
dalam larutam alkali hidroksida dan dalam alkali
karbonat dengan pembentukan karbondioksida.
Stabilitas : pH 2, terdekomposisi pada suhu 125ºC, stabil
terhadap cahaya dan air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat : Pemanis
Alasan Pemilihan : Memiliki derajat kemanisan 500 kali sukrosa
5. Minyak Permen
Pemerian : Cairan tidak berwarna atau kuning pucat, bau khas
kuat menusuk, rasa pedas diikuti rasa dingin jika
udara dihirup melalui mulut.
Kelarutan : Larut dalam etanol 70% satu bagian volume
dilarutkan dalam 3 bagian volume etanol 70%,
tidak terjadi opalesensi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan hindarkan dari
panas berlebihan
Khasiat : Mouthfeel system
Alasan pemilihan : Memiliki sensasi segar lebih baik daripada
penyegar lainnya.
6. Nipagin
10
putih;tidak berbau atau berbau khas lemah,
mempunyai sedikit rasa terbakar.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, dala benzendan dalam
karbon tetraklorida; mudah larut dalam etanol
dan dalam eter.
Stabilitas : Stabilitas stabil pada pH 6-10 dan dalam suhu
kamar.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : Pengawet.
Alasan pemilihan : Pada pH 8 pengawet seperti benzoate dan sorbet
Tidak Efektif karena akan terjadi ionisasi
7. Nipasol
11
Pemerian : cairan kental seperti minyak , jernih kuning, bau
karakteristik dari asam lemak
Kelarutan : sukar larut dalam air, dalam etanol 95% dalam
etanol P, sukar larut dalam paraffin cair P d
dalam minyak biji kapar P
Stabilitas : stabilitas stabil pada pH 6-10 dan dalam suhu
kamar.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : pengawet.
Alasan pemilihan : Untuk mencegah pengendapan
3. Pemeriksaan kelarutan
Bahan ditimbang sebanyak 1 gram, kemudian tambahkan pelarut
sampai bahan larut dan catat volume pelarut yang terpakai.
4. Bobot jenis
Piknometer yang bersih dan kering ditimbang bobotnya lengkap
dengan tutup piknometer(WO). Setelah ditimbang, tutup piknometer
dibuka. Pengujian pertama dilakukan pada aquadest. Aquadest yang akan
ditimbang dituang dalam beker gelas kecil kemudian dimasukkan dalam
piknometer sampai penuh lalu piknometer ditutup kemudian ditimbang (
12
WI). Selanjutnya pengujian dilakukan pada bahan, bahan dimasukkan
dalam piknometer dittutp kemudian ditimbang ( W2). Zat cair yang di
timbang (aquadest dan bahan) mendapatkan perlakuan dan dalam kondisi
yang sama. Kemudian dilakukan perhitungan untuk memperoleh bobot
jenis. Bobot jenis dihitung dengan rumus :
𝑊2 − 𝑊𝑂
BJ =
𝑊1 − 𝑊𝑂
2.2 Formula
R/ Al(OH)3 4,5 %
Mg (OH)2 4,5 %
Na CMC 0.8%
Gliserin 10%
Sakarin 0,01%
Nipagin 0,12 %
Nipasol 0,05 %
Tween 80 0,5%
2.3.1 Perhitungan
1. Al(OH)3
Gel Al(OH)3 kering mengandung tidak kurang dari 76,5% Al(OH)3
13
Untuk 60 ml = 4,5/100 x 60 ml
= 2,7 mg
= 2,7 mg x 500
= 1.350 mg
2. Mg(OH)2
Untuk 60 ml = 4,5/100 x 60 ml
= 2,7 mg
= 2,7 mg x 500
= 1.350 mg
3. Na CMC
= 360 mg x 500
4. Gliserin
Gliserin = 10/100 x 60 ml = 6 ml
14
= 6 ml x 500
= 300 ml
5. Sorbitol
Untuk 60 ml = 20/100 x 60 ml = 12 ml
= 0,1788 g = 178,8 mg
Untuk 1 bets (500 botol)
= 0,1788 g x 500
= 89,4 g
6. Sakarin
= 0,000042 g = 0,042 mg
Untuk 1 bets (500 botol)
= 0,000042 g x 500
7. Tween 80
= 0,3 ml x 500
= 150 ml
15
8. Minyak Permen
= 0,006 ml x 500
= 3 ml
9. Nipagin
= 0,000107 mg = 0,107 mg
= 0,107 mg x 500
= 53,5 mg
10. Nipasol
= 0,02118 mg x 500
= 10,59 mg
11. Aquadest ad 60 ml
16
Alat Mixing Liquid Mesin Filling Coloid Mill
B. Bahan
a. Prinsip pembuatan
17
Pembuatan suspense dengan metode presipitasi dengan cara menambahkan
serbuk obat yang hendak didispersikan, terlebih dahulu dilarutkan ke dalam
pelarut organic kemudian diencerkan dengan air.
Pembuatan mucilago
Pembuatan Suspensi
a. Timbang semua bahan sesuai dengan yang telah dihtung dan disishkan
b. Al(OH)3 dan Mg(OH)2 dgerus halus, ditambahkan gliserin gerus hingga
homogen, lalu tambahkan mucilage Na CMC gerus hingga homogeny
(MI)
c. Nipagin dan nipasol masing-masing ditambahkan ke dalam MI gerus
hingga homogeny (MII)
d. Sakarin dan dapar benzoate masing-masing ditambahkan kedalam MII dan
digerus homogen ditambahkan ttween 80 dan setengah air dan kocok
e. Tambahkan minyak permen dan zat warna secukupnya lalu kocok
f. Tutup botol, beri etiket dan kemas
Berikut alur produksi suspensi antasida magasix skala produksi bets (500
botol) :
19
Produk Ruahan yang Siap
untuk diisi ke dalam Botol
Permintaan bahan
pengemas
Gudang Bagian Pengemasan
Penyerahan
bahan pengemas
Pengemas Primer
Pengemasan Sekunder
Obat Jadi
20
2.3.2.3 Klasifikasi Ruangan Di Industri Farmasi
Catatan:
produk steril. Kelas E adalah kelas kebersihan ruang untuk pembuatan produk
nonsteril. Persyaratan lain untuk pembuatan produk steril dirangkum pada Aneks
Pada pembuatan suspensi antasida ruangan/ kelas yang digunakan yaitu kelas
a. Ruang kelas C
Jumlah partikel (tapi bukan kuman pathogen/ non pathogen) ukuran < c
Contoh: ruang pengolahan dan pengemasan primer obat non steril ( tablet,
21
Jumlah partikel < 0,5μm max 350.000/m3 dalam keadaan non
kali/ jam
Contoh:
22
Larutan suspensi yang telah jadi dari masing-masing formula dituangkan
ke dalam gelas piala 20 ml, dan selanjutnya diukur pH menggunakan pH
meter.
c) Pemeriksaan BJ
- Ditimbang piknometer kosong (W pikno)
- Piknometer kosong diisi air suling hingga penuh kemudian
ditimbang (Wpikno+air).
- Dihitung selisih antara Wpikno+air dan Wpikno didapat Wair.
- Selanjutnya Wair dibagi oleh massa jenis air sehingga didapat
volume air Vair.
- Larutan sirup dari masing-masing formula dimasukkan kedalam
piknometer kosong , kemudian ditimbang (Wpikno+sirup)
- Dihitung selisih antara Wpikno + sirup dan Wpikno didapat Wsirup
- Selanjutnya Wsirup dibagi oleh Wair sehingga diperoleh massa jenis
sirup
- Massa jenis sirup selanjutnya dibagi oleh massa jenis air , sehingga
diperoleh berat jenis sirup.
d) Pemeriksaan Viskositas
o Menggunakan Viskometer stormer
o Sampel dimasukkan ke dalam wadah.
o Sampel dinaikkan hingga tanda batas pada dayung terendam, tepat
letaknya di tengah sampel.
o Rem dilepas sehingga pemberat akan meluncur ke bawah.
o Lakukan prosedur dengan pemberat anak timbangan yang
bervariasi (W) yaitu: 30, 60, 90, 120, dan 150 5 gram.
o Dicatat nilai rpm yang dihasilkan pada setiap anak timbangan yang
berbeda.
o Selanjutnya dicari nilai regresi linier dari bobot anak timbangan (x)
vs rpm (y) sehingga diperoleh persamaan
o Nilai y pada persamaan regresi dianggap nol, sehingga dapat dicari
nilai x (Wf).
o Ditentukan viskositasnya dengan menggunakan persamaaan
23
y=bx+a..................................
η= 𝐊𝐯 (𝐖−𝐖𝐟) 𝒓 ........................
24
f). Volume Sedimentasi
g). Redispersi
h). Pengukuran pH
Parameter kritis
2.5 Pengemasan
Pengemasan merupakan suatu metode yang memberikan kenyamanan,
sesuai dengan peranan dan fungsi dari kemasan produk yang akan diproduksi,
seperti Strip packaging, Blister pack, Pengemasan bulk produk dan teknik
25
pengemasan lain yang memiliki fungsi dan kelebihan masing-masing (Julianti dan
Nurminah, 2006).
produk jadi sebelum dikirim ke gudang dan dapat didistribusikan. Kemasan suatu
produk berfungsi untuk memberikan identitas yang berupa nama produk, isi
tanggal kadaluarsa dan Harga Eceran Tertinggi (HET). Kemasan juga dapat
dan nomor batch dengan cara emboss (cetak timbul langsung pada kemasan
tersier dilakukan di ruang kelas F. Ruang kelas F biasanya terdiri dari 2 ruang,
untuk kemasan botol, pada bagian belakang kemasan primer serta pada
sistem ink jet. Ruang packaging digunakan untuk penempelan label pada botol
pengemasan. IPC pada proses pengemasan dilakukan oleh QC. Pemeriksaan pada
QC.
26
Pemeriksaan meliputi kelengkapan kemasan, adanya etiket, leaflet, sendok
takar, nomor batch, waktu kadaluarsa, jenis dan nama produk serta segel pada
diperiksa, produk dikemas dalam shipper. Shipper yang telah disegel kemudian
ditimbang dan disimpan dalam ruang karantina produk jadi sebelum akhirnya
dikirim dan disimpan dalam gudang finishing goods setelah ditetapkan release
oleh QA.
susu dalam kaleng, kotak kayu untuk buah yang dibungkus dan
sebagainya.
27
diangkut dan dipasarkan. Secara umum fungsi pengemasan pada bahan pangan
adalah :
agar produk tidak tercecer, terutama untuk cairan, pasta atau butiran
kotoran dan mikroba yang dapat merusak dan menurunkan mutu produk.
Sebagai identitas produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan sebagai
yang berbau tajam, atau produk berbahaya seperti air keras, gas beracun
Nurminah, 2006).
28
4. Sebelum melakukan pengemasan, kesiapan jalur pengemasan harus selalu
diperiksa.
5. Hanya obat yang berasal dari satu batch saja yang boleh ditempatkan
6. Produk yang rupa dan bentuknya sama tidak boleh dikemas pada jalur
yang berdampingan.
7. Pada jalur pengemasan, nama dan nomer batch harus terlihat jelas.
8. Produk antara dan produk jadi yang masih dalam proses pengemasan harus
9. Produk yang telah diisikan kedalam wadah akhir tapi belum diberi label,
(Kurniawan, 2012).
29
2.5.4 Brosur Dan Kotak Sekunder
Komposisi :
Mengandung tiap 5 ml :
Aluminium Hidroksida.......
Magnesium Hidroksida.......
Indikasi :
Unruk meredakan gejala yang berhubungan
dengan kelebihan asam lambung seperti
mual,nyeri lambung, dan nyeri ulu hati.
Kontraindikasi :
Hipersensitivitas terhadap obat
Efek Samping :
Gangguan saluran cerna, gangguan absorpsi
fosfat.
Aturan Pakai :
Dewasa 3-4 Kali Sehari 1 sendok takar
Cara Pemakaian :
Dianjurkan diminum sgera setelah timbul
rasa nyeri 1-2 jam sebelum makan dan
sebelum tidur.
Penyimpanan :
Simpan ditempat sejuk dan kering, hindarkan
dari panas dan cahaya matahari langsung.
30
Komposisi : Komposisi :
Mengandung tiap 5 ml : Mengandung tiap 5 ml :
Aluminium Aluminium
Hidroksida....... Hidroksida.......
Magnesium Magnesium
Hidroksida....... Hidroksida.......
Indikasi : Indikasi :
Unruk meredakan gejala Unruk meredakan gejala
yang berhubungan yang berhubungan
dengan kelebihan asam dengan kelebihan asam
lambung seperti lambung seperti
mual,nyeri lambung, dan mual,nyeri lambung, dan
nyeri ulu hati. nyeri ulu hati.
Aturan Pakai : Aturan Pakai :
Suspensi Antasida Suspensi Antasida
Dewasa 3-4 Kali Sehari 1 Dewasa 3-4 Kali Sehari 1
Aluminium Aluminium
sendok takar sendok takar
Hidroksida Cara Pemakaian :
Hidroksida
Cara Pemakaian :
Dianjurkan diminum Magnesium Dianjurkan diminum Magnesium
sgera setelah timbul sgera setelah timbul Hidroksida
rasa nyeri 1-2 jam rasa nyeri 1-2 jam
sebelum makan dan sebelum makan dan
sebelum tidur. sebelum tidur.
Penyimpanan : Penyimpanan :
Simpan ditempat sejuk Simpan ditempat sejuk
dan kering, hindarkan dan kering, hindarkan
dari panas dan cahaya dari panas dan cahaya
matahari langsung. matahari langsung.
31
2.5.5 Sistem Penomoran Bets
dan karateristiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat (identitas,
potensiasi yang tertera pada etiket dalam batas yang dinyatakan dalam
spesifikasi.
ditetapkan.
4. Stabilitas farmakologi, efek terapi tidak berubah selama usia guna sediaan.
32
5. Stabilitas toksikologi, tidak terjadi peningkatan bermakna dalam toksisitas
kesehatan umum.
Semua zat di ekspose 30 hari pada kondisi udara suhu 500c dan 100
%RH
hari lagi. Uji hasil degradasi menggunakan TLC, sedangkan zat tidak
zona iklim IV
33
Uji dipercepat 40oC+-200c/17%RH+-5%/6 bulan atau 3 bulan pada
disarankan 6 bulan jika barang aktif kurang stabil atau untuk produk di
yang relevan.
Uji stabilitas sediaan cair disarankan pada suhu yang lebih rendah
satu batch setiap 3-5 tahun kecuali perubahan besar dari produk
untuk mengakuantifasi hasil urai dan zat terurai harus spesifik dan
sensitifitas cukup.
34
Metode aplikasi harus sesuai untuk menjamin eksifien masih efektif
biologi dan produk tetap dalam batas spesifikasi, release atau simpan.
metode produksi.
Beberapa ekstrapolasi data real time bila ditunjang data uji dipercepat
kualitas bahan obat atau produk obat berubah tiap waktu di bawah pengaruh
berbagai faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan cahaya, dan untuk
menentukan masa re-test untuk bahan obat atau umur simpan untuk produk
terhadap bahan obat dan produk obat.Menurut ICH perubahan bermakna pada
uji dipercepat :
35
Disolusi melewati batas spesifikasi untuk 12 kapsul/tablet
warna, pengerasan,dsb.
dilakukan pada suatu batch bahan yang dipilih.Pada beberapa kondisi, uji
harus diulang jika variasi dan perubahan tertentu dapat dilakukan terhadap
pada karakteristik fotostabilitas yang ditentukan saat pengajuan awal dan jenis
fotostabilitas
dan dekat energy ultraviolet tidak kurang dari 200 watt jam / meter
36
- Sampel dapat uji bersamaan dengan sistem actinometric kimiatervalidasi
produksi dan pengendalian mutu dan bertujuan untuk menjamin bahwa produk
obat dibuat senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai
bemutu tinggi. Pembuatan secara sembarangan tidak dapat dibenarkan bagi obat
37
Hendaklah dirancang program uji stabilitas untuk menilai karakteristik stabilitas
obat dan untuk menentukan kondisi penyimpanan yang sesuai dan tanggal
a. Jumlah sampel dan interval pengujian berdasarkan kriteria statis untuk tiap
b. Kondisi penyimpanan
b. Kemasan baru yaitu yang berbeda dari standar yang telah ditetapkan.
c. Periode pemeriksaan: 12, 24, 36 bulan atau sampai dengan masa daluarsa
38
use stability study di periode akhir atau pada waktu daluarsa produk
tersebut
Pada uji stabilitas dipercepat, obat disimpan pada kondisi ekstrim di suatu
39
Energi aktivasi,laju reaksi dan kestabilan yang diperkirakan diperoleh dalam
Dimana :
t adalah temperatur
selama tahunke-2 dan selanjutnya tiap tahun selama masa simpan/edar pada
paling sedikit 3bets primer pada saat mengajukan pendaftaran dan hendaklah
dilanjutkan untukmasa yang cukup untuk mencakup masa uji ulang atau masa
simpan/edar yangdiusulkan.
Pada uji stabilitas jangka panjang, obat dipaparkan pada suhu 25±20oCdan
40
maupunmikrobiologinya. Data hasil pengujian tersebut akan diolah secara
3. Paska Pemasaran
kimia yang diamati adalah kadarobat. Penentuan kadar obat dapat dilakukan
a. Variasi Suhu
41
dilakukanpada suhu 37oC (98 F) dan 45oC (113 F).Jika sebuah produk
yang disimpanpada suhu 45oC selama tiga bulan tetap stabil maka dapat
b. Cycle Testing
Produk harus melewati tiga siklus pengujian pada suhu -10oC (14 F)
dan25oC (77 F). Satu siklus dilakukan dengan cara menempatkan produk
pada suhu -10oC selama 24 jam dan pada suhu kamar (25oC) selama 24
c. Centrifuge Testing
suhu 50oC (122F) dan disentrifugasi selama 30 menit pada 3000 rpm.
sediaan.
42
Pengujian kestabilan sediaan dalam kemasan atau tanpa kemasan
batas waktu tertentu. Terdapat berbagai macam zat aktif obat, zattambahan
serta berbagai bentuk sediaan dan cara pemberian obat. Tiap zat,
43
sediaan tersebut hinggajangka waktu tertentu yang diinginkan.Media yang
Medium),
cara menyiapkan 10 mL atau 10 g sampel untuk setiap uji seperti yang tertera
pembawa tertentu, dan lakukan uji angka mikroba aerob total, uji
kurang dari 30%, dan untuk bahan padat yang mudah larut dan praktis larut
Untuk cairan tidak bisa bercampur dengan air, salep, krim, dan malam
sesuai. Gunakan blender mekanik dan jika perlu hangatkan hingga suhu tidak
44
lebih dari 45°C dan lakukan pengujian angka mikroba aerob total, uji
Escherchia coli.
campuran alkohol dan es kering selama lebih kurang 1 jam, buka tutupwadah
Angka mikroba aerob total untuk spesimen yang cukup melarut dapatdiuji
yang berada dalam cawan petri. Tutup cawan petri kemudian inkubasiselama
dinyatakan kontrol akan dihasilkan tabung yang jernih dan berdasarkan ada
kelompok 3.
45
3) Uji Stabilitas Pengemas
sepenuhnya melindungiproduk dari efek buruk udara dan / atau uap air, atau
melalui wadah.
Kaca adalah bahan yang paling inert dan tidak bereaksi dengan produk
100%dari torsi target) dilakukan pada suhu kamar dan pada suhu 45oC
c. Pengujian kebocoran
46
Dilakukan dengan menguji produk dalam kemasan pada berbagai
7. Prosedur Registrasi
7.1 Pengertian
47
b. Memiliki sertifikat CPOB yang masih berlaku sesuai denagn jenis dan
bentuk sediaan yang diregistrasi.
a. tahap praregistrasi
b. tahap registrasi
B. Dokument mutu
1. Ringkasan Dokumen Mutu Quality
2. Informasi tentang bahan bersumber hewan yang digunakan dalam
proses pembuatan Zat Aktif dan Obat
3. DMF atau dokumen dari produsen Zat Aktif untuk Zat Aktif yang
Belum pernah digunakan untuk produksi Obat yang disetujui di
Indonesia
4. Data ekhivalensi (ringkasan protokol) atau justifikasi tidak diperlukan
uji Ekivalensi.
C. Dokumen nonklinik (jika perlu)
1. Tinjauan studi nonklinik (Nonclinical overview)
2. Matriks ringkasan studi monklinik (Nonclinical tabulated summary).
48
D. Dokumen klinik (jika perlu)
1. Tinjauan studi klinik (Clinical overview).
2. Matriks sinopsis studi klinik (Tabulared study synopses).
(3) permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di ajukan dengan mengisi
formulir sesuai dengan contoh sebagaimana tercantum dalam lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan kepala badan ini.
(4) petunjuk pengisian formulir sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum
dalam lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan
kepala badan ini.
49
Lampiran II, Formulir registrasi baru
50
51
52
Lampiran III, Petunjuk pengisian formular registrasi
A. Uraian obat
1. Kategori registrasi : Diisi sesuai kategori registrasi yang diajukan atau
sesuai yang tercantum pada hasil praregistrasi (HPR)
2. Jenis Obat : Diisi dengan tanda centang (√) pada salah satu pilihan sesuai
jenis obat yang didaftarkan, yaitu obat baru.
3. Jenis Produk : Diisi dengan tanda centang (√) pada salah satu pilihan sesuai
jenis produk, yaitu produk combipack, jika produk terdiri dari dua atau tiga
obat yang dikemas dalam satu kemasan dengan tujuan untuk diberikan ke
pasien secara bersamaan.
4. Golongan Obat : Diisi dengan tanda centang (√) pada salah satu pilihan
sesuai golongan obat, yaitu obat bebas.
5. Nama Obat : diisi dengan nama obat yang didaftarkan, yaitu antasida.
6. Bentuk sediaan, kekuatan dan satuan ukuran : bentuk sediaan dicantumkan
terperinci dilengkapi dengan kekuatan sediaan dan satuan ukuran, yaitu
suspensi, tiap 5mL mengandung Aluminium hidroksida 200mg dan
Magnesium hidroksida 200mg.
7. Kelas Terapi dan Kode ATC : Diisi sesuai WHO Anatomical Therapeutic
Chemical Code yang diterbitkan oleh WHO Collaborating Centre for Drug
Statistic Methodology. Yaitu antasida.
8. Kemasan (Jenis dan Deskripsi) : Pada kolom pertama dicantumkan jenis
kemasan, yaitu botol. Pada kolom kedua dicantumkan deskripsi dan
komposisi kemasan primer secara spesifik, termasuk jenis bahan, warna,
ukuran dan sebagainya, yaitu botol plastik coklat 60mL dengan penutup.
9. Besar kemasan : dicantumkan jumlah sistem kemasan dalam kemasan
sekunder dan jumlah bentuk sediaan persistem kemasan, yaitu dus, 1 botol
@60mL.
10. Bentuk sediaan, kekuatan, dan kemasan lain: Diisi untuk bentuk sediaan,
kekuatan, jenis kemasan, dan besar kemasan lain yang terdaftar dan/ yang
sedang didaftarkan. Nomor izin edar terakhir dicantumkan untuk obat yang
telah terdaftar disertai dengan masa berlaku izin edar.
B. Keterangan Lengkap Pendaftar
53
1. Nama Pendaftar : Diisi dengan nama industri farmasi pendaftar sesuai
dengan yang tercantum dalam surat izin industri farmasi, yaitu PT. Fardus
Farma.
2. Alamat pendaftar : diisi dengan alamat industri farmasi pendaftar sesuai
dengan yang tercantum dalam surat izin industri farmasi lengkap dengan
nama jalan, nomor, kota, dan negara. Yaitu jalan kamboja no.17, pekanbaru,
Indonesia.
3. Alamat surat menyurat : diisi dengan alamat surat-menyurat industry
farmasi pendaftar lengkap dengan nama jalan, nomor, kota, negara, nomor
telepon dan fax, serta e-mail pendaftar. Yaitu jalan kamboja no. 17,
pekanbaru, Indonesia, telp (0761) 6666 fax: 02143658791, email:
fardusfarma@gmail.com
C. Status produksi
1. Status produksi : Diisi dengan tanda centang (√) pada salah satu pilihan
sesuai status produksi obat yang didaftarkan, yaitu produksi dalam negri dan
produksi sendiri.
2. Obat ditunjukkan hanya untuk ekspor : Diisi dengan tanda centang (√) pada
salah satu pilihan, yaitu “Ya” jika obat ditunjukkan hanya untuk ekspor dan
“Tidak” jika obat tidak hanya ditunjukkan untuk diekspor.
3. Nama pemberi lisensi : diisi dengan nama industri farmasi pemberi lisensi,
yaitu PT. Farmasi Industri.
4. Alamat pemberi lisensi : diisi dengan lamat industri farmasi pemberi lisensi
lengkap dengan nama jalan, nomor, kota, dan negara. Yaitu Jl. Kamboja
No.1, Pekanbaru, Indonesia.
5. Produsen : diisi dengan keterangan lengkap produsen yaitu industry farmasi
yang terlibat dalam proses produksi misalnya pembuatan zat aktif (khusus
produk biologi), obat setengah jadi/ granulasi/ bentuk sediaan setengah jadi
(Bulk) atau obat jadi dan/ pelarut dan/ alat bantu penggunaan obat,
pengemasan primer dan/ sekunder, penanggung jawab untuk pelulusan
batch atau lainnya. Yaitu PT. Bahan-bahan Fardus.
D. Formula
1. Zat Aktif
54
1.1 Satuan dosis : diisi dengan takaran dan satuan ukuran, misalnya “Tiap 5mL
sirup mengandung:” atau “tiap tablet mengandung:”. Untuk zat aktif dalam
bentuk garam / ester harus dituliskan kesetaraan terhadap basenya jika zat
yang aktif dalm bentuk base. Yaitu tiap 5mL mengandung Aluminium
hidroksida 200mg dan Magnesium hidroksida 200mg
1.2 CAS No: diisi sesuai zat aktif yang digunakan
1.3 Nama : diisi sesai zat aktif yang digunakan, yaitu aluminium hidroksida dan
magnesium hidroksida
1.4 Jumlah : diisi sesai jumlah zat aktif yang digunakan persatuan dosis yaitu
200mg.
1.5 Satuan : diisi sesuai satuan zat aktif yang digunakan, yaitu mg.
1.6 Sumber hewan/ manusia: pada kolompertama dicantumkan “Ya” jika zat
aktif bersumber dari hewan/manusia dan “tidak” jika zat aktif tidak
bersumber dari hewan/manusia
1.7 Produsen : diisi dengan nama produsen zat aktif disertai dengan alamat
lengkap dengan nama jalan, nomor, kota. Yaitu PT. Bahan-bahan Fardus
1.8 DMF (Drug Master File) : Diisi dengan tanda centang (√) bila DMF
dipersyaratkan dan tersedia
1.9 Negara produsen : diisi dengan negara produsen zat aktif, yaitu Indonesia.
2. Eksipien
2.1 CAS No : diisis sesuai eksipien yang digunakan
2.2 Nama : eksipien dan eksipien dalam kombinasi dituliskan sesuai nama
international nonproprietary names (INN) dan international nonpropietary
names modified (INNM)
2.3 Jumlah : diisi sesuai jumlah eksipien yang digunakan persatuan dosis
2.4 Satuan : diisi sesai satuan eksipien yang digunakan
2.5 Sumber hewan/manusia : pada kolompertama dicantumkan “Ya” jika zat
aktif bersumber dari hewan/manusia dan “tidak” jika zat aktif tidak
bersumber dari hewan/manusia
2.6 Fungsi : diisi sesuai fungsi atau kegunaan eksipien yang digunakan
2.7 Produsen : diisi dengan produsen eksipien disertai alamat lengkap dengan
nama jalan, nomor, kota. Yaitu PT. Bahan-bahan Fardus
55
2.8 Negara produsen : diisi dengan negara produsen eksipien, yaitu Indonesia.
E. Informasi Obat
1. Pemerian obat
Dijelaskan bentuk, warna, ukuran, berat, dan tanda-tanda khusus yang
terdapat pada obat tersebut sesuai klasifikasi obat. Yaitu suspense, berwarna
putih, berbau permen dan rasa manis.
2. Spesifikasi dan metode Analisa obat
Spesifikasi obat dinyatakan dengan menguraikan pemerian (termasuk tanda
pengenal pada tablet, kapsul, dan lain-lain), bobot/volume obat, tetapan
fisika dan kimia, batas kadar atau potensi dan persyaratan-persyaratan
lainnya(sterilitas, pirogenitas, dll). Metode Analisa obat bila mengikuti salah
satu farmakope cukup dituliskan farmakope yang digunakan yang
dilengkapi dengan nomor edisi dan nomor halamannya. Bilsa tidak
mengikuti salah satu farmakope, dapat dituliskan Instrip house. Metoda
Analisa yang perlu diterangkan meliputi metode identifikasi, penetapan
kadar atau potensi dan metode analisis khusus (sterilitas, pirogenitas, dan
sebagainya).
3. Indikasi
Yang diajukan atau yang telah disetujui secara lengkap. Merupakan indikasi
pemakaian obat dalam terapi, dicantumkan jenis-jenis penyakit yang
diindikasikan. Yaitu mengurangi gejala kelebihan asam lambung, gas tritis,
tukak usus dua belas jari.
4. Posologi
Dicantumkan posologi yang diajukan atau yang telah disetujui secara
lengkap. Disebutkan cara penggunaan, jumlah, frekuensi, dan lama
pemakaian. Cara penggunaan harus disebutkan dengan jelas, misalnya
injeksi intravena, intramuskular atau yang lain. Jumlah pemakaian harus
dinyatakan dalm takaran yang lazim dan bata-batas untuk orang dewasa
maupun anak. Frekuensi Pemakaian ialah jumlah pemberian dalam satu hari
atau tiap berapa jam obat itu diberikan. Lma pemakaian diuraikan dengan
menyebutkan berapa lama obat itu harus atau boleh diberikan, berapa lama
pemakaian harus dihentikan sebelum dipakai kembali atau berapa lama obat
56
itu minimal harus digunakan. Yaitu dewasa : 3 - 4 kali sehari 1-2 sendok.
Anak-anak 6-12 tahun : 3-4 kali sehari 1/2 sendok. Diminum 1- 2 jam
setelah makan. Tidak boleh digunakan lebih dari 2 minggu.
5. Rute Pemberian Obat
Dijelaskan cara pemberian obat yaitu oral.
F. Informasi Praregistrasi
1. Hasil Praregistrasi (HPR) : Diisi dengan tanda centang pada salah satu
pilihan sesuai ada/tidaknya HPR.
2. Tanggal Penerbitan HPR : Diisi dengan tanggal penerbitan HPR, yaitu 21
Oktober 2019.
3. Kategori Registrasi : Pada kolom pertama dicantumkan kategori registrasi
sesuai yang diajukan atau sesuai yang tercantum pada HPR, yaitu registrasi
baru.
4. Biaya Evaluasi : Diisi dengan angka nominal dan terbilang sesaui kategori
yang diajukan atau sesaui yang tercantum pada HPR atau sesuai ketentuan
yang berlaku (jika tidak melalui proses praregistrasi). Yaitu Rp.10.000.
5. Jalur Evaluasi : Diisi dengan tanda centang (√) pada salah satu pilihan jalur
evaluasi sesuai kategori registrasi yang diajukan, atau sesuai yang
tercantum pada HPR, yaitu 300 HK, 150 HK, 120 HK, 100 HK, 40 HK, 10
HK, atau 7 HK. Yaitu 40 HK.
57
Diisi hanya untuk Obat Baru, Produk Biologi, dan Obat Generi Import.
I. Informasi Paten
Diisi jika ada
J. Riwayat registrasi
L. Informasi harga
1. Kemasan : diisi sesuai kemasan yang akan didaftarkan. Yaitu botol 60ml.
2. HNA : diisi dengan Harga Netto Apotek (HNA) tiap satuan kemasan hingga
kemasan terkecil yang akan diberlakukan diseluruh Indonesia yaitu Rp.3200.
3. HET : diisi dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) tiap satuan kemasan
hingga kemasan terkecil yang akan diberlakukan di seluruh Indonesia yaitu
Rp.6000.
N. Dokumen Teknis
1. Jenis format dokumen : diisi dengan tanda centang (✓) pada salah satu
pilihan sesuai dengan format dokumen yang digunakan untuk regiatras, yaitu
format ACTD atau format ICH CTD.
58
2. Bagian I (Dokumen Administratif dan Informasi Produk) : diisi sesuai
dengan jumlah order/map dan jumlah salinan untuk bagian 1 (Dokumen
Administratif dan Informasi Produk).
3. Bagian II (Dokumen mutu) : diisi sesuai dengan jumlah order/map dan
jumlah salinan untuk bagian II (Dokumen mutu)
4. Bagian III (Dokumen Nonklinik) : diisi sesuai dengan jumlah order/map dan
jumlah salinan untuk bagian III (Dokumen Nonklinik)
5. Bagian IV (Dokumen Klinik) : diisi sesuai dengan jumlah order/map dan
jumlah salinan untuk bagian IV (Dokumen Klinik).
59
Contoh dokumen registrasi obat:
Nama Obat :
Bentuk Sediaan :
Komposisi :
Jenis dan Besar Kemasan :
Nama Pendaftar :
Nama Produsen :
60
Kelengkapan Dokumen Registrasi Obat Baru
61
62
63
64
65
6.5 Evaluasi
66
mengenai khasiat, kemanan, dan mutu obat yang berbeda dari data
penunjang pada waktu registrasi
67
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut
dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa, atau sediaan padat terdiri
dari obat dalam bentuk serbuk halus, dengan atau tanpa zat tambahan, yang akan
terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan. Yang
pertamaberupa suspensi jadi, sedangkan yang kedua berupa serbuk untuk suspensi
yang harus disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan. (Fornas Edisi 2 Th.
1978 hal 333 )
68
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2014, Farmakope Indonesia Edisi V, Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Anonim, 2017, Peraturan Kepala BPOM Nomor 24 Tahun 2017 tentang Kriteria
dan Tata Laksana Registrasi Obat, Jakarta : Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia
69