TINJAUAN PUSTAKA
karbohidrat, abu dan kadar air dalam pakan ikan yang dibuat. Protein berperan
penting untuk pertumbuhan dan sumber energi pertama bagi ikan. Lemak
adalah senyawa organik yang tidak larut dalam air, namun larut dalam pelarut
hidup ikan. Abu total didefinisikan sebagai residu yang dihasilkan pada proses
garam dan juga mineral. Serat kasar merupakan bagian dari karbohidrat yang
tidak dapat dicerna oleh tubuh dan bukan nutrisi penting bagi ikan laut. Serat
kasar diperlukan untuk memudahkan pengeluaran feses. Pakan ikan yang baik
bagi ikan adalah pakan yang mengandung nutrisi (protein, lemak, abu, air, dan
serat kasar) yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan ikan agar pertumbuhan
nutrisi dari bahan-bahan penyusun pakan yang meliputi protein, lemak, abu, dan
kadar air. Uji proksimat ini membantu dalam menentukan bahan yang
energi, yaitu protein, lemak, dan karbohidrat. Komponen tersebut juga disebut
sebagai komponen makro karena dibutuhkan oleh ikan dalam jumlah relatif besar.
menghasilkan energi adalah vitamin dan mineral. Komponen tersebut juga disebut
dengan komponen mikro karena dibutuhkan oleh ikan dalam jumlah yang relatif
4.1. Hasil
Berdasarkan pada praktikum yang telah dilakukan di Balai Benih Ikan Air
Tawar Ambarawa diketahui hasil analisa proksimat pakan buatan yang diproduksi
pakan buatan untuk ikan lele, ikan nila serta ikan karper. Analisa proksimat pada
pakan yang telah dicetak menjadi pelet dilakukan secara acak atau sampling
selama 1 tahun sekali dan hasil dari analisa beberapa pakan tersebut dianggap
4.2. Pembahasan
Hasil analisa proksimat pakan yang diuji oleh BBIAT Ambarawa yaitu
proksimat pada pakan yang telah dicetak menjadi pelet dilakukan secara acak atau
sampling selama 1 tahun sekali bersamaan dengan analisa proksimat bahan pakan
ikan. Hasil dari analisa beberapa pakan tersebut dianggap mewakili semua pakan
yang dibuat. Hasil analisa proksimat protein pakan yang diperoleh adalah 18%-
20%. Analisa proksimat pada pakan protein dapat menggunakan metode Kjeldahl.
Menurut Haryati et al. (2010), kandungan protein, lemak, serat kasar dan BETN
Soxlet.
mengandung asam amino esensial dan non-esensial. Hal ini diperkuat oleh
Iskandar dan Fitriadi (2017) yang menyatakan bahwa, protein berperan penting
Protein merupakan sumber energi utama pada ikan, jika kebutuhan protein tidak
penghentian pertumbuhan atau kehilangan bobot tubuh karena ikan akan menarik
Hasil analisa proksimat protein dalam pakan buatan yang dibuat oleh
BBIAT Ambarawa yaitu berkisar 18% - 20%, jika dibandingkan dengan referensi
Menurut Iskandar dan Fitriadi (2017), kadar protein optimum untuk ikan adalah
25 - 50%, hasil analisa protein pada pakan mandiri yang dibuat oleh BBIAT
Ambarawa masih belum memenuhi kadar protein optimum untuk ikan baik untuk
kandungan nutrisi bahan pakan yang terkandung di dalam pakan buatan yang telah
kadar gizi yang tekandung di dalam pakan, analisis ini perlu dilakukan karena
dapat mengetahui kadungan utama dari suatu bahan pakan yang diberikan untuk
ikan sehingga kita dapat mengetahui kualitas pakan yang diberikan tersebut.
Menurut Mulyani dan Sukesi (2011), bahwa analisis proksimat dilakukan untuk
mengetahui komponen utama dari suatu bahan untuk pakan, komponen utama
umumnya terdiri dari kadar air, kadar abu, karbohidrat, protein serta lemak.
Analisis ini menjadi perlu untuk dilakukan karena menyediakan data kandungan
utama dari suatu bahan pakan. Faktor lain adalah karena analisis proksimat dalam
pakan berkenaan dengan kadar gizi dari bahan pakan tersebut. Kadar gizi perlu
Devani, V. dan S. Basriati. 2015. Optimasi Kandungan Nutrisi Pakan Ikan Buatan
dengan Menggunakan Multi Objective (Goal) Programming Model. J.
Sains, Teknologi dan Industri. 12(2): 255-261.
Haryati, Z. dan D.S. Putri.2010. Pengaruh Tingkat Subtitusi Tepung Ikan dengan
Tepung Maggot terhadap Komposisi Kimia Pakan dan Tubuh Ikan
Bandeng (Chanos Chanos Forsskal). J. Akuakultur. 6(1): 23-31.
Mulyani, T. dan Sukesi. 2011. Kebutuhan Optimum Protein dan Energi Pakan
Benih Ikan Gurame (Osphronemus gouramy). J. Penelitian Perikanan
Indonesia 1 (3): 82-94