(LIMFOSIT T)
Disusun oleh:
Kelompok 8
DEPARTEMEN AKUAKULTUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
2
3
I. PENDAHULUAN
melindungi integritas dan identitas individu serta mencegah invasi organisme dan zat
yang berbahaya di lingkungan yang dapat merusak dirinya. Sistem imun mempunyai
sedikitnya 3 fungsi utama. Pertama adalah suatu fungsi yang sangat spesifik yaitu
kesanggupan untuk mengenal dan membedakan berbagai molekul target sasaran dan
membedakan antara antigen diri dan antigen asing. Fungsi ketiga adalah fungsi
memori yaitu kesanggupan melalui pengalaman kontak sebelumnya dengan zat asing
patogen untuk bereaksi lebih cepat dan lebih kuat daripada kontak pertama.
mengatasi agen yang berbahaya di lingkungannya yaitu pertahanan fisik dan kimiawi.
Simbiosis dengan bakteri flora normal yang memproduksi zat yang dapat mencegah
invasi mikroorganisme seperti laktobasilus pada epitel organ. Innate immunity dan
imunitas spesifik. Dalam mekanisme imunitas non spesifik memiliki sifat selalu siap
dan memiliki respon langsung serta cepat terhadap adanya patogen pada individu
yang sehat. Sistem imun ini bertindak sebagai lini pertama dalam menghadapi infeksi
dan tidak perlu menerima paparan sebelumnya, bersifat tidak spesifik karena tidak
ditunjukkan terhadap patogen atau mikroba tertentu, telah ada dan berfungsi sejak
4
terhadap patogen yang potensial. Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk
mengenali benda yang dianggap asing. Benda asing yang pertama kali muncul akan
segera dikenali dan terjadi sensitisasi sel-sel sistem imun tersebut. Benda asing yang
sama, bila terpapar ulang akan dikenal lebih cepat dan kemudian dihancurkan.
Respon sistem imun spesifik lebih lambat karena dibutuhkan sensitisasi oleh antigen
namun memiliki perlindungan lebih baik terhadap antigen yang sama. Sistem imun
ini pada ikan diperankan oleh limfosit B dan limfosit T yang berasal dari sel
progenitor limfoid.
Limfosit ditemukan dalam peredaran darah, organ limfoid dan jaringan lain
terutama selama peristiwa inflamasi. Pada vertebrata yang lebih tinggi ada dua jenis
dari limfosit. Limfosit T berasal dari tymus, dan limfosit B dari ginjal depan.
untuk sistem kekebalan tubuh yaitu berfungsi menyediakan zat kebal untuk
pertahanan tubuh dengan cara mengenali antigen melalui reseptor spesifik pada
membran sel. Pada limfosit T, ketika tubuh atau jaringan terpapar oleh antigen, maka
limfosit T tidak mampu mengenal antigen tersebut sendirian tanpa melalui reseptor
spesifik. Dengan adanya sel reseptor spesifik ini memungkinkan sel T lebih cepat
mengenali antigen yang ada sehingga langsung memberikan reaksi kekebalan dan
menghasilkan sel sel fagosit. Sel-sel fagosit yang terbentuk diantarantya monosit dan
1.2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah yang berjudul Sistem Kekebalan Tubuh pada
(sistem imun) terhadap patogen. Meskipun sistem imun belum selengkap pada
vertebrata tingkat tinggi tetapi sistem imun ikan jauh lebih berkembang dibandingkan
dengan sistem imun pada invertebrata. Selain itu pada ikan sudah terdapat respon
imun spesifik terhadap antigen. Sistem pertahanan pada ikan diperlukan untuk
melindungi tubuh terhadap serangan patogen seperti virus, bakteri, cendawan dan
parasit lainnya (Irianto, 2005). Ikan memiliki sistem pertahanan diri atau imunitas
terhadap penyakit terutama yang disebabkan oleh bakteri (Dana et al., 1990).
Respon kekebalan tubuh pada ikan terdiri dari respon seluler dan respon
respon spesifik, sedang respon seluler bersifat non spesifik. Respon dan faktor
respon dan faktor seluler seperti makrofage, sel kiler, neutrofil, reaksi penolakan
mekanik dan kimiawi yaitu permukaan kulit, sisik dan mukus pada permukaan
tubuh dan insang, juga merupakan alat pertahanan tubuh ikan yang bersifat non
spesifik.
7
suatu fungsi yang sangat spesifik yaitu kesanggupan untuk mengenal dan
membedakan berbagai molekul target sasaran dan juga mempunyai respons yang
spesifik. Fungsi kedua adalah kesanggupan membedakan antara antigen diri dan
antigen asing. Fungsi ketiga adalah fungsi memori yaitu kesanggupan melalui
pengalaman kontak sebelumnya dengan zat asing patogen untuk bereaksi lebih cepat
Sistem imun spesifik atau adaptif merupakan sistem imun yang bekerja untuk
mempertahankan tubuh dari infeksi patogen dan akan menjadi lebih baik kinerjanya
saat paparan patogen selanjutnya. Sistem pertahanan spesifik terdiri atas dua faktor
yaitu antibodi (humoral immunity) dan selluler (cell mediated immunity). Sistem
terlebih dahulu (Ellis, 1982). Sifat yang membedakan sistem pertahan spesifik dengan
suatu penyebab infeksi tertentu, sehingga dapat memberikan resistensi yang serupa
pada individu yang telah sembuh dari infeksi (Nabib dan Pasaribu, 1989).
paling imunogenik dari dinding sel atau kapsul mikroorganisme serta merupakan
antigen yang thymus independent. Antigen ini dapat langsung merangsang sel limfosit
8
B yang menghasilkan imunoglobin (Ig)M spesifik yang kuat. Selain itu produksi IgG
Sistem imun spesifik terdiri dari sistem pertahanan humoral dan cell mediated
response. Sistem imun ini mengandung imunoglobulin, sel-T reseptor, sitokin, dan
sel-T disebut dengan kekebalan berperantara sel (cell mediated immunity) sedangkan
tanggap kebal yang dihasilkan oleh sel-B disebut dengan humoral immunity. Sifat
dari kekebalan yang dihasilkan oleh sel-T adalah tidak spesifik, sedangkan yang
Menurut Irianto (2005) sistem pertahanan alami (non spesifik) adalah sistem
kolonisasi, infeksi dan penyakit infeksi yang disebabkan oleh patogen. Sistem imun
alami merupakan sistem pertahanan yang bersifat non spesifik, respon ini meliputi
barrier mekanik dan kimiawi (mukus, kulit, sisik, dan insang) dan pertahanan seluler
(sel makrofag, leukosit seperti monosit, netrofil, eosinofil, dan basofil). Mukus ikan
yang terdapat di permukaan tubuh, insang dan juga terdapat pada lapisan mukosa
usus berperan sebagai pemerangkap patogen secara mekanik dan eliminasi patogen
secara kimiawi dengan lisosim dan enzim proteolitik lainnya (Anderson 1974).
darah, khususnya sel darah putih yang terdiri dari monosit, limfosit, neutrofil yang
9
dapat bergerak ke tempat masuknya antigen asing melalui dinding kapiler dan juga
ikan terhadap mekanisme fagosyst yang berkaitan dengan makrofag dan granular
jaringan kulit ikan atau mukus. Selain itu ada lysozym dan komplement lain yang
merusak phatogen.
virulensi bakteri. Aktivasi komplemen tanpa adanya antibodi juga memegang peranan
bakteri gram negatif dapat mengaktivasi komplemen jalur alternatif tanpa adanya
antibodi. Salah satu hasil aktivasi komplemen ini yaitu C3b mempunyai efek
opsonisasi bakteri serta meningkatkan fagositosis. Selain itu terjadi lisis bakteri
melalui membrane attack complex (MAC) serta beberapa hasil sampingan aktivasi
fungsi yang sangat spesifik yaitu kesanggupan untuk mengenal dan membedakan
berbagai molekul target sasaran dan juga mempunyai respon yang spesifik. Fungsi
kedua adalah kesanggupan membedakan antara antigen diri dan antigen asing. Fungsi
10
sebelumnya dengan zat asing patogen untuk bereaksi lebih cepat dan lebih kuat
kekebalan yang berfungsi pada awal kehidupan sedangkan kekebalan spesifik baru
berkembang dan dapat berfungsi dengan baik sekitar beberapa minggu setelah telur
menetas. Selain itu, sistem kekebalan non spesifik berfungsi untuk melawan segala
patogen yang menyerang tubuh. Sistem kekebalan non spesifik bersifat permanen
(selalu ada), dan tidak perlu dirangsang terlebih dahulu. Hal ini berbeda dengan
Sistem imun spesifik seluler, yang berperan dalam sistem imun spesifik seluler
adalah limfosit T atau sel T. Sel tersebut juga berasal dari sel asal yang sama seperti
sel B. Sel T terdiri atas beberapa sel subset dengan fungsi yang berlainan. Fungsi
utama sistem imun spesifik selular adalah untuk pertahanan terhadap bakteri, virus,
membantu dalam mensintesa antibodi dan memfagosit bakteri. Hal ini terbukti dari
hasil pengamatan indeks fagosit dan titer antibodi, dimana ikan uji yang telah diberi
ekstrak Sargasum mempunyai indeks fagosit yang lebih besar dan kadar antibodi
yang lebih tinggi dibandingkan dengan ikan yang tidak diberi ekstrak Sargasum.
11
III. PEMBAHASAN
Ada beberapa substansi sel dan organ yang berperan dalam sistem pertahanan
kekebalan (immune system). Organ yang termasuk dalam sistem kekebalan adalah
sistem “Reticulo Endothelial”, limfosit, plasmosit, dan fraksi serum protein tertentu.
Limfosit adalah sel yang ada di dalam tubuh ikan yang mampu mengenal dan
menghancurkan bebagai determinan antigenik yang memiliki dua sifat pada respon
imun khusus, yaitu spesifitas dan memori. Limfosit memiliki beberapa subset yang
memiliki perbedaan fungsi dan jenis protein yang diproduksi, namun morfologinya
sulit dibedakan. Limfosit berperan dalam respons imun spesifik karena setiap
individu limfosit dewasa memiliki sisi ikatan khusus sebagai varian dari prototipe
reseptor antigen. Reseptor antigen pada limfosit B adalah bagian membran yang
diferensiasi menjadi sel fungsional, yaitu sel plasma yang disebut juga sebagai
Sel yang berperan dalam sistem tanggap kebal atau system kekebalan spesifik
pada ikan terdiri dari dua jenis sel limfosit yaitu limfosit B dan limfosit T. Aktivitas
yang pasti dari sel-T pada ikan belum banyak diketahui tapi yang jelas peran
utamanya adalah dalam sitem kekebalan seluler dan biasanya disebut dengan imun
12
perantara sel (cell mediated immunity). Sel-B sangat berperan dalam produksi
oleh sel tertentu pada limpa dan mungkin juga pada organ hati. Limfosit T merupakan
sel yang berperan sebagai system imun yang bekerja secara spesifik yaitu dengan cara
menyediakan zat kebal untuk pertahanan tubuh dengan cara mengenali antigen
melalui reseptor spesifik pada membran sel. Pada limfosit T, ketika tubuh atau
jaringan terpapar oleh antigen, maka limfosit T tidak mampu mengenal antigen
tersebut sendirian tanpa melalui reseptor spesifik. Dengan adanya sel reseptor spesifik
ini memungkinkan sel T lebih cepat mengenali antigen yang ada sehingga langsung
dianggap asing. Benda asing yang pertama kali muncul akan segera dikenali dan
terjadi sensitisasi sel-sel sistem imun tersebut. Benda asing yang sama, bila terpajan
ulang akan dikenal lebih cepat dan kemudian dihancurkan. Respon sistem imun
spesifik lebih lambat karena dibutuhkan sensitisasi oleh antigen namun memiliki
perlindungan lebih baik terhadap antigen yang sama. Sistem imun ini diperankan oleh
Limfosit B dan Limfosit T yang berasal dari sel progenitor limfoid. Limfosit T
berperan pada sistem imun spesifik selular. Sel T dibentuk di kelenjar timus.
Persentase sel T yang matang dan meninggalkan timus untuk ke sirkulasi hanya 5-
10%. Fungsi utama sistem imun spesifik selular adalah pertahanan terhadap bakteri
intraselular, virus, jamur, parasit dan keganasan. Sel T terdiri atas beberapa subset
13
dengan fungsi yang berbeda-beda yaitu sel T-h1, T-h2, T-dth, CTL atau T-c, T-h3 atau
Ts atau sel Tr. CD4+ merupakan penanda bagi sel T helper dan CD8 merupakan
yang lebih kompleks dan spesifik. Mekanisme imunitas ini memerlukan pengenalan
terhadap antigen lebih dulu. Mekanisme imunitas spesifik ini terdiri dari:
1. Imunitas humoral yaitu produksi antibodi spesifik oleh sel limfosit B (T dependent
Sel limfosit T berperan pada mekanisme imunitas ini melalui produksi sitokin serta
Sel Limfosit merupakan salah satu bagian sel yang berada di dalam sel darah
putih (leukosit). Menurut Noercholis (2013), leukosit terdiri dari agranulosit (monosit
dan limfosit) dan granulosit (heterofil, eosinofi dan basofil) limfosit dalam leukosit
mengalami diferensiasi sel limfosit tersebut meliputi sel B yang membentuk antibodi
dan sel T yang terdiri dari sel T helper, sel T sitotoksik, sel T supresor, dan sel T
delayed hypersensitivity. Salah satu cara untuk mempertahankan sistem imun berada
dalam kondisi optimal adalah dengan asupan gizi yang baik dan seimbang. Kedua
14
sistem imun ini bekerja sama dengan saling melengkapi secara humoral, seluler dan
sitokin dalam mekanisme yang kompleks dan rumit. Jumlah sel limfosit pada ikan
dapat mengalami pertambahan jika ikan sedang mengalami stres baik karena keadaan
lingkungan maupun karena serangan bakteri atau penyakit yang menyerang ikan. Hal
ini didukung oleh peryataan Andayani (2006) bahwa limfosit dapat bertambah
jumlahnya karena ikan stres, stres dapat menimbulkan gangguan respon imun
perubahan bentuk menjadi sel T dan sel B). Stres juga memacu keluarnya hormon
kartisol yang dapat menekan sistem imun (immunosupresif) setelah diransang dan
Pendeteksian jumlah sel limfosit pada ikan dapat dilakukan dengan cara
melalui mikroskop dan menggunakan preparat ulas dari darah sampel yang diambil,
perhitungan secara manual ini dilakukan lebih dari 5 kali pengulangan agar mendapat
hitungan yang sesuai dan akurat, namun dengan cara ini masih belum sempurna atau
relevan, ukuran sel yang kecil dapat megakibatkan kesalahan perhitungan sering
terjadi karena pengamatan yang hanya mengadalkan indera nanusia saja Hal ini
sel darah merah, jumlah sel darah putih dan pengamatan parasit yang terdapat dalam
darah. Selama ini perhitungan yang dilakukan menggunakan mikroskop optik masih
dilakukan secara manual dengan menghitung jumlah sel darah yang tampak pada
mikroskop pada setiap bidang pandang. Perhitungan ini dilakukan 6-12 kali pada
15
leukosit yaitu limfosit, monosit, dan neutrofil dengan pengamatan preparat ulas darah.
Metode lain yang bisa digunakan untuk menghitng sel darah merah dan sel
darah putih dapat dilakukan dengan menggunakan analisis citra. hal ini sesuai dengan
pendapat Noercholis (2013), yang menyatakan bahwa Analisis citra merupakan salah
satu metode dalam pengolahan citra digital. Proses pengolahan citra digital dimulai
penghitungan jumlah sel darah merah dan sel darah putih. Untuk melakukan
perhitungan jumlah sel darah putih diperlukan sebuah sistem cerdas yang mampu
mengenali bentuk dari sel sel darah putih. Sel darah merah bisa dibedakan dengan sel
darah putih berdasarkan tingkat kebulatannya (roundness). Sel darah putih cenderung
berbentuk lebih bulat dan lebih kecil jika dibandingkan dengan sel darah merah.
Limfosit merupakan sel yang berfungsi untuk membuat antibodi bagi tubuh
ikan dan memiliki peran penting untuk menjaga tubuh dari serangan-serangan yang
berasal dari luar, dan limfosit merupakan sel yang berada pada leukosit didalam darah
ikan, limfosit diproduksi oleh jaringan atau organ limfoid tubuh ikan yaitu thymus,
ginjal, dan hati. Menurut Magnadottir et al. (2005) organ-organ limfoid seperti ginjal,
Sel leukosit dalam tubuh ikan akan berdiferensiasi menjadi dua yaitu
Limfosit T yang berasal dari kelenjar timus dan berperan mengatur kekebalan yang
diduga berasal dari organ ginjal dan berperan dalam pembentukan antibodi. Hal ini
diperkuat oleh Suhermanto (2013), yang menyatakan bahwa limfosit merupakan sel
yang berfungsi memproduksi antibodi atau sebagai sel efektor dalam menanggapi
antigen terikat makrofag. Limfosit yang bersikulasi terutama berasal dari timus,
memperbanyak diri dan bersifat limfosit T, kemudian dapat masuk kembali kedalam
aliran darah. Menurut Yanuhar (2011), head kidney juga merupakan sumber sel
immune yang melimpah berguna untuk system pertahanan tubuh, sel didalam head
kidney diantaranya adalah sel limfoid yang bertindak penting dalam induksi dan
elaborasi respon imun. Selain sel tersebut juga terdapat sel makrofag sinusoidal dan
sel endothelial pada head kidney berpartisipasi dalam menangkap partikel dan
substansi lain dari aliran darah. Head kidney adalah produsen antibodi dan
Limfosit T atau biasa dikenal sebagai sel T merupakan bagian dari sel darah
putih dimana fungsinya yang berperan dalan sistem imun. Sel T bersifat seperti
tentara dimana. ketika ada benda asing masuk maka sel T akan menghacurkan benda
tersebut. Sebagai contoh sel target dari limfosit T adalah sel yang terkena virus atau
bakteri maka sel T yang kemudian akan segera memecah sel tersebut. Sehingga sel T
sangat berperan dalam menjaga sistem imun dalam tubuh ikan. Seperti yang
dikatakan oleh Munasir (2001) Respon sel limfosit T yang utama terhadap bakteri
ekstraselular melalui sel TCD4 yang berhubungan dengan molekul MHC kelas II
yang mekanismenya telah dijelaskan di atas. Sel TCD4 berfungsi sebagai sel
mikrobisid makrofag.
dari sel T yang membunuh sel yang terinfeksi dengan virus (dan patogen lainnya),
atau merusak dan mematikan patogen. Seperti sel B, tiap tipe sel T mengenali antigen
yang berbeda.
merupakan protein asing dan dikenal sebagai antigen. Proses imuno modulasi
melibatkan dua mekanisme kekebalan yaitu sistem kekebalan afferent dan sistem
18
kekebalan efferen. Sistem kekebalan afferent dimulai dengan kontak, seleksi, dan
seluler faktor non limfoid baik humoral maupun seluler. Makrofag yang merupakan
respon yang dijalankan oleh antibodi dan dapat dideteksidalam serum, melibatkan
interleukin 6 (IL-6). melalui kontak langsung atau melalui sekresi sitokin regulator.
Sel-sel ini dapat juga berinteraksi secara simultan dengan sel tipe lain atau dengan
fagosit, pembekuan darah atau penyembuhan luka. Respons imun dapat bersifat lokal
atau sistemik dan akan berhenti bila antigen sudah berhasil dieliminasi melalui
mekanisme kontrol.
19
IV. KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
1. Limfosit T adalah sel yang ada di dalam tubuh ikan yang mampu mengenal dan
respons imun khusus, yaitu spesifitas dan memori. Limfosit T merupakan sel
2. Pendeteksian jumlah sel limfosit pada ikan dapat dilakukan dengan cara
manual melalui mikroskop dan menggunakan preparat ulas dari darah sampel
yang diambil. Metode lain yang bisa digunakan untuk menghitng sel darah
merah dan sel darah putih dapat dilakukan dengan menggunakan analisis citra.
3. Limfosit T berasal dari kelenjar timus dan berperan mengatur kekebalan yang
4. Sel target dari limfosit T adalah sel yang terinfeksi virus, bakteri atau pathogen lainnya
5. Cara kerja limfosit T yaitu dimulai dengan stimulasi patogen yang merupakan
mengeluarkan antibodi.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, D.P, S.F. Snieszko and H.R. Axelrod 1974. Immunology of fish diseases.
In Book Diseases of Fishes (eds.4). T.F.H. Publ. Nept, New York.
Ellis, A.E. 1982. Difference between the mechanism of fish and higher vertebrates.
P:1-23 Dalam: R. J. Roberts (ed.). Microbial Disease of Fish. University of
Stirling. Scotland. Academics Press. New York. 299p.
Irianto Agus. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Magnadottir B., Lange S., Gudmundsdottir S., Bogwald J., dan Dalm R.A. 2005.
Ontogeny of Humoral Immune Parameters In Fish. Fish and Shellfish
Immunology. 19: 429–439.
Munasir, Z. 2001. Respons Imun Terhadap Infeksi Bakteri. Sari Pediatri. 2 (IV): 193-
197.
Mundriyanto, H., Taufik, P., dan Taukhid. 2002. Respon Histologis Tubuh Kodok
(Rana catesbeiana Shaw) Terhadap Infeksi Bakteri Patogen dan Potensi
Saccharomyces cerevisiae Sebagai Immunostimulan. Jurnal Penelitian
Perikanan Indonesia, 8 (3): 53-63.
Noercholis, A., M. A. Muslim dan Maftuch. 2013. Ekstraksi Fitur Roundness untuk
Menghitung Jumlah Leukosit dalam Citra Sel Darah Ikan. Jurnal EECCIS
7(1).
Rahmaningsih, S. 2016. Hama dan penyakit ikan. Universitas PGRI ronggolawe. Tuban
Rijkers, G.T. 1981. Introduction to fish immunology. Development and Com Immunol.
5: 5427-534.
Rustikawati, I. 2012. Efektivitas ekstrak sargassum sp terhadap diferensiasi leukosit ikan nila
(oreochromis niloticus) yang diinfeksi streptococcus iniae. Jurnal akuatika. 3 (2):
125-134
Setiawati, M. 2004. Kebutuhan Nutrient Pakan Peningkat Daya Tahan Tubuh Ikan
Dalam Akuakultur. Makalah Falsafah Sains. Program Pasca Sarjana/S3.
Institut Pertanian Bogor.
Suhermanto, A., S. Andayani dan Maftuch. 2013. Pengaruh Total Fenol Teripang
Pasir (Holothuria scabra) terhadap Respon Imun Non Spesifik Ikan Mas
(Cyprinus carpio). Jurnal Bumi Lestari. 13(2): 225-233.
Yanuhar, U. 2011. Respon Immun Sel Interleukin -4 (IL-4) pada Ikan Kerapu Tikus
(Cromileptes altivelis) yang Dipapar Protein Imunogenik Vibrio harveyi.
Jurnal Kelautan. 4(2): 1907-9931.