Anda di halaman 1dari 21

SISTEM KEKEBALAN TUBUH PADA IKAN

(LIMFOSIT T)

TUGAS MANAJEMEN KESEHATAN IKAN

Disusun oleh:
Kelompok 8

GINA SALSABILA 26010214140085


GENIO CAESA 26010214140086
FEMY MUSTOFA ARDY 26010214140087

DEPARTEMEN AKUAKULTUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
2
3

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Sistem imun merupakan sistem koordinasi respon biologi yang bertujuan

melindungi integritas dan identitas individu serta mencegah invasi organisme dan zat

yang berbahaya di lingkungan yang dapat merusak dirinya. Sistem imun mempunyai

sedikitnya 3 fungsi utama. Pertama adalah suatu fungsi yang sangat spesifik yaitu

kesanggupan untuk mengenal dan membedakan berbagai molekul target sasaran dan

juga mempunyai respons yang spesifik. Fungsi kedua adalah kesanggupan

membedakan antara antigen diri dan antigen asing. Fungsi ketiga adalah fungsi

memori yaitu kesanggupan melalui pengalaman kontak sebelumnya dengan zat asing

patogen untuk bereaksi lebih cepat dan lebih kuat daripada kontak pertama.

Menurut Munasir (2001), ada beberapa mekanisme pertahanan tubuh dalam

mengatasi agen yang berbahaya di lingkungannya yaitu pertahanan fisik dan kimiawi.

Simbiosis dengan bakteri flora normal yang memproduksi zat yang dapat mencegah

invasi mikroorganisme seperti laktobasilus pada epitel organ. Innate immunity dan

imunitas spesifik. Dalam mekanisme imunitas non spesifik memiliki sifat selalu siap

dan memiliki respon langsung serta cepat terhadap adanya patogen pada individu

yang sehat. Sistem imun ini bertindak sebagai lini pertama dalam menghadapi infeksi

dan tidak perlu menerima paparan sebelumnya, bersifat tidak spesifik karena tidak

ditunjukkan terhadap patogen atau mikroba tertentu, telah ada dan berfungsi sejak
4

lahir. Mekanismenya tidak menunjukkan spesifitas dan mampu melindungi tubuh

terhadap patogen yang potensial. Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk

mengenali benda yang dianggap asing. Benda asing yang pertama kali muncul akan

segera dikenali dan terjadi sensitisasi sel-sel sistem imun tersebut. Benda asing yang

sama, bila terpapar ulang akan dikenal lebih cepat dan kemudian dihancurkan.

Respon sistem imun spesifik lebih lambat karena dibutuhkan sensitisasi oleh antigen

namun memiliki perlindungan lebih baik terhadap antigen yang sama. Sistem imun

ini pada ikan diperankan oleh limfosit B dan limfosit T yang berasal dari sel

progenitor limfoid.

Limfosit ditemukan dalam peredaran darah, organ limfoid dan jaringan lain

terutama selama peristiwa inflamasi. Pada vertebrata yang lebih tinggi ada dua jenis

dari limfosit. Limfosit T berasal dari tymus, dan limfosit B dari ginjal depan.

Menurut Mundriyanto et al. (2002), mekanisme kerja limfosit dalam peranannya

untuk sistem kekebalan tubuh yaitu berfungsi menyediakan zat kebal untuk

pertahanan tubuh dengan cara mengenali antigen melalui reseptor spesifik pada

membran sel. Pada limfosit T, ketika tubuh atau jaringan terpapar oleh antigen, maka

limfosit T tidak mampu mengenal antigen tersebut sendirian tanpa melalui reseptor

spesifik. Dengan adanya sel reseptor spesifik ini memungkinkan sel T lebih cepat

mengenali antigen yang ada sehingga langsung memberikan reaksi kekebalan dan

menstimulasi sel B untuk mengeluarkan antibodi. Limfosit berperan dalam

menginduksi limfosit B, kemudian limfosit B akan merangsang limfosit T untuk

menghasilkan sel sel fagosit. Sel-sel fagosit yang terbentuk diantarantya monosit dan

neutrophil akan memfagosit benda asing atau pathogen yang masuk.


5

1.2. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah yang berjudul Sistem Kekebalan Tubuh pada

Ikan (Limfosit T) adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui deskripsi limfosit T

2. Untuk mengetahui cara mendeteksi limfosit T

3. Untuk mengetahui sel atau jaringan penghasil limfosit T

4. Untuk mengetahui target limfosit T

5. Untuk mengetahui cara kerja limfosit T


6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Kekebalan Tubuh Ikan

Ikan seperti hewan pada umumnya, memiliki mekanisme pertahanan diri

(sistem imun) terhadap patogen. Meskipun sistem imun belum selengkap pada

vertebrata tingkat tinggi tetapi sistem imun ikan jauh lebih berkembang dibandingkan

dengan sistem imun pada invertebrata. Selain itu pada ikan sudah terdapat respon

imun spesifik terhadap antigen. Sistem pertahanan pada ikan diperlukan untuk

melindungi tubuh terhadap serangan patogen seperti virus, bakteri, cendawan dan

parasit lainnya (Irianto, 2005). Ikan memiliki sistem pertahanan diri atau imunitas

terhadap penyakit terutama yang disebabkan oleh bakteri (Dana et al., 1990).

Respon kekebalan tubuh pada ikan terdiri dari respon seluler dan respon

humoral (Rijkers, 1981). Selanjutnya dikatakan respon humoral merupakan

respon spesifik, sedang respon seluler bersifat non spesifik. Respon dan faktor

humoral antara lain antibodi, transferin, interferon, protein C-reaktif, sedangkan

respon dan faktor seluler seperti makrofage, sel kiler, neutrofil, reaksi penolakan

allograft dan hipersensitivitas. Selain itu menurut Anderson (1974), barir

mekanik dan kimiawi yaitu permukaan kulit, sisik dan mukus pada permukaan

tubuh dan insang, juga merupakan alat pertahanan tubuh ikan yang bersifat non

spesifik.
7

Sistem imun mempunyai sedikitnya 3 fungsi utama. Yang pertama adalah

suatu fungsi yang sangat spesifik yaitu kesanggupan untuk mengenal dan

membedakan berbagai molekul target sasaran dan juga mempunyai respons yang

spesifik. Fungsi kedua adalah kesanggupan membedakan antara antigen diri dan

antigen asing. Fungsi ketiga adalah fungsi memori yaitu kesanggupan melalui

pengalaman kontak sebelumnya dengan zat asing patogen untuk bereaksi lebih cepat

dan lebih kuat daripada kontak pertama (Munasir, 2001).

2.2. Sistem Kekebalan Spesifik dan Non Spesifik pada Ikan

2.2.1. Sistem kekebalan spesifik pada ikan

Sistem imun spesifik atau adaptif merupakan sistem imun yang bekerja untuk

mempertahankan tubuh dari infeksi patogen dan akan menjadi lebih baik kinerjanya

saat paparan patogen selanjutnya. Sistem pertahanan spesifik terdiri atas dua faktor

yaitu antibodi (humoral immunity) dan selluler (cell mediated immunity). Sistem

pertahanan spesifik berfungsi melawan penyakit yang memerlukan rangsangan

terlebih dahulu (Ellis, 1982). Sifat yang membedakan sistem pertahan spesifik dengan

sistem pertahanan lainnya adalah kespesifikan dan kemampuan untuk mengingat

suatu penyebab infeksi tertentu, sehingga dapat memberikan resistensi yang serupa

pada individu yang telah sembuh dari infeksi (Nabib dan Pasaribu, 1989).

Kekebalan humoral mempunyai peran penting dalam respons kekebalan

spesifik terhadap bakteri ekstraselular. Lipopolisakarida merupakan komponen yang

paling imunogenik dari dinding sel atau kapsul mikroorganisme serta merupakan

antigen yang thymus independent. Antigen ini dapat langsung merangsang sel limfosit
8

B yang menghasilkan imunoglobin (Ig)M spesifik yang kuat. Selain itu produksi IgG

juga dirangsang yang mungkin melalui mekanisme perangsangan isotype switching

rantai berat oleh sitokin (Munasir, 2001).

Sistem imun spesifik terdiri dari sistem pertahanan humoral dan cell mediated

response. Sistem imun ini mengandung imunoglobulin, sel-T reseptor, sitokin, dan

HSC (histocompability complex molecules). Tanggap kebal yang ditimbulkan oleh

sel-T disebut dengan kekebalan berperantara sel (cell mediated immunity) sedangkan

tanggap kebal yang dihasilkan oleh sel-B disebut dengan humoral immunity. Sifat

dari kekebalan yang dihasilkan oleh sel-T adalah tidak spesifik, sedangkan yang

dihasilkan oleh sel-B bersifat spesifik (NOAH, 2006).

2.2.2. Sistem kekebalan non spesifik pada ikan

Menurut Irianto (2005) sistem pertahanan alami (non spesifik) adalah sistem

yang menjalankan perlindungan secara umum terhadap invasi flora normal,

kolonisasi, infeksi dan penyakit infeksi yang disebabkan oleh patogen. Sistem imun

alami merupakan sistem pertahanan yang bersifat non spesifik, respon ini meliputi

barrier mekanik dan kimiawi (mukus, kulit, sisik, dan insang) dan pertahanan seluler

(sel makrofag, leukosit seperti monosit, netrofil, eosinofil, dan basofil). Mukus ikan

yang terdapat di permukaan tubuh, insang dan juga terdapat pada lapisan mukosa

usus berperan sebagai pemerangkap patogen secara mekanik dan eliminasi patogen

secara kimiawi dengan lisosim dan enzim proteolitik lainnya (Anderson 1974).

Menurut (Setiawati,2004), pertahanan non spesifik penting lainnya adalah

darah, khususnya sel darah putih yang terdiri dari monosit, limfosit, neutrofil yang
9

dapat bergerak ke tempat masuknya antigen asing melalui dinding kapiler dan juga

memiliki enzim lisozim, Komponen non-spesifik merupakan sistem kekebalan tubuh

ikan terhadap mekanisme fagosyst yang berkaitan dengan makrofag dan granular

leukosyst, sebagai contoh neutrofil menyerang mikroorganisme yang masuk melalui

jaringan kulit ikan atau mukus. Selain itu ada lysozym dan komplement lain yang

merusak phatogen.

Respons imun alamiah terhadap bakteri ekstraselular terutama melalui

mekanisme fagositosis oleh neutrofil, monosit serta makrofag jaringan. Resistensi

bakteri terhadap fagositosis dan penghancuran dalam makrofag menunjukkan

virulensi bakteri. Aktivasi komplemen tanpa adanya antibodi juga memegang peranan

penting dalam eliminasi bakteri ekstraselular. Lipopolisakarida (LPS) dalam dinding

bakteri gram negatif dapat mengaktivasi komplemen jalur alternatif tanpa adanya

antibodi. Salah satu hasil aktivasi komplemen ini yaitu C3b mempunyai efek

opsonisasi bakteri serta meningkatkan fagositosis. Selain itu terjadi lisis bakteri

melalui membrane attack complex (MAC) serta beberapa hasil sampingan aktivasi

komplemen dapat menimbulkan respons inflamasi melalui pengumpulan

(recruitment) serta aktivasi leukosit (Munasir, 2001).

2.3. Fungsi Kekebalan Tubuh Ikan

Sistem imun mempunyai sedikitnya 3 fungsi utama. Pertama adalah suatu

fungsi yang sangat spesifik yaitu kesanggupan untuk mengenal dan membedakan

berbagai molekul target sasaran dan juga mempunyai respon yang spesifik. Fungsi

kedua adalah kesanggupan membedakan antara antigen diri dan antigen asing. Fungsi
10

ketiga adalah fungsi memori yaitu kesanggupan melalui pengalaman kontak

sebelumnya dengan zat asing patogen untuk bereaksi lebih cepat dan lebih kuat

daripada kontak pertama (Munasir, 2001).

Menurut Ellis (1998), sistem kekebalan non spesifik merupakan sistem

kekebalan yang berfungsi pada awal kehidupan sedangkan kekebalan spesifik baru

berkembang dan dapat berfungsi dengan baik sekitar beberapa minggu setelah telur

menetas. Selain itu, sistem kekebalan non spesifik berfungsi untuk melawan segala

patogen yang menyerang tubuh. Sistem kekebalan non spesifik bersifat permanen

(selalu ada), dan tidak perlu dirangsang terlebih dahulu. Hal ini berbeda dengan

sistem kekebalan spesifik yang dalam menjalankan fungsinya memerlukan

rangsangan terlebih dahulu.

2.4. Limfosit T pada Ikan

Sistem imun spesifik seluler, yang berperan dalam sistem imun spesifik seluler

adalah limfosit T atau sel T. Sel tersebut juga berasal dari sel asal yang sama seperti

sel B. Sel T terdiri atas beberapa sel subset dengan fungsi yang berlainan. Fungsi

utama sistem imun spesifik selular adalah untuk pertahanan terhadap bakteri, virus,

jamur, dan parasit (Rahmaningsih, 2016).

Menurut Rustikawati (2012) limfosit yang terbentuk oleh immunostimulan

membantu dalam mensintesa antibodi dan memfagosit bakteri. Hal ini terbukti dari

hasil pengamatan indeks fagosit dan titer antibodi, dimana ikan uji yang telah diberi

ekstrak Sargasum mempunyai indeks fagosit yang lebih besar dan kadar antibodi

yang lebih tinggi dibandingkan dengan ikan yang tidak diberi ekstrak Sargasum.
11

III. PEMBAHASAN

3.1. Deskripsi Limfosit T

Ada beberapa substansi sel dan organ yang berperan dalam sistem pertahanan

tubuh suatu organisme. Elemen-elemen tersebut sering disebut dengan sistem

kekebalan (immune system). Organ yang termasuk dalam sistem kekebalan adalah

sistem “Reticulo Endothelial”, limfosit, plasmosit, dan fraksi serum protein tertentu.

Limfosit adalah sel yang ada di dalam tubuh ikan yang mampu mengenal dan

menghancurkan bebagai determinan antigenik yang memiliki dua sifat pada respon

imun khusus, yaitu spesifitas dan memori. Limfosit memiliki beberapa subset yang

memiliki perbedaan fungsi dan jenis protein yang diproduksi, namun morfologinya

sulit dibedakan. Limfosit berperan dalam respons imun spesifik karena setiap

individu limfosit dewasa memiliki sisi ikatan khusus sebagai varian dari prototipe

reseptor antigen. Reseptor antigen pada limfosit B adalah bagian membran yang

berikatan dengan antibodi yang disekresikan setelah limfosit B yang mengalami

diferensiasi menjadi sel fungsional, yaitu sel plasma yang disebut juga sebagai

membran imunoglobulin. Reseptor antigen pada limfosit T bekerja mendeteksi bagian

protein asing atau patogen asing yang masuk sel inang.

Sel yang berperan dalam sistem tanggap kebal atau system kekebalan spesifik

pada ikan terdiri dari dua jenis sel limfosit yaitu limfosit B dan limfosit T. Aktivitas

yang pasti dari sel-T pada ikan belum banyak diketahui tapi yang jelas peran

utamanya adalah dalam sitem kekebalan seluler dan biasanya disebut dengan imun
12

perantara sel (cell mediated immunity). Sel-B sangat berperan dalam produksi

imunoglobulin melalui rangsangan antigen tertentu dan imunoglobulin diproduksi

oleh sel tertentu pada limpa dan mungkin juga pada organ hati. Limfosit T merupakan

sel yang berperan sebagai system imun yang bekerja secara spesifik yaitu dengan cara

mengenali antigen terlebih dahulu. Menurut Mundriyanto et al. (2002), mekanisme

kerja limfosit dalam peranannya untuk sistem kekebalan tubuh berfungsi

menyediakan zat kebal untuk pertahanan tubuh dengan cara mengenali antigen

melalui reseptor spesifik pada membran sel. Pada limfosit T, ketika tubuh atau

jaringan terpapar oleh antigen, maka limfosit T tidak mampu mengenal antigen

tersebut sendirian tanpa melalui reseptor spesifik. Dengan adanya sel reseptor spesifik

ini memungkinkan sel T lebih cepat mengenali antigen yang ada sehingga langsung

memberikan reaksi kekebalan dan menstimulasi sel B untuk mengeluarkan antibodi.

Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenali benda yang

dianggap asing. Benda asing yang pertama kali muncul akan segera dikenali dan

terjadi sensitisasi sel-sel sistem imun tersebut. Benda asing yang sama, bila terpajan

ulang akan dikenal lebih cepat dan kemudian dihancurkan. Respon sistem imun

spesifik lebih lambat karena dibutuhkan sensitisasi oleh antigen namun memiliki

perlindungan lebih baik terhadap antigen yang sama. Sistem imun ini diperankan oleh

Limfosit B dan Limfosit T yang berasal dari sel progenitor limfoid. Limfosit T

berperan pada sistem imun spesifik selular. Sel T dibentuk di kelenjar timus.

Persentase sel T yang matang dan meninggalkan timus untuk ke sirkulasi hanya 5-

10%. Fungsi utama sistem imun spesifik selular adalah pertahanan terhadap bakteri

intraselular, virus, jamur, parasit dan keganasan. Sel T terdiri atas beberapa subset
13

dengan fungsi yang berbeda-beda yaitu sel T-h1, T-h2, T-dth, CTL atau T-c, T-h3 atau

Ts atau sel Tr. CD4+ merupakan penanda bagi sel T helper dan CD8 merupakan

penanda dari CTL yang terdapat pada membran protein sel.

Menurut Munasir (2001), bila mikroorganisme dapat melewati pertahanan

nonspesifik/innate immunity, maka tubuh akan membentuk mekanisme pertahanan

yang lebih kompleks dan spesifik. Mekanisme imunitas ini memerlukan pengenalan

terhadap antigen lebih dulu. Mekanisme imunitas spesifik ini terdiri dari:

1. Imunitas humoral yaitu produksi antibodi spesifik oleh sel limfosit B (T dependent

dan non T dependent).

2. Cell mediated immunity (CMI)

Sel limfosit T berperan pada mekanisme imunitas ini melalui produksi sitokin serta

jaringan interaksinya, sel sitotoksik matang di bawah pengaruh interleukin 2 (IL-2)

dan interleukin 6 (IL-6).

3.2. Cara Mendeteksi Limfosit T

Sel Limfosit merupakan salah satu bagian sel yang berada di dalam sel darah

putih (leukosit). Menurut Noercholis (2013), leukosit terdiri dari agranulosit (monosit

dan limfosit) dan granulosit (heterofil, eosinofi dan basofil) limfosit dalam leukosit

mengalami diferensiasi sel limfosit tersebut meliputi sel B yang membentuk antibodi

dan sel T yang terdiri dari sel T helper, sel T sitotoksik, sel T supresor, dan sel T

delayed hypersensitivity. Salah satu cara untuk mempertahankan sistem imun berada

dalam kondisi optimal adalah dengan asupan gizi yang baik dan seimbang. Kedua
14

sistem imun ini bekerja sama dengan saling melengkapi secara humoral, seluler dan

sitokin dalam mekanisme yang kompleks dan rumit. Jumlah sel limfosit pada ikan

dapat mengalami pertambahan jika ikan sedang mengalami stres baik karena keadaan

lingkungan maupun karena serangan bakteri atau penyakit yang menyerang ikan. Hal

ini didukung oleh peryataan Andayani (2006) bahwa limfosit dapat bertambah

jumlahnya karena ikan stres, stres dapat menimbulkan gangguan respon imun

nonspesifik, diantaranya berupa poliferasi limfosit (pertambahan jumlah sel dan

perubahan bentuk menjadi sel T dan sel B). Stres juga memacu keluarnya hormon

kartisol yang dapat menekan sistem imun (immunosupresif) setelah diransang dan

dapat menimbulkan depresi limfosit, makrofag, dan leukosit.

Pendeteksian jumlah sel limfosit pada ikan dapat dilakukan dengan cara

pemerikasaan parameter hematology dengan melakukan perhitungan secara manual

melalui mikroskop dan menggunakan preparat ulas dari darah sampel yang diambil,

perhitungan secara manual ini dilakukan lebih dari 5 kali pengulangan agar mendapat

hitungan yang sesuai dan akurat, namun dengan cara ini masih belum sempurna atau

relevan, ukuran sel yang kecil dapat megakibatkan kesalahan perhitungan sering

terjadi karena pengamatan yang hanya mengadalkan indera nanusia saja Hal ini

diperkuat oleh Noercholis (2013), yang menyatakan bahwa pemeriksaan parameter

hematology ikan meliputi pemeriksaan nilai hematokrit, kadar hemoglobin, jumlah

sel darah merah, jumlah sel darah putih dan pengamatan parasit yang terdapat dalam

darah. Selama ini perhitungan yang dilakukan menggunakan mikroskop optik masih

dilakukan secara manual dengan menghitung jumlah sel darah yang tampak pada

mikroskop pada setiap bidang pandang. Perhitungan ini dilakukan 6-12 kali pada
15

bidang pandang yang berbeda dengan mengeserkan preparat untuk menghasilkan

kesimpulan yang akurat. Utami (2013), menyatakan bahwa Perhitungan diferensial

leukosit yaitu limfosit, monosit, dan neutrofil dengan pengamatan preparat ulas darah.

Metode lain yang bisa digunakan untuk menghitng sel darah merah dan sel

darah putih dapat dilakukan dengan menggunakan analisis citra. hal ini sesuai dengan

pendapat Noercholis (2013), yang menyatakan bahwa Analisis citra merupakan salah

satu metode dalam pengolahan citra digital. Proses pengolahan citra digital dimulai

dari pembacaan citra digital, preprocessing, segmentation, recognition dan

penghitungan jumlah sel darah merah dan sel darah putih. Untuk melakukan

perhitungan jumlah sel darah putih diperlukan sebuah sistem cerdas yang mampu

mengenali bentuk dari sel sel darah putih. Sel darah merah bisa dibedakan dengan sel

darah putih berdasarkan tingkat kebulatannya (roundness). Sel darah putih cenderung

berbentuk lebih bulat dan lebih kecil jika dibandingkan dengan sel darah merah.

Tingkat kebulatan (roundness) sebuah bentuk bisa dihitung berdasarkan nilai

perimeter dan luas selnya.

3.3. Sel Atau Jaringan Penghasil Limfosit T

Limfosit merupakan sel yang berfungsi untuk membuat antibodi bagi tubuh

ikan dan memiliki peran penting untuk menjaga tubuh dari serangan-serangan yang

berasal dari luar, dan limfosit merupakan sel yang berada pada leukosit didalam darah

ikan, limfosit diproduksi oleh jaringan atau organ limfoid tubuh ikan yaitu thymus,

ginjal, dan hati. Menurut Magnadottir et al. (2005) organ-organ limfoid seperti ginjal,

timus, dan limpa.


16

Sel leukosit dalam tubuh ikan akan berdiferensiasi menjadi dua yaitu

Limfosit T yang berasal dari kelenjar timus dan berperan mengatur kekebalan yang

mampu mengeliminasi antigen melalui cell mediated immune respons. Limfosit B

diduga berasal dari organ ginjal dan berperan dalam pembentukan antibodi. Hal ini

diperkuat oleh Suhermanto (2013), yang menyatakan bahwa limfosit merupakan sel

yang berfungsi memproduksi antibodi atau sebagai sel efektor dalam menanggapi

antigen terikat makrofag. Limfosit yang bersikulasi terutama berasal dari timus,

beberapa diantaranya secara relatif tidak mengalami diferensiasi bermigrasi,

memperbanyak diri dan bersifat limfosit T, kemudian dapat masuk kembali kedalam

aliran darah. Menurut Yanuhar (2011), head kidney juga merupakan sumber sel

immune yang melimpah berguna untuk system pertahanan tubuh, sel didalam head

kidney diantaranya adalah sel limfoid yang bertindak penting dalam induksi dan

elaborasi respon imun. Selain sel tersebut juga terdapat sel makrofag sinusoidal dan

sel endothelial pada head kidney berpartisipasi dalam menangkap partikel dan

substansi lain dari aliran darah. Head kidney adalah produsen antibodi dan

mengakumulasikan melanomakrofag yang mampu menyimpan dan memelihara

antigen dalam waktu yang lama (immunological memory).


17

3.4. Target Limfosit T

Limfosit T atau biasa dikenal sebagai sel T merupakan bagian dari sel darah

putih dimana fungsinya yang berperan dalan sistem imun. Sel T bersifat seperti

tentara dimana. ketika ada benda asing masuk maka sel T akan menghacurkan benda

tersebut. Sebagai contoh sel target dari limfosit T adalah sel yang terkena virus atau

bakteri maka sel T yang kemudian akan segera memecah sel tersebut. Sehingga sel T

sangat berperan dalam menjaga sistem imun dalam tubuh ikan. Seperti yang

dikatakan oleh Munasir (2001) Respon sel limfosit T yang utama terhadap bakteri

ekstraselular melalui sel TCD4 yang berhubungan dengan molekul MHC kelas II

yang mekanismenya telah dijelaskan di atas. Sel TCD4 berfungsi sebagai sel

penolong untuk merangsang pembentukan antibodi, aktivasi fungsi fagosit dan

mikrobisid makrofag.

Sel T pembunuh secara langsung menyerang sel lainnya yang membawa

antigen asingatau abnormal di permukaan mereka. Sel T pembunuh adalah sub-grup

dari sel T yang membunuh sel yang terinfeksi dengan virus (dan patogen lainnya),

atau merusak dan mematikan patogen. Seperti sel B, tiap tipe sel T mengenali antigen

yang berbeda.

3.5. Cara Kerja Limfosit T

Proses pembentukan respon kekebalan dimulai dengan stimulasi patogen yang

merupakan protein asing dan dikenal sebagai antigen. Proses imuno modulasi

melibatkan dua mekanisme kekebalan yaitu sistem kekebalan afferent dan sistem
18

kekebalan efferen. Sistem kekebalan afferent dimulai dengan kontak, seleksi, dan

penghancuran antigen sedangkan sistem kekebalan efferen menghasilkan aktivasi

limfosit, antibodi, sel-selfagositik, dan mekanisme kekebalan lainnya seperti respon

seluler faktor non limfoid baik humoral maupun seluler. Makrofag yang merupakan

sistem kekebalan pertama akan menghancurkan antigen melalui proses fagositosis

setelah terjadi aktivasi antigenik yang kemudian mengirimkan sandi-sandi ke sel-sel

limfosit. Selanjutnya sel-sel limfosit akan berproliferasi dan membentuk subpopulasi

limfosit yaitu limfosit T (sel T), sedangkan respon kekebalan humoral merupakan

respon yang dijalankan oleh antibodi dan dapat dideteksidalam serum, melibatkan

limfosit B (disebut sel B atau sel plasma).

Menurut Munasir (2001), produksi sitokin serta jaringan interaksinya.

Kemudian sel sitotoksik matang di bawah pengaruh interleukin 2 (IL-2) dan

interleukin 6 (IL-6). melalui kontak langsung atau melalui sekresi sitokin regulator.

Sel-sel ini dapat juga berinteraksi secara simultan dengan sel tipe lain atau dengan

komponen komplemen, kinin atau sistem fibrinolitik yang menghasilkan aktivasi

fagosit, pembekuan darah atau penyembuhan luka. Respons imun dapat bersifat lokal

atau sistemik dan akan berhenti bila antigen sudah berhasil dieliminasi melalui

mekanisme kontrol.
19

IV. KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan makalah yang berjudul Sistem

kekebalan Tubuh Ikan (Limfosit T) adalah sebagai berikut:

1. Limfosit T adalah sel yang ada di dalam tubuh ikan yang mampu mengenal dan

menghancurkan bebagai determinan antigenik yang memiliki dua sifat pada

respons imun khusus, yaitu spesifitas dan memori. Limfosit T merupakan sel

yang berperan sebagai sistem imun yang bekerja secara spesifik.

2. Pendeteksian jumlah sel limfosit pada ikan dapat dilakukan dengan cara

pemerikasaan parameter hematology dengan melakukan perhitungan secara

manual melalui mikroskop dan menggunakan preparat ulas dari darah sampel

yang diambil. Metode lain yang bisa digunakan untuk menghitng sel darah

merah dan sel darah putih dapat dilakukan dengan menggunakan analisis citra.

3. Limfosit T berasal dari kelenjar timus dan berperan mengatur kekebalan yang

mampu mengeliminasi antigen melalui cell mediated immune respons.

4. Sel target dari limfosit T adalah sel yang terinfeksi virus, bakteri atau pathogen lainnya

serta sel lainnya yang membawa antigen asing atau abnormal.

5. Cara kerja limfosit T yaitu dimulai dengan stimulasi patogen yang merupakan

protein asing dan dikenal sebagai antigen. Selanjutnya sel-sel limfosit

akan berproliferasi dan membentuk sub populasi limfosit yaitu limfosit T (sel T)


20

sehingga langsung memberikan reaksi kekebalan dan menstimulasi sel B untuk

mengeluarkan antibodi.

DAFTAR PUSTAKA

Andani S, M. Sanoesi, E. Wiljeng dan H. Suprastiani. 2006. Profil Hematologis


Beberapa Spesies Ikan Air Tawar Budidaya. Jurusan MSP FPIK UB Malang.

Anderson, D.P, S.F. Snieszko and H.R. Axelrod 1974. Immunology of fish diseases.
In Book Diseases of Fishes (eds.4). T.F.H. Publ. Nept, New York.

Ellis, A.E. 1982. Difference between the mechanism of fish and higher vertebrates.
P:1-23 Dalam: R. J. Roberts (ed.). Microbial Disease of Fish. University of
Stirling. Scotland. Academics Press. New York. 299p.

Ellis, A. E. 1988. Fish Vaccination. Academic Press. London. 255 hlm

Irianto Agus. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

Magnadottir B., Lange S., Gudmundsdottir S., Bogwald J., dan Dalm R.A. 2005.
Ontogeny of Humoral Immune Parameters In Fish. Fish and Shellfish
Immunology. 19: 429–439.

Magnadottir, B. 2010. Immunological control of fish diseases. Journal of Marine


Biotechnology. 12: 361–379.

Munasir, Z. 2001. Respons Imun Terhadap Infeksi Bakteri. Sari Pediatri. 2 (IV): 193-
197.

Mundriyanto, H., Taufik, P., dan Taukhid. 2002. Respon Histologis Tubuh Kodok
(Rana catesbeiana Shaw) Terhadap Infeksi Bakteri Patogen dan Potensi
Saccharomyces cerevisiae Sebagai Immunostimulan. Jurnal Penelitian
Perikanan Indonesia, 8 (3): 53-63.

Nabib, R. dan F. H. Pasaribu. 1989. Patologi dan Penyakit Ikan. Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. IPB.
Bogor. 158 hal.
21

[NOAH] National Office of Animal Health. 2006. Responsible Use of Vaccines


ann Vaccination in Fish Production. RUMA Guidelines.

Noercholis, A., M. A. Muslim dan Maftuch. 2013. Ekstraksi Fitur Roundness untuk
Menghitung Jumlah Leukosit dalam Citra Sel Darah Ikan. Jurnal EECCIS
7(1).

Rahmaningsih, S. 2016. Hama dan penyakit ikan. Universitas PGRI ronggolawe. Tuban

Rijkers, G.T. 1981. Introduction to fish immunology. Development and Com Immunol.
5: 5427-534.

Rustikawati, I. 2012. Efektivitas ekstrak sargassum sp terhadap diferensiasi leukosit ikan nila
(oreochromis niloticus) yang diinfeksi streptococcus iniae. Jurnal akuatika. 3 (2):
125-134

Setiawati, M. 2004. Kebutuhan Nutrient Pakan Peningkat Daya Tahan Tubuh Ikan
Dalam Akuakultur. Makalah Falsafah Sains. Program Pasca Sarjana/S3.
Institut Pertanian Bogor.

Suhermanto, A., S. Andayani dan Maftuch. 2013. Pengaruh Total Fenol Teripang
Pasir (Holothuria scabra) terhadap Respon Imun Non Spesifik Ikan Mas
(Cyprinus carpio). Jurnal Bumi Lestari. 13(2): 225-233.

Utami, D.T., S. B Prayitno, S. Hastuti dan A. Santika. 2013. Gambaran Parameter


Hematologis Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang Diberi Vaksin
DNA Streptococcus Iniae dengan Dosis yang Berbeda. Journal of
Aquaculture Management and Technology. 2(4): 7-20.

Yanuhar, U. 2011. Respon Immun Sel Interleukin -4 (IL-4) pada Ikan Kerapu Tikus
(Cromileptes altivelis) yang Dipapar Protein Imunogenik Vibrio harveyi.
Jurnal Kelautan. 4(2): 1907-9931.

Anda mungkin juga menyukai