Anda di halaman 1dari 89

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak dengan tumbuh kembang yang optimal adalah harapan setiap

orang tua. Untuk mewujudkannya tentu saja orang tua harus selalu

memperhatikan, mengawasi, dan merawat anak secara seksama. Proses

tumbuh kembang anak dapat berlangsung secara alamiah, tetapi proses

tersebut sangat tergantung kepada orang dewasa atau orang tua (Hanavi,

2011).

Orang tua mempunyai peranan penting untuk memperhatikan segala

kebutuhan jasmani dalam bentuk pemberian gizi, unsur- unsur kesehatan

lainnya secara seimbang, kebutuhan rohani dalam bentuk kasih sayang dan

perhatian yang penuh dengan dilandasi sikap keberagamaan dan kepatutan

yang sesuai dengan norma yang berlaku, serta kebutuhan psikologis dalam

bentuk menjaga setiap unsur kepribadian dan kejiwaannya serta jangan

sampai pola psikologis anak menjadi terganggu dengan segala apa yang

dilihat dan dirasakan dari lingkungan sekelilingnya (Qodir, 2008).

Kajian tentang pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi

penting karena memiliki alasan. Alasan pertama, bahwa kajian itu diperlukan

untuk panduan praktis bagi orang tua, guru, dan orang – orang yang

berhubungan dengan sang anak. Alasan kedua adalah bahwa kajian ini

memberikan kemampuan bagi masyarakat untuk mendukung pertumbuhan

dan perkembangan anak secara sehat. Pemahaman dini terhadap

1
2

perkembangan otak bisa mengurangi atau mengeliminasi berbagai hambatan

bagi pertumbuhan dan perkembangan otak yang sehat. Alasan ketiga adalah

kajian mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak membantu para

terapis dan pendidik untuk membantu anak yang mempunyai kebutuhan

khusus dengan lebih baik, seperti menghadapi berbagai kesulitan emosional

atau pembelajaran pada diri sang anak. Alasan keempat adalah memahami

pertumbuhan dan perkembangan anak bisa memberikan manfaat bagi

pemahan diri. Kita mengetahui diri kita sendiri dengan lebih baik dengan cara

mengakui pengaruh–pengaruh yang telah membuat kita menjadi orang seperti

sekarang (Qodir, 2008).

Anak prasekolah atau sering disebut usia dini 4 sampai dengan 6

tahun merupakan kelompok anak yang rawan untuk mengalami gangguan

pertumbuhan. Hal ini dikarenakan pada usia ini anak yang sedang berada

dalam periode sensitif atau masa peka, yaitu suatu periode di mana suatu

fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak terlambat

pertumbuhan dan perkembangannya (Safitria,2013).

Berat badan merupakan salah satu antropometri yang memberikan

gambaran tentang massa tubuh (tulang, otot, dan lemak). Massa tubuh sangat

sensitif terhadap perubahan mendadak, misalnya akibat penyakit yang

diderita, nafsu makan seseorang menurun, konsumsi makan berkurang

sehingga berakibat terhadap berkurangnya berat badan. Tinggi badan

merupakan parameter yang penting bagi keadaan gizi masa lalu terutama

yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada

masa balita, selain itu tinggi badan anak dapat digunakan sebagai indeks
3

yang sensitif untuk mendeteksi adanya perubahan status sosial ekonomi

keluarga (Supariasa.dkk, 2001).

Pertumbuhan anak yang sehat adalah memiliki berat badan yang ideal

dan tinggi badan yang ideal mengikuti umurnya. Seringkali didapati bahwa

anak -anak yang berada dalam umur yang sama tetapi terdapat variasi dalam

tinggi badan mereka. Terlintas dalam fikiran kenapa terdapat perbedaan dalam

tinggi badan anak-anak sedangkan mereka dalam lingkungan umur yang sama

(Hanavi, 2011).

Menurut WHO dan Depkes (2008) pemantauan pertumbuhan

merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terdiri dari pengukuran

pertumbuhan fisik dan perkembangan individu dimasyarakat dengan tujuan

meningkatkan status kesehatan anak, perkembangan dan kualitas hidup.

Prinsip dasar penilaian pertumbuhan anak mencakup mengukur berat dan

panjang atau tinggi anak dan membandingkan dengan standar pertumbuhan.

Sedangkan tujuan penilaian pertumbuhan adalah menentukan apakah anak

tumbuh secara normal, atau mempunyai masalah pertumbuhan, atau ada

kecenderungan mempunyai masalah pertumbuhan yang perlu ditangani

(Aritonang,2010).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ernawati (2006) yang berjudul

hubungan faktor sosial ekonomi, higiene sanitasi lingkungan, tingkat

konsumsi dan infeksi dengan status gizi anak usia 2-5 tahun di kabupaten

semarang tahun 2003 menyatakan bahwa tingkat pendidikan ibu berhubungan

dengan tingkat konsumsi energi dan protein. Tingkat konsumsi energi, tingkat

konsumsi protein, dan kejadian ISPA berhubungan dengan status gizi. Tingkat
4

pendapatan per kapita, tidak berhubungan dengan tingkat konsumsi energi dan

protein. Higiene sanitasi lingkungan tidak berhubungan dengan kejadian

ISPA dan diare. Adapun didalam penelitian tersebut menggunakan uji statik

yaitu Rank Spearman dan Chi-Square. Hasil penelitian tersebut menunjukkan

responden berasal dari golongan social ekonomi rendah dengan tingkat

pengetahuan gizi yang rendah, tingkat konsumsi energi 93,4% sampel

termasuk defisit dan tingkat konsumsi protein 35,5% sampel termasuk defisit.

Dalam tiga bulan terakhir dan saat penelitian 63,2% sampel menderita ISPA

(Infeksi Saluran Pernapasan Bagian Atas) dan 1,3% sampel mengalami diare,

39,6% sampel mempunyai status gizi buruk berdasarkan indeks BB/U.

Tingkat konsumsi energi dan protein dan kejadian ISPA berhubungan dengan

slor Z BB/U. pada anak usia 2-5 tahun. Tingkat pendidikan ibu dan

pengetahuan gizi ibu berhubungan dengan tingkat konsumsi protein. Tingkat

pendidikan ibu berhubungan dengan tingkat konsumsi energi.

Sedangkan dari hasil penelitian oleh Kusminarti didapatkan bahwa

faktor-faktor yang berhubungan dengan pertumbuhan balita terdiri dari

riwayat status gizi balita (p value: 0,000), penyakit infeksi (p value : 0,003),

pendapatan orangtua (p value :0,000) dan pengetahuan Ibu tentang gizi (p

value : 0,000). Sehinggah kesimpulan dari penelitian tersebut adalah ada

hubungan antara faktor riwayat status gizi balita, penyakit infeksi, pendapatan

orangtua, dan pengetahuan Ibu tentang gizi dengan pertumbuhan balita usia 2-

4 tahun di Kelurahan Salaman Mloyo.

Adapun hasil penelitian oleh Sutiari dan Wulandari menyatakan

bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi waktu lahir
5

dengan tingkat pertumbuhan berdasarkan indikator BB/TB, dengana nilai p>

0,05; 3) . Ada hubungan yang signifikan antara status gizi waktu lahir dengan

tingkat perkembangan berdasarkan indikator form cheklist metode HOME,

dengan nilai p <0,05.

World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa 54%

kematian anak disebabkan oleh keadaan gizi buruk, sementara itu di negara

India menurut Survei Kesehatan Nasional India menunjukan bahwa 53%

anak-anak kekurangan berat badan walaupun survei pada tahun 2006 terjadi

penurunan menjadi 47% tetapi angka tersebut masih tinggi (Srivastava A,

Syed, Payal, Ved, Bhushan, 2011).

Di Indonesia sendiri sebagai negara ke empat yang memiliki jumlah

penduduk terbesar di dunia dari data sensus tahun 2004, Indonesia memiliki

populasi 214.6 juta penduduk. Dari jumlah penduduk tahun 2004 tersebut,

8.88% adalah anak-anak yang berumur 0 hingga 5 tahun. Oleh karena jumlah

populasi yang besar, Indonesia mengalami masalah untuk memenuhi

kebutuhan anak, dari segi pelayanan kesehatan maupun pendidikan. Hampir

lebih dari 2 juta anak anak di bawah umur 5 tahun mengalami gizi buruk dan

sepertiga dari anak berusia 5-9 tahun tidak mendapat pendidikan sekolah.

Prevalensi pada anak pra-sekolah di Indonesia yang mengalami malnutrisi

sekarang meningkat sebanyak 40% dibandingkan pada tahun 1990 (Hanavi,

2011).

Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan tingginya masalah gizi pada anak

usia sekolah di Indonesia, baik itu masalah kurang gizi maupun kelebihan

gizi. Prevalensi anak usia sekolah laki-laki kurus adalah 13,3% di 16 provinsi
6

diatas perevalensi nasional, dan sebanyak 19 provinsi anak usia sekolah

perempuan mempunyai prevalensi kurus diatas prevalensi nasional sebanyak

10,9%. Prevalensi anak usia sekolah laki-laki gemuk sebesar 9,5% di 16

provinsi di atas prevalensi nasional, dan di 17 provinsi ditemukan angka

prevalensi anak usia sekolah perempuan di atas prevalensi nasional sebesar

6,4%, Depkes 2008 (Hajar.S, 2011).

Di Sulawesi selatan, prevalensi malnutrisi pada anak laki-laki sebesar

15,5% dan 13,4% pada anak perempuan. Di Makassar, prevalensi malnutrisi

sebesar 15,6% pada anak laki-laki dan 16,9% pada anak perempuan

(Riskesdas,2007).

Faktor sosial ekonomi inilah yang juga ikut mempengaruhi

pertumbuhan anak. Faktor sosial ekonomi tersebut antara lain: pendidikan,

pekerjaan, pendapatan keluarga, budaya, dan teknologi. Fakor-faktor tersebut

berinteraksi satu dengan yang lainnya sehingga dapat mempengaruhi

masukan zat gizi dan infeksi pada anak. Pada akhirnya ketersediaan zat gizi

pada tingkat seluler rendah dan mengakibatkan pertumbuhan terganggu

(Supariasa, 2001).

Menurut Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi

Selatan jumlah penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan di Sulawesi

Selatan data bulan Maret 2013 berjumlah 787,67 ribu (9,54%) Hal ini

berkontribusi pada jumlah kasus gizi buruk (Astati, 2013).

Pada masa usia dini atau prasekolah, anak membutuhkan lebih

banyak zat gizi untuk pertumbuhan dan beraktivitas. Hal ini disebabkan

karena pada masa ini terjadi pertumbuhan fisik, mental, intelektual, dan sosial
7

secara cepat, sehingga golongan ini perlu mendapat perhatian khusus.Faktor

kecukupan gizi ditentukan oleh kecukupan konsumsi pangan dan kondisi

keluarga. Adapun jumlah dan kualitas makanan keluarga ditentukan oleh

tingkat pendapatan keluarga. Pada umumnya kemiskinan menduduki posisi

pertama sebagai penyebab gizi kurang, sehingga perlu mendapat perhatian

yang serius karena kemiskinan berpengaruh besar terhadap konsumsi

makanan (Lisbet, Sebataraja, Oenzil, Asterina, 2014).

Kehidupan pada masa kanak–kanak adalah cermin dari kehidupan

masa depannya nanti. Bila sejak dini anak sudah mengalami gangguan, maka

hal itu akan berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan dan

perkembangannnya dimasa depan. Oleh karena itu, intinya adalah jika

pertumbuhan dan perkembangan anak sejak dini sudah mengalami hambatan,

maka hal itu bisa mengganggu tingkat kecerdasan, kesuksesan, dan

kematangannya sebagai seorang individu, manusia, dan juga makhluk

pengemban amanah di muka bumi ini (Qodir , 2008).

Menurut Undang- undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak

Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak

lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan

jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan

lebih lanjut. Sedangkan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan

formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK). Taman kanak- kanak inilah yang

menangani anak usia 4- 6 tahun (Mudjito,2009).


8

Di TK Asdani yang terletak di Jl. Tamangapa Raya tepatnya di

Kecamatan Manggala, berdasarkan hasil wawancara langsung yang dilakukan

peneliti (7 Januari 2015 dan 23 Januari 2015) kepada kepala sekolah TK

Asdani mengatakan bahwa jumlah murid di TK Asdani adalah 30 anak, yang

rata- rata 5-6 tahun. Adapun mayoritas orang tua murid bekerja sebagai buruh

harian dan ibu rumah tangga. Menurut Kepala sekolah TK Asdani, terdapat

±50% anak yang memiliki BB (Berat Badan) tidak sesuai dengan umurnya,

begitupun dengan Tinggi Badan (TB) yang tidak sesuai dengan umurnya.

Dalam hal ini, menurut sumber yang diterima dari Kepala Sekolah TK Asdani

mengatakan bahwa ±50 % dari jumlah anak di TK Asdani mengalami kerdil

dan gemuk. Maka Hal inilah yang mendorong peneliti melakukan penelitian

dilokasi TK Asdani Makassar.

Kecepatan pertumbuhan anak berbeda–beda, begitupun juga faktor-

faktor yang saling mempengaruhi pada pertumbuhan anak. Maka berdasarkan

uraian tersebut peneliti tertarik untuk meneliti “Faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat pertumbuhan anak usia dini di TK Asdani Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya,

maka perumusan masalah penelitian ini adalah “Faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi tingkat pertumbuhan anak usia dini di TK Asdani Makassar ?

C. Hipotesis

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka

hipotesis dalam penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. H0 (Hipotesis Nol)
9

a. Tidak ada pengaruh antara status gizi dengan pertumbuhan anak

b. Tidak ada pengaruh antara pengetahuan ibu dengan pertumbuhan anak

c. Tidak ada pengaruh antara sosial ekonomi keluarga dengan

pertumbuhan anak

d. Tidak ada pengaruh antara riwayat berat badan waktu lahir dengan

pertumbuhan anak

e. Tidak ada pengaruh antara riwayat penyakit infeksi dengan

pertumbuhan anak.

2. Ha (Hipotesis Alternatif)

a. Ada pengaruh antara status gizi dengan pertumbuhan anak

b. Ada pengaruh antara pengetahuan ibu dengan pertumbuhan anak

c. Ada pengaruh antara sosial ekonomi keluarga dengan pertumbuhan

anak.

d. Ada pengaruh antara riwayat berat badan waktu lahir dengan

pertumbuhan anak

e. Ada pengaruh antara riwayat penyakit infeksi dengan pertumbuhan

anak.

D. Definisi Operasional

1. Status gizi adalah keadaan anak usia dini 5-6 tahun di TK Asdani Makassar

yang diukur dengan memperhatikan BB/U dalam klasifikasi status gizi

berdasarkan WHO 2007

a. Gizi lebih : z- skor > +2SD

b. Gizi baik : z- skor ≥ - 2SD sampai dengan ≤ +2SD

c. Gizi kurang : z- skor < -2SD sampai dengan ≥ - 3SD


10

d. Gizi Buruk : z- skor < - 3SD

2. Pengetahuan Ibu

Pengetahuan ibu adalah pengetahuan yang diketahui ibu tentang

pertumbuhan anak.

Kriteria objektif :

a. Cukup : Jika responden menjawab benar >22

b. Kurang: Jika responden menjawab benar <22

3. Sosial ekonomi

Sosial ekonomi adalah jumlah pendapatan orang tua murid TK. Asdani

Makassar dalam sebulan dari berbagai sumber pendapatan keluarga yang

sesuai dengan UMR (Upah minimum Regional) Sulsel tahun 2015 yaitu

sebesar Rp 1.200.000

Kriteria Objektif :

a. Cukup : Jika pendapatan > Rp 1.200.000

b. Kurang : Jika pendapatan <Rp 1.200.000

4. Riwayat Penyakit Infeksi

Riwayat penyakit infeksi adalah riwayat penyakit baik Infeksi Saluran

Pernapasan Bagian Atas (ISPA) maupun diare yang pernah diderita anak

dalam tiga bulan terakhir dan saat pengambilan data dinilai dari jawaban

responden pada kuesioner mengenai ISPA dan diare.

a. Riwayat kejadian ISPA / Diare

Kriteria objektif :

1. Ya

2. Tidak
11

5. Riwayat Berat Badan Lahir

Riwayat berat badan lahir adalah riwayat berat badan yang dimiliki anak

sewaktu lahir.

Kriteria objektif :

a. Normal : jika berat badan lahir >2500 gram

b. BBLR : jika berat badan lahir < 2500 gram

6. Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah ukuran fisik atau antropometri

yang dilihat berdasarkan berat badan ideal anak 5-6 tahun dengan rumus:

(2 X n) + 8

Kriteria Objektif :

Ideal : >20 kg jika umur 6 tahun

>18 kg jika umur 5 tahun

Kurang :<20 kg jika umur 6 tahun

<18 kg jika umur 5 tahun

E. Kajian Pustaka

Penelitian sejenis yang telah dilakukan adalah :

1. Rosalina Alda tentang “Hubungan sosial ekonomi keluarga dengan tinggi

badan anak baru masuk sekolah di Puskesmas pasa baru kecamatan

bayang kabupaten Pesisir selatan”. Tujuan penelitian ini Mengetahui

adanya hubungan sosial ekonomi keluarga terhadap Tinggi Badan Anak

Baru masuk Sekolah ( TBABS ) di wilayah kerja Puskesmas Pasar Baru

Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2012.


12

2. Puji Rahayu Fajaria Kartika tentang “Faktor yang mempengaruhi kejadian

stunted growt pada anak balita di wilayah kerja puskesmas Arsaja

Kabupaten Jember” . Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-

faktor yang mempengaruhi kejadian stunted anak balita.

3. Irianton Aritong tentang “ Model multilevel pertumbuhan anak usia 0-24

bulan dan variabel yang mempengaruhinya . Penelitian ini bertujuan

untuk mengkaji bagaimana berbagai variabel mempengaruhi pertumbuhan

anak usia 0-24 bulan di kabupaten Sleman.

4. Desmiyati tentang “Hubungan status gizi dengan tumbuh kembang anak

usia pra sekolah di Taman Kanak-kanak Semai Benih Bangsa Daud Tgk.

Beureueh Perumnas Lhok Keutapang Kecamatan Pidie. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan tumbuh

kembang anak meliputi perkembangan kognitif dan perkembangan

bahasa.

5. Muhammad Artisto, Arief Cahyadi, Andika Chandra, Astrid Saraswaty,

Ayatullah Khomaini, Saptawati Bardosono, Eva Suarthana tentang

Prevalensi Obesitas pada anak usia 4-6 Tahun dan hubungannya dengan

asupan serta pola makan. Penelitian juga bertujuan untuk membandingkan

dua metode pengukuran: Z-score berat badan/tinggi badan (BB/TB) dan

persentil indeks massa tubuh (IMT) dalam mengidentifikasi obesitas pada

anak usia 4-6 tahun.

6. Ernawati tentang “hubungan faktor sosial ekonomi, higiene sanitasi

lingkungan, tingkat konsumsi dan infeksi dengan status gizi anak usia 2-5

tahun di kabupaten semarang tahun 2003. Penelitian ini bertujuan untuk


13

menganilisis hubungan Ernawati (2006) yang berjudul hubungan faktor

sosial ekonomi, higiene sanitasi lingkungan, tingkat konsumsi dan infeksi

dengan status gizi anak usia 2-5 tahun di kabupaten semarang tahun 2003.

F. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk diketahuinya faktor- faktor yang dominan

mempengaruhi tingkat pertumbuhan anak usia dini di TK Asdani

Makassar

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya pengaruh status gizi anak dengan pertumbuhan anak

b. Diketahuinya pengaruh pengetahuan ibu dengan pertumbuhan anak

c. Diketahuinya pengaruh sosial ekonomi yang terdiri dari pendapatan

keluarga dengan pertumbuhan anak

d. Diketahuinya pengaruh riwayat berat badan waktu lahir dengan

pertumbuhan anak

e. Diketahuinya pengaruh riwayat penyakit infeksi dengan pertumbuhan

anak

G. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pelayanan Kesehatan atau Keperawatan

Bagi pelayanan kesehatan ataupun keperawatan hasil penelitian ini

dapat dijadikan sebagai bahan bacaan yang diharapkan bisa membantu

untuk dapat mendeteksi masalah pertumbuhan anak dilingkungan sekitar


14

2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam

peningkatan pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu keperawatan

terutama dalam praktik keperawatan anak dan komunitas.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini sebagai data dasar bagi peneliti selanjutnya

terutama yang berkaitan dengan pertumbuhan anak


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjaun Umum Anak Usia Dini

1. Pengertian Anak

Berikut ini beberapa pengertian anak yang telah disebutkan dalam

undang-undang yang berlaku di Indonesia:

a. Pengertian anak menurut UU No.23 Tahun 2002 tentang

perlindungan anak:

“Anak adalah seorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,

termasuk anak yang masih dalam kandungan”.

b. Pengertian anak menurut UU No.4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan

anak:

“Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh

satu) tahun dan belum pernah kawin”.

c. Pengertian anak menurut UU No.39 tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia:

“Anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 (delapan

belas) tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam

kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya”.

Berdasarkan pengertian di atas, anak adalah setiap manusia sejak

dalam kandungan hingga berusia 21 tahun dan belum pernah menikah.

Undang-undang di Indonesia telah jelas menaruh perhatian yang besar

terhadap anak-anak dengan lahirnya tiga Undang-undang di atas. Hal ini

15
16

dikarenakan anak merupakan tunas bangsa dan potensi serta penerus

cita-cita perjuangan bangsa yang rentan terhadap perkembangan zaman

dan perubahan lingkungan dimana hal tersebut dapat mempengaruhi

kondisi jiwa dan raga anak (Arbianingsih, 2011).

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang

perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa

anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai

dari bayi (0-1 tahun), usia bermain/ toddler (1-2,5 tahun), pra sekolah

(2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun), hingga remaja (11-18) tahun.

Rentang ini berbeda antara anak satu dengan anak yang lain mengingat

latar belakang anak berbeda. Pada anak terdapat rentang perubahan

pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat, dalam

proses berkembang anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola

koping dn perilaku sosial (Hidayat, 2009).

Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa

dan lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat

memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar

mandiri. Anak usia toddler adalah anak yang berusia 1 sampai 3 tahun

(Supartini, 2004).

Adapun menurut Hadist Riwayat Hakim terdapat beberapa

bentuk kewajiban orang tua terhadap anaknya, sebagaimana dijelaskan :

 ‫ﺤﻖ ﺍﻠﻮﺍﻠﺩ ﻋﻟﻰ ﺍﻟﻮﻟﺩ ﺃﻦ ﻴﺤﻳﻥ ﺍﻠﺴﻤﻪ ﻮﺃﺮﺑﻪ ﻮﺃﻦ ﻴﻌﻠﻣﻪ ﺍﻠﻜﺘﺎﺒﻪ ﻮﺍﻟﺴﺒﺎ ﺤﺔ‬
‫ﻮﺍﻟﺮﻣﺎﻳﻪ ﻭﺃﻥ ﻴﺮ ﺭﻗﻪ ﺇﻻ ﻄﻴﺒﺎ ﻭﺃﻥ ﻴﺰﻮﺟﻪ ﺈﺰﺍﺃﺫﻙ‬
17

Terjemahnya :
“Kewajiban orangtua kepada anaknya yaitu memberi nama yang
bagus, mengajari sopan santun, baca tulis, berenang dan memanah
serta mengawinkannya bila ia telah dewasa (HR. Hakim)

2. Pengertian Anak Usia Dini

Pada dasarnya anak adalah investasi dan harapan masa depan

bangsa serta sebagai penerus di masa yang akan mendatang. Dalam

siklus kehidupan, masa anak-anak merupakan fase di mana anak

mengalami tumbuh kembang yang menentukan masa depannya. Perlu

adanya optimalisasi perkembangan anak karena selain krusial juga pada

masa itu anak membutuhkan perhatian dsan kasih sayang dari orang tua

atau keluarga sehingga secara mendasar hak dan kebutuhan anak dapat

terpenuhi secara baik (Puspareni, 2013).

Menurut Beichler dan Snowman (dikutip dari Yulianti, 2010),

anak usia dini adalah anak yang berusia antara 4 sampai dengan 6 tahun.

Masa anak usia dini sering disebut dengan istilah “golden age”atau

masa emas. Pada masa ini hampir seluruh potensi anak mengalami masa
peka untuk tumbuh dan berkembang secara cepat dan hebat.

Perkembangan setiap anak tidak sama karena setiap individu memiliki

perkembangan yang berbeda (Nindyani, 2012).

Makanan yang bergizi dan seimbang serta stimulasi yang intensif

sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan danp erkembangan tersebut.

Apabila anak diberikan stimulasi secara intensif dari lingkungannya,

maka anak akan mampu menjalani tugas perkembangannya dengan

baik. Masa kanak-kanak merupakan masa saat anak belum mampu


18

mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Mereka cenderung

senang bermain pada saat yang bersamaan, ingin menang sendiri dan

sering mengubah aturan main untuk kepentingan diri sendiri. Dengan

demikian, dibutuhkan upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi

semua aspek perkembangan, baik perkembangan fisik maupun

perkembangan psikis. Potensi anak yang sangat penting untuk

dikembangkan. Potensi-potensi tersebut meliputi kognitif, bahasa, sosiol

emosional, kemampuan fisik dan lain sebagainya (Nindyani, 2012) .

3. Karakteristik Anak Usia Dini

Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik,

sosial, moral dan sebagainya.

Menurut Aisyah (2010) karakteristik anak usia dini antara lain

a. Memiliki rasa ingin tahu yang

b. Merupakan pribadi yang unik,

c. Suka berfantasi dan berimajinasi,

d. Masa paling potensial untuk belajar,

e. Menunjukkan sikap egosentris

f. Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek

g. Sebagai bagian dari makhluk sosial

Usia dini merupakan masa emas, masa ketika anak mengalami

pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Pada usia ini anak

paling peka dan potensial untuk mempelajari sesuatu, rasa ingin tahu

anak sangat besar. Hal ini dapat kita lihat dari anak sering bertanya

tentang apa yang mereka lihat. Apabila pertanyaan anak belum


19

terjawab, maka mereka akan terus bertanya sampai anak mengetahui

maksudnya (Aisyah, 2010).

Di samping itu, setiap anak memiliki keunikan sendiri-sendiri

yang berasal dari faktor genetika atau bisa juga dari faktor

lingkungan. Faktor genetik misalnya dalam hal kecerdasan anak,

sedangkan faktor lingkungan bisa dalam hal gaya belajar anak. Anak

usia dini suka berfantasi dan berimajinasi. Hal ini penting bagi

pengembangan kreativitas dan bahasanya. Anak usia dini suka

membayangkan dan mengembangkan suatu hal melebihi kondisi

yang nyata. Salah satu khayalan anak misalnya kardus, dapat

dijadikan anak sebagai mobil-mobilan (Aisyah, 2010).

Rentang perhatian anak usia 5 tahun untuk dapat duduk tenang

memperhatikan sesuatu adalah sekitar 10 menit, kecuali hal-hal yang

biasa membuatnya senang. Anak sering merasa bosan dengan satu

kegiatan saja. Bahkan anak mudah sekali mengalihkan perhatiannya

pada kegiatan lain yang dianggapnya lebih menarik. Anak yang

egosentris biasanya lebih banyak berpikir dan berbicara tentang diri

sendiri dan tindakannya yang bertujuan untuk menguntungkan

dirinya, misalnya anak masih suka berebut mainan dan menangis

ketika keinginannya tidak dipenuhi (Aisyah ,2010).

Seringkali anak sering bermain dengan teman-teman

dilingkungan sekitarnya. Melalui bermain ini anak belajar

bersosialisasi. Apabila anak belum dapat beradaptasi dengan teman

lingkungannya, maka anak anak akan dijauhi oleh teman-temannya.


20

Dengan begitu anak akan belajar menyesuaikan diri dan anak akan

mengerti bahwa dia membutuhkan orang lain di sekitarnya. Pendidik

perlu memahami karakteristik anak untuk mengoptimalkan kegiatan

pembelajaran. Pendidik dapat memberikan materi pembelajaran

sesuai dengan perkembangan anak (Aisyah, 2010).

Dalam Al- Qur’an banyak dijelaskan tentang pentingnya

memelihara dan memperhatikan anak. Salah satunya disebutkan

dalam Al- Qur’an Surah Al–Kahfi (18 :46) sebagai berikut:

     


   
    
Terjemahnya:
”Harta dan anak- anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi
amalan- amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya
di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan” ( Q.S Al –
Kahfi 18 :46)
Berdasarkan ayat tersebut yang dimakhsud dengan harta dan

anak yakni hiasan atau sesuatu yang dianggap baik dan indah. Ini

memang demikian karena ada unsur keindahan pada harta disamping

manfaat, demikian juga pada anak, disamping anak dapat membela dan

membantu orang tuanya (Shihab.M, 2002).

B. Tinjauan Umum Pertumbuhan

1. Pertumbuhan dan Perkembangan Secara Umum


21

Istilah pertumbuhan dan perkembangan pada dasarnya

merupakan dua peristiwa yang berlainan, akan tetapi keduanya saling

keterkaitan. Pertumbuhan (growth) merupakan masalah perubahan

dalam ukuran besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ

maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram,

kilogram), ukuran panjang (cm, meter). Sedangkan perkembangan

(develovement) merupakan bertambahnya kemampuan (skill/

keterampilan) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks

dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses

pematangan (Hidayat, 2006).

Menurut Muslihatun (2010), terdapat beberapa pola

pertumbuhan dan perkembangan, antara lain:

a. Cephalocaudal/head to tail direction

Dimulai dari kepala, meliputi perubahan ukuran, berkembangnya

kemampuan, diawali dari menggerakkan atau menggelengkan kepala

hingga kemampuan menggerakkan ekstremitas.

b. Proximodistal/near to far direction

Dimulai dari menggerakkan anggota gerak paling dekat dengan

sumbu tubuh hingga menggerakkan anggota gerak yang lebih jauh

atau lebih tepi.

c. Mass to specific/ mass to complex

Dimulai dari menggerakkan daerah yang lebih umum hingga

menggerakkan daerah yang lebih kompleks.


22

Menurut Alimul (2006) tahapan perkembangan dibagi menjadi

beberapa bagian yang memiliki prinsip atau ciri khusus sesuai

tahapannya, yaitu:

a. Masa prenatal, terjadi pertumbuhan yang sangat cepat pada alat dan

jaringan tubuh.

b. Masa neonatus, terjadi proses penyesuain dengan kehidupan di luar

rahim dan hampir sedikit perubahan pada aspek pertumbuhan fisik.

c. Masa bayi, terjadi perkembangan sesuai dengan lingkungan yang

memengaruhi dan memiliki kemampuan untuk melindungi dan

menghindar dari hal yang mengancam diri.

d. Masa anak, terjadi perkembangan yang cepat dalam aspek sifat,

sikap, minat, dan cara penyesuaian dengan lingkungan, dalam hal ini

keluarga dan teman sebaya.

e. Masa remaja, terjadi perubahan ke arah dewasa, yaitu kematanagan

pada tanda-tanda pubertas.

Pendapat lain tentang tahapan pertumbuhan dan perkembangan

anak dikemukakan oleh Wong, Eaton, Wilson, Winkelstein, Schwartz

(2009) dikutip oleh Arbianingsih (2011) yaitu:

b. Masa Prenatal

1) Germinal : Konsepsi – 2 minggu

2) Embrio : 2 – 8 minggu

3) Fetal : 8 – 40 minggu

c. Masa Bayi

1) Neonatus : Lahir – 27/ 28 hari


23

2) Bayi : 1- 12 bulan

d. Masa Kanak- kanak Awal

1) Toddler : 1 -3 tahun

2) Pra sekolah : 3- 6 tahun

e. Masa Kanak – kanak Tengah (6- 11 atau 12 tahun)

f. Masa Anak- anak Akhir (11- 19 tahun)

1) Pre Pubertas : 11- 13 tahun

2) Remaja : 13- 18 tahun

Adapun dalam penelitian ini memfokuskan tentang

Pertumbuhan . Menurut Satoto (1990) dan Thaha (1995) Pertumbuhan

(growth) anak secara konseptual didefinisikan sebagai perubahan

kuantitatif fisikal dalam arti pertambahan ukuran dan struktur. Lebih

lanjut bahwa pertambahan ukuran dan struktur tersebut tidak hanya

terjadi pada bagian badan yang besar dan berada di luar namun juga

dalam organ tubuh, termasuk otak (Kusuma.E.W, 2005).

Pertumbuhan berkaitan erat dengan perubahan dalam besar,

jumlah, ukuran dan fungsi tingkat sel, organ maupun individu, yang

diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang

(cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolic (retensi kalsium

dan nitrogen tubuh) (Soetjiningsih, 1995).

Menurut Jelliffe (1989) pertumbuhan adalah peningkatan

secara bertahap dari tubuh, organ dan jaringan dari masa konsepsi

sampai remaja. Kecepatan dari pertumbuhan manusia berbeda setiap


24

tahapan kehidupan karena dipengaruhi oleh kompleksitas dan ukuran

dari organ serta rasio otot dengan lemak tubuh (Supariasa, 2001).

Pertumbuhan yang optimal tergantung pada potensi biologik,

tingkat tercapainya potensi biologik seseorang merupakan hasil interaksi

berbagai faktor yang berkaitan yaitu faktor genetik, lingkungan bio-

fisiko-psiko-sosial dan perilaku. Proses yang unik dan hasil akhir yang

berbeda-beda yang memberikan ciri tersendiri pada setiap anak

(Soetjiningsih,1995).

Dimensi-dimensi fisik sebagai ukuran pertumbuhan lebih

banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan,terutama masukan zat gizi

daripada oleh faktor genetik. Dengan kata lain, pertumbuhan yang

diukur dengan dimensi fisik, menyajikan gambaran keadaan gizi

(Kusuma, 2005).

Menurut Taylor (1988), bahwa pertumbuhan anak dalam

bentuk dan keluasan kejadian goncangan pertumbuhan (growth

faltering) dalam suatu masyarakat merupakan indikator tunggal terbaik

dari penentuan adanya masalah kesehatan dan perkembangan anak,

dibanding indikator lainnya (Satoto, 1990).

Goncangan pertumbuhan di negara maju lebih sering

diakibatkan oleh faktor genetik. Sedangkan di negara sedang

berkembang termasuk Indonesia, goncangan pertumbuhan selain

diakibatkan oleh faktor genetik, juga faktor lingkungan yang kurang

memadai untuk pertumbuhan yang optimal, bahkan kedua faktor ini

dapat menyebabkan kematian bayi sebelum mencapai usia balita. Faktor


25

lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapai pertumbuhan

yang optimal, sedangkan lingkungan yang kurang baik akan

menghambat pertumbuhan. Lingkungan ini merupakan lingkungan bio-

fisiko-psiko-sosial yang mempengaruhi anak setiapharinya, mulai dari

konsepsi sampai akhir hayatnya ( Kusuma.W, 2005).

2. Faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan

Menurut Adriana .D (2011) Secara umum terdapat dua faktor yang

berpengaruh terhadap pertumbuhan yaitu :

a. Faktor Internal

Berikut ini adalah faktor- faktor internal yang berpengaruh pada pada

pertumbuhan yaitu :

1) Ras/etnik atau bangsa

Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika tidak memiliki

faktor herediter ras/bangsa indonesia atau sebaliknya.

2) Keluarga

Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi,

pendek, gemuk atau kurus

3) Umur

Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal,

tahun pertama kehidupan dan masa remaja.

4) Jenis kelamin

Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat

dari pada laki-laki. Akan tetapi setelah melewati masa

pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat


26

5) Genetik

Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi

anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelaian

genetik yang bepengaruh pada tumbuh kembang anak, contohnya

seperti kerdil

6) Kelainan kromosom

Kelainan kromosom umunya disertai dengan kegagalan

pertumbuhan seperti pada sindroma downs dan sindroma turners

b. Faktor Eksternal

Berikut ini adalah faktor- faktor eksternal yang berpengaruh pada

pertumbuhan anak

1) Faktor Prenatal

a) Gizi

Nutrisi ibu hamil terutama pada trimester akhir kehamilan

akan memengaruhi pertumbuhan janin

b) Mekanisme

Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelaian

konginetal seperti club foot

c) Toksin/zat kimia

Beberapa obat- obatan seperti Aminopterin atau Thalidomid

dapat menyebabkan kelainan konginetal seperti palatoskisis.

d) Endokrin

Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia,

kardiomegali, dan hiperplasia adrenal


27

e) Radiasi

Paparan radiasi dan sinar rongen dapat mengakibatkan kelaian

pada janin seperti mikrosepali, spina bifida, retardasi mental

dan deformitas anggota gerak, kelainan konginetal mata serta

kelaian jantung.

f) Infeksi

Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH

(Toxoplsama, rubelle, sitomegalo virus, herepes simpleks)

dapat menyebabkan kelailanan pada janin sperti katarak, bisu

tuli, mikrosevali, retardasi mental, dan kelaian jantung

kongintela

g) Kelainan imunologi

Eritoblastosis fetealis timbul ada dasar perbedaan golongan

darah antara janin dan ibu sehinggah ibu membentuk antibodi

tehadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta

masuk kedalam peredarana janin dan akan menyebabkan

hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubimenia

dan kernikterus yang akan menyebabkan kerusan jaringan

otak.

h) Anoksia embrio

Anorksia embrio yang disebabkan oleh gangguan plasenta

menyebabkan pertumbuhan terganggu.


28

i) Psiokologi ibu Kehamilan yang tidak di inginkan serta

perlakuan salah atau kekerasan mental pada ibu hamil dan

lain- lain.

2) Faktor persalinan

Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia

dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.

3) Faktor pasca persalinan

a) Gizi

Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang

adekuat

b) Penyakit kronis atau kelainan konginetal

Tuberkulosi, anemia dan dan kelainan jantung bawaan

mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.

c) Lingkungan fisik dan kimia

Lingkungan yang sering disebut melieu adalah tempat anak

tersebut hidup yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan

dasar anak ( provider) Sanitasi lingkungan yang kurang baik,

kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif dan zat

kimia tertentu (pb, Merkuri, rokok, dan lain- lain) mempunyai

dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak

d) Psikologis
29

Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang

tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu

merasa tertekan, akan mengalami hambatan didalam

pertumbuhan dan perkembangannya.

e) Endokrin

Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipertiroid, akan

menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.

f) Sosioekonomi

Kemiskinan selalu berkaiatan dengan kekurangan makanan

serta kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, hal

tersebut menghambat pertumbuhan anak

g) Lingkungan pengasuhan

Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu anak sangan

memengaruhi timbuh kembang anak

h) Stimulasi

Perkembangan memerlukan rangsangan atau stimulasi,

khusunya dalam keluarga, misalnya penyediaan mainan,

sosialisasi anak, serta keterlibatan ibu dan anggota keluarga

lain terhadap kegiatan anak

i) Obat- obatan

Pemain kortikosteroid jangka panjang akan menghambat

pertumbuahn, demikian halnya dengan pemakaian obat

perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan

terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.


30

3. Penilaian pertumbuhan fisik anak

Menurut Sinarmawati (2012) Pertumbuhan fisik anak pada

umunya dinilai dengan menggunakan ukuran antropometrik yang di

bedakan menjadi 2 kelompok yang meliputi :

a. Tergantung umur yaitu berat badan (BB) terhadap umur, tinggi

badan (TB) terhadap umur, lingkaran kepala (lk) terhadap umur

dan lingkaran lengan atas (LLA) terhadap umur. Untuk dapat

memberikan pemaknaan secara klinis pada parameter tersebut

diperlukan keternagn yang akurat mengenai tanggal lahir anak.

Kesulitannya adalah di daerah- daerah tertentu, penetapan umur

anak kurng tepat karena orang tua tidak ingat bahkan tidak ada

catatan mengenai tanggal lahir.

b. Tidak tergantung umur yaitu berat badan terhadap tinggi badan

(BB/TB), lingkar lengan atas (LLA) dan tebal lipatan kulit

(TLK). Hasil pengukuran antropometrik tersebut di bandingkan

dengan satuan baku tertentu.

Misalnya NCHS dari Harvard atau standar baku nasional

(Indonesia) seperti yang terekam pada kartu menuju sehat (KMS).

Dengan melihat perbandingan hasil penilaian dengan standar baku

tersebut maka dapat diketahui status gizi. Nilai perbandingan ini dapat

dugunakan untuk menilai pertumbuhan fisik anak karena menunjukan

posisi anak tersebut pasa persentil (%) keberapa untuk suatu ukuran

antropometrik pertumbuhannya, sehingga dapat disimpulkan apakah

anak tersebut terletak pada variasi normal, kurang atau lebih. Selain itu
31

juga dapat di amati trend (pergeseran )pertumbuhan anak dari waktu ke

waktu (Sinarmawati (2012).

a. Berat Badan (BB)

Berat badan (BB) adalah parameter pertumbuhan yang paling

sederhana, mudah dukur, dan diulang. BB merupakan ukuran yang

terpenting yang dipakai pada setiap pemeriksaan penilaian

pertumbuhan fisk anak pada semua kelompok umur karena BB

merupakan indikator yang tepat untuk mengetahui kedaan gizi dan

tumbuh kembang anak saat pemeriksaan (akut). Alasannya adalah

BB sangat sensitif terhadap perubahan sedikit saja seperti sakit dan

pola makan. Selain itu dari sisi pelaksaan, pengukuran obyektif dan

dapat diulangi dengan timbangan apa saja, relatif murah dan mudah,

serta tidak memerlukan waktu lama. Namun, pengukuran BB tidak

sensitiv terhadap proporsi tubuh misalnya pendek gemuk atau tinggi

kurus. Selain itu beberapa kondisi penyakt dapat mempengaruhi

pengukuran BB seperti adanya bengkak (udem), pembesaran organ

(organomegali), hidrosefalus, dan sebagainya. Dalam keadaan

tersebut, maka ukuran BB tidak dapat digunakan untuk menilai status

nutrisi. Penilaian status gizi nutrisi yang akurat juga memerlukan data

ambahan berupa umur yang tepat, jenis kelamin, dan acuan standar.

Data tersebut bersama dengan pengukuran BB dipetakan pada kurva

standar BB/U dan BB/TB atau diukur persentasenya terhadap standar

yang diacu.
32

Adapun cara menimbang Berat Badan yaitu menurut Program

Perbaikan Gizi masyarakat tahun 2006 dalam Desmiati (2010) cara

menimbang Berat Badan dengan menggunakan timbangan injak

dengan kapasitas 100 kg atau lebih. Alat yang diperlukan:

1) Timbangan diletakkan ditempat yang datar atau rata sehingga

tidak goyang.

2) Setiap kali penimbangan terlebih dahulu diperiksa jarum penunjuk

tepat pada angka nol.

Cara menimbang :

1) Anak yang akan ditimbang memakai pakaian atau seragam

sekolah. Sepatu atau sandal, isi kantong atau selendang harus

dilepaskan.

2) Pada saat ditimbang anak berdiri tepat ditengah timbangan dan

menghadap ke depan.

3) Membaca berat badan dilakukan dari depan persis di atas

timbangan (mendekat ke jarum petunjuk) dan jangan melakukan

pembacaan dari samping.

b. Tinggi Badan (TB)

Tinggi Badan (TB) merupakan ukuran antropometri kedua

yang terpenting. Pengukuran TB sederhana dan mudah di lakukan.

Apabila dikaitkan dengan hasil pengukuran BB akan memberikan

informasi penting tentang status nutrisidan pertumbuhan fisik anak

ukuran tinggi badan pada masa pertumbuhan dapat terus meningkat

sampai tinggi maksimal di capai. TB merupakan indikator yang


33

menggambarkan proses pertumbuhan yang berlangsung dalam kurun

waktu relatif lama (kronis), dan berguna untuk mendeteksi gangguan

pertumbuhan fisik di masa lampau. Indikator ini keuntungannnya

adalah pengukurannya obyektif, dapat diulang, alat dapat dibuat

sendiri, murah dan mudah di bawa. Kerugiannya perubahan tinggi

badan relatif lambat dan sukar untuk mengukur tinggi badan secara

tepat. Pengukuran TB pada anak umur kurang dari 2 tahun dengan

posisi tidur dan pada anak umur lebih dari 2 tahun dengan berdiri.

Seperti pada BB, pengukuran TB juga memerlukan informasi seperti

umur yang tepat, jenis kelamin dan standar baku yang di acu. TB

kemudian dipetakan pada kurva TB atau di hitung terhadap standar

baku dan dinyatakan dalam persen

Adapun menurut Program Perbaikan Gizi masyarakat tahun

2006 dalam Desmiati (2010) cara pengukuran Tinggi Badan yaitu

dengan menggunakan Microtoa kapasitas 200 cm.

Cara pengukurannya yaitu :

1) Pasang Microtoa (alat pengukur tinggi badan) pada dinding yang

datar dan tegak lurus. Pastikan lantai datar dan rata.

2) Rentangkan Microtoa dan pastikan angka nol tepat berada pada

permukaan lantai.

3) Microtoa harus tergantung tegak lurus. Untuk mengeceknya ikatan

tali atau benang yang diberi bandul pemberat pada paku tempat

Microtoa dipasang. Kemudian biarkan tali atau benang berbandul

tergantung bebas.
34

4) Setiap kali pengukuran terlebih harus diperiksa angka nol.

Rentangkan. Microtoa sampai lantai, angka nol harus berada

dipermukaan lantai.

Adapun dalam penelitian pertumbuhan anak usia dini dilihat

berdasarkan berat badan ideal anak 5-6 tahun dengan rumus:

(2 X n) + 8

C. Tinjauan Umum Status Gizi

1. Pengertian Gizi dan Fungsinya

Gizi merupakan suatu proses yang terjadi pada makhluk hidup

untuk mengambil dan menggunakan zat-zat yang ada dalam makanan

dan minuman guna mempertahankan hidup serta menghasilkan

energi (Soekirman, 2000).

Selain itu pendapatan lain mengenai gizi mengatakan bahwa gizi

merupakan faktor utama dalam perkembangan anak. Tanpa gizi yang

kuat anak akan gagal tubuh dan berkembang secara memuaskan dan

tubuhpun tidak dapat ditunjang secara efektif ( Santoso (1999).

Sebagaimana firman Allah SWT, dalam Q.S al- Baqarah (2): 168
        

       

Terjemahnya:
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa
yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-
langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagimu” (Q.S al- Baqarah (2): 168).
35

Ayat tersebut memerintahkan untuk makan makanan yang halal

lagi baik. Dalam hal ini tidak semua makanan yang halal otomatis baik.

Dan halal disini mencakup tiga hal : halal zatnya, halal cara

memperolehnya dan halal cara mengolahnya. Selanjutnya tidak semua

yang halal sesuai dengan kondisi masing- masing pribadi. Ada makanan

halal yang baik buat si A karena memiliki kesehatan tertentu dan ada

juga yang kirang baik untuknya walaupun baik untuk orang lain. Ada

makanan yang halal tetapi tidak bergizi dan ketika itu yang menjadi

kurang baik. Dan yang diperintahkan adalah yang halal dan baik. Dalam

ayat ini di sebutkan agar memakan makanan yang baik dalam hal ini

makan yang sesuai kebutuhan tubuh sehingga asupan nutrisi dan gizi

mencukupi. Jadi dapat dikatakan bahwa yang dimakhsud dengan makan

yang baik adalah makanan yang bergizi.

Menurut Soediaoetomo (1981, dikutip dari Santoso, 1999) ada 5

fungsi zat gizi yaitu sebagai berikut :

1. Sumber Energi dan Tenaga

Jika fungsi ini terganggu orang akan menjadi kurang geraknya atau

kurang giat dan merasa cepat lelah.

2. Menyokong Pertumbuhan Badan

Penambahan sel baru pada sel yang telah ada.

3. Memelihara jaringan tubuh, mengganti sel yang rusak yaitu

mengganti sel yang tampak jelas pada luka tubuh yaitu terjadinya

jaringan baru.
36

4. Mengatur metabolisme dan berbagi keseimbangan dalam cairan

tubuh (Keseimbangan air, asam basa dan mineral).

Hubungan gizi dengan aspek kesehatan

Menurut Kartini (1994) hubungan gizi dengan aspek-aspek

kesehatan adalah:

a. Hubungan gizi dengan pertumbuhan jasmani

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Mc Garison terhadap

orang-orang di India Selatan dan India Utara tentang hubungan

makanan dan keadaan fisik menemukan bahwa suku India Utara yang

makanannya cukup memenuhi kebutuhan tubuh, memiliki perawatan

yang tinggi dan kekar, bersemangat dan berusia rata-rata panjang.

Sebaliknya suku IndiaSelatan, yang tidak mendapatkan makanan

yang mencukupi kebutuhan tubuhnya, memiliki tubuh kecil, kurang

produktif dan rata-rata berusia pendek.

b. Hubungan gizi dengan kecerdasan otak

Pada anak-anak yang tidak mendapatkan makanan yang cukup baik

didapatkan kecerdasan otaknya akan berkurang atau lambat. Telah

diketahui bahwa pada anak-anak yang memiliki zat pembangun yang

cukup dalammasa ini sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan

perkembangan otaknya. Kekurangan zat ini bisa sangat fatal,

kemungkinan besar mereka akan menjadi tidak kreatif, tidak

berinisiatif dan bahkan pasif.

c. Hubungan gizi dan daya tahan tubuh


37

Orang yang tidak mendapatkan makanan yang bergizi akan mudah

terkena penyakit. Orang ini akan mudah terkena penyakit infeksi,

salesma,batuk, demam dan penyakit paru.

d. Hubungan gizi dan keluarga berencana

Keluarga berencana bertujuan untuk membuat keluarga sejahtera

dengan jalan menjarangkan kelahiran dan mengatur jumlah anak.

Dengankeluarga yang jumlahnya diatur dan dibatasi, kemungkinan

perhatian yang layak pada setiap anggota keluarga untuk

mendapatkan bagian makananyang cukup menurut kebutuhan

masing-masing. Pada keluarga yang jumlah anaknya sedikit,

perhatian dan kasih sayangpun akan lebih banyak diterima dan

dirasakan oleh anak-anak, sehingga hubungan dalam kelurga lebih

harmonis. Ibu yang terlampau sering melahirkan, ditambah pula

dengan makanan yang kurang bergizi akan membuat tubuh ibu

menjadi lemah. Kesehatan bayi yang dilahirkan kadang-kadang

kurang memuaskan atauberat dan panjangnya kurang dari ukuran

normal rata-rata.

2. Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi

makanan dan penggunaan zat-zat gizi dan status gizi dibedakan antara

status gizi lebih baik,baik, kurang, dan buruk. Disamping itu juga status

gizi dapat dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain : Tingkat

pendidikan atau pengetahuan, budaya, tingkat pendapatan/ ekonomi, dan

lain-lain (Almatsier, 2002).


38

a. Klasifikasi Status Gizi

Menurut Depkes RI (2003) dan nilai baku standar Harvard (dikutip

dari Supariasa, 2002), status gizi dibagi menjadi empat yaitu :

1) Gizi Lebih

Gizi lebih merupakan keadaan tidak sehat yang disebabkan

kelebihan makanan (Apriaji, 1986). Sedangkan Depkes RI

(2003) mengemukakan bahwa anak yang dikatakan berstatus gizi

lebih, bila hasil penimbangan berat badan anak menurut umur

(BB/U) dan berdasarkan hasil penimbangan berat badan anak

menurut tinggi (BB/TB) lebih dari110% berdasarkan nilai baku

standar World Health Organization –National Center For

Health Statistic (WHO-NCHS). Istilah gizi lebih dimasyarakat

dikenal dengan nama obesitas atau kegemukan. Anak yang

menderita obesitas atau kegemukan, pada umumnya diakibatkan

oleh kelebihan gizi. Makin lama seorang anak yang mengalami

obesitas, maka akan semakin besar kemungkinan untuk tetap

gemuk pada usia remaja dan dewasa, karena hal ini merupakan

masalah kesehatan yang harus diatasis ejak dini tanpa

mengabaikan faktor perkembangan anak. Peran keluarga,

informasi gizi, aktivitas fisik dan bimbingan psikologis sangat

diperlukan pada situasi seperti ini (Pudjiadi, 1990).

2) Gizi Baik

Gizi baik adalah suatu keadaan sehat yang disebabkan oleh

konsumsi makanan yang mengandung cukup gizi yang


39

dibutuhkan oleh tubuh dalam keadaan seimbang baik jumlah

maupun mutu (Apriaji, 1986). Anak berstatus gizi baik hasil

penimbangan berat badan menurutumur (BB/U) dan berdasarkan

hasil penimbangan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

berada pada kisaran 80-110 % berdasarkan nilai baku standar

World Health Organization – National Center For Health

Statistic (WHO-NCHS). Pada keadaan status gizi baik, sehingga

anak lebih terlindung dari berbagai jenis penyakit, dibandingkan

dengan anak dalam keadaan kurang gizi (Supariasa, 2002).

3) Gizi Kurang

Anak berstatus gizi kurang bila hasil penimbangan berat bada

nmenurut umur (BB/U) dan berdasarkan hasil penimbangan

berat badan menurut tingi badan (BB/TB) menunjukkan hasil

pada kisaran dari 60-80% berdasarkan nilai baku standar World

Health Organization – NationalCenter For Health Statistic

(WHO-NCHS) (Supariasa, 2002).Secara umum gizi kurang

disebabkan oleh kekurangan energi atau protein, namun

kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa jarang dijumpai

dengan kasus anak dengan kasus gizi kurang yang menderita

defisiensi energi murni ataupun defisiensi protein murni. Anak

dengan defisiensi protein biasanya disertai pula dengan defisiensi

energi atau nutrien lainnya, karena itu istilah ini juga sering

dipakai untuk gizi kurang adalah KEP (Supariasa, 2002).

4) Gizi Buruk
40

Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh

rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-

hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (Supariasa,

2002).Sedangkan menurut Apriaji (1986) mengatakan bahwa

gizi buruk adalah keadaan tidak sehat yang disebabkan oleh

konsumsi makanan yang kurang, baik kualitas maupun

kuantitasnya dalam waktu yang cukup lama. Anak berstatus gizi

baik bila hasil penimbangan berat badan menurut umur (BB/U)

dan berdasarkan hasil penimbangan berat badan menurut tinggi

badan (BB/TB) menunjukkan hasil kurang dari 60% berdasarkan

nilai baku standar World Health Organization – National Center

For Helath Statistic (WHO-NCHS) (Supariasa, 2002).

Dalam penelitian ini penilaian status gizi yang

digunakan yaitu BB/U. Berbagai indeks antropometri, untuk

menginterpretasinya di butuhkan ambang batas. Penentuan

ambang batas yang paling umum digunakan saat ini adalah

dengan memakai standar deviasi unit (SD) atau disebut juga Z-

Skor (Supariasa, 2001)

Rumus Perhitungan Z- Skor adalah :

Z- skor = nilai individu subyek – nilai media baku rujukan

Nilai simpang baku rujukan

Klasifikasi status gizi berdasarkan WHO 2007 dalam BB menurut

Umur ( BB/U) yaitu :

1) Gizi lebih : z- skor > +2SD


41

2) Gizi baik : z- skor ≥ - 2SD sampai dengan ≤ +2SD

3) Gizi : z- skor < -2SD sampai dengan ≥ - 3SD

4) Gizi Buruk : z- skor < - 3SD

D. Status Sosial ekonomi

Faktor sosial ekonomi yang memengaruhi pertumbuhan antara lain

pendapatan atau penghasilan, pendidikan, dan pekerjaan orang tua .Ada

hubungan yang erat antara pendapatan dan gizi. Tingkat pendapatan

menentukan pola makan dan apa yang dibeli baik kualitas maupun

kuantitasnya. Pendapatan yang meningkat mendorong pengaruh yang

menguntungkan bagi perbaikan gizi keluarga, (Martorell et al.cit dalam

Soekirman (2000).

Sosial ekonomi ini berpengaruh langsung terhadap kemampuan

keluarga dalam memenuhi kebutuhan akan makanan, sehingga memengaruhi

pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh serta mencegah penyakit infeksi

(Sediaoetama,2004).

UNICEF dan Johnson (1992) mengeluarkan suatu konsep tentang

kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan anak .Pertumbuhan

dipengaruhi oleh sebab langsung yaitu asupan makanan dan keadaan

kesehatan. Penyebab tidak langsung meliputi ketahanan makanan keluarga,

pola asuhan anak, sanitasi lingkungan serta pemanfaatan pelayanan

kesehatan. Ditentukan oleh sumber daya dan kontrol dari pada sumber daya

keluarga manusia, ekonomi dan organisasi melalui faktor pendidikan.

Penyebab yang paling mendasarnya adalah masalah struktur politik dan


42

ideologi serta struktur sosial ekonomi yang dilandasi oleh potensi sumber

daya (Supariasa,2001)

1. Pendapatan

Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan

kuantitas makanan yang dikonsumsi. Semakin tinggi pendapatan maka

semakin besar peluang untuk memilih pangan yang baik. Meningkatnya

pendapatan perorangan maka terjadi perubahan-perubahan dalam

susunan makanan. Jumlah pendapatan keluarga dapat mempengaruhi

ketersediaan pangan di keluarga, karena dengan pendapatan akan

memenuhi kebutuhan pangan sesuai dengan daya belinya (Suhardjo

1989).

Pendapatan seseorang identik dengan mutu sumberdaya manusia,

sehingga orang yang berpendidikan tinggi umumnya memiliki

pendapatan yang relatif tinggi pula. Pendapatan keluarga adalah

besarnya rata-rata penghasilan yang diperoleh dari seluruh anggota

keluarga. Pendapatan keluarga juga tergantung pada jenis pekerjaan

suami dan anggota keluarga lainnya. Pendapatan keluarga akan relatif

lebih besar jika suami dan istri bekerja di luar rumah ( Hajar Siti, 2011).

Secara teoritis terdapat hubungan posbvitif antara pendapatan

dengan jumlah permintaan pangan. Makin tinggi tingkat pendapatan

akan semakin tinggi daya beli keluarga terhadap pangan, sehingga akan

membawa pangan semakin beragam dan banyaknya pangan yang

dikonsumsi. Konsumsi makanan baik jumlah maupun mutunya

dipengaruhi oleh faktor pendapatan keluarga (Soekirman 1994).


43

Pendapatan keluarga merupakan faktor tidak langsung yang

mempengaruhi konsumsi pangan, akan tetapi merupakan faktor penentu

utama baik atau buruknya keadaan gizi seseorang atau kelompok

(Riyadi 2001).

E. Pengetahuan ibu

1. Defensi Pengetahuan

Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa inggris

yaitu knowledge. Dalam encylopedia of philososphy dijelaskan bahwa

defenisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar ( knowledge to just

true belief). Secara terminologi, menurut Drs. Sidi Gazalba, pengetahuan

adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu

tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, mengerti, dan pandai. Dengan

demikian, pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk

tahu (Bakhtiar, 2007).

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil

seseorang terhadap objek yang dimilikinya (mata, hidung, terlinga dan

sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai

menghasilkan pengetahuan tersebut sangat di penagaruhi oleh intensitas

perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahua

manusia/seseorang diperoleh melaui indera pendengaran (telinga), indera

penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai

intensitas atau tingkat yang berbeda- beda (Notoatmodjo, 2005).


44

Pengetahuan dalam pandangan Islam memegang peranan yang sangat

penting. Hal ini karena pengetahuan dapat memperbaiki dan

mempermudah dalam menjalani kehidupan. Hal ini juga sejalan dengan

firman Allah yang mengharuskan manusia meningkat derajatnya dengan

menuntut ilmu pengetahuan, sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-

Mujaadilah 58 : 11

       


 
         
 
       
  
Terjemahnya:
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan” ( QS. Al- Mujaadilah 58 : 11)
Berdasarkan tafsir Al- Misbah 2009 yang dimakhsud dengan yang

diberi pengetahuan adalah mereka yang menghiasi diri mereka dengan

pengetahuan. Ini berarti ayat tersebut membagi kaum beriman dan beramal

saleh dan yang kedua beriman dan beramal shaleh serta memiliki

pengetahuan. Derajat kelompok ini akan menjadi lebih tinggi. Pengetahuan

yang di makhsud bukan saja pengetahuan agama,, tetapai ilmu apapun itu

yang bermanfaat bagi kehidupan (Shihab, 2009).

2. Tingkatan Pengetahuan
45

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai tingkat yang

berbeda-beda. Secara garis besarnya di bagi dalam 6 tingkatan pengetahuan

yaitu :

a. Tahu (know) artinya sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah di terima. Oleh sebab itu adalah

tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata untuk mengukur

bahwa orang itu tahu adalah meyebutkan, menguraikan ,

mendefinisikan, dan menyatakan.

b. Memahami (comprehension) di artikan sebagai suatu kemampuan

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan

contoh, menyimpulkan, meramalkan dans sebagainya terhadap objek

yang dipelajari.

c. Aplikasi (aplication) diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari atau situasi sebenarnya

(real). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-

hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau

situasi lain.

d. Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen. Tetapi masih

didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih kaitannya satu


46

sama lain. Kemampuan analsis ini dapat di lihat dari penggunaan kata-

kata kerja, dapat menggambarkan (membuat bagan) membedakan,

memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis) menunjukan kepada di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesi itu suatu kemampuan

untuk menyusun formulasi baru dari formulasi–formulasi yang ada.

Misalnya : dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan,

dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau

rumusan- rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation) adalah berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan penelitian atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

3. Faktor- faktor yang mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Herimanto dan Arikunto (dikutip dari Putra, 2012) Ada beberapa

faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, yaitu :

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian

dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur

hidup. Pendidikan berpengaruh terhadap proses belajar, makin tinggi

pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima

informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung

untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media

massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula

pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.

b. Informasi
47

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non

formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate

impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan

pengetahuan. Kemajuan teknologi akan menyediakan munculnya

bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi

pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana

komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat

kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap

pembentukan opini dan kepercayan orang.

c. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang

dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang

dikembangkan memberikan pengetahuan dan ketrampilan profesional

serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan

kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari

keterpaduan penalaran secara ilmiah dan etik yang bertolak dari

masalah nyata dalam bidang kerjanya.

d. Pekerjaan

Pekerjaan adalah tugas rutin yang harus dilakukan untuk menunjang

kehidupan individu dan keluarga. Pekerjaan bukan sumber

kesenangan, tetapi merupakan cara mencari nafkah yang


48

membosankan, berulang, dan banyak tantangan yang pada umunya

merupakan kegiatan yang menyita waktu.

e. Ekonomi

Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu

fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status

ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden. Pengetahuan yang ingin di ketahui atau diukur

dapat disesuaikan dengan tingkat- tingkat tersebut (Notoatmodjo, 2005).

Menurut Suhardjo (1989) pada umumnya penyelenggaraan

makanan dalam rumah tangga sehari-hari dikoordinir oleh ibu. Ibu yang

mempunyai pengetahuan gizi dan kesadaran gizi yang tinggi akan melatih

kebiasaan makan yang sehat sedini mungkin kepada semua putra dan

putrinya. Anak-anak biasanya meniru apa yang dilakukan orang tuanya

atau kakak-kakaknya. Bila anak melihat anggota keluarga yang lain mau

makan apa yang dihidangkan ibu di meja maka ia pun akan ikut makan

juga. Jelaslah disini bahwa ibu yang mempunyai pengetahuan gizi yang

tinggi berperan penting dalam melatih anggota keluarganya dalam

membiasakan makan yang sehat (Laila, 2008).

Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan

pangan dan nilai pangan adalah umum dijumpai setiap negara di dunia.

Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan


49

faktor penting dalam masalah kurang gizi, sebab lain yang penting dari

gangguan gizi adalah kekurangan pengetahuan tentang gizi atau

kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan

sehari-hari (Suhardjo, 1996 dalam laila suciati, 2008).

Dengan pengetahuan gizi yang cukup diharapkan seseorang dapat

mengubah perilaku yang kurang benar sehingga dapat memilih bahan

makanan bergizi serta menyusun menu seimbang sesuai dengan kebutuhan

dan selera serta akan mengetahui akibat adanya kurang gizi. Pemberian

pengetahuan gizi yang baikdiharapkan dapat mengubah kebiasaan makan

yang semula kurang menjadi lebih baik (Depkes RI, 2000).

F. Penyakit Infeksi

Kaitan penyakit infeksi dengan keadaan gizi kurang merupakan

hubungan timbal balik, yaitu hubungan sebab- akibat. Penyakit infeksi dapat

memperburuk keadaan gizi, dan keadaan gizi yang jelek dapat mempermudah

terkena infeksi ( Supariasa dkk,2001).

Penyakit infeksi adalah penyakit yang di sebabkan oleh

mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, protozoa, cacing dan

sebagainya. Penyakit infeksi seringkali ditemukan banyak menyerang anak-

anak. Penyakit infeksi berkaitan dengan status gizi yang rendah, hubungan

kekurangan gizi dengan penyakit infeksi antara lain dapat di jelaskan melalui

mekanisme pertahanan tubuh, yaitu seorang anak yang mengalami

kekurangan gizi dengan asupan energi dan protein rendah, maka kemampuan

tubuh untuk membentuk protein yang baru berkurang. Tubuh akan rawan

terhadap serangan infeksi karena terganggunya kekebalan tubuh seluler. Jenis-


50

jenis penyakit infeksi diantaranya adalah batuk, pilek, demam, diare dan

infeksi saluran napas akut (ISPA), yang termasuk ISPA adalah influenza,

campak, faringitis, trakeitis, bronchitis dan pneumonia ( Hajar,2011)

Menurut Suhardjo (1989) terdapat interaksi bolak balik antara status

gizi kurang dengan infeksi. Infeksi yang akut akan menyebabkan kurangnya

nafsu makan dan toleransi terhadap makanan sehingga menimbulkan gizi

kurang. Sebaliknya orang yang memiliki status gizi kurang daya tahan tubuhh

terhadap penyakit menjadi rendah, sehingga mudah terkena penyakit infeksi

( Hajar,2011)

Penelitian di Guatemala, Amerika Tengah menunjukkan bahwa ada

hubungan erat antara infeksi dengan kegagalan untuk menambah berat badan.

Infeksi yang sering terjadi adalah ISPA dan infeksi saluran pencernaan

makanan. Infeksi pada saluran pencernaan umumnya timbul karena diare.

Menurut Depkes RI (2005), bahwa pada anak yang mendapat makanan cukup,

tetapi sering terkena diare atau demam akhirnya akan menderita kurang gizi.

Demikian juga pada anak yang makan tidak cukup, maka daya tahan tubuhnya

dapat melemah dan dalam keadaan demikian akan mudah di serang infeksi

( Hajar,2011). Adapun goncangan pertumbuhan dalam waktu singkat (akut)

sering terjadi pada perubahan berat badan sebagai akibat menurunnya nafsu

makan, penyakit infeksi (misalnya saluran pernapasan dan diare) atau karena

kurang cukupnya makanan yang dikonsumsi.

G. Riwayat Berat Badan Waktu Lahir

Status gizi waktu lahir dinyatakan dengan berta badan dan

diklasifikasikan menjadi dua, yaitu normal dan BBLR. Bayi dengan berat
51

badan lebih besar atau sama dengan 2.500 g dikatakan memiliki status gizi

normal, sedangkan bayi yang terlahir dengan berat badan lebih kecil dari

2.500 g tanpa memandang usia kehamilan dikatakan memiliki status gizi

kurang atau BBLR (UNICEF,2004). Bayi berat lahir rendah merupakan

masalah penting dalam pengelolaannya karena mempunyai kecenderungan ke

arah peningkatan terjadinya infeksi, kesukaran mengatur nafas tubuh sehingga

mudah untuk menderita hipotermia. Selain itu bayi dengan Berat Bayi Lahir

Rendah (BBLR) mudah terserang komplikasi tertentu seperti ikterus,

hipoglikemia yang dapat menyebabkan kematian. Kelompok bayi berat lahir

rendah yang dapat di istilahkan dengan kelompok resiko tinggi karena pada

bayi berat lahir rendah menunjukan angka kematian dan kesakitan yang lebih

tinggi dengan berat bayi lahir cukup.

Adapun masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi- bayi

dengan berat badan waktu lahir rendah (BBLR) antara lain :

1. Gangguan perkembangan

2. Gangguan pertumbuhan

3. Gangguan penglihatan

4. Gangguan pendengaran

5. Penyakit paru kronis

6. Kenaiakan angka kesakitan

7. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan


52
53

H. Kerangka Konsep

Variabel independent Variabel dependent

Status Gizi anak

Pengetahuan Ibu

Sosial ekonomi

Pertumbuhan

Riwayat Berat
Badan Lahir

Riwayat Penyakit
Infeksi

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak di teliti

: Penghubung

I. Kerangka Kerja
54

Menentukan populasi anak


usia dini

Sampel anak usia dini


(5-6) tahun

Informed consent

Mengisi kuesioner

Melakukan Pengolahan Data (seleksi, editing,


koding, tabulasi) dan Menganalisis Data
Secara Univariat dan Biviriat

Penyajian hasil & membuat


kesimpulan penelitian

Memberikan saran dan


rekomendasi pada pihak terkait

Gambar. 2.2 Kerangka Kerja

J. Variabel Penelitian
55

Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat,

atau ukuran yang memiliki atau yang didapatkan oleh satuan-satuan penelitian

tentang suatu konsep tertentu (Notoatmodjo, 2005).

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variable independen (variabel

bebas) dan variable dependen (variabel terikat)

1. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Faktor- faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan yaitu Status gizi, Pengetahuan Ibu, Sosial

ekonomi (pendapatan keluarga), riwayat penyakit infeksi, berat badan

waktu lahir.

2. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pertumbuhan anak usia

dini 5-6 tahun.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survei analitik

dengan pendekatan Cross Sectional Study, yaitu suatu penelitian untuk

mempelajari dinamika korelasi antara faktor- faktor risiko dengan

efek, dengan cara pendekatan, observasi, atau pengumpulan data

sekaligus pada suatu saat (point time approach) (Notoadmodjo,2010).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini adalah di TK Asdani Kelurahan

Tamangapa Raya Kecamatan Manggala Kota Makassar. Penelitian ini

telah dilaksanakan pada bulan Februari 2015.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan individu yang menjadi acuan terhadap

hasil penelitian yang akan dilakukan (Notoadmodjo, 2005).

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak yang

berada di TK Asdani Makassar yaitu sebanyak 30 anak.

2. Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau

sebagian karakteristik yang dimiliki oleh populasi.

56
57

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Total

Sampling. Total sampling artinya seluruh populasi menjadi sampel

dalam penelitian ini. Jadi, jumlah sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah 30 anak usia 5-6 tahun.

D. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner yang terdiri

dari Identitas Ibu, Sosial ekonomi (pendapatan keluarga), Identitas

anak, dan pengetahuan ibu tentang pertumbuhan anak, riwayat berat

badan lahir dan penyakit infeksi. Adapun identitas anak terdiri dari

status gizi anak, riwayat berat badan lahir dan riwayat penyakit infeksi

dan pertumbuhan yang diukur berdasarkan antropometri. Sedangkan

pengetahuan ibu berisi pernyataan untuk mengukur tingkat

pengetahuan ibu tentang pertumbuhan anak.

Untuk skala pengukuran status gizi, menggunakan

antropometri dengan mengukur berat badan dengan melihat indeks

BB/U. Adapun skala pengukuran tingkat pengetahuan menggunakan

skala likers, dengan jawaban SS (sangat setuju), S (setuju), TS (Tidak

Setuju), STS ( sangat tidak setuju). Untuk sosial ekonomi dilihat dari

UMR (Upah Minimum Regional) yaitu Rp. 1.200.000,-. Untuk

Riwayat penyakit infeksi yaitu riwayat penyakit baik Infeksi Saluran

Pernapasan Bagian Atas (ISPA) maupun diare yang pernah diderita

anak dalam tiga bulan terakhir dan saat pengambilan data dinilai dari

jawaban responden pada kuesioner mengenai ISPA, dimana jawaban


58

responden adalah Ya atau Tidak. Sedangkan pertumbuhan dilihat

berdasarkan berat badan ideal anak 5-6 tahun dengan rumus:

(2 X n) + 8

E. Sumber dan cara pengumpulan data

1. Sumber Data

a. Data primer

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data

primer yaitu berupa kuesioner untuk mengukur variabel

dependen dan independen. Kuesioner terdiri dari Identitas Ibu,

Pendapatan keluarga, dan Identitas anak.

b. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Kepala

sekolah, dan guru- guru di TK Asdani Makassar.

2. Cara pengumpulan data

a. Prosedur pengumpulan data di lakukan dengan cara

mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada

Institusi Pendidikan Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu

Kesehatan UIN Alauddin makassar kemudian mengajukan

surat izin penelitian dari fakultas ke tempat penelitian.

b. Setelah mendapat persetujuan dari Pimpinan TK Asdani

Makassar, peneliti melakukan wawancara kepada calon

responden kemudian peneliti menjelaskan tentang topik,

manfaat penelitian, dan tujuan penelitian kepada calon


59

responden dan juga peneliti menanyakan apakah calon

responden bersedia berpartisipasi dalam penelitian.

c. Kemudian calon responden yang bersedia berpartisipasi

diminta untuk menandatangani formulir persetujuan (informed

consent)

d. Memberikan kuesioner kepada responden dalam hal ini orang

tua murid TK Asdani yang berisi identitas, sosialekonomi dan

pengetahuan ibu

e. Untuk responden anak juga dilakukan pengukuran

antropometri yaitu BB dan TB

f. Melakukan langkah-langkah pengolahan data.

F. Tekhnik Pengolahan dan Analisis Data

1. Tekhnik Pengolahan Data

Pengolahan data menurut Hasan (2006) meliputi kegiatan:

a. Editing

Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah

terkumpul, tujuannya untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan

yang terdapat pada pencatatan dilapangan dan bersifat koreksi.

b. Coding (Pengkodean)

Coding adalah pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang

termasuk dalam katagori yang sama. Kode adalah isyarat yang

dibuat dalam bentuk angka atau huruf yang memberikan


60

petunjuk atau identitas pada suatu informasi atau data yang akan

dianalisis.

c. Tabulasi

Tabulasi adalah pembuatan tabel-tabel yang berisi data yang

telah diberi kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan. Dalam

melakukan tabulasi diperlukan ketelitian agar tidak terjadi

kesalahan. Tabel hasil Tabulasi dapat berbentuk:

1) Tabel pemindahan, yaitu tabel tempat memindahkan kode-

kode dari kuesioner atau pencatatan pengamatan. Tabel ini

berfungsi sebagai arsip.

2) Tabel biasa, adalah tabel yang disusun berdasar sifat

responden tertentu dan tujuan tertentu.

3) Tabel analisis, tabel yang memuat suatu jenis informasi yang

telah dianalisa (Hasan, 2006).

2. Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisa data sebagai berikut:

a. Univariat

Analisis yang digunakan adalah uji univariat. Analisis

univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.

Tujuan dari analisis ini adalah untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang

diteliti baik dari jenis data numerik maupun kategori

(Notoatmodjo, 2002).
61

b. Bivariat

Tujuan analisis bivariat yaitu untuk mengetahui ada

tidaknya pengAruh antara variabel independen dan variabel

dependen. Teknik analisis bivariat yang digunakan untuk

menganalisis data hasil penelitian adalah dengan korelasi

Kendal Tau. Korelasi Kendal Tau (τ) digunakan untuk mencari

hubungan dan menguji hipotesis antara dua variabel atau lebih,

bila datanya berbentuk ordinal atau rangking. Teknik ini

digunakan bila jumlah sampel lebih dari 10 (Sugiyono, 2009).

Rumus dasar yang digunakan adalah sebagai berikut:

τ = ∑ A- ∑ B

N(N-1)

Keterangan:

τ = Koefisien korelasi Kendal Tau yang besarnya ( -1<τ<1)

A = Jumlah rangking atas

B = Jumlah rangking bawah

N = Jumlah anggota sampel

G. Etika Penelitian

Menurut Nursalam (2008), ada tiga bagian yang menjadi

prinsip etis dalam penelitian (pengumpulan data), yaitu:

1. Prinsip manfaat

a. Bebas dari penderitaan


62

Peneliti menjelaskan prosedur yang akan dijalankan dan

meyakinkan responden bahwa penelitian ini tidak menyakiti

responden. Jika responden merasa ada ketidaknyamanan dalam

menjalankan prosedur, responden akan dieksklusikan.

b. Bebas dari eksploitasi

Peneliti menjelaskan secara jelas manfaat dan tujuan

penelitian untuk perkembangan ilmu keperawatan, sehingga

responden mengerti dan yakin bahwa informasi yang

diberikannya untuk peneliti digunakan untuk tujuan dan

kepentingan penelitian dan tidak akan disalahgunakan untuk

kepentingan lainnya.

c. Risiko (Benefits Rasio)

Peneliti menjelaskan secara terbuka manfaat penelitian yang

akan diperoleh oleh pasien dan juga menjelaskan resiko-resiko

apa saja yang akan mungkin didapatkan oleh responden terkait

kesediannya berpartisipasi dalam penelitian ini.

2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)

a. Hak untuk ikut atau tidak menjadi responden (right to self

determination)

Peneliti memberikan hak yang terbuka kepada responden

bahwa responden dapat memilih untuk berpartisipasi dalam

penelitian atau tidak.

b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan

(right to full disclosure).


63

Peneliti menjelaskan secara terbuka semua informasi

penelitian kepada responden, mulai dari tujuan penelitian,

manfaat, keuntungan dan risiko penelitian, prosedur yang

dipakai, serta semua informasi yang terkait kepada responden.

c. Informed consent

Peneliti menjelaskan kepada responden bahwa responden

memiliki hak untuk menyetujui atau menolak berpartisipasi

dalam penelitian ini. Peneliti memberikan hak bebas apakah

responden ini menandatangani informed concent atau tidak.

Jika responden menandatangani informed concent itu berarti

responden setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

3. Prinsip keadilan (right to justice)

a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair

treatment)

Peneliti memperlakukan semua responden secara adil

dalam melakukan prosedur penelitian.

b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)

Peneliti merahasiakan semua informasi terkait dengan

identitas responden dengan cara menyamarkan setiap nama

responden dengan menggantinya dengan kode responden

dimana hanya peneliti yang mengetahui kode responden

tersebut. Selain itu, semua data terkait informasi responden

disimpan oleh peneliti dan tidak akan disebarluaskan


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Karakteristik Responden

a. Umur Anak

Hasil penelitian mengenai umur anak usia dini di TK Asdani

Makassar dapat dilihat pada berikut ini.

Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Anak Usia


Dini di TK Asdani Makassar
Umur Anak Jumlah (n) Persen (%)
5 tahun 21 70
6 tahun 9 30
Total 30 100
Sumber : Data Primer diolah, 2015

Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar anak berusia 5

tahun, yakni sebanyak 21 orang (70%), sedangkan anak yang

berusia 6 tahun sebanyak 9 orang (30%).

b. Berat Badan

Hasil penelitian mengenai berat badan anak usia dini di TK

Asdani Makassar dapat dilihat pada berikut ini.

Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Berat Badan Anak di TK


Asdani Makassar
Berat Badan Jumlah (n) Persen (%)
< 15 kg 10 33,3
≥ 15 kg 20 66,7
Total 30 100

64
65

Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar anak memiliki berat

badan ≥ 15 kg, yakni sebanyak 20 orang (66,7%), sedangkan anak

yang memiliki berat badan < 15 kg sebanyak 10 orang (33,3%).

2. Analisis Univariat

a. Status Gizi Anak

Hasil penelitian mengenai status gizi anak usia dini di TK

Asdani Makassar dapat dilihat pada berikut ini.

Tabel 3. Distribusi Respoden Berdasarkan Status Gizi Anak Usia Dini


di TK Asdani Makassar
Status Gizi Anak Jumlah (n) Persen (%)
Baik 14 46,7
Kurang 16 53,3
Total 30 100
Sumber : Data Primer diolah, 2015

Tabel 3 menunjukkan bahwa anak yang memiliki status gizi

kategori baik sebanyak 14 orang (46,7%), sedangkan yang memiliki

status gizi kategori kurang sebanyak 16 orang (53,3%).

b. Pengetahuan Ibu

Hasil penelitian mengenai pengetahuan ibu dari anak usia dini di

TK Asdani Makassar dapat dilihat pada berikut ini.

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu dari


Anak Usia Dini di TK Asdani Makassar
Pengetahuan Ibu Jumlah (n) Persen (%)
Cukup 17 56,7
Kurang 13 43,3
Total 30 100
Sumber : Data Primer diolah, 2015
66

Tabel 4 menunjukkan bahwa pengetahuan ibu dalam kategori

cukup sebanyak 17 orang (56,7%), sedangkan pengetahuan ibu dalam

kategori kurang sebanyak 13 orang (43,3%).

c. Sosial Ekonomi ( Pendapatan Keluarga)

Hasil penelitian mengenai sosial ekonomi dari anak usia dini di

TK Asdani Makassar dapat dilihat pada berikut ini.

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Sosial Ekonomi dari Anak


Usia Dini di TK Asdani Makassar
Sosial Ekonomi Jumlah (n) Persen (%)
(Pendapatan Keluarga)
Cukup 26 86,7
Kurang 4 13,3
Total 30 100
Sumber : Data Primer diolah, 2015

Tabel 5 menunjukkan bahwa sosial-ekonomi dalam kategori

cukup sebanyak 26 orang (86,7%), sedangkan sosial-ekonomi dalam

kategori kurang sebanyak 4 orang (13,3%).

d. Riwayat BBL

Hasil penelitian mengenai riwayat BBL anak usia dini di TK

Asdani Makassar dapat dilihat pada berikut ini.

Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat BBL Anak Usia


Dini di TK Asdani Makassar
Riwayat BBL Jumlah (n) Persen (%)
Normal 24 80.0
BBLR 6 20.0
Total 30 100
Sumber : Data Primer diolah, 2015
67

Tabel 6 menunjukkan bahwa riwayat BBL dalam kategori normal

sebanyak 24 orang (80%), sedangkan riwayat BBL dalam kategori

BBLR sebanyak 6 orang (20%).

e. Riwayat Penyakit

Hasil penelitian mengenai riwayat penyakit anak usia dini di TK

Asdani Makassar dapat dilihat pada berikut ini.

Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Penyakit Infeksi


Anak Usia Dini di TK Asdani Makassar
Riwayat Penyakit Jumlah (n) Persen (%)
Ya 18 60
Tidak 12 40
Total 30 100
Sumber : Data Primer diolah, 2015

Tabel 7 menunjukkan bahwa anak yang memiliki riwayat

penyakit sebanyak 18 orang (60%), sedangkan yang tidak memiliki

riwayat penyakit sebanyak 12 orang (40%).

f. Pertumbuhan Anak

Hasil penelitian mengenai pertumbuhan anak usia dini di TK

Asdani Makassar dapat dilihat pada berikut ini.

Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Pertumbuhan Anak Usia


Dini di TK Asdani Makassar
Pertumbuhan Anak Jumlah (n) Persen (%)
Ideal 8 26,7
Kurang 22 73,3
Total 30 100
Sumber : Data Primer diolah, 2015
68

Tabel 8 diatas menunjukkan bahwa anak yang memiliki

pertumbuhan kategori ideal sebanyak 8 orang (26,7%), sedangkan

yang pertumbuhan kategori kurang sebanyak 22 orang (73,3%).

3. Analisis Bivariat

Pada tahap ini dilakukan tabulasi silang (cross tabulation) antar variabel

independen dengan variabel dependen.

a. Pengaruh Status Gizi Anak Terhadap Pertumbuhan Anak Usia

Dini di TK Asdani Makassar

Tabel 9. Pengaruh Status Gizi Anak Terhadap Pertumbuhan


Anak Usia Dini di TK Asdani Makassar
Pertumbuhan
Ideal Kurang Total
Status Gizi N % N % N %
Baik 7 26,7 7 23,3 14 46,7
Kurang 0 0 16 53,3 16 53,3
Jumlah 8 26,7 22 73,3 30 100
Korelasi Kendall’s tau-b (R) = 0,494, P = 0,003

Sumber: Data primer diolah, 2015

Tabel 9. menunjukkan bahwa dari 30 sampel terdapat 14

anak yang memiliki status gizi kategori baik dan 16 anak yang

memiliki status gizi kategori kurang. Dari 14 anak yang memiliki

status gizi kategori baik, sebanyak 7 anak (26,7%) memiliki

pertumbuhan kategori ideal dan sebanyak 7 anak (23,3%) memiliki

pertumbuhan kategori kurang. Sedangkan dari 16 anak yang

memiliki status gizi kategori kurang, sebanyak 0 anak (0%)

memiliki pertumbuhan kategori ideal dan sebanyak 16 anak

(53,3%) memiliki pertumbuhan kategori kurang.


69

Hasil analisis statistik dengan uji korelasi Kendall’s tau-b

diperoleh nilai p = 0,003 yang lebih kecil dari 0,05, ini berarti ada

pengaruh antara faktor status gizi terhadap pertumbuhan anak usia

dini di TK Asdani Makassar.

b. Pengaruh Pengetahuan Ibu Terhadap Pertumbuhan Anak Usia

Dini di TK Asdani Makassar

Tabel 10. Pengaruh Pengetahuan Ibu Terhadap Pertumbuhan


Anak Usia Dini di TK Asdani Makassar
Pertumbuhan
Ideal Kurang Total
Pengetahuan Ibu N % N % N %
Cukup 7 23,3 10 33,3 17 56,7
Kurang 1 3,3 12 40 13 43,3
Jumlah 8 26,7 22 73,3 30 100
Korelasi Kendall’s tau-b (R) = 0,375, P = 0,018
Sumber: Data primer diolah, 2015

Tabel 10. menunjukkan bahwa dari 30 sampel terdapat 17

anak yang memiliki pengetahuan ibu kategori cukup dan 13 anak

yang memiliki pengetahuan ibu kategori kurang. Dari 14 anak yang

memiliki pengetahuan ibu kategori cukup, sebanyak 7 anak


(23,3%) memiliki pertumbuhan kategori ideal dan sebanyak 10

anak (33,3%) memiliki pertumbuhan kategori kurang. Sedangkan

dari 13 anak yang memiliki pengetahuan ibu kategori kurang,

sebanyak 1 anak (3,3%) memiliki pertumbuhan kategori ideal dan

sebanyak 12 anak (40%) memiliki pertumbuhan kategori kurang.

Hasil analisis statistik dengan uji korelasi Kendall’s tau-b

diperoleh nilai p = 0,018 yang lebih kecil dari 0,05, ini berarti ada
70

pengaruh antara faktor pengetahuan ibu terhadap pertumbuhan anak

usia dini di TK Asdani Makassar.

c. Pengaruh Sosial - Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Anak Usia

Dini di TK Asdani Makassar

Tabel 11. Pengaruh Sosial-Ekonomi Terhadap Pertumbuhan


Anak Usia Dini di TK Asdani Makassar
Pertumbuhan
Ideal Kurang Total
Sosial Ekonomi
N % N % n %
(Pendapatan keluarga)
Cukup 8 26,7 18 60 26 86,7
Kurang 0 0 4 13,3 4 13,3
Jumlah 8 26,7 22 73,3 30 100
Korelasi Kendall’s tau-b (R) = 0,237, P = 0,042
Sumber: Data primer diolah, 2015

Tabel 11. menunjukkan bahwa dari 30 sampel terdapat 26 anak

yang memiliki sosial-ekonomi kategori cukup dan 4 anak yang

memiliki sosial-ekonomi kategori kurang. Dari 26 anak yang

memiliki sosial-ekonomi kategori cukup, sebanyak 8 anak (26,7%)

memiliki pertumbuhan kategori ideal dan sebanyak 18 anak (60%)

memiliki pertumbuhan kategori kurang. Sedangkan dari 4 anak

yang memiliki sosial-ekonomi kategori kurang, tidak ada anak

yang memiliki pertumbuhan kategori ideal dan sebanyak 4 anak

(13,3%) memiliki pertumbuhan kategori kurang.

Hasil analisis statistik dengan uji korelasi Kendall’s tau-b

diperoleh nilai p = 0,042 yang lebih kecil dari 0,05, ini berarti ada

pengaruh antara faktor sosial-ekonomi terhadap pertumbuhan anak

usia dini di TK Asdani Makassar.


71

d. Pengaruh Riwayat BBL Terhadap Pertumbuhan Anak Usia

Dini di TK Asdani Makassar


Tabel 12. Pengaruh Riwayat BBL Terhadap Pertumbuhan
Anak Usia Dini di TK Asdani Makassar
Pertumbuhan
Ideal Kurang Total
Riwayat BBL N % N % n %
Normal 8 26,7 16 53,3 24 80
BBLR 0 0 6 20 6 20
Jumlah 8 26,7 22 73,3 30 100
Korelasi Kendall’s tau-b (R) = 0,302, P = 0,012
Sumber: Data primer diolah, 2015

Tabel 12. menunjukkan bahwa dari 30 sampel terdapat 24 anak

yang memiliki riwayat BBL kategori normal dan 6 anak yang

memiliki riwayat BBL kategori BBLR. Dari 24 anak yang memiliki

riwayat BBL kategori normal, sebanyak 8 anak (26,7%) memiliki

pertumbuhan kategori ideal dan sebanyak 16 anak (53,3%) memiliki

pertumbuhan kategori kurang. Sedangkan dari 6 anak yang memiliki

riwayat BBL kategori BBLR, tidak ada anak yang memiliki

pertumbuhan kategori ideal dan sebanyak 6 anak (20%) memiliki


pertumbuhan kategori kurang.

Hasil analisis statistik dengan uji korelasi Kendall’s tau-b

diperoleh nilai p = 0,012 yang lebih kecil dari 0,05, ini berarti ada

pengaruh antara faktor riwayat BBL terhadap pertumbuhan anak

usia dini di TK Asdani Makassar.


72

e. Pengaruh Riwayat Penyakit Infeksi Terhadap Pertumbuhan

Anak Usia Dini di TK Asdani Makassar

Tabel 13. Pengaruh Riwayat Penyakit Terhadap Pertumbuhan Anak


Usia Dini di TK Asdani Makassar
Pertumbuhan Ideal Kurang Total

Riwayat Penyakit N % N % N %
Infeksi
Ya 1 3,3 17 56,7 18 60
Tidak 7 23,3 5 16,7 12 40
Jumlah 8 26,7 22 73,3 30 100

Korelasi Kendall’s tau-b (R) = -0,585, P = 0,001

Tabel 13. menunjukkan bahwa dari 30 sampel terdapat 18 anak

yang memiliki riwayat penyakit infeksi kategori Ya dan 12 anak yang

memiliki riwayat penyakit infeksi kategori Tidak. Dari 18 anak yang

memiliki riwayat penyakit kategori Ya, sebanyak 1 anak (3,3%)

memiliki pertumbuhan kategori ideal dan sebanyak 17 anak (56,7%)

memiliki pertumbuhan kategori kurang. Sedangkan dari 12 anak yang

memiliki riwayat penyakit kategori tidak, sebanyak 7 anak (23,3%)

memiliki pertumbuhan kategori ideal dan sebanyak 5 anak (16,7%)

memiliki pertumbuhan kategori kurang.

Hasil analisis statistik dengan uji korelasi Kendall’s tau-b

diperoleh nilai p = 0,001 yang lebih kecil dari 0,05, ini berarti ada

pengaruh antara faktor riwayat penyakit infeksi terhadap pertumbuhan

anak usia dini di TK Asdani Makassar.


73

4. Analisis Regresi Logistik

Analisis regresi logistik pada penelitian ini bertujuan untuk

melihat pengaruh variabel bebas yaitu faktor status gizi anak,

pengetahuan ibu, sosial ekonomi, riwayat berat badan lahir, dan

riwayat penyakit terhadap variabel terikat yaitu pertumbuhan anak usia

dini di TK Asdani Makassar dan dapat melihat variabel bebas mana

yang paling dominan pengaruhnya.

Hasil analisis regresi logistik variabel-variabel bebas dapat dilihat

pada tabel sebagai berikut:

Tabel 14. Hasil uji regresi logistik faktor-faktor yang mempengaruhi


pertumbuhan anak usia dini di TK Asdani Makassar
No Variabel Estimate Std Error p-Wald Sig.
1. Status_Gizi 2.573 1.841 1.952 0,162
2. Pengetahuan_Ibu -.604 1.862 .105 0,746
3. Sosial_Ekonomi 3.169 32915.416 .000 1,000
4. Riwayat_BBL 17.495 28420.728 .000 1,000
5. Riwayat_Penyakit
-2.948 1.363 4.676 0,031
Infeksi
6. Konstanta -17.946 16603.821 .000 0,999
Sumber: Data primer diolah, 2015

Dari tabel 14 dapat diketahui bahwa variabel yang berpengaruh

paling dominan adalah faktor riwayat penyakit dengan nilai P = 0,031.

B. PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dengan cara pengumpulan data primer

yaitu dengan pengukuran langsung berupa BB dan TB anak, selain itu

menggunakan kuesioner berupa pernyataan tentang identitas responden,

status gizi, pengetahuan ibu, sosial ekonomi (pendapatan keluarga),


74

riwayat berat badan lahir dan riwayat penyakit infeksi pada 30 responden

di TK Asdani Makassar. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan

pengolahan dan analisis data yang akan dibahas sebagai berikut:

1. Pengaruh Status Gizi Terhadap Pertumbuhan Anak Usia Dini di

TK Asdani Makassar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang memiliki

status gizi kategori baik sebanyak 46,7% sedangkan yang memiliki

status gizi kategori kurang sebanyak 53,3%. Dalam hal ini status gizi

diukur melalui pengukuran status gizi berupa Z- scor BB/U. Dan hasil

distribusi status gizi menunjukkan bahwa di TK asdani Makassar

jumlah anak yang memiliki status gizi kurang lebih banyak

dibandingkan dengan anak dengan status gizi baik. Status gizi baik

berarti anak tersebut berat badannya sesuai dengan umurnya.

Sedangkan anak dengan status gizi kurang berarti anak tersebut berat

badannya tidak sesuai dengan umurnya.

Dari hasil analisis statistik dengan uji korelasi Kendall’s tau-b

diperoleh nilai p = 0,003 yang lebih kecil dari 0,05, ini berarti ada

pengaruh antara faktor status gizi terhadap pertumbuhan anak usia dini

di TK Asdani Makassar. Peneliti berasumsi bahwa status gizi erat

kaitannya dengan pertumbuhan karena status gizi ini juga

menggambarakan keadaan fisik seseorang yang berasal dari frekuensi

makanan yang dikonsumsi. Dari frekuensi makanan tersebut anak bisa

memenuhi asupan zat gizi yang dibutuhkan dalam pertumbuhan anak.

Kecukupan zat gizi inilah yang merupakan salah satu cara untuk
75

menilai pertumbuhan anak dan keadaan kesehatan pada umumnya.

Tanpa gizi yang kuatpun anak akan gagal tumbuh dan berkembang

secara memuaskan dan tubuhpun tidak dapat ditunjang secara efektif.

Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Soekiman (2000)

bahwa anak yang kurang gizi akan berpotensi mengalami gangguan

pertumbuhan fisik dan perkembangan mentalnya. Dalam hal ini gizi

kurang merupakan keadaan tidak sehat karena kurangnya zat gizi

didalam tubuh.

Adapun hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Desmiyati yang menunjukkan hasil adanya hubungan

antara tumbuh kembang dengan status gizi anak usia prasekolah

dengan nilai p = 0,000 atau P < 0,05 (0,000).

2. Pengaruh Pengetahuan Ibu Tehadap Pertumbuhan Anak Usia Dini

di TK Asdani Makassar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 responden

terdapat 17 ibu yang memiliki tingkat pengetahuan kategori cukup

dan 13 ibu yang memiliki tingkat pengetahuan kategori kurang. Dari

17 ibu yang memiliki tingkat pengetahuan kategori cukup, sebanyak

7 anak (23,3%) memiliki pertumbuhan kategori ideal dan sebanyak 10

anak (33,3%) memiliki pertumbuhan kategori kurang. Sedangkan dari

13 ibu yang memiliki tingkat pengetahuan kategori kurang, sebanyak

1 anak (3,3%) memiliki pertumbuhan kategori ideal dan sebanyak 12

anak (40%) memiliki pertumbuhan kategori kurang.


76

Berdasarkan hasil penelitian juga terlihat bahwa pertumbuhan

anak yang tergolong kategori kurang lebih banyak pada ibu yang

pengetahuannnya kurang yaitu 73,3 %. Dan dari hasil analisis statistik

dengan uji korelasi Kendall’s tau-b menunjukkan ada pengaruh antara

faktor pengetahuan ibu terhadap pertumbuhan anak usia dini di TK

Asdani Makassar dengan nilai r = 0,375 dan p = 0,018. Dalam hal ini

peneliti beramsumsi bahwa pengetahuan ibu tentang pertumbuhan

mempunyai peranan dalam tingkat pertumbuhan anak. Sesuai dengan

pendapat yang dikemukakan oleh Suhardjo (2000) pada umumnya

penyelenggaraan makanan dalam rumah tangga sehari-hari dikoordinir

oleh ibu. Ibu yang mempunyai pengetahuan gizi dan kesadaran gizi

yang tinggi akan melatih kebiasaan makan yang sehat sedini mungkin

kepada semua putra dan putrinya. Anak- anak biasanya meniru apa

yang dilakukan orang tuanya atau kakak- kakaknya. Bila anak melihat

anggota keluarga yang lain mau makan apa yang dihidangkan ibu di

meja maka ia pun akan ikut makan juga. Namun disisi lain dalam

kehidupan sehari – hari terlihat keluarga yang sungguhpun

berpenghasilan cukup akan tetapi akan makanan yang disajikan

seadanya. Jelaslah disini bahwa ibu yang mempunyai pengetahuan

tentang pertumbuhan dan gizi yang tinggi berperan penting dalam

melatih anggota keluarganya dalam membiasakan makan yang sehat.

Namun dalam kehidupan sehari- hari


77

Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S al-Azumar 39:9

      


       
      
    

Terjemahnya :
(apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah
orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan
berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan
rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.

Ayat diatas menjalaskan tentang perbedaan orang yang

memiliki pengetahuan dengan orang yang tidak memiliki pengetahuan.

Sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003) juga mengatakan bahwa

pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Adapun didalam

hasil penelitian ini terdapat ibu yang memiliki tingkat pengetahuan

yang berbeda- beda. Sesuai dengan tingkat pengetahuan yang terdiri

dari tahu yang artinya orang tersebut dapat menyebutkan dan

menguraikan dari yang diketahuinya. Tingkat pengetahuan yang

kedua yaitu memahami yang artinya orang tersebut mampu

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Tingkat

pengetahuan ketiga yaitu aplikasi yang atinya orang tersebut mampu

untuk menggunakan materi yang telah dipelajari atau situasi


78

sebenarnya (real). Tingkat pengetahuan keempat yaitu analisis yang

artinya orang tersebut mampu menjabarkan materi yang telah ada atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen. Tingkat pengetahuan

kelima yaitu sintesis yang artinya suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi–formulasi yang ada. Tingkat

pengetahuan ke enam yaitu evaluasi yang artinya kemampuan untuk

melakukan penelitian atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Dalam hal ini, seorang ibu yang memiliki pengetahuan tentang

pertumbuhan yang cukup berbeda dengan ibu yang tidak memiliki

pengetahuan. Ibu yang berpengetahuan akan memperhatikan makanan

yang baik dan bergizi untuk dikonsumsi keluarganya dan yang

terpenting untuk pertumbuhan anaknya.

Selain itu dari hasil penelitian juga didapatkan beberapa anak

yang memiliki pertumbuhan kurang meskipun ibunya memiliki

pengetahuan yang cukup yaitu 33,3 %. Hal ini disebabkan karena

keterbatasan ibu untuk memenuhi kebutuhan gizi anak secara

seimbang. Faktor lain yang dapat menyebabkan adanya anak yang

memiliki pertumbuhan yang kurang meskipun ibunya memiliki

pengetahuan yang cukup adalah karena faktor kemalasan ibu dalam

mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya sehingga tidak memperhatikan

makanan yang dikonsumsi anaknya dan menuruti anak mengkonsumsi

makanan yang tidak bergizi. Dalam hal ini pengetahuan gizi yang

cukup diharapkan seseorang dapat mengubah perilaku yang kurang

benar sehingga dapat memilih bahan makanan bergizi serta menyusun


79

menu seimbang sesuai dengan kebutuhan dan selera serta akan

mengetahui akibat adanya kurang gizi. Pemberian pengetahuan gizi

yang baik diharapkan dapat mengubah kebiasaan makan yang semula

kurang menjadi lebih baik . Selain itu semakin bertambah pengetahuan

ibu terhadap tingkat pertumbuhan dan gizi maka seorang ibu akan

semakin mengerti jenis dan jumlah makanan untuk dikonsumsi seluruh

anggota keluarganya. Hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan

anggota keluarga, sehingga dapat mengurangi atau mencegah

gangguan pertumbuhan pada keluarga.

Adapun hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Aswinarti (2011) yang menyebutkan bahwa

pengetahuan ibu berpengaruh terhadap pertumbuhan anak dengan

analisis statistik diperoleh nilai p = (0,008) < (0,05).

3. Pengaruh Sosial Ekonomi (Pendapatan Keluarga) Tehadap

Pertumbuhan Anak Usia Dini di TK Asdani Makassar

Hasil penelitian tentang distribusi sosial ekonomi (pendapatan

keluarga) kategori cukup diperoleh data yaitu 86,7%. Dan sosial

ekonomi (pendapatan keluarga) kategori kurang diperoleh data yaitu

13,3%. Ini berarti mayoritas pendapatan keluarga pada responden di

TK Asdani Makassar berada diatas rata-rata UMP (> Rp 1.200.000).

Hasil analisis statistik dengan uji korelasi Kendall’s tau-b

diperoleh nilai p = 0,042 yang lebih kecil dari 0,05, ini berarti ada

pengaruh antara faktor sosial-ekonomi (pendapatan keluarga) terhadap

pertumbuhan anak usia dini di TK Asdani Makassar. Peniliti


80

berasumsi bahwa pendapatan merupakan faktor yang menentukan

kuliatas dan kuantitas makanan yang akan dikonsumsi oleh keluarga.

Dengan hal ini semakin tingggi pendapatan maka semakin besar

peluang untuk memilih makanan yang baik, meningkatnya pendapatan

perorangan maka terjadi perubahan- perubahan dalam menyediakan

makanan, hal inilah yang akan memengaruhi pertumbuhan seseorang.

Sesuai dengan tinjauan teori yang dikemukakan oleh Suhardjo (2000)

mengatakan bahwa jumlah pendapatan keluarga dapat mempengaruhi

ketersediaan pangan di keluarga, karena dengan pendapatan akan

memenuhi kebutuhan pangan sesuai dengan daya belinya.

Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa sosial ekonomi

(pendapatan keluarga) kategori cukup lebih banyak pertumbuhan

anaknya kurang yaitu 60% dibanding dengan pendapatan keluarga

kategori kurang 13,3%. Peniliti juga berasumsi bahwa status sosial

ekonomi (pendapatan keluarga) kategori cukup yang memiliki anak

dengan status pertumbuhan kurang kemungkinan karena keluarga yang

tingkat pendapatan perkapitanya diatas garis UMR tidak

membelajankan hartanya sesuai ilmu gizi. Rata-rata mereka hanya

memberikan makanan instan yang tingkat gizinya kurang sehingga

pertumbuhannyapun akan terganggu. Sedangkan pendapatan keluarga

kategori kurang yang memiliki anak dengan pertumbuhan kurang

yaitu 13,3% peneliti berasumsi bahwa pendapatan yang kurang atau

didibawah garis UMR maka makanan yang dikonsumsi tidak


81

mempertimbangkan nilai gizi, tetapi nilai materi lebih menjadi

pertimbangan.

Adapun hasil penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh

pendapatan keluarga terhadap pertumbuhan anak usia dini di TK

Asdani Makassar ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Aeda Ernawati (2006) yang menunjukkan bahwa tidak

ada pengaruh tingkat pendapatan per kapita dengan pertumbuhan anak

usia 2-5 tahun (p = 1,000).

4. Pengaruh Riwayat Berat Badan Waktu Lahir Terhadap

Pertumbuhan Anak Usia Dini di TK Adani Makassar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak usia dini di TK

Asdani makassar memiliki BBL kategori normal (>2500 gram)

sebanyak 80% dan sebanyak 20% anak usia dini di TK Asdani

Makassar memiliki status kategori BBLR. 20% anak yang termasuk

BBLR memiliki pertumbuhan kategori kurang. Dan hasil penelitian

analisis statistik dengan uji korelasi Kendall’s tau-b diperoleh nilai p =

0,012 yang lebih kecil dari 0,05, ini berarti ada pengaruh antara faktor

riwayat BBL terhadap pertumbuhan anak usia dini di TK Asdani

Makassar. Dalam hal ini peneliti berasumsi bahwa anak yang BBLR

mempunyai risiko mengalami pertumbuhan yang kurang dibanding

dengan anak yang BBL normal. Hal ini karena sistem organ tubuh

saat lahir belum belum sempurna sehinggah mempengaruhi anggota

tubuh yang lain dan akan mengganggu pertumbuhan anak.


82

Menurut UNACC (2000) & UNICEF (2004) juga mengatakan

bahwa pertumbuhan bayi dengan BBLR pada masa anak-anak dan saat

dewasa berbeda dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal.

Saat dewasa, bayi dengan BBLR memiliki risiko lebih tinggi terkena

berbagai penyakit. Adapun Keadaan ini dapat menghambat

pertumbuhan dan perkembangan kognitif, kerentanan terhadap

penyakit kronis di kemudian hari. Dalam hal ini Sirajuddin dkk (2011)

juga mengatakan bahwa dampak lanjutan dari BBLR dapat berupa

gagal tumbuh (grouth faltering), anak pendek 3 kali lebih besar di

banding non BBLR, pertumbuhan terganggu, penyebab wasting, dan

risiko malnutrisi. Selain itu menurut Siswono (2005) mengatakan

bahwa tingginya bayi BBLR dan gizi kurang pada balita akan

berdampak pada gangguan pertumbuhan pada anak usia baru masuk

sekolah.

Adapun hasil penelitian juga sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Priyo Sulistiyono yang menunjukkan hasil bahwa ada

hubungan riwayat BBLR dengan status gizi anak usia 1-3 tahun, p=

0,001 atau p<0,005.

5. Pengaruh Riwayat Penyakit Infeksi Terhadap Pertumbuhan Anak

Usia Dini di TK Adani Makassar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan anak yang

tergolong kategori kurang lebih banyak pada anak yang mengalami

riwayat penyakit infeksi yaitu 56,7%. Dan dari hasil analisis statistik

dengan uji korelasi Kendall’s tau-b menunjukkan ada pengaruh antara


83

faktor riwayat penyakit infeksi terhadap pertumbuhan anak usia dini di

TK Asdani Makassar dengan nilai p = 0,001 yang lebih kecil dari 0,05.

Peneliti berasumsi bahwa dari anak yang mengalami penyakit infeksi

akan mengalami pertumbuhan yang kurang dari pada anak yang tidak

mengalami penyakit infeksi. Pada dasarnya pertumbuhan kategori

kurang dengan infeksi merupakan hubungan timbal balik yaitu

hubungan sebab akibat. Yang artinya anak yang mengalami

pertumbuhan kurang berarti keadaan gizi didalam tubuhnya juga

kurang.

Hal ini disebabkan asupan gizi tidak adekuat dapat

mengakibatkan menurunnya berat badan, gangguan pertumbuhan,

menurunnya imunitas. Menurunnya imunitas memegang peranan

utama dalam mekanisme pertahanan tubuh. Pada saat bersamaan anak

yang sedang mengalami sakit utamanya mengalami riwayat penyakit

infeksi akan menurunkan nafsu makan atau kesulitan menelan dan

mencerna makanan akibatnya asupan gizinyapun menurun, begitupun

metabolisme dalam tubuhnya juga akan terganggu. Karena penyakit

infeksi inilah yang menyebabkan kehilangan persediaan gizi sebagai

akibat respon metabolik dan kehilangan melalui saluran cerna.

Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hajar (2011)

bahwa pada anak yang makan tidak cukup, maka daya tahan tubuhnya

dapat melemah dan dalam keadaan demikian akan mudah di serang

infeksi Hal ini terjadi karena infeksi dapat menurunkan intake


84

makanan, mengganggu absorpsi zat gizi, menyebabkan hilangnya zat

gizi secara langsung.

Begitupun dengan pada penderita ISPA maupun diare

biasanya nafsu makannya menurun, sehingga jumlah makanan yang

seharusnya dikonsumsi tidak terpenuhi. Adapun hasil penelitian ini

juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Erna Kusuma yang

menunjukkan hasil bahwa Episode ISPA berhubungan dengan

pertumbuhan bayi umur 3 sampai 6 bulan (r = 0,330, p =0,005).

6. Pembahasan Analisis Regresi Logistik

Berdasarkan hasil penelitian menggunakan analisis regresi

logistik pada penelitian ini didapatkan variebel bebas yaitu faktor

status gizi, pengetahuan ibu, social ekonomi, riwayat berat badan

waktu lahir, riwayat penyakit infeksi dan variabel terikat yaitu

pertumbuhan anak usia dini di TK Asdani Makassar. Hasil analisis

regresi logistic didapatkan hasil bahwa variabel yang berpengaruh

paling dominan adalah faktor riwayat penyakit infeksi dengan nilai p =

0,031, sebagaimana ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi yang

lebih kecil dibandingkan dengan koefeisen variable lainnya. Jika

dilihat berdasarkan hasil peneltian tersebut, maka variabel faktor

riwayat penyakit infeksi inilah yang nilai koefisien regresinya paling

kecil dibandingkan dengan variabel lainnya.

Sebagaimana pada dasarnya penyakit infeksi dapat bertindak

sebagai pemula terjadinya kurang gizi dan gangguan pertumbuhan

sebagai akibat menurunnya nafsu makan, adanya gangguan


85

penyerapan dalnam saluran pencernaan atau peningkatan kebutuhan

zat gizi oleh adanya penyakit.

Hal ini juga dibuktikan dalam tinjauan teori yang dikemukakan

oleh Supariasa (2001) bahwa penyakit infeksi dan gangguan gizi

sering terjadi secara bersamaan dan saling mempengaruhi antara yang

satu dengan yang lainnya. Interaksi yang sinergis antara penyakit

infeksi dan gangguan pertumbuhan dapat mengakibatkan mekanisme

patoligik yang bermacam- macam baik secara sendiri-sendiri maupun

bersamaan yaitu: penurunan asupan zat gizi akibat kurangnya nafsu

makan, menurunnya absorbsi dan kebiasaan mengurangi makan saat

sakit, peningkatan kehilangan cairan tubuh dan zat gizi, meningkatnya

kebutuhan tubuh, baik dari peningkatan kebutuhan akibat sakit (human

host) dan parasit yang terdapat dalam tubuh serta dengan adanya panas

atau demam yang menyertai infeksi saluran pernapasan memegang

peranan penting dalam penurunan asupan gizi akibat dari menurunnya

nafsu makan.

Hal inilah yang menyebabkan bahwa kaitan penyakit infeksi

dengan pertumbuhan merupakan hubungan timbal balik, yaitu

hubungan sebab akibat. Penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan

gizi dan keadaan gizi yang buruk dapat mempermudah terkena infeksi.

Selain itu terjadinya goncangan pertumbuhan dan tinggi kematian pada

bayi juga disebabkan karena penyakit infeksi diantaranya ISPA dan

diare. Oleh karena itu dalam penanggulangan penyakit infeksi (ISPA

dan diare) dan terjadinya gangguan pertumbuhan, keluarga khususnya


86

ibu hendaknya selalu memantau pertumbuhan anak, meningkatkan

pemberian makanan dengan gizi yang cukup dan segera melakukan

tindakan pengobatan pada saat anak sakit serta menjaga kesehatan dan

kebersihan lingkungan.

BAB V
87

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dari hasil uji korelasi Kendall’s tau-b, ada pengaruh yang signifikan

antara faktor status gizi anak terhadap pertumbuhan anak usia dini di

TK Asdani Makassar (P = 0,003).

2. Dari hasil uji korelasi Kendall’s tau-b, ada pengaruh yang signifikan

antara faktor pengetahuan ibu terhadap pertumbuhan anak usia dini di

TK Asdani Makassar (P = 0,018).

3. Dari hasil uji korelasi Kendall’s tau-b, ada pengaruh yang signifikan

antara faktor sosial ekonomi terhadap pertumbuhan anak usia dini di

TK Asdani Makassar (P = 0,042).

4. Dari hasil uji korelasi Kendall’s tau-b, ada pengaruh yang signifikan

antara faktor riwayat berat badan lahir terhadap pertumbuhan anak usia

dini di TK Asdani Makassar (P = 0,012).

5. Dari hasil uji korelasi Kendall’s tau-b, ada pengaruh yang signifikan

antara faktor riwayat penyakit terhadap pertumbuhan anak usia dini di

TK Asdani Makassar (P = 0,001).

6. Dari hasil uji regresi logistik, faktor yang paling dominan berpengaruh

terhadap pertumbuhan anak usia dini di TK Asdani Makassar adalah

faktor riwayat penyakit (P = 0,031) .


88

B. Implikasi Penelitian

1. Bagi Ilmu Keperawatan

a. Diharapkan hasil penelitian ini menjadi bahan unutk

keperawatan anak.

b. Diharapkan hasil penelitian ini di gunakan sebagai bahan acuan

bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian yang

menyangkut tentang pertumbuhan pada anak.

c. Diharapkan hasil penelitian ini bisa menjadi acuan untuk

melanjutkan penelitian tentang mendeteksi gangguan

pertumbuhan pada anak.

2. Bagi Institusi

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi

dalam kegiatan akademik di kalagangan pelajar khususnya di UIN

Alauddin Makassar.

3. Bagi Peneliti

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan serta

ilmu pengetahuan peneliti. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya

perlu dilakukan penelitian agar tidak ada lagi anak yang

mengalami gangguan pertumbuhan


89

Anda mungkin juga menyukai