Anda di halaman 1dari 7

KETENTUAN PEMBUATAN LAPORAN HASIL EX HOUSE TRAINING

UNIT DIKLAT RS BEDAH SURABAYA

Format Laporan :
1. Cover termuat Judul dan Pembuat Laporan
2. Adapun isi laporan :
Bab 1 : Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan dan Manfaat
1.2.1 Manfaat Bagi Peserta
1.2.2 Manfaat Bagi Rumah Sakit
Bab 2 : Laporan Kegiatan
2.1 Nama Kegiatan
Dituliskan lengkap tema dan judul pelatihan/workshop/seminar/bimbingan
2.2 Penyelenggara Kegiatan
Dituliskan organisasi/instansi/perusahaan yang menyelenggarakan
pelatihan/workshop/seminar.
2.3 Tempat dan Tanggal Kegiatan
Dituliskan nama dan alamat tempat penyelenggaraan serta tanggal pelaksanaan
2.4 Waktu Kegiatan dan Susunan Acara
Dituliskan susunan acara kegiatan yang diikuti selama pelatihan.
2.5 Materi Pelatihan
Dituliskan rangkuman materi yang didapat saat pelatihan.
Bab 3 : Penutup
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari keseluruhan jalannya kegiatan pelatihan.
3.2 Saran
Saran dari peserta terkait tindak lanjut / rekomendasi yang dapat dilakukan
terkait dengan materi pelatihan ditinjau dari kondisi yang ada di Rumah Sakit
Bedah Surabaya. Sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
kemajuan Rumah Sakit Bedah Surabaya

2. Font Laporan ukuran 11 menggunakan Times New Roman


3. Kertas Ukuran A4
4. Bagian Terakhir, ada tanda tangan peserta pelatihan
5. Sertifikat Asli diserahkan kepada unit diklat
LAPORAN KEGIATAN
PELATIHAN PPI DASAR

Oleh:
Mahzida Ade SP, A. Md. Kep.
dr. Aditya Kisara, SpAn

Tahun 2018
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PADANGAN BOJONEGORO
Jl. Raya Manyar No. 9 Surabaya
Email : sekretariat@rsbedah-sby.com
Web-site : www.rsbedah-sby.co
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk dapat
memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan
(Depkes RI, 2007).
Infeksi nosokomial adalah suatu infeksi yang diperoleh/dialami pasien selama dirawat di
rumah sakit. Infeksi nosokomial terjadi karena adanya transmisi mikroba patogen yang
bersumber dari lingkungan rumah sakit dan perangkatnya. Akibat lainnya yang juga cukup
merugikan adalah hari rawat penderita yang bertambah, beban biaya menjadi semakin
besar, serta merupakan bukti bahwa manajemen pelayanan medis rumah sakit kurang
bermutu (Darmadi, 2008).
Masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dan pengunjung di
rumah sakit dihadapkan pada risiko terjadinya infeksi atau infeksi nosokomial yaitu infeksi
yang diperoleh di rumah sakit, baik karena perawatan atau datang berkunjung ke rumah
sakit. Angka infeksi nosokomial terus meningkat (Al Varado, 2000) mencapai sekitar 9%
(variasi 3-21%) atau lebih dari 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit seluruh dunia
(Pedoman PPI Depkes RI, 2008)

1.2 Tujuan dan Manfaat


Meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan sumber daya manusia,
tentang pencegahan dan pengendalian infeksi, sehingga dapat melindungi tenaga kerja dan
masyarakat dari penularan penyakit infeksi.

1.2.1 Manfaat bagi peserta


Meningkatkan pengetahuan petugas medis dan non medis dalam melakukan tindakan
yang sesuai dengan prinsip pengendalian infeksi.

1.2.2 Manfaat bagi rumah sakit


Rumah Sakit akan memiliki sumber daya yang kompeten sehingga akan meningkatkan pelayanan
terhadap pasien dan dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial di rumah sakit.

BAB 2
LAPORAN KEGIATAN

1.1 Nama Kegiatan


Kegiatan ini bernama Pelatihan Pencegahan dan Pengendalian (PPI) Dasar.

1.2 Penyelenggara Kegiatan


Kegiatan diselenggarakan oleh Siloam Hospital Surabaya bekerja sama dengan HIPPII.

1.3 Tempat dan Tanggal Kegiatan

1
Kegiatan dilaksanakan di Singgasana Hotel Surabaya, Jl. Gunungsari Surabaya, pada tanggal 4-7
Juli 2018.

1.4 Waktu Kegiatan dan Susunan Acara


Susunan acara kegiatan adalah sebagai berikut:

Hari Pertama : Rabu, 4 Juli 2018


Jam Acara Narasumber
07.00 – 07.30 Registrasi
07.30 – 07.35 Pembukaan oleh MC
07.35 – 07.40 Sambutan
07.40 – 08.00 Pre test
08.00 – 08.30 Building Learning Commitment
08.30 – 09.15 Konsep Dasar PPI Dr. Bambang W, SpAn-KIC
09.15 – 10.00 Dasar Diagnostik dan Pencegahan BSI Dr. Bambang W, SpAn-KIC
10.00 – 10.15 Coffe Break
10.15 – 11.00 Dasar Diagnostik dan Pencegahan VAP Dr. Bambang W, SpAn-KIC
11.00 – 11.45 PPI Pada Akreditasi SNARS Edisi 1 Ns. Sulistyorini, S. Kep.
11.45 – 12.30 Isolation Precautions Ns. Irwan Subekti, S. Kep.
12.30 – 13.15 Penempatan Pasien Ns. Irwan Subekti, S. Kep.
13.15 – 14.00 ISHOMA
14.00 – 14.45 Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi : Ns. Sulistyorini, S. Kep.
Droplet
14.45 – 15.30 Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi : Pidawati, A. Md. Kep.
Kontak
15.30 – 15.45 Coffee Break
15.45 – 16.30 Pengendalian Lingkungan Novan Subekti, A. Md. Kep.
16.30 – 17.15 Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi : Novan Subekti, A. Md. Kep.
Airborne

Hari Kedua : Kamis, 5 Juli 2018


Jam Acara Pengisi Acara
07.30 – 08.00 Registrasi
08.00 – 08.45 Dasar Diagnostik dan Pencegahan IDO Dr. Siusanto Hadi, SpB,
KBD
08.45 – 09.30 Desinfeksi dan Sterilisasi Dr. Siusanto Hadi, SpB,
KBD
09.30 – 10.15 APD Ns. Agung E Rahmawan, S.
Kep.
10.15 – 10.30 Coffee Break
10.30 – 11.15 Perlindungan Kesehatan Karyawan Ns. Agung E Rahmawan, S.
Kep.
11.15 – 12.00 Pengelolaan Linen Ns. Erwin, S. Kep.
12.00 – 13.00 ISHOMA
13.00 – 13.45 Penatalaksanaan Paparan Darah / Cairan Ns. Erwin, S. Kep.
Tubuh (Spillage Kit)
13.45 – 14.30 Epidemiologi HAIs Dr. Agung DWW, M. Si.
14.30 – 15.15 Pengambilan Specimen Dr. Agung DWW, M. Si.
15.15 – 16.00 Mikrobiologi Dasar : Bakteri dan Virus Dr. Agung DWW, M. Si.
16.00 – 16.15 Coffee Break
16.15 – 17.00 Dasar Diagnostik dan Pencegahan CAU-TI Dr. Agung DWW, M. Si.
17.00 – 17.45 Workshop Dasar Diagnosa Dr. Agung DWW, M. Si.

Hari Ketiga : Jumat, 6 Juli 2018


Jam Acara Narasumber
0730 – 08.00 Registrasi
08.00 – 08.45 Kebijakan Kemenkes Tentang PPI Wardanella Yunus, CVRN,
SKM, MM

2
08.45 – 09.15 Peran IPCN dan IPCLN dalam PPI Wardanella Yunus, CVRN,
SKM, MM
09.15 – 09.30 Coffee Break
09.30 – 10.15 Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien Bernadetta Indah, A. Md.
di Fasyankes Kep. SKM
10.15 – 11.00 Surveilance Bundle Prevention Bernadetta Indah, A. Md.
Kep. SKM
11.00 – 13.00 ISHOMA
13.00 – 13.45 Pengelolaan Limbah Ns. Suwardi, S. Kep.
13.45 – 14.30 Pemrosesan Alat Ns. Suwardi, S. Kep.
14.30 – 15.15 Teknik Penyuntikan yang Aman Ns. Putu Karleni, S. Kep.
MM
15.15 – 15.30 Coffee Break
15.30 – 16.15 Hand Hygiene Bernadetta Indah, A. Md.
Kep. SKM
16.15 – 17.00 Sistem Audit PPI Ns. Putu Karleni, S. Kep.
MM

Hari Keempat : Sabtu, 7 Juli 2018


Jam Acara Narasumber
07.30 – 08.00 Registrasi
08.00 – 08.45 Konsep Dasar Surveilans Drg. Arif Hargono, M. Kes.
08.45 – 09.30 Audit Hand Hygiene Bernadetta Indah, A. Md.
Kep. SKM
09.30 – 10.15 Audit Hand Hygiene Bernadetta Indah, A. Md.
Kep. SKM
10.15 – 10.30 Coffee Break
10.30 – 11.15 ICRA Renovasi dan Bangunan Ns. Ari Siswanto, S. Kep.
11.15 – 12.00 Workshop ICRA Renovasi Ns. Ari Siswanto, S. Kep.
12.00 – 13.00 ISHOMA
13.00 – 13.45 Pencegahan Infeksi Luka Infus Ns. Ari Siswanto, S. Kep.
13.45 – 14.30 ICRA Program Bernadetta Indah, A. Md.
Kep. SKM
14.30 – 15.15 Workshop ICRA Program Bernadetta Indah, A. Md.
Kep. SKM
15.15 – 16.00 Workshop Surveilans Bernadetta Indah, A. Md.
Kep. SKM
16.00 – 16.15 Coffee Break
16.15 – 16.30 Post Test
16.30 – 17.00 Penutup

1.5 Materi Pelatihan


a. Prinsip-prinsip PPI harus diterapkan di semua area rumah sakit / fasyankes lainnya.
b. Dalam memberikan pelayanan kesehatan dirumah sakit setiap petugas harus menerapkan
kewaspadaan isolasi yang terdiri dari 2 lapis yaitu kewaspadaan standar dan kewaspadaan
berdasarkan transmisi.
c. Kewaspadaan standar harus diimplementasikan oleh semua petugas di rumah sakit /
fasyankes lainnya.
d. Kewaspadaan tambahan diaplikasikan ketika transmisi infeksi diketahui dan dapat dicegah.
e. Kewaspadaan isolasi diterapkan untuk mengurangi resiko infeksi penyakit pada petugas
kesehatan baik dari sumber infeksi yang diketahui maupun yang tidak diketahui.
f. Pasien dengan airborne / droplet diseases direkomendasikan ditempatkan di kamar tersendiri,
jika tidak memungkinkan tempatkan pasien kamar bersama dengan pasien dengan kasus yang
lain tetapi dengan jarak sedikitnya 3x (kira-kira 1 meter) dengan pasien lainnya dan
pengunjung.
g. Kewaspadaan transmisi droplet bagian dari kewaspadaan isolasi.
h. Pilar kewaspadaan transmisi droplet dilakukan untuk menurunkan penyebaran infeksi.

3
i. Lakukan kewaspadaan berdasakan transmisi.
j. Mengetahui cara transmisi penyakit melalui kontak sebagai upaya memutus rantai
penularannya merupakan cara pencegahan perluasan penyakit serta upaya eliminasinya.
k. Peran petugas kesehatan sangat penting dalam keberhasilan pengendalian penyakit infeksi di
sarana kesehatan.
Hand Hygiene
Five moment
a. Sebelum kontak dengan pasien
b. Sebelum prosedur bersih / aseptik
c. Sesudah terpapar cairan tubuh pasien
d. Setelah kontak dengan pasien
e. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
Hand hygiene merupakan hal sangat penting yang harus dipatuhi oleh semua staf untuk mencegah
terjadinya HAIs. Pelaksanaannya akan berhasil jika dilakukan sesuai standar oleh masing-masing
individu dan ditopang oleh kebijakan yang telah dibuat.
Bundle prevention surveilans
Bundle prevention surveilans akan menjadi data yang akurat dan bermanfaat bagi strategi
pencegahan infeksi jika persepsi pengisian petugas kesehatan sesuai dengan standar. Pelaksanaan
monitoring harian dengan menggunakan bundle prevention akan mempermudah pembuatan
perencanaan perawatan pasien selanjutnya.
Praktek penyuntikan yang aman
Setiap suntikan harus merupakan suntikan yang aman di semua unit pelayanan kesehatan baik
rawat inap maupun rawat jalan. Praktek injeksi yang aman harus menjadi elemen dasar
keselamatan pasien dan pencegahan infeksi. Penyedia pelayanan kesehatan harus memastikan
bahwa praktik injeksi aman diikuti oleh semua staf.
Sistem audit PPI
Program pengawasan yang kuat terhadap kepatuhan penerapan PPI sangatlah penting. Audit
dapat dikembangkan / dilaksanakan oleh tim khusus yang kompeten. Keberhasilan audit
meningkatkan mutu program PPI dan mutu rumah sakit.
Pengelolaan instrumen dan persalatan rumah sakit
SK tentang dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi. Dekontaminasi penting dilakukan untuk
memutus rantai penularan infeksi. Kategori Spaulding untuk menentukan proses penanganan alat
lebih lanjut. Pembersihan merupakan hal penting sebelum melakukan desinfeksi dan sterilisasi.
Sterilisasi efektif apabila didahului dengan proses pembersihan yang bersih. Petugas yang
bertanggung jawab harus terlatih dan menggunakan APD.
Peran dan fungsi IPCN & IPCLN
IPCN adalah tenaga profesi perawat yang melakukan pekerjaan dalam bidang pencegahan dan
pengendalian infeksi yang harus bekerja purna waktu mengingat beban pekerjaan dalam
mencegah dan mengendalikan infeksi di fasyankes. IPCN mempunyai peran dan kompetensi yang
jelas dalam melaksanakan kegiatan. Dalam mempersiapkan kegiatan penilaian akreditasi rumah
sakit maka IPCN mempunyai peran dalam bidang pencegahan dan pengendalian inferksi.
Kebijakan akreditasi dan mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia
Membangun budaya mutu dan keselamatan pasien adalah kebutuhan rumah sakit. Perlu
pemenuhan sarana prasarana, alat kesehatan, farmasi, SDM, regulasi, penggunaan IT dan tata
kelola yang baik agar didapatkan produk rumah sakit yang bermutu. Permenkes 34 / 2017 tentang
akreditasi rumah sakit diharapkan dapat mendorong kelanjutan pembangunan berdaya mutu dan
keselamatan pasien di rumah sakit. Perlu upaya semua pihak agar rumah sakit yang bekerja sama
dengan BPJS kesehatan terakreditasi sebelum 2019.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

4
Pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) merupakan bagian vital pada rumah sakit. Oleh
karena itu, perlu adanya dukungan dan kemampuan menerapkan program tersebut oleh seluruh civitas
rumah sakit serta adanya dukungan dana dari pihak manajemen karena untuk mencapai keberhasilan dan
menurunkan angka infeksi di rumah sakit butuh biaya yang tidak sedikit.

3.2 Saran
Mengingat pentingnya materi pelatihan ini penulis berharap agar dari pihak manajemen untuk
selalu meng up date materi PPI dasar, meningat pentingnya hal ini dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan dan keselamatan di rumah sakit.

Padangan, 9 Juli 2018


Disusun Oleh,

Mahzida Ade SP, A. Md. Kep.

Anda mungkin juga menyukai