Anda di halaman 1dari 16

LEARNING OBJECTIVE BLOK 15 (MODUL NAPZA)

SKENARIO 1












NAMA : ANDI NUR FADHILAH UMAR
STAMBUK : N10118077
KELOMPOK : 02







PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2021






1. Perbedaan Istilah narkotika dan napza ?
Jawab:
Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika dan Obat (Bahan) Berbahaya.
Narkoba biasa diasosiasikan dengan kata NAZA (Narkotika, Alkohol, dan Zat Adiktif)
atau NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif). Narkoba adalah
istilah yang digunakan oleh penegak hukum dan masyarakat. Bahan berbahaya adalah
bahan yang tidak aman digunakan atau membahayakan dan penggunaanya
bertentangan dengan hukum atau melanggar hukum (Suyatna, 2018).
Napza adalah istilah kedokteran untuk kelompok zat yang jika masuk ke dalam
tubuh menyebabkan ketergantungan (adiktif) dan berpengaruh pada kerja otak
(psikoaktif). Termasuk dalam hal ini obat, bahan atau zat, baik yang diatur undang-
undang dan peraturan hukum lain maupun yang tidak, tetapi sering disalahgunakan,
seperti alcohol, heroin, ganja, kokain, dan sebagainya (Suyatna, 2018).
Sumber: Suyatna, U. 2018. Evaluasi Kebijakan Narkotika Pada 34 Provinsi Di
Indonesia. Journal Of Sosiohumaniora. Vol.20(2). Viewed On 23 September 2021
From http://journal.unpad.ac.id/sosiohumaniora/article/download/16054/8363

2. Golongankan napza ?
Jawab:
Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan. Narkotika atau obat bius yang dalam bahasa Inggrisnya
sering diistilahkan dengan Narcotic adalah semua bahan obat yang mempunyai efek
kerja pada umumnya bersifat:
a) Membius (menurunkan tingkat kesadaran seseorang).
b) Merangsang (meningkatkan semangat kegiatan/aktivitas) atau sering disebut
dengan dopping.
c) Ketagihan (ketergantungan, mengikat) untuk terus menggunakannya.
d) Menimbulkan daya berkhayal (halusinasi).
Zat ini bisa digolongkan menjadi dua macam yaitu narkotika dalam arti sempit
dan narkotika dalam arti luas. Dalam arti sempit adalah semua zat atau bahan yang
bersifat alami yaitu semua bahan obat seperti opiaten, cocaine, dan ganja.
Sedangkan dalam arti luas adalah bersifat alami dan sintetis (buatan), yaitu
semua bahan obat-obatan yang berasal dari: Papaver somniferum (opium, candu,
morpin, heroin, Eryth Roxylon Coca (cocain); Cannabis sativa (ganja); Golongan obat-
obat penenang; Golongan obat-obat perangsang; Golongan obat-obat pemicu khayalan.

Narkotika dibedakan kedalam golongan-golongan:


a) Narkotika Golongan I
narkotika yang digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan bukan untuk terapi
serta mempunyai potensi sangat tinggi, sehingga dapat menimbulkan
ketergantungan. Contoh narkotika golongan 1 yang sering disalahgunakan adalah:
- opiat, heroin, putau, candu, dan lain-lain;
- ganja, atau kanabis, mariyuana, hashis;
- kokain, yaitu serbuk/pasta kokain dan daun koka.
b) Narkotika Golongan II
Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir
dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contohnya morfin
dan pethidin.
c) Narkotika Golongan III
Narkotika yang digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan yang mengakibatkan ketergantungan.

Contohnya Kodein dan botol morfin.

Psikotropika
Menurut Undang-Undang RI No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, bahwa
psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan Narkotika yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
a) Psikotropika Golongan I
Psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat, belum diketahui manfaat untuk
pengobatan, dan sedang diteliti khasiatnya. Contohnya adalah MDMA, ekstasi,
LSD, dan STP.
b) Psikotropika Golongan II
Psikotropika dengan daya adiktif kuat serta berguna untuk pengobatan dan
penelitian. Contohnya adalah amfetamin, metamfetamin, dan metakualon.
c) Psikotropika Golongan III
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan (Contoh : pentobarbital, flunitrazepam).
d) Psikotropika Golongan IV
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi
dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindrom ketergantungan (Contoh : diazepam, bromazepam,
fenobarbital, klonozepam, klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil KB, pil Koplo,
Rohip, Dum, MG)

Bahan adiktif lainnya


Golongan adiktif lainnya adalah zat-zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat
menimbulkan ketergantungan. Contohnya: rokok, kelompok alkohol dan minuman lain
yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan dan thinner dan zat-zat lain, seperti lem
kayu, penghapus cair, aseton, cat, bensin, yang bila dihisap, dihirup, dan dicium dapat
memabukkan. Jadi alkohol, rokok, serta zat-zat lain yang memabukkan dan
menimbulkan ketagihan juga tertolong NAPZA.
a) Minuman berakohol
Mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan syaraf
pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam
kebudayaan tertentu. Jika digunakan sebagai campuran dengan narkotika atau
psikotropika, memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh manusia.
Ada 3 golongan minuman berakohol, yaitu :
- Golongan A : kadar etanol 1-5%, (Bir)
- Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman anggur)
- Golongan C : kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, Vodca, TKW, Manson House,
Johny Walker, Kamput.)
b) Inhalansia
Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa
senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga,
kantor dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalah gunakan, antara lain :
Lem, thinner, penghapus cat kuku, bensin.
c) Tembakau : Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di
masyarakat. Pada upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian
rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya
pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk
penyalahgunaan.
Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan NAPZA dapat digolongkan
menjadi tiga golongan :
a) Golongan Depresan (Downer) Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi
aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini menbuat pemakaiannya merasa tenang,
pendiam dan bahkan membuatnya tertidur dan tidak sadarkan diri. Golongan ini
termasuk Opioida (morfin, heroin/putauw, kodein), Sedatif (penenang), hipnotik
(otot tidur), dan tranquilizer (anti cemas) dan lain-lain.
b) Golongan Stimulan (Upper) Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi
tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi
aktif, segar dan bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah : Amfetamin
(shabu, esktasi), Kafein, Kokain
c) Golongan Halusinogen Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek
halusinasi yang bersifat merubah perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan
daya pandang yang berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu. Golongan
ini tidak digunakan dalam terapi medis. Golongan ini termasuk : Kanabis (ganja),
LSD, Mescalin
d) Golongan Entaktogen Adalah termasuk stimulan yang telah dimodifikasi yang juga
memiliki sifat-sifat halusinogen.
e) Golongan Kanabinoid termasuk kelompok unik yang mempengaruhi reseptor
tertentu pada otak
Sumber: Alifia, U. 2019. Apa Itu Narkotika Dan Napza?. Alprin. Semarang.
3. Prevalensi dan episemiol pengguna napza ?
Jawab:
Penyalahgunaan narkoba di dunia masih menjadi problematika krusial yang
harus dihadapi setiap negara hingga saat ini. Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh
United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) mengungkapkan bahwa pada
tahun 2018 terdapat 269 juta orang di seluruh dunia pernah menggunakan narkoba.
Diperkirakan sama dengan 5,4 % dari populasi dunia yang berusia 15-64 tahun. Artinya
bahwa 1 dari 19 orang pernah menggunakan narkoba. Mendukung data tersebut, hasil
survei nasional yang dilakukan terhadap penyalahgunaan narkoba di 13 Provinsi oleh
Pusat Penelitian Data dan informasi Badan Narkotika Nasional (BNN), tahun 2017
jumlah prevalensi kasus penyalahgunaan narkoba berdasarkan kelompok usia 10-59
tahun berjumlah 3.376.115 orang, berdasarkan jenis pekerjaannya sebesar 59% adalah
pekerja, 24% pelajar dan 17% adalah populasi umum yang jika ditinjau dari jenis
kelaminnya sebanyak 72% pecandu adalah laki-laki dan 28% pecandu adalah
perempuan. (Khotimah, 2021).
Dari hasil penelitian yang dilakukan BNN secara periodik setiap tiga tahunnya,
angka prevalensi terhadap narkotika mulai tahun 2011 sampai dengan tahun 2019
terjadi penurunan yang cukup signifikan. Pada tahun 2011 prevalensi pada angka 2,23
persen, pada tahun 2014 prevalensi pada angka 2,18 persen, pada tahun 2017 pada
angka 1,77 persen dan pada tahun 2019 pada angka 1,80 persen. Disamping itu,
menurut Data Angka Prevalensi Nasional tahun 2019 terhadap orang yang pernah
memakai narkotika menjadi berhenti menggunakan dan tidak mengkonsumsi narkotika
kembali, terjadi penurunan sekitar 0,6 persen dari jumlah 4,53 juta jiwa (2,40 persen)
menjadi 3,41 juta jiwa (1,80 persen), sehingga hampir sekitar satu juta jiwa penduduk
Indonesia berhasil diselamatkan dari pengaruh narkotika (Azmiardi, 2021).
Interpretasi dari beberapa penjabaran data secara global maupun nasional
tersebut dapat dilihat bahwasanya penyalahgunaan narkoba ini adalah masalah yang
mengalami peningkatan yang cukup siginifikan bahkan hingga menyebabkan kematian.
Terlebih lagi, ditinjau menurut kelompok usia pecandunya tidak hanya terfokus pada
satu kelompok usia saja. Melainkan dari usia anak hingga lansia dapat menjadi
pecandunya. Hal ini juga berbanding lurus dengan pengkategorian berdasarkan
pekerjaan, bahwa pecandu juga berasal dari kategori pekerja, pelajar hingga kategori
lainnya yang terdapat di dalam populasi. Serta kasus tertinggi berdasarkan jenis
kelamin didominasi oleh laki-laki. Namun demikian, di Provinsi Kalimantan Timur
pada tahun 2020 mengalami penurunan kasus yang ditandai dengan menurunnya
peringkat kasus penyalahgunaan narkoba di Indonesia. Pada 2018 peringkat kasus
penyalahgunaan narkoba Provinsi Kalimantan Timur menduduki posisi empat besar.
Tetapi dapat menurun secara signifikan ke posisi 23 dari 34 provinsi pada tahun 2020
(Humas Pemprov Kaltim, 2020). (Khotimah, 2021).
Provinsi dengan angka prevalensi terbesar keempat, berdasarkan Survei
Penyalahgunaan Narkoba tahun 2019 ini, ditempati oleh Sulawesi Tengah, dengan
angka prevalensi pernah memakai narkoba sekitar 3,30% atau setara dengan jumlah
penduduk sebanyak 61.857 jiwa. Sementara itu, angka prevalensi penyalahgunaan
narkoba dalam satu tahun terakhir di Provinsi Sulawesi Tengah ini mencapai 2,8%, atau
setara dengan jumlah penduduk sekitar 52.341 jiwa. Dengan demikian, jumlah
penduduk Sulawesi Tengah yang pernah memakai narkoba namun tidak lagi
memakainya dalam satu tahun terakhir hanya berkurang sekitar 15% saja. Berdasarkan
angka prevalensi, baik pernah pakai maupun mereka yang memakai dalam satu tahun
terakhir, kontribusinya pada pembentukan angka prevalensi pernah pakai secara
nasional sebesar 0,64%, dan kontribusi prevalensi pemakaian narkoba dalam satu tahun
terakhir secara nasional mencapai 0,53%. (Irianto, 2020).
Angka prevalensi itu signifikan dengan tingkat peredaran narkoba di Sulawesi
Tengah, seiring dengan banyaknya kasus yang diungkap, termasuk banyaknya jumlah
pengedar di wilayah itu. Berdasarkan data BNNP Sulawesi Tengah, sepanjang tahun
2018, kasus penyalahgunaan narkoba yang berhasil diungkap mencapai 37 kasus
dengan jumlah tersangka sebanyak 67 orang orang, dan barang bukti yang disita
sebanyak 1.162,36532 gram shabu, dan 2.639,7865 gram ganja. Pada tahun 2019
sampai dengan bulan Juli, BNNP Sulawesi Tengah dan jajarannya telah berhasil
mengungkap kasus narkoba sebanyak 27 kasus yang melibatkan 43 orang tersangka (37
orang pria dan 6 orang wanita). Salah satu wilayah yang ditengarai menjadi pusat
peredaran narkoba di Sulawesi Tengah yaitu Kecamatan Tatanga di Kota Palu. Hal itu
didasarkan berbagai pengungkapan kasus yang berhasil dilakukan oleh BNNP Sulawesi
Tengah (Irianto,2020).
Sumber:
• Azmiardi., Ahmad. 2021. Standar Pelayanan Minimal Rehabilitasi Napza di
Indonesia Minimum Service Standard of Drugs Rehabilitation in
Indonesia. Jurnalilmu kesehatan masyarakat berkala. Vol 3(1). Dilihatpada 23
September 2021.
Dari http://journal.univetbantara.ac.id/index.php/jikemb/article/download/169
3/pdf
• Irianto., Agus.2020. Survei Pentalahgunaan NarkobaTahun 2019. Jakarta
: Puslidatin
• Khotimah, Z.K. Ghozali. 2021. Literature Review: Persepsi Residen Pecandu
Narkoba yang Menjalani Rehabilitasi terhadap Program Therapeutic
Community. Borneo Student Research. Vol 2 (2). Viewed on 23 Sep 2021

4. Gejala gejala yang ditimbulkan dari napza secara fisik dan psikologi ?
Jawab:
a) Perubahan Fisik
Gejala fisik yang terjadi tergantung jenis zat yang digunakan, tapi secara umum
dapat digolongkan sebagai berikut :
• Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo (cadel),
apatis (acuh tak acuh), mengantuk, agresif,curiga
• Pengaruh kesehatan :
i. Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang,
halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi
ii. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler)
seperti: infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah
iii. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses),
alergi, eksim
iv. Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi
pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru
v. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, suhu tubuh meningkat,
pengecilan hati dan sulit tidur
vi. Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap kesehatan reproduksi
adalah gangguan pada endokrin, seperti: penurunan fungsi hormon
reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan
fungsi seksual.
vii. Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap kesehatan reproduksi
pada remaja perempuan antara lain perubahan periode menstruasi,
ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid)
• Bila kelebihan dosis (overdosis) : nafas sesak,denyut jantung dan nadi lambat,
kulit teraba dingin, nafas lambat/berhenti, meninggal.
• Bila sedang ketagihan (putus zat/sakau) : mata dan hidung berair,menguap terus
menerus,diare,rasa sakit diseluruh tubuh,takut air sehingga malas mandi,kejang,
kesadaran menurun.
• Pengaruh jangka panjang, penampilan tidak sehat,tidak peduli terhadap
kesehatan dan kebersihan, gigi tidak terawat dan kropos, terhadap bekas
suntikan pada lengan atau bagian tubuh lain (pada pengguna dengan jarum
suntik).
b) Perubahan Sikap dan Perilaku
• Prestasi sekolah menurun,sering tidak mengerjakan tugas sekolah,sering
membolos,pemalas,kurang bertanggung jawab.
• Pola tidur berubah,begadang,sulit dibangunkan pagi hari,mengantuk dikelas
atau tampat kerja.
• Sering berpegian sampai larut malam,kadang tidak pulang tanpa memberi
tahu lebih dulu.
• Sering mengurung diri, berlama-lama dikamar mandi, menghindar bertemu
dengan anggota keluarga lain dirumah
• Sering mendapat telepon dan didatangi orang tidak dikenal oleh
keluarga,kemudian menghilang
• Sering berbohong dan minta banyak uang dengan berbagai alasan tapi tak
jelas penggunaannya, mengambil dan menjual barang berharga milik sendiri
atau milik keluarga, mencuri, mengomengompas terlibat tindak kekerasan
atau berurusan dengan polisi.
• Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, marah, kasar sikap
bermusuhan, pencuriga, tertutup dan penuh rahasia
• Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah, hilang kepercayaan
diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga
• Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal, sulit berkonsentrasi,
perasaan kesal dan tertekan, cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman,
bahkan bunuh diri
c) Perubahan terhadap lingkungan sosial
• Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan
• Merepotkan dan menjadi beban keluarga
• Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram
Sumber: Alifia, U. 2019. Apa Itu Narkotika Dan Napza?. Alprin. Semarang.

5. Struktur yang berubah dalam anatomi tubuh ?


Jawab:
Gejala fisik yang terjadi tergantung jenis zat yang digunakan, tapi secara umum dapat
digolongkan sebagai berikut :
a) Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo (cadel), apatis
(acuh tak acuh), mengantuk, agresif,curiga
b) Pengaruh kesehatan :
- Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi,
gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi
- Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi
akut otot jantung, gangguan peredaran darah
- Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi, eksim
- Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan,
kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru
- Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, suhu tubuh meningkat, pengecilan
hati dan sulit tidur
- Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap kesehatan reproduksi adalah
gangguan pada endokrin, seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi
(estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual
- Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap kesehatan reproduksi pada remaja
perempuan antara lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan
menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid)
c) Bila kelebihan dosis (overdosis) : nafas sesak,denyut jantung dan nadi lambat, kulit
teraba dingin, nafas lambat/berhenti, meninggal.
d) Bila sedang ketagihan (putus zat/sakau) : mata dan hidung berair,menguap terus
menerus,diare,rasa sakit diseluruh tubuh,takut air sehingga malas mandi,kejang,
kesadaran
menurun.
e) Pengaruh jangka panjang, penampilan tidak sehat,tidak peduli terhadap kesehatan
dan kebersihan, gigi tidak terawat dan kropos, terhadap bekas suntikan pada lengan
atau bagian tubuh lain (pada pengguna dengan jarum suntik)
Sumber: Alifia, U. 2019. Apa Itu Narkotika Dan Napza?. Alprin. Semarang.

6. Bagaimana patomekanisme yang terjadi secara garis besar ?


Jawab:
Narkoba berpengaruh pada bagian otak yang bertanggung jawab atas kehidupan
perasaan adalah sistem limbus: Hipotalamus adalah bagian bagian dari sistem limbus,
sebagai pusat kenikmatan pada otak. Dalam sel otak terdapat bermacam-macam zat
kimia yang disebut neurotransmitter. Zat kimia ini bekerja pada sambungan sel saraf
yang satu dengan sel saraf lainnya (sinaps). Beberapa di antara neurotransmitter itu
mirip dengan beberapa jenis narkoba. Semua zat psikoaktif (narkotika, psikotropika dan
bahan adiktif lain) dapat mengubah perilaku, perasaan dan pikiran seseorang melalui
pengaruhnya terhadap salah satu atau beberapa neurotransmitter. Neurotransmitter
yang paling berperan dalam terjadinya ketergantungan adalah dopamin. Narkoba
menghasilkan perasaan ‘high’ dengan mengubah susunan biokimia molekul pada sel
otak yang disebut neuro-transmitter. Jika narkoba masuk ke dalam tubuh, dengan cara
ditelan, dihirup, atau disuntikkan, maka narkoba mengubah susunan biokimiawi
neurotransmitter pada sistem limbus. Karena ada asupan narkoba dari luar, produksi
dalam tubuh terhenti atau terganggu, sehingga ia akan selalu membutuhkan narkoba
dari luar. Yang terjadi pada ketergantungan adalah semacam pembelajaran sel-sel otak
pada pusat kenikmatan. Jika mengonsumsi narkoba, otak membaca tanggapan orang
itu. Jika merasa nyaman, otak mengeluarkan neurotransmitter dopamin dan akan
memberikan kesan menyenangkan. Jika memakai narkoba lagi, orang kembali merasa
nikmat seolah-olah kebutuhan batinnya terpuaskan. Otak akan merekamnya sebagai
sesuatu yang harus dicari sebagai prioritas sebab menyenangkan.
Dapat dikatakan bahwa otak bekerja dengan motto jika merasa enak,
lakukanlah. Otak dilengkapi alat untuk menguatkan rasa nikmat dan menghindarkan
rasa sakit atau tidak enak, guna membantu memenuhi kehidupan dasar manusia, seperti
rasa lapar, haus, rasa hangat, dan tidur. Mekanisme ini merupakan mekanisme
pertahanan diri. Jika lapar, otak menyampaikan pesan agar mencari makanan yang
dibutuhkan. Kita berupaya mencari makanan itu dan menempatkannya diatas segala-
galanya. Kita rela meninggalkan pekerjaan dan kegiatan lain, demi memperoleh
makanan itu.
Yang terjadi pada adiksi adalah semacam pembelajaran sel-sel otak pada pusat
kenikmatan. Jika mengonsumsi narkoba, otak membaca tanggapan kita. Jika merasa
nikmat, otak mengeluarkan neurotransmitter yang menyampaikan pesan: “Zat ini
berguna bagi mekanisme pertahanan tubuh”. Jadi, ulangi pemakaiannya. “Jika
memakai narkoba lagi, kita kembali merasa nikmat seolah-olah kebutuhan kita
terpuaskan”. Otak akan merekamnya sebagai sesuatu yang harus dicari sebagai
prioritas. Akibatnya, otak membuat program salah, seolah-olah kita memang
memerlukannya sebagai mekanisme pertahanan diri. Maka terjadilah kecanduan!
Sumber: Alifia, U. 2019. Apa Itu Narkotika Dan Napza?. Alprin. Semarang.

7. Pencegahan secara internal (diri sendiri) dan eksternal (keluarga dan lingkungan) ?
Jawab:
Pencegahan Penyalahgunaan narkoba merupakan bagian penting dari
keseluruhan upaya pemberantasan penyalahgunaan dan pengedaran gelap narkoba,
oleh karena “mencegah lebih baik dari pada mengobati”, dalam arti bahwa upaya
pencegahan lebih murah dan lebih hemat biaya dari pada upaya lainnya.
Pencegahan adalah upaya untuk membantu individu menghindari memulai atau
mencoba menyalahgunakan narkoba, dengan menjalani cara dan gaya hidup sehat, serta
mengubah kondisi kehidupan yang membuat individu mudah terjangkit
penyalahgunaan narkoba. Pencegahan berupa suatu proses membangun yang disusun
untuk meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan social seseorang
sampai pada potensi maksimal, sambil menghambat atau mengurangi kerugian-
kerugian yang mungkin timbul akibat Penyalahgunaan narkoba, baik yang alamiah
maupun buatan (sintesis). Penyalahgunaan narkoba adalah pemakaian narkoba di luar
indikasi medic, tanpa petunjuk/resep dokter, secara teratur atau berkala sekurang-
kurangnya 1 bulan.
a) Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)
KIE merupakan gabungan dari tiga konsep yaitu komunikasi, informasi dan
edukasi. Pengertian ketiga konsep tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain.
Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian isi pesan dari seseorang kepada
pihak lain untuk mendapatkan tanggapan. Informasi sebagai faktadan data untuk
diketahui dan dimanfaatkan oleh siapa saja. Sementara edukasi merupakan suatu
kegiatan yang mendorong terjadinya perubahan (pengetahuan, sikap, perilaku, dan
keterampilan) seseorang, kelompok, dan masyarakat. KIE juga biasa disebut
penyuluhan sebagai suatu kegiatan dimana terjadi proses komunikasi dan edukasi
dengan penyebaran informasi. Dalam kaitannya dengan program pencegahan
penyalahgunaan narkoba.
b) Pendidikan Kecakapan Hidup ( Life Skill)
Kecakapan (life skill) merupakan kecakapan yang harus dimiliki seseorang untuk
berani menghadapai problem kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan
kemudian secara proaktif dan kreatif mencari dan menemukan solusi sehingga
mampu mengatasinya. Kecakapan hidup (life skill) terbagi menjadi dua jenis yaitu:
• Kecakapan hidup generic atau kecakapan untuk menguasai dan memiliki
konsep dasar keilmuan. Kecakapn hidup generic terdiri dari :
ü Kecakapan Personal (Personal Skill) yaitu pertama, kecakapan
mengenal diri (self awareness skill) merupakan kecakapan mengenal
diri meliputi kesadaran sebagai makhluk tuhan, kesadaran akan
eksistensi diri, dan kesadaran akan mengenal potensi diri. Kedua,
kecakapan berpikir (thinking skill) merupakan kecakapan berpikir
(thinking skill) merupakan kecakapan menggunakan pikiran atau
rasio secara optimal. Kecakapan berpikir meliputi : Kecakapan
menggali dan menemukan informasi, Kecakapan mengolah
informasi, Kecakapan mengambil keputusan, Kecakapan
memecahkan masalah.
• Kecakapan sosial (social skill)
Kecakapan social disebut juga kecakapan antar-personalin (inter-
personal skill) yang pertama, kecakapan berkomunikasi yaitu kecakapan
berkomunikasi melalui lisan atau tulisan. Untuk komunikasi lisan
kemampuan mendengarkan dan menyampaikan gagasan secara lisan perlu
dikembangkan. Kedua, kecakapan bekerjasama (collaboration skill) adalah
sebagai makhluk social, dalam kehidupan sehari-hari manusia akan selalu
memerlukan dan bekerjasama dengan manusia lain.
c) Promotif
Program promotif disebut juga dengan program pembinaan. Program ini
ditujukan kepada masyarakat yang belum memakai narkoba, atau bahkan belum
mengenal narkoba. Bentuk program seperti pelatihan, dialog interaktif, dan lain-
lain pada kelompok belajar, kelompok olahraga, seni budaya, atau kelompok usaha
(tani, dagang, bengkel, koperasi, kerajinan, dan lain-lain). Penekanan dalam
program preemtif adalah peningkatan kualitas kinerja agar lebih bahagia dan
sejahtera. Pelaku program preemtif yang paling tepat adalah lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang difasilitasi dan diawasi oleh pemerintah.
d) Preventif
Program preventif merupakan program pencegahan. Program ini ditujukan
kepada masyarakan sehat yang belum mengenal narkoba agar mengetahui seluk
beluk narkoba sehingga tidak tertarik untuk menyalahgunakannya.
Sumber: Alifia, U. 2019. Apa Itu Narkotika Dan Napza?. Alprin. Semarang.

8. Diagnosa banding dari skenario ?


Jawab:
a) Gangguan putus zat lainnya
Ansietas dan kondisi tidak tenang yang berhubungan dengan putus zat opioid
menyerupai gejala pada putus zat hipnotik sedatif. Gejala putus zat opiat/ opioid
disertai dengan rinore, lakrimasi, dan dilatasi pupil, yang tidak terdapat pada gejala
putus zat hipnotik sedatif
b) Intoksikasi zat lainnya
Dilatasi pupil dapat juga terjadi pada intoksikasi halusinogen dan stimulan.
Walaupun demikian, tanda dan gejala lainnya dari gejala putus zat opioid seperti
mual, muntah, diare, kram abdominal, rinore, dan lakrimasi tidak terjadi.
c) Gangguan lainnya yang diinduksi oleh opioid
Gejala putus zat opioid dibedakan dari gangguan yang diinduksi opioid (misalnya
gangguan depresi yang diinduksi opioid, dengan onset saat gejala putus zat) karena
gejala pada gangguan tersebut berlebihan jika dibandingkan gejala putus zat opioid
yang biasa terjadi dan memenuhi kriteria untuk gangguan tersebut.
Sumber: Alifia, U. 2019. Apa Itu Narkotika Dan Napza?. Alprin. Semarang.

9. Prognosis dari skenario ?


Jawab:
Seseorang pecandu narkoba harus segera dirujuk ke rumah sakit dan dilakukan
terapi serta reha- bilitasi untuk mengurangi dampak buruk zat yang di- konsumsi.
Sesuai dengan Undang-Undang Narkotika Nomor 35 Tahun 2009, semua pecandu dan
korban penyalahgunaan narkoba wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi
sosial di rumah sakit atau lemba- ga rehabilitasi yang diselenggarakan oleh instansi
peme- rintah atau masyarakat. Selain melalui pengobatan dan/ atau rehabilitasi medis,
penyembuhan pecandu narkoti- ka melalui pendekatan keagamaan dan tradisional.
Sumber: Sitorus, R.J. 2014. Komorbiditas Pecandu Narkotika. Journal Of Kesehtan
Masyarakat Nasional. Vol. 8(7). Viewed On 23 September 2014 From
http://media.neliti.com

10. Gangguan apa saja yang bisa terjadi ?


Jawab:
Dampak penyalahgunaan narkotika pada seseorang sangat tergantung pada jenis
narkotika yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi pemakai. Secara
umum, dampak kecanduan narkotika dapat terlihat pada fisik, psikis maupun sosial
seseorang.
a) Dampak fisik
• Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti kejang-kejang,
halusinasi, gangguan kesadaran , kerusakan syaraf tepi.
• Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti
infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah.
• Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti penanahan (abses), alergi, dan
eksim.
• Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti penekanan fungsi
pernapasan,kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru.
• Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh
meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur.
• Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan pada endokrin,
seperti penurunan pada fungsi hormone reproduksi (estrogen, progesterone,
testosterone) serta gangguan pada fungsi seksual.
• Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain
perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi dan amenorhoe.
• Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik yang digunakan secara
bergantian akan sangat rentan dan beresiko tertular penyakit seperti hepatitis
B, C dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya.
• Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika over dosis, yaitu
konsumsi narkotika melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya dan
dapat menyebabkan kematian.
b) Dampak Psikis
• Malas belajar, ceroboh , sering tegang dan gelisah.
• Hilang keprcayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga.
• Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal.
• Sulit berkonsentrasi,perasaan kesal, dan tertekan.
• Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri.
c) Dampak sosial
• Gangguan mental, anti sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan.
• Merepotkan dan menjadi beban keluarga.
• Pendidikan terganggu, masa depan suram.
Dampak psikis, fisik dan sosial berhubungan erat. Ketergantungan fisik
akan mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat
(tidak mengkonsumsi obat pada waktunya) dan mendorong psikologis berupa
keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi (dalam Bahasa gaulnya; Sugests).
Gejala fisik dan psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial seperti
dorongan untuk membohongi orangtua/ teman, mencuri, pemarah,
manipulatife,
Sumber: Alifia, U. 2019. Apa Itu Narkotika Dan Napza?. Alprin. Semarang.

11. Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada pengguna ?


Jawab:
a) Adanya bekas suntikan sepanjang vena di lengan, kaki bahkan pada tempat-tempat
tersembunyi misalnya dorsum penis.
b) Pemeriksaan fisik terutama ditujukan untuk menemukan gejala
intoksikasi/ioverdosis/putus zat dan komplikasi medik seperti Hepatitis,
Endokarditis, Bronkoneumonia, HIV/AIDS dan lain-lain.
c) Perhatikan terutama : penurunan kesadaran, pernafasan, tensi, nadi, pupil, cara
jalan, sklera ikterik, conjunctiva anemis, perforasi septum nasi, caries gigi, aritmia
jantung, edema paru, pembesaran hepar dan lain-lain.
d) Penyalahgunaan narkotika umumnya mempunyai kebersihan mulut yang jelek
ditandai dengan adanya serostomia, karies rampan (meth mouth), erosi pada
permukaan email, bruxism, dan sering mengalami trismus.
Adapun ciri-ciri yang mudah diketahui pada pecandu narkoba adalah sebagai berikut:
a) Pecandu daun ganja Pecandu ganja memiliki ciri-ciri sebagai berikut: cenderung
lesu, mata merah, kelopak mata mengantuk terus, doyan makan karena perut terasa
lapar terus dan suka tertawa jika terlibat pembicaraan lucu.
b) Pecandu Putauw Pecandu Putaw memiliki ciri-ciri sebagai berikut: sering
menyendiri ditempat gelap sambil mendengarkan musik, malas mandi karena
kondisi badan kedinginan, badan kurus, layu serta selalu apatis terhadap lawan
jenis.
c) Pecandu inex atau ekstasi Pecandu inex atau ekstasi memiliki ciri-ciri sebagai
berikut: suka keluar rumah, selalu riang jika mendengar musik house, wajah terlihat
lelah, bibir suka pecah-pecah dan badan suka keringatan, sering minder setelah
pengaruh inex hilang.
d) Pecandu sabu-sabu Pecandu sabu-sabu memiliki ciri-ciri sebagai berikut: gampang
gelisah dan serba salah melakukan apa saja, jarang mau menatap mata jika diajak
bicara, mata sering jelalatan, karaktrernya dominan curiga, apalagi pada orang yang
baru dikenal, badan berkeringat meski berada diruang ber-AC, suka marah dan
sensitif.
Sumber: Auliasari, K., Bastian., Fardani, B., Zulkifli., Ifandi. 2017. Ekstraksi Ciri
Tekstur Wajah Pengguna Narkotika Menggunakan Metode Gray Level Co-Occurance
Matrix. Teknomatika. Vol. 10(1). Diakses pada 22 September 2021. Diakses dari
<http://eprints.itn.ac.id>

12. Pemeriksaan penunjang ?


Jawab:
a. Analisa Urin
• Bertujuan untuk mendeteksi adanya NAPZA dalam tubuh (benzodiazepin,
barbiturat, amfetamin, kokain, opioida, kanabis)
• Pengambilan urine hendaknya tidak lebih dari 24 jam dari saat pemakaian
zat terakhir dan pastikan urine tersebut urine pasien
b. Penunjang lain
Untuk menunjang diagnosis dan komplikasi dapat pula dilakukan pemeriksaan
• Laboratorium rutin darah,urin
• EKG, EEG
• Foto toraks
• Dan lain-lain sesuai kebutuhan (HbsAg, HIV, Tes fungsi hati, Evaluasi
Psikologik, Evaluasi Sosial)
Sumber: Alifia, U. 2019. Apa Itu Narkotika Dan Napza?. Alprin. Semarang.

Anda mungkin juga menyukai