Anda di halaman 1dari 12

LEARNING OBJECTIVE

SKENARIO 1

“Regulasi Napza”

Disusun Oleh:

NAMA : Melinnia Yulanda

STAMBUK : N10118095

KELOMPOK : 2

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2021
1. Istilah narkotika, napza. Dibuat perbedaanya
Jawab:
NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/ zat/ obat
yang bila masuk ke dalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/
susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi
sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi)
terhadap NAPZA.
 Narkotika merupakan obat yang berasal dari tanaman yang dapat menyebabkan
hilang kesadaran dan dapat menimbulkan ketergantungan.
 Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
 Zat adiktif adalah bahan yang dapat menimbulkan kerugian bagi seseorang yang
menggunakannya akibat timbulnya ketergantungan psikis seperti golongan
alkohol, nikotin dan sebagainya.
Sumber:

Sholihah, Q. 2015. Efektivitas Program P4gn Terhadap Pencegahan Penyalahgunaan


Napza. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 9(1). Viewed On 22 September 2021.
From http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas

2. Golongkan NAPZA?
Jawab:
Berdasarkan Undang-undang No. 22 Tahun 1997 Narkotika diklasifikasikan
menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu
 Narkotika Golongan I adalah narkotika yang paling berbahaya dengan daya adiktif
yang sangat tinggi. Karenanya tidak diperbolehkan penggunaannya untuk terapi
pengobatan, kecuali penelitian dan pengembangan pengetahuan. Narkotika yang
termasuk golongan ini adalah ganja, heroin, kokain, morfin, opium, dan lain
sebagainya.
 Narkotika Golongan II adalah narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tetapi
bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Meskipun demikian penggunaan
narkotika golongan II untuk terapi atau pengobatan sebagai pilihan terakhir jika tidak
ada pilihan lain. Contoh dari narkotika golongan II ini adalah benzetidin,
betametadol, petidin dan turunannya, dan lain-lain.
 Narkotika Golongan III adalah jenis narkotika vang memiliki daya adiktif atau
ketergantungan ringan dan dapat dipergunakan secara luas untuk terapi atau
pengobatan danpenelitian. Adapun jenis narkoba yang termasuk dalam golongan III
adalah kodein dan turunannya, metadon, naltrexon dan sebagainya.

Menurut undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika terbagi menjadi 4


golongan, yaitu:

 Golongan I adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat, dilarang
digunakan untuk terapi dan hanya untuk kepentingan pengembangan ilmu
pengetahuan. Seperti; MDMA/ ekstasi, LSD dan STP.
 Golongan II adalah psikotropika dengan daya adiktif kuat, akan tetapi berguna untuk
pengobatan dan penelitian. Contohnya; amfetamin, metilfenidat atau ritalin.
 Golongan IIl adalah psikotropika dengan daya adiksi sedang dan berguna untuk
pengobatan dan penelitian (lumibal, buprenorsina, pentobarbital, flunitrazepam dan
sebagainya).
 Psikotropika Golongan IV yaitu jenis psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan
serta berguna untuk pengobatan, seperti nitrazepam (BK, mogadon, dumolid),
diazepam dan lain sebagainya.

Adapun zat suatu benda yang termasuk dalam kategori bahan adiktif adalah:

 Rokok. Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas dimasyarakat.


Pada upaya penanggulangan NAPZA dimasyarakat, pemakaian rokok dan alcohol
terutama pada remaja harus menjadi bagian dari upaya pencegahan. Karena rokok
dan alkohol sering menjadi pintu masuk penyalah gunaan NAPZA lain yang lebih
berbahaya.
 Kelompok alkohol dan minuman lain yang dapat menimbulkan hilangnya kesadaran
(memabukkan) dan menimbulkan ketagihan karena mengandung; etanoletil alkohol,
yang berpengaruh menekan susunan syaraf pusat, dan sering menjadi bagian dari
kehidupan manusia sehari-hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan sebagai
campuran dengan narkotika atau psikotropika, memperkuat pengaruh obat/zat itu
dalam tubuh manusia.
 Thinner dan zat-zat lain yang jika dihirup dapat memabukkan seperti; lem kayu,
penghapus cair, aseton, cat, bensin dan lain sebagainya.
Sumber :

Iriani, D. 2015. Kejahatan Narkoba: Penanggulangan, Pencegahan Dan Penerapan


Hukuman Mati. Jurnal Islamica, Vol. 12(2). Viewed On 22 September 2021. From
https://jurnal.iainponorogo.ac.id/index.php/justicia/article/view/331

3. Prevalensi dan epidemiologi pengguna napza


Jawab:
Laporan perkembangan situasi NAPZA dunia tahun 2014 menyatakan angka
estimasi pengguna tahun 2012 adalah antara 162 juta hingga 324 juta orang atau sekitar
3,5–7%. Estimasi pengguna NAPZA tahun 2010 yang kisarannya 3,5–5,7%. Prevalensi
penyalahguna NAPZA di Indonesia setiap tahun selalu meningkat. Pada tahun 2011
prevalensinya sebesar 2,32%, tahun 2013 sebesar 2,56%, dan tahun 2015 sebesar 2,80%.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh BNN yang bekerjasama dengan Puslitkes
Universitas Indonesia tahun 2011, penyalahgunaan NAPZA di Indonesia prevalensi
paling tinggi (2,2%) berada pada kelompok usia 10–59 tahun.
Kelompok usia 10–19 tahun merupakan kelompok usia pelajar. Prevalensi
penyalahguna NAPZA di Kota Surabaya sebesar 0,012% sedangkan pelajar yang
menyalahgunakan NAPZA di Kota Surabaya sebesar 0,0064%. Berdasarkan
penjangkauan yang telah dilakukan terhadap 359 penyalahguna NAPZA dari berbagai
kelompok usia terdapat 189 pelajar yang terlibat penyalahgunaan NAPZA. Jumlah
pelajar penyalahguna NAPZA di Surabaya selalu meningkat. Pada tahun 2013 terdapat
29 pelajar, tahun 2014 menjadi 37 pelajar, dan tahun 2015 meningkat menjadi 51 pelajar.
Sumber:

Nur’artavi, M. R. 2017. Karakteristik Pelajar Penyalahguna Napza Dan Jenis Napza Yang
Digunakan Di Kota Surabaya. The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12(1).
Viewed On 22 September 2021. From https://e-
journal.unair.ac.id/IJPH/article/download/7110/4285

4. Gejala-gejala yang ditimbulkan dari napza secara fisik, psikologi


Jawab:
Berikut ini beberapa perubahan yang terjadi pada pemakai narkoba, yang dapat
dipakai sebagai rujukan untuk mendeteksi dini penyalahgunaan narkoba:
1. Perubahan fisik penyalahguna narkoba dapat diketahui dari perubahan fisik
pemakai. Perubahan fisik ini juga tergantung pada kondisi umum pemakai, jenis
yang dipakai, cara memakai, jumlah yang dipakai dan intensitas pemakaian:
berikut ciri-ciri umum perubahan fisik pada pemakai Narkoba;
 Pada saat memakai.; agresif, apatis, cadel (bicara pelo), jalan sempoyongan,
ada bekas suntik (jika narkoba yang dipakai lewat suntik), gemetaran. Apabila
over dosis (OD) : sesak nafas, denyut nadi lemah, badan dingin, bisa henti
nafas dan jantung hingga meninggal.
 Sedang ketagihan (sedang sakau); delirium, kesadaran menurun, kaki tangan
dingin, malas mandi, detak jantung dan nadi lambat, mata merah, ngarsk,
sakit seluruh tubuh.
 Pemakai jangka panjang. Penampilan acak-acakan, lusuh, tidak segar dan
tampak tidak sehat, tidak perduli dengan diri sendiri dn lingkungan dan lain-
lain.
2. Perubahan sikap dan perilaku.
 Jika masih sekolah: Prestasi menurun, konsentrasi terganggu, sering bolos,
suka bengong. tidak mengerjakan tugas-tugas, tidak bertanggungjawab, suka
usil dengan teman, sering ngantuk dikelas.
 Secara umum: Pola tidur berubah, suka begadang, sering bangun kesiangan,
bolos kerja, suka bengong, pergi tanpa meminta izin atau memberi kabar,
sering berpergian dengan teman yang tidak jelas, suka mengurung diri, suka
berlama-lama dikamar mandi, suka menghindar dari keluarga, sering
berbohong, sering minta uang dengan berbagai alasan, suka menyembunyikan
sesuatu hingga pada tindak pencurian barang berharga, sering terlibat
kekerasan, mudah emosional, pemarah, kasar, mudah tersinggung, suka
curigas tertutup dan merahasiakan segala sesuatu.
 Jika diajak berdiskusi, pola berpikirnya melompat-lompat, tidak focus dan
cenderung tidak rasional, mengabaikan kegiatan kerohanian (ibadah).
Sumber:

Sandi, A., 2016. Narkoba dari Tapal Batas Negara. Bandung: Mujahidin Press Bandung

5. Struktur yang berubah dalam anatomi tubuh


Jawab:
Reseptor opiat terdapat sekitar reward pathway (VTA, nucleus accumbens dan
cortex), dan juga pada pain pathway (jalur nyeri) yang meliputi thalamus, brainstem, dan
spinal cord. Ketika seseorang menggunakan obat-obat golongan opiat seperti morfin,
heroin, kodein, dll, maka obat akan mengikat reseptornya di jalur reward, dan juga jalur
nyeri. Pada jalur nyeri, obat-obat opiat akan memberikan efek analgesia, sedangkan pada
jalur reward akan memberikan reinforcement positif (rasa senang, euphoria), yang
menyebabkan orang ingin menggunakan lagi. Hal ini karena ikatan obat opiat dengan
reseptornya di nucleus accumbens akan menyebabkan pelepasan dopamin yang terlibat
dalam system reward
Sumber:
Nur’artavia, M.R. 2017. Karakteristik Pelajar Penyalahgunaan NAPZA dan Jenis
NAPZA yang Digunakan Di Kota Surabaya. Indonesian Journal of Public Health,
12(1). Viewed On 22 September 2021. From https://e-
journal.unair.ac.id/IJPH/article/view/7110

6. Bagaimana patomekanisme yang terjadi secara garis besar


Jawab:
Ganglia basal, yang memainkan peran penting dalam bentuk positif motivasi,
termasuk efek menyenangkan dari aktivitas sehat seperti makan, bersosialisasi, dan seks,
serta terlibat dalam pembentukan kebiasaan dan rutinitas. Area-area ini membentuk
simpul kunci dari apa yang terkadang disebut "reward circuit" otak. Obat-obatan
mengaktifkan sirkuit ini secara berlebihan, menghasilkan euforia obat yang tinggi. Tetapi
dengan paparan berulang, sirkuit beradaptasi dengan keberadaan obat, mengurangi
sensitivitasnya dan membuatnya sulit untuk merasakan kesenangan dari apa pun selain
obat.
Amigdala berperan dalam perasaan stres seperti kecemasan, iritabilitas, dan
kegelisahan, yang mencirikan seseorang berhenti menggunakan obat dan dengan
demikian memotivasi orang tersebut untuk mencari obat lagi. Korteks prefrontal memberi
kekuatan pada kemampuan untuk berpikir, merencanakan, memecahkan masalah,
membuat keputusan, dan menggunakan kontrol diri atas impuls. Ini juga bagian terakhir
dari otak menjadi dewasa, membuat remaja paling rentan.
Pergeseran keseimbangan antara sirkuit ini dan sirkuit ganglia basal dan amigdala
yang diperpanjang membuat seseorang dengan gangguan penggunaan zat mencari obat
secara kompulsif dengan kontrol impuls yang berkurang.
Sumber:
NIDA. 2021, July 27. Drugs and the Brain. Retrieved from
https://www.drugabuse.gov/publications/drugs-brains-behavior-science-
addiction/drugs-brain

7. Pencegahan secara internal (diri sendiri) dan eksternal (keluarga dan lingkungan)
Jawab:
Pencegahan dari diri sendiri
 Mengenaal diri sendiri adalah sebuah upaya self help, sebuah upaya penguatan
diri. Hasildari penguatan diri adalah menjadi pribadi yang lebih tangguh dan
asertif. Agar penguatan diri ini benar-benar kuat, harus disertai dengan banyak
belajar tentang narkoba dalam banyak perspektif, karena pengetahuan ini nantinya
akan membuat diri menjadi efektif karena pengetahuan mempengaruhi sikap,
niat,dan perilaku.
 Pengembangan motif berprestasi akan mengurangi penyalahgunaan narkoba pada
remaja.
Pencegahan penyalahgunaan napza dapat dilakukan dilingkungan
keluarga,sekolah, dan masyarakat.
 Pencegahan Penyalahgunaan Napza di lingkungan Keluarga dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
a. Penanaman disiplin yang baik.
b. Ajaran untuk dapat membedakan yang baik dan buruk.
c. Pengembangan kemandirian, diberi kebebasan bertanggung jawab
d. Pengembangan harga diri anak, penghargaan jika berbuat baik atau mencapai
prestasi tertentu.
e. Ciptakan suasana yang hangat dan bersahabat. Hal ini membuat anak rindu
untuk pulang ke rumah.
f. Meluangkan waktu untuk kebersamaan.
g. Orang tua menjadi contoh yang baik.
 Pencegahan penyalahgunaan napza di lingkungan sekolah dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
a. Upaya Pencegahan Terhadap Siswa
Memberikan pendidikan kepada siswa tentang bahaya dan akibat
penyalahgunaan napza.
b. Upaya Untuk
Mencegah Peredaran Napza di Sekolah, Melakukan razia dengan cara sidak,
Membina kerja sama yang baik dengan berbagai pihak.
c. Upaya Untuk Membina Lingkungan Sekolah
Menciptakan suasana lingkungan sekolah yang sehat dengan membina
hubungan yang harmonis antara pendidik dan anak didik, Sikap keteladanan
guru amat penting.
 Pencegahan penyalahgunaan napza di lingkungan masyarakat dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
a. Menumbuhkan perasaan kebersamaan di daerah tempat tinggal.
b. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang penyalahgunaan napza
sehingga masyarakat dapat menyadarinya.
c. Memberikan penyuluhan tentang hukum yang berkaitan dengan napza.
d. Melibatkan semua unsur masyarakat dalam melaksanakan pencegahan dan
penanggulangan penyalahgunaan napza. Diagnose banding dari scenario
Sumber:
Novita, I., Noor,M., Zulfiani,D. 2018. Pencegahan Dan Penanggulangan Narkoba Oleh
Badan Narkotika Nasional Kota Samarinda. eJournal Administrasi Negara, Vol.
6(4). Viewed On 22 September 2021. From https://ejournal.ap.fisip-
unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal%20FIX%20%20(10-05-18-06-
25-50).pdf
Suryawati, S., Widhyarto, D. S., Koentjoro. 2015. UGM Mengajak: Raih Prestasi
TanpaNarkoba. Yogyakarta: UGM Press

8. Diagnosis banding
Jawab:
 Skizofrenia
 Episode manik akut, gangguan bipolar
 Penggunaan obat-obatan terlarang, non-methamphetamine seperti kokain,
phencyclidine, produk cathinone sintetis
 Serangan kecemasan / gangguan kecemasan umum
Sumber:
Kevil, C. G., Goeders, N. E., Woolard, M. D., Bhuiyan, M. S., Dominic, P., Kolluru, G.
K., Arnold, C. L., Traylor, J. G., & Orr, A. W. 2019. Methamphetamine Use and
Cardiovascular Disease. Arteriosclerosis, thrombosis, and vascular biology, 39(9),
1739–1746. https://doi.org/10.1161/ATVBAHA.119.312461

9. Prognosis dari scenario


Jawab:
Seseorang yang telah lama menggunakan narkoba harus diobati atau
direhabilitasi, dan dievaluasi seperti penyakit kronik. Kualitas kesehatan yang rendah
ditemukan seperti kondisi fisik, psikologis, dan gangguan kepribadian. Rawat jalan dan
lama penggunaan narkoba menjadi faktor yang berpengaruh terhadap komorbiditas yang
dialami pasien ketergantungan narkoba. Seseorang pecandu narkoba harus segera dirujuk
ke rumah sakit dan dilakukan terapi serta rehabilitasi untuk mengurangi dampak buruk
zat yang dikonsumsi. Sesuai dengan Undang-Undang Narkotika Nomor 35 Tahun 2009,
semua pecandu dan korban penyalahgunaan narkoba wajib menjalani rehabilitasi medis
dan rehabilitasi sosial di rumah sakit atau lembaga rehabilitasi yang diselenggarakan oleh
instansi pemerintah atau masyarakat. Selain melalui pengobatan dan/ atau rehabilitasi
medis, penyembuhan pecandu narkotika melalui pendekatan keagamaan dan tradisional.
Sumber:

Sitorus, R. J. 2014. Komorbiditas Pecandu Narkotika. Jurnal Kesehatan Masyarakat


Nasional Vol. 8(7). Viewed On 23 September 2021. From
https://media.neliti.com/media/publications/39805-ID-komorbiditas-pecandu-
narkotika.pdf

10. Gangguan apa saja yang bisa terjadi


Jawab:
 Gangguan fungsi otak dan perkembangan remaja
a. Daya ingat menurun dan mudah lupa
b. Sulit berkonsentrasi
c. Tak dapat bertindak rasional
d. Menimbulkan perasaan khayal
e. Kemampuan belajar merosot
 Gangguan kesehatan yaitu kerusakan atau gangguan fungsi organ tubuh seperti hati,
jantung, paru, ginjal, kelenjar endokrin, sistem reproduksi, infeksi hepatitis B/C,
HIV/AIDS, penyakit kulit dan kelamin, kurang gizi, dan gigi berlubang.
 Gangguan perilaku/mental-sosial seperti mudah tersinggung, marah, sulit
mengendalikan diri dan hubungan dengan keluarga dan sesama terganggu. Terjadi
gangguan mental seperti paranoid, psikosis.
 Merosotnya nilai‐nilai seperti nilai‐nilai kehidupan agama, sosial budaya, sopan
santun hilang, menjadi asosial dan tidak peduli pada orang lain
Sumber:

Direktorat Diseminasi Informasi Deputi Bidang Pencegahan. 2012. Pencegahan


Penyalahgunaan Narkoba Sejak Usia Dini. Jakarta : BNN RI

11. Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada pengguna


Jawab:
Pemeriksaan fisik pada seseorang yang mengonsumsi narkoba dapat di lakukan
seperti pemeriksaan pada umumnya. Pada pasien akan ditemukan kemerahan pada bagian
kulit mata dan kulit khususnya wajah, mulut kering, tampak mengantuk. Terjadi
peningkatan denyut nadi, dan pernapasan. Kordinasi otot pasien berkurang.
Sumber:

Direktorat Diseminasi Informasi Deputi Bidang Pencegahan. 2017. Pendidikan Anti-


Narkoba Bagi Kalangan Pelajar. Jakarta: BNN

12. Pemeriksaan penunjang


Jawab:
Tes urin merupakan alat deteksi sederhana untuk mengetahui kandungan paparan
narkoba dalam tubuh yaitu dengan mengunakan rapid tes yang dimasukkan kedalam
tabung/ pot berisi urin untuk mengetahui enam parameter zat narkoba yaitu marijuana,
morfin, amphetamine, methamphetamine, ekstasi dan kokain.
Pemeriksaan narkoba seringkali dibagi menjadi pemeriksaan skrining dan
konfirmatori. Pemeriksaan skrining merupakan pemeriksaan awal pada obat pada
golongan yang besar atau metobolitnya dengan hasil presumptif positif atau negatif.
Secara umum pemeriksaan skrining merupakan pemeriksaan yang cepat, sensitif, tidak
mahal dengan tingkat presisi dan akurasi yang masih dapat diterima, walaupun kurang
spesifik dan dapat menyebabkan hasil positif palsu karena terjadinya reaksi silang dengan
substansi lain dengan struktur kimia yang mirip.Pada pemeriksaan skrining, metode yang
sering digunakan adalah immunoassay dengan prinsip pemeriksaan adalah reaksi antigen
dan antibodi secara kompetisi. Pemeriksaan skrining dapat dilakukan di luar laboratorium
dengan metode onsite strip test maupun di dalam laboratorium dengan metode ELISA
(enzyme linked immunosorbent assay).
Pemeriksaan konfirmasi digunakan pada spesimen dengan hasil positif pada
pemeriksaan skrinig. Pemeriksaan konfirmasi menggunakan metode yang sangat spesifik
untuk menghindari terjadinya hasil positif palsu. Metoda konfirmasi yang sering
digunakan adalah gas chromatography / mass spectrometry (GC/MS) atau liquid
chromatography/ mass spectrometry (LC/MS) yang dapat mengidentifikasi jenis obat
secara spesifik dan tidak dapat bereaksi silang dengan substansi lain. Kekurangan metode
konfirmasi adalah waktu pengerjaannya yang lama, membutuhkan ketrampilan tinggi
serta biaya pemeriksaan yang tinggi.
Panel pemeriksaan narkoba tergantung jenis narkoba yang banyak digunakan,
tetapi biasanya meliputi 5 macam obat yaitu amfetamin, kanabinoid, kokain opiat dan
PCP. Obat lain yang sering disalahgunakan seperti benzodiazepin sering pula
diperiksakan. Pada pemeriksaan narkoba baik untuk skrining maupun konfirmasi, telah
ditetapkan standar cutoff oleh NIDA untuk dapat menentukan batasan positif pada hasil
pemeriksaan. Pada tabel berikut disampaikan kadar cutoff pemeriksaan narkoba untuk
skrining maupun konfirmasi.
Sumber:

Inassa, I. 2019. Kegiatan Tes Urine Sebagai Upaya P4gn Di Instansi Pemerintah Oleh
Bnnp Jawa Timur (Studi Kasus Di Kantor Bea Cukai Surabaya). MTPH Journal,
Vol. 3(2). Viewed On 23 September 2021. From
https://journal2.unusa.ac.id/index.php/MTPHJ/article/download/679/921/3111

Indrati, A. R. 2015. Pemeriksaan Laboratorium Patologi Klinik Narkoba “Urinary Drugs


Testing”. Pertemuan Ilmiah Nasional Kesehatan Jiwa, Adiksi dan Neurosains.
Vol.1(1). Viewed On 23 September 2021. From http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2015/08/Pemeriksaan-Laboratorium-Patologi-Klinik-Narkoba.pdf

Anda mungkin juga menyukai