Anda di halaman 1dari 11

BLOK 15 NAPZA

LEARNING OBJECTIVE (LO)


SKENARIO 1
“Fly Me to The Moon”

DISUSUN OLEH:

NAMA : CHELYN CINTYA DWIYANI NTJALI


STAMBUK : N10118088
KELOMPOK :2

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
1. Istilah napza
Jawab:
NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat
yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama
otak/susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan
fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan
(dependensi) terhadap NAPZA.
a. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan.
b. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan Narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
c. Zat adiktif lainnya adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif diluar yang disebut
Narkotika dan Psikotropika. Zat adiktif adalah bahan yang dapat menimbulkan kerugian
bagi seseorang yang menggunakannya akibat timbulnya ketergantungan psikis seperti
golongan alkohol, nikotin dan sebagainya. Jenis-jenis NAPZA antara lain heroin, morfin,
ganja, ekstasi, sabusabu, obat penenang, dan alkohol
Sumber:
Pusat data dan informasi kementrian kesehatan RI. 2014. Buletin Jendela Data dan
Informasi Kesehatan: Gambaran Umum Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia.
Jakarta : Kementrian Kesehatan RI
Sholihah, Q. 2015. Efektivitas Program P4GN terhadap Pencegahan Penyalahgunaan
NAPZA. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 9(1)

2. Golongkan NAPZA
Jawab:
Narkotika
Narkotika Golongan I :
  Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan tidak
ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan
ketergantungan, (Contoh : heroin/putauw, kokain, ganja).
Narkotika Golongan II :
  Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat
digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan (Contoh : morfin, petidin)
Narkotika Golongan III :
  Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan (Contoh : kodein)
  Psikotropika
Psikotropika Golongan I:
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. (Contoh : ekstasi, shabu, LSD)
Psikotropika Golongan II:
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi, dan/atau
tujuan ilmu pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan . ( Contoh amfetamin, metilfenidat atau ritalin)
Psikotropika Golongan III:
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sindroma ketergantungan (Contoh : pentobarbital, Flunitrazepam).
Psikotropika Golongan IV:
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
sindrom ketergantungan (Contoh: diazepam, bromazepam, Fenobarbital, klonazepam,
klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil BK, pil Koplo, Rohip, Dum, MG).
Sumber:
Pusat data dan informasi kementrian kesehatan RI. 2014. Buletin Jendela Data dan
Informasi Kesehatan: Gambaran Umum Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
Sholihah, Q. 2015. Efektivitas Program P4GN terhadap Pencegahan Penyalahgunaan
NAPZA. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 9(1)

3. Prevalensi dan epidemiologi pengguna napza


Jawab:
Penyalahgunaan NAPZA di dunia terus mengalami kenaikan dimana hampir 12%
(15,5 juta jiwa sampai dengan 36,6 juta jiwa) dari pengguna adalah pecandu berat.
Menurut World Drug Report tahun 2012, produksi NAPZA meningkat salah satunya
diperkiraan produksi opium meningkat dari 4.700 ton di tahun 2010 menjadi 7.000 ton di
tahun 2011 dan menurut penelitian yang sama dari sisi jenis narkotika, ganja menduduki
peringkat pertama yang disalahgunakan di tingkat global dengan angka pravalensi 2,3%
dan 2,9% per tahun.
Kasus penyalahgunaan NAPZA di Indonesia dari tahun ke tahun juga terus
mengalami kenaikan dimana pada tahun 2008 ada sebanyak 3.3 juta (3.362.527) dengan
pravalensi 1,99% menjadi pada tahun 2011 menjadi 4 juta (4.071.016) dengan pravalensi
2,32% dan diprediksikan angka tersebut akan terus mengalami kenaikan pada tahun 2015
menjadi 5,1 juta (5.126.913) dengan pravalensi 2,8%. Diketahui 5,3% di antaranya
adalah kalangan pelajar dan mahasiswa.
Sumber:
Sholihah, Q. 2015. Efektivitas Program P4GN terhadap Pencegahan Penyalahgunaan
NAPZA. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 9(1)

4. Gejala gejala yang ditimbulkan dari napza secara fisik, psikologi


Jawab:
Penyalahgunaan NAPZA sangat memberikan efek yang tidak baik dimana bisa
mengakibatkan adiksi (ketagihan) yang berakibat pada ketergantungan. Menurut Hawari,
hal tersebut terjadi karena sifat-sifat narkoba yang menyebabkan:
1) Keinginan yang tidak tertahankan (an over powering desire) terhadap zat yang
dimaksud dan kalau perlu dengan jalan apapun untuk memperolehnya.
2) Kecendrungan untuk menambahkan takaran atau dosis dengan toleransi tubuh.
3) Ketergantungan psikologis, yaitu apabila pemakaian zat dihentikan akan menimbulkan
gejala-gejala kejiwaan, seperti kegelisahan, kecemasan, depresi, dan sejenisnya.
4) Ketergantungan fisik yaitu apabila pemakaian zat dihentikan akan menimbulkan gejala
fisik yang dinamakan gejala putus obat (withdrawal symptoms).
Efek yang diakibatkan oleh narkotika ini sangat dirasakan besar pengaruhnya
terhadap pribadi maupun masyarakat. Efek dari akibat pengguna natkotika bagi pribadi
yaitu menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, menghilangkan sampai
mengurangi rasa nyeri, dan menimbulkan ketergantungan bagi diri sendiri. Sedangkan
efek dampak kerugian bagi masyarakat yaitu menyebabkan kecelakaan, menimbulkan
tindak kejahatan/kriminal, dan gangguan lain terhadap masyarakat.
1) Tanda-tanda psikis

Sulit bergaul dengan teman baru, eksklusif, tertutup, sensitif, mudah tersinggung,
egois, mau menang sendiri, malas, sering bangun siang, lebih menyukai hidup di malam
hari. Ia pandai berbohong, gemar menipu, sering mencuri atau merampas, tidak malu
menjadi pelacur (pria maupun wanita). Demi memperoleh uang untuk narkoba, ia tidak
merasa berat untuk berbuat jahat, bahkan membunuh orang Lain, termasuk orang tuanya
sendiri.

2) Tanda-tanda fisik

Biasanya kurus dan Lemah (loyo). Namun ada juga yang dapat menutupinya
dengan membuat dirinya gemuk atau sehat. Caranya, dengan banyak makan, minum food
supplement, dan berolahraga. Mata sayu, gemar memakai kacamata gelap, gigi
menguning kecoklatan dan sering kali keropos. Biasanya kulitnya agak kotor karena
malas mandi. Tanda bekas sayatan atau tusukan jarum suntik sering tampak di Lengan,
kaki, dada, Lidah, atau kemaluan.

Sumber:
Laksana, A.W. 2016. Pelaksanaan Pemeriksaan Terhadap Pelaku Penyalahguna
Narkotika Dengan Sistem Rehabilitasi di Badan Nasional Narkotika Propinsi Jawa
Tengah
Partodiharjo, S. 2020. Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya. Jakarta:
Erlangga
Sholihah, Q. 2015. Efektivitas Program P4GN terhadap Pencegahan Penyalahgunaan
NAPZA. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 9(1)

5. Struktur yang berubah dalam anatomi tubuh


Jawab:
Reseptor opiat terdapat sekitar reward pathway (VTA, nucleus accumbens dan
cortex), dan juga pada pain pathway (jalur nyeri) yang meliputi thalamus, brainstem, dan
spinal cord. Ketika seseorang menggunakan obat-obat golongan opiat seperti morfin,
heroin, kodein, dll, maka obat akan mengikat reseptornya di jalur reward, dan juga jalur
nyeri. Pada jalur nyeri, obat-obat opiat akan memberikan efek analgesia, sedangkan pada
jalur reward akan memberikan reinforcement positif (rasa senang, euphoria), yang
menyebabkan orang ingin menggunakan lagi. Hal ini karena ikatan obat opiat dengan
reseptornya di nucleus accumbens akan menyebabkan pelepasan dopamin yang terlibat
dalam system reward
Sumber:
Nur’artavia, M.R. 2017. Karakteristik Pelajar Penyalahgunaan NAPZA dan Jenis
NAPZA yang Digunakan Di Kota Surabaya. Indonesian Journal of Public Health,
12(1)

6. Bagaimana patomekanisme yang terjadi secara garis besar


Jawab:
Hampir semua jenis NAPZA akan mengaktifkan satu sistem di otak yang
mengatur rasa senang atau biasa disebut reward system dengan meningkatkan
ketersediaan dopamin di otak, di mana dopamin merupakan suatu jenis neurotrasmitter
yang bekerja mengontrol rasa senang. Jika penyalahguna terus menerus menggunakan
NAPZA maka otak akan beradaptasi dengan keberadaan dopamine yang tinggi. Hal
tersebut menyebabkan penggunaan NAPZA berusaha untuk menjaga agar fungsi
dopamin dalam keadaan stabil atau berusaha menambah dosis NAPZA untuk mencapai
dopamine yang tinggi, dan disertai dengan penggunaan yang dilakukan secara terus
menerus atau kecanduan
Sumber:
Nur’artavia, M.R. 2017. Karakteristik Pelajar Penyalahgunaan NAPZA dan Jenis
NAPZA yang Digunakan Di Kota Surabaya. Indonesian Journal of Public Health,
12(1)

7. Pencegahan secara internal (diri sendiri) dan eksternal (keluarga dan lingkungan)
Jawab:
Mencegah jauh lebih bermanfaat daripada mengobati, untuk ini dapat dilakukan :
Dalam Lingkungan Rumah Tangga
(i) Jadikanlah rumah untuk berteduh seluruh keluarga dalam arti yang seluas-luasnya
(ii) Antar komunikasi yang harmonis antar seluruh anggota keluarga. Hubungan antara
ayah, ibu, dan anak harus terjalin cukup harmonis dalam arti saling menghormati pupuk
rasa kasih saying yang sedalam-dalamnya.
(iii) Keterbukaan orang tua dalam batas tertentu kepada anak akan member kesempatan
kepada anak untuk mengambil tanggungjawab terbatas dalam rumah tangga meskipun
dalam arti yang sangat kecil. Keikutsertaan anak dalam tanggungjawab bagaimanapun
kecilnya akan menjadi kebanggaan anak itu sendiri sebagai anggota keluarga yang
diperhitungkan.
Di Luar Lingkungan Rumah Tangga
Lingkungan di luar rumah rumah tangga adalah merupakan masyarakat tersendiri yang
merupakan bagian dari kegiatan sehari-hari yang tak dapat dipisahkan. Dalam lingkungan
ini akan tercipta suatu masyarakat sendiri dengan latar belakang social ekonomi yang
berbeda-beda, budaya yang berbeda, agama yang berbeda dan banyak lagi perbedaan-
perbedaan yang kemudian berkumpul jadi satu kelompok. Kedalam lingkungan ini
pengaruh narkoba mudah masuk dan berkembang. Untuk itu, kelompok ini harus cepat
diarahkan kepada kegiatan-kegiatan dimana perbedaan-perbedaan tadi tidak menjadi
penghalang, seperti : kegiatan oleh raga, kesenian, kegiatan
pengamanan lingkungan, kegiatan sosial, membantu
kegiatan-kegiatan lainnya yang positif.,
a. Promotif
Program ini ditujuakan kepada masyarakat yang belum memakai narkoba, atau bahkan
belum mengenal narkoba. Prinsipnya adalah dengan meningkatkan peranan atau kegiatan
agar kelompok ini secara nyata lebih sejahtera sehingga tidak terpikirkan untuk memakai
narkoba. Bentuk kegiatan seperti pelatihan, dialog interaktif, dan lain lain pada kelompok
belajar, kelompok olaragah, seni budaya, atau usaha kelompok
b. Preventif
Program pencegahan. Program ini ditujukan kepada masyarakat sehat yang belum
mengenal narkoba agar mengetahui seluk beluk narkoba sehingga tidak tertarik untuk
menyalahgunakannya.
Selain dilakukan oleh pemerintah (instansi terkait), program ini juga sangat efektif jika
dibantu oleh instansi termasuk lembaga profesional terkait, lembaga swadaya
masyarakat, dan perkumpulan ormas.
Bentuk kegiatan antara lain :
-Kampanye anti penyalahgunaan narkoba, kampanye dapat dilakukan melalui spanduk,
poster, brosur, dan baliho.
-Penyuluhan seluk beluk narkoba. Bentuk kegiatan berupa penyuluhan dapat berupa
seminar dan ceramah. Materi disampaikan oleh tenaga profesional- dokter, psikologi,
polisi, ahli hukum, sosiologi sesuai tema penyuluhan.
-Pendidikan dan pelatihan kelompok sebaya. Program ini dilakukan disekolah, kampus
atau kantor dalam waktu beberapa hari . program ini melibatkan beberapa orang
narasumber dan pelatih, yaitu tenaga yang profesional seusai dengan programnya.
Sumber:
Eleanora, F.N. 2011. Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Serta Usaha Pencegahan dan
Penanggulangannya (Suatu Tinjauan Teoritis). Jurnal Hukum, 25(1)

8. Diagnose banding dari scenario


Jawab:
Ketergantungan zat merupakan dampak dari penyalahgunaan NAPZA yang parah,
hal ini sering dianggap sebagai penyakit. Ketergantungan seperti ketidakmampuan untuk
mengendalikan atau menghentikan pemakaian zat menimbulkan gangguan fisik yang
hebat jika dihentikan akan berbahaya dan merugikan keluarga serta menimbulkan
dampak sosial yang luas.
Sumber:
Sholihah, Q. 2015. Efektivitas Program P4GN terhadap Pencegahan Penyalahgunaan
NAPZA. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 9(1)

9. Prognosis dari scenario


Jawab:
Penggunaan dalam dosis berlebihan tanpa pengawasan dokter dapat merusak
kesehatan fisik maupun mental (pencernaan, pernafasan, depresi dan keinginan bunuh
diri). Gangguan penyalahgunaan napza yang para memiliki perjalanan penyakit dan
prognosis yang serupa dengan penyakit kronis lainnya seperti diabetes, HIV, kanker, atau
hipertensi. Model perawatan dan pengobatan jangka panjang kemungkinan besar akan
mendorong ke arah hidup yang panjang dan sehat. Intervensi yang ada harus disesuaikan
dengan situasi budaya dan keuangan negara tanpa merusak elemen inti yang
diidentifikasi oleh ilmu pengetahuan sebagai hal penting untuk hasil yang efektif.
Sumber:
World Health Organization. 2016. Standar Internasional Untuk Rawatan Gangguan
Penyalahgunaan Napza. United Nations Office on Drugs and Crime

10. Gangguan apa saja yang bisa terjadi


Jawab:
Bahaya Pemakaian Narkoba
a) Otak dan syaraf dipaksa untuk bekerja di luar kemampuan yang sebenarnya dalam
keadaan yang tidak wajar
b) Peredaran darah dan Jamtung dikarenakan pengotoran darah oleh zat-zat yang
mempunyai efek yang sangat keras, akibatnya jantung di rangsang untuk bekerja di luar
kewajiban.
c) Pernapasan tidak akan bekerja dengan baik dan cepat lelah sekali
d) Penggunaan lebih dari dosis yang dapat ditahan oleh tubuh akan mendatangkan
kematian secara mengerikan.
e) Timbul ketergantungan baik rohani maupun jasmani sampai timbulnya keadaan yang
serius karena putus obat.
Sumber:
Eleanora, F.N. 2011. Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Serta Usaha Pencegahan dan
Penanggulangannya (Suatu Tinjauan Teoritis). Jurnal Hukum, 25(1)

11. Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada pengguna


Jawab:
Pemeriksaan Fisik :
1.Adanya bekas suntikan sepanjang vena di lengan, kaki bahkan pada tempat-tempat
tersembunyi misalnya dorsum penis.
2.Pemeriksaan fisik terutama ditujukan untuk menemukan gejala
intoksikasi/ioverdosis/putus zat dan komplikasi medik seperti Hepatitis, Endokarditis,
Bronkoneumonia, HIV/AIDS dan lain-lain.
3.Perhatikan terutama : penurunan kesadaran, pernafasan, tensi, nadi, pupil, cara jalan,
sklera ikterik, conjunctiva anemis, perforasi septum nasi, caries gigi, aritmia jantung,
edema paru, pembesaran hepar dan lain-lain.
Sumber:
Sandi, A., Abrori. 2016. Narkoba Dari Tapal Batas Negara. Bandung : Mujahidin Press
Bandung

12. Pemeriksaan penunjang


Jawab:
a.Analisa Urin
Bertujuan untuk mendeteksi adanya NAPZA dalam tubuh (benzodiazepin,
barbiturat,amfetamin, kokain, opioida, kanabis)
Pengambilan urine hendaknya tidak lebih dari 24 jam dari saat pemakaian zat terakhir
dan pastikan urine tersebut urine pasien
b.Penunjang lain Untuk menunjang diagnosis dan komplikasi dapat pula dilakukan
pemeriksaan
- EKG, EEG
- Foto toraks
-Dan lain-lain sesuai kebutuhan (HbsAg, HIV, Tes fungsi hati, Evaluasi
Psikologik,Evaluasi Sosial).
Sumber:
Pusat data dan informasi kementrian kesehatan RI. 2014. Buletin Jendela Data dan
Informasi Kesehatan: Gambaran Umum Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI

Anda mungkin juga menyukai