Anda di halaman 1dari 11

SKENARIO 1 BLOK 15

“Fly Me To the Moon”

Disusun Oleh :
Gina Nurdallena Rahmadani
N10118092

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
1. Istilah narkotika dan napza. Dibuat perbedaanya
Jawab :
NAPZA adalah kepanjangan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif
lainnya yang merupakan sekelompok obat, yang berpengaruh pada kerja tubuh,
terutama otak. Satu sisi narkoba merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di
bidang pengobatan, pelayanan kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Namun, di sisi lain dapat menimbulkan ketergantungan apabila dipergunakan tanpa
adanya pengendalian. NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lain) adalah
bahan/ zat/ obat yang bila masuk ke dalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh
terutama otak/ susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik,
psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta
ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA.
NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif.
Narkotika disebut juga sebagai obat-obatan anastesi, penggunaan narkotika dapat
mengakibatkan kehilangan kesadaran karena pengaruh sistem susunan saraf pusat.
Narkotika merupakan obat yang berasal dari tanaman yang dapat menyebabkan hilang
kesadaran dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Sumber :
Sholihah, Q. 2015. EFEKTIVITAS PROGRAM P4GN TERHADAP PENCEGAHAN
PENYALAHGUNAAN NAPZA. Jurnal Kesehatan Masyarakat vol. 9 No. 1.
Viewed On 23 September 2021. From https://journal.unnes.ac.id.

2. Golongkan NAPZA?
Jawab :
 Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat
tinggi menimbulkan ketergantungan, contohnya heroin.
 Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki khasiat pengobatan dan
sering digunakan sebagai obat alternatif tapi sebagai pilihan yang terakhir,
contohnya morfin.
Berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1997, psikotropika adalah zat atau
obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psiko aktif
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan
khas pada aktivitas mental dan perilaku. Zat adiktif adalah bahan yang dapat
menimbulkan kerugian bagi seseorang yang menggunakannya akibat timbulnya
ketergantungan psikis seperti golongan alkohol, nikotin dan sebagainya. Jenis-jenis
NAPZA antara lain heroin, morfin, ganja, ekstasi, sabu- sabu, obat penenang, dan
alkohol.
Jenis-jenis Narkoba
Yang merupakan Narkoba ialah :
a) Opiat atau Opium (candu) : Merupakan golongan Narkotika alam yang
sering digunakan dengan cara dihisap (inhalasi).
b) Morfin : Merupakan zat aktif (narkotika) yang diperoleh dari candu melalui
pengolahan secara kimia. Umumnya candu mengandung 10% morfin. Cara
pemakaiannya disuntik di bawah kulit, ke dalam otot atau pembuluh darah
(intravena)
c) Heroin : Merupakan golongan narkotika semisintetis yang dihasilkan atas
pengolahan morfin secara kimiawi melalui 4 tahapan sehingga diperoleh
heroin paling murni berkadar 80% hingga 99%. Heroin murni berbentuk
bubuk putih sedangkan heroin tidak murni berwarna putih keabuan (street
heroin).Zat ini sangat mudah menembus otak sehingga bereaksi lebih kuat dari
pada morfin itu sendiri. Umumnya digunakan dengan cara disuntik atau
dihisap. Timbul rasa kesibukan yang sangat cepat/rushing sensastion (± 30-60
detik) diikuti rasa menyenangkan seperti mimpi yang penuh kedamaian dan
kepuasan atau ketenangan hati (euforia).Ingin selalu menyendiri untuk
menikmatinya.
d) Ganja : Berasal dari tanaman kanabis sativa dan kanabis indica. Pada tanaman
ini terkandung 3 zat utama yaitu tetrahidrokanabinol, kanabinol dan
kanabidiol. Cara penggunaannya dihisap dengan cara dipadatkan menyerupai
rokok atau dengan menggunakan pipa rokok.
e) LSD atau lysergic acid atau acid, trips, tabs : Termasuk sebagai golongan
halusinogen (membuat khayalan) yang biasa diperoleh dalam bentuk kertas
berukuran kotak kecil sebesar 1⁄4 perangko dalam banyak warna dan gambar.
Ada juga yang berbentuk pil atau kapsul. Cara menggunakannya dengan
meletakkan LSD pada permukaan lidah dan bereaksi setelah 30-60 menit
kemudian dan berakhir setelah 8-12 jam.
f) Kokain : Mempunyai 2 bentuk yakni bentuk asam (kokain hidroklorida) dan
bentuk basa (free base). Kokain asam berupa kristal putih, rasa sedikit pahit
dan lebih mudah larut dibanding bentuk basa bebas yang tidak berbau dan
rasanya pahit. Nama jalanan kadang disebut koka, coke, happy dust, snow,
charlie, srepet, salju, putih. Disalahgunakan dengan cara menghirup yaitu
membagi setumpuk kokain menjadi beberapa bagian berbaris lurus di atas
permukaan kaca dan benda yang mempunyai permukaan datar. Kemudian
dihirup dengan menggunakan penyedot atau gulungan kertas. Cara lain adalah
dibakar bersama tembakau yang sering disebut cocopuff. Menghirup kokain
berisiko luka pada sekitar lubang hidung bagian dalam.
Sumber :
Darwis, A., Dalimunthe, D, E., Riadi, S. 2017. NARKOBA, BAHAYA DAN CARA
MENGANTISIPASINYA. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 1
No. 1. Viewed On 23 September 2021. From <media.neliti.com>.
Sholihah, Q. 2015. EFEKTIVITAS PROGRAM P4GN TERHADAP PENCEGAHAN
PENYALAHGUNAAN NAPZA. Jurnal Kesehatan Masyarakat vol. 9 No. 1.
Viewed On 23 September 2021. From https://journal.unnes.ac.id.

3. Prevalensi dan epidemiologi pengguna napza


Jawab :
Kasus penyalahgunaan NAPZA di Indonesia dari tahun ke tahun juga terus
mengalami kenaikan dimana pada tahun 2008 ada sebanyak 3.3 juta (3.362.527)
dengan pravalensi 1,99% menjadi pada tahun 2011 menjadi 4 juta (4.071.016) dengan
pravalensi 2,32% dan diprediksikan angka tersebut akan terus mengalami kenaikan
pada tahun 2015 menjadi 5,1 juta (5.126.913) dengan pravalensi 2,8%. Diketahui
5,3% di antaranya adalah kalangan pelajar dan mahasiswa.
Kalimantan Selatan berdasarkan kasus narkoba yaitu menempati peringkat ke
6 pada tahun 2012 dengan jumlah kasus 1.188 yang awalnya peringkat ke 9 pada
tahun 2011 dengan jumlah kasus 887. Ibukota Kalimantan Selatan yaitu Banjarmasin
menempati peringkat pertama dari 12 kabupaten yang ada. Hal tersebut dilihat dari
rekapitulasi data narkoba BNNP kalsel dan jajaran polda kalsel tahun 2012 dan masih
bertahan sampai tahun 2013 (BNNP dan Polda Kalsel, 2013).
Sumber :
Sholihah, Q. 2015. EFEKTIVITAS PROGRAM P4GN TERHADAP PENCEGAHAN
PENYALAHGUNAAN NAPZA. Jurnal Kesehatan Masyarakat vol. 9 No. 1.
Viewed On 23 September 2021. From https://journal.unnes.ac.id.

4. Gejala gejala yang ditimbulkan dari napza secara fisik, psikologi ?


Jawab :
Fisik pelupa, sukar bernafas, sakit kepala, suhu tubuh sewaktu-waktu
meningkat dan sulit tidur
Psikologis pemalas, lamban bekerja, ceroboh, sering tegang dan gelisah, sulit
focus, merasa tertekan dan emosi labil
Social dikucilkan oleh masyarakat sekitar lingkungan tempat tinggal dan
dijauhi oleh teman-teman disekolah
Spiritual sebelumnya mengenal NAPZA AD adalah anak rumahan dan
tidak pernah meninggalkan ibadahnya ditinggalkan dan sering
berada diluar rumah dengan teman-teman pemakai.
Sumber :
Nurmaya, A. 2016. PENYALAHGUNAAN NAPZA DI KALANGAN REMAJA.
Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling. Volume 2 Nomor 1. Viewed On 23
September 2021. From <media.neliti.com>.

5. Struktur yang berubah dalam anatomi tubuh


Jawab :
a) Halusinogen, efek dari narkoba ini bisa mengakibatkan bila dikonsumsi
dalam sekian dosis tertentu dapat mengakibatkan seseorang menjadi ber-
halusinasi dengan melihat suatu hal/benda yang sebenarnya tidak ada / tidak
nyata contohnya kokain & LSD
b) Stimulan, efek dari narkoba ini bisa mengakibatkan kerja organ tubuh seperti
jantung dan otak bekerja lebih cepat dari kerja biasanya sehingga
mengakibatkan seseorang lebih bertenaga untuk sementara waktu , dan
cenderung membuat seorang pengguna lebih senang dan gembira untuk
sementara waktu
c) Depresan, efek dari narkoba ini bisa menekan sistem syaraf pusat dan
mengurangi aktivitas fungsional tubuh, sehingga pemakai merasa tenang
bahkan bisa membuat pemakai tidur dan tidak sadarkan diri. Contohnya putaw
d) Adiktif, Seseorang yang sudah mengkonsumsi narkoba biasanya akan ingin
dan ingin lagi karena zat tertentu dalam narkoba mengakibatkan seseorang
cenderung bersifat pasif , karena secara tidak langsung narkoba memutuskan
syaraf-syaraf dalam otak,contohnya ganja , heroin , putaw .
Sumber :
Darwis, A., Dalimunthe, D, E., Riadi, S. 2017. NARKOBA, BAHAYA DAN CARA
MENGANTISIPASINYA. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 1
No. 1. Viewed On 23 September 2021. From <media.neliti.com>.

6. Bagaimana patomekanisme yang terjadi secara garis besar


Jawab :
Kecanduan obat dapat didefinisikan sebagai gangguan kronis yang kambuh,
ditandai dengan paksaan untuk mencari dan mengambil obat, kehilangan kontrol
dalam membatasi asupan, dan munculnya keadaan emosi negatif (misalnya, disforia,
kecemasan, iritabilitas) ketika akses ke obat tersebut dikurangi. Kecanduan dapat
dikonseptualisasikan sebagai tiga tahap, siklus berulang yaitu keracunan, penarikan /
pengaruh negatif, dan keasyikan / antisipasi (keinginan) yang memburuk dari waktu
ke waktu dan melibatkan perubahan neuroplastik dalam penghargaan otak, stres, dan
sistem fungsi ( Koob et al, 2016)
Penyalahgunaan narkoba merebut sirkuit fungsi eksekutif, sirkuit motivasi,
dan sirkuit stres melalui beberapa sirkuit neuroplastisitas spesifik neurotransmitter.
Neurotransmiter kunci yang terlibat dalam neuroadaptations ini termasuk dopamin,
enkephalins, glutamat, asam -aminobutyric, norepinefrin, corticotropin-releasing
factor (CRF), dynorphin, neuropeptida Y, dan endocannabinoids ( Koob et al, 2016).
Adiksi terhadap obat memiliki kaitan terhadap dopamine di dalam otak.
Korteks prefrontal mengandung reseptor dopamin D1 dan D2. Reseptor D2 memiliki
afinitas sekitar 10 sampai 100 kali lipat lebih besar untuk dopamin daripada reseptor
D1 dan oleh karena itu diaktifkan pada konsentrasi dopamin yang lebih rendah.
Dalam keadaan normal, korteks prefrontal menerima tingkat rendah, aliran stabil
dopamin karena relatif lambat, penembakan tonik neuron dopamin di daerah
tegmental ventral (VTA) yang diproyeksikan ke korteks. Namun, dalam menanggapi
peristiwa yang tidak terduga, seperti peristiwa yang sangat tidak menyenangkan,
neuron dopamin bekerja jauh lebih cepat. Penyalahgunaan obat-obatan, terutama
psikostimulan, meniru konsentrasi dopamin tinggi yang dihasilkan oleh penembakan
phasic dan dengan demikian mengaktifkan reseptor D1 dan D2 ( Uhl, et al, 2019)
Pada manusia, studi tomografi emisi positron telah menunjukkan bahwa dosis
memabukkan alkohol dan obat-obatan akan menyebabkn pelepasan dopamin dan
peptida opioid ke dalam striatum ventral, dan pelepasan dopamin yang cepat dan
curam dikaitkan dengan sensasi subjektif yang tinggi. Hal ini karena peningkatan
dopamin yang cepat dan tajam mengaktifkan reseptor dopamin D1 afinitas rendah,
yang diperlukan untuk efek menguntungkan dari obat dan untuk memicu respons
terkondisi. Sebaliknya, stimulasi dopamin dari reseptor dopamin D2 afinitas tinggi
tidak cukup untuk mentoleransi obat , dan reseptor ini bahkan mungkin membatasi
toleransi obat. Dalam hal ini, obat meniru peningkatan dopamin yang dipicu oleh
penembakan dopamin phasic, yang merupakan frekuensi penembakan neuron
dopamin yang terkait dengan rangsangan akan penghargaan ( Uhl et al, 2019)
Tetrahydrocannabinol (THC) dan cannabidiol meniru aspek efek dari
cannabinoids anandamide (AEA) endogen dan 2 arachidonoylglycerol (2-AG). Dalam
kondisi endogen, AEA dan 2-AG dilepaskan ke sinaps oleh neuron pascasinaps.
Mereka mengikat reseptor cannabinoid pada neuron presinaptik untuk meredam
aktivitas mereka, sehingga berpartisipasi dalam loop umpan balik negatif. Efek
fungsional yang diamati sangat bergantung pada sirkuit saraf mana yang terlibat
( Koob, et al, 2016)

Sumber :

Koob, G. F., & Volkow, N. D. (2016). Neurobiology of addiction: a neurocircuitry


analysis. The lancet. Psychiatry, 3(8), 760–773. https://doi.org/10.1016/S2215-
0366(16)00104-8

Uhl, G. R., Koob, G. F., & Cable, J. (2019). The neurobiology of addiction. Annals of
the New York Academy of Sciences, 1451(1), 5–28.
https://doi.org/10.1111/nyas.13989

7. Pencegahan secara internal (diri sendiri) dan eksternal (keluarga dan lingkungan)
Jawab :
Pencegahan dan penanggulangan narkoba banyak yang masih bisa dilakukan
untuk mencegah penggunaan dan membantu remaja yang sudah terjerumus ke dalam
penyalahgunaan narkoba. Penanggulangan penyalahgunaan narkoba bukan saja
merupakan tanggung jawab pemerintah semata, namun upaya tersebut pun merupakan
tanggung jawab masyarakat umum yang diawali dari kelompok terkecil yaitu
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat tempat para
remaja mengaktualisasikan dirinya.
Ada tiga tingkat intervensi yang dapat dilakukan dalam menanggulangi
masalah penyalahgunaan narkoba, yaitu:
1. Primer, sebelum penyalahgunaan terjadi, atau disebut sebagai fungsi preventif.
Biasanya dalam bentuk pendidikan, penyebaran informasi mengenai bahaya
narkoba, pendekatan melalui keluarga, dll. Instansi pemerintah, seperti halnya
BKKBN, lebih banyak berperan pada tahap intervensi ini. Dalam menjalankan
fungsi ini, upaya yang harus di lakukan oleh pemerintah meliputi melakukan
sosialisasi secara berkala, pendirian lembaga-lembaga pengawasan, membentuk
aturan perundang-undangan dalam berbagai bentuk, dan bahkan menjalin
kerjasama inernasional baik bilateral, regional, maupun multilateral. Selain itu,
kegiatan yang dapat dilakukan seputar pemberian informasi melalui berbagai
bentuk materi komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) yang ditujukan kepada
remaja langsung dan keluarga.
2. Sekunder, pada saat penggunaan sudah terjadi dan diperlukan upaya
penyembuhan (treatment). Fase ini meliputi: 1) fase penerimaan awal antara 1 - 3
hari dengan melakukan pemeriksaan fisik dan mental; 2) fase detoksifikasi dan
terapi komplikasi medik, antara 1 - 3 minggu untuk melakukan pengurangan
ketergantungan bahan-bahan adiktif secara bertahap.
3. Tertier, yaitu upaya untuk merehabilitasi mereka yang sudah memakai dan dalam
proses penyembuhan. Tahap ini biasanya terdiri atas: 1) fase stabilisasi, antara 3-
12 bulan, untuk mempersiapkan pengguna kembali ke masyarakat; 2) fase
sosialiasi dalam masyarakat, agar mantan penyalahguna narkoba mampu
mengembangkan kehidupan yang bermakna di masyarakat. Tahap ini biasanya
berupa kegiatan konseling, membuat kelompok- kelompok dukungan,
mengembangkan kegiatan alternatif, dll.
Sumber :
Amanda, M , P., Humaedi, S., Santoso, M, B. 2017. PENYALAHGUNAAN
NARKOBA DI KALANGAN REMAJA (ADOLESCENT SUBSTANCE ABUSE).
Jurnal Penelitian & PPM Vol 4, No: 2. Viewed On 23 September 2021. From
<jurnal.unpad.ac.id>
8. Diagnose banding dari scenario
Jawab :
Ketergantungan zat merupakan dampak dari penyalahgunaan NAPZA yang
parah, hal ini sering dianggap sebagai penyakit. Ketergantungan seperti
ketidakmampuan untuk mengendalikan atau menghentikan pemakaian zat
menimbulkan gangguan fisik yang hebat jika dihentikan akan berbahaya dan
merugikan keluarga serta menimbulkan dampak sosial yang luas.
Sumber:
Sholihah, Q. 2015. Efektivitas Program P4GN terhadap Pencegahan
Penyalahgunaan NAPZA. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 9(1)

9. Prognosis dari scenario


Jawab :
Penggunaan dalam dosis berlebihan tanpa pengawasan dokter dapat merusak
kesehatan fisik maupun mental (pencernaan, pernafasan, depresi dan keinginan bunuh
diri). Gangguan penyalahgunaan napza yang para memiliki perjalanan penyakit dan
prognosis yang serupa dengan penyakit kronis lainnya seperti diabetes, HIV, kanker,
atau hipertensi. Model perawatan dan pengobatan jangka panjang kemungkinan besar
akan mendorong ke arah hidup yang panjang dan sehat. Intervensi yang ada harus
disesuaikan dengan situasi budaya dan keuangan negara tanpa merusak elemen inti
yang diidentifikasi oleh ilmu pengetahuan sebagai hal penting untuk hasil yang
efektif.
Sumber:
World Health Organization. 2016. Standar Internasional Untuk Rawatan Gangguan
Penyalahgunaan Napza. United Nations Office on Drugs and Crime

10. Gangguan apa saja yang bisa terjadi


Jawab :
a) Otak dan syaraf dipaksa untuk bekerja di luar kemampuan yang sebenarnya
dalam keadaan yang tidak wajar
b) Peredaran darah dan Jamtung dikarenakan pengotoran darah oleh zat-zat yang
mempunyai efek yang sangat keras, akibatnya jantung di rangsang untuk
bekerja di luar kewajiban.
c) Pernapasan tidak akan bekerja dengan baik dan cepat lelah sekali
d) Penggunaan lebih dari dosis yang dapat ditahan oleh tubuh akan
mendatangkan kematian secara mengerikan.
e) Timbul ketergantungan baik rohani maupun jasmani sampai timbulnya
keadaan yang serius karena putus obat.
Sumber :
Eleanora, F, N. 2021. BAHAYA PENYALAHGUNAAN NARKOBA SERTA USAHA
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGANNYA Jurnal Hukum, Vol XXV,
No. 1. Viewed On 23 September 2021. From https://jurnal.unnissila.ac.id

11. Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada pengguna


Jawab :
 Adanya bekas suntikan sepanjang vena di lengan, kaki bahkan pada tempat-
tempat tersembunyi misalnya dorsum penis
 Pemeriksaa fisik terutama ditujukan untuk menemukan gejala intoksikasi /
overdosis / putus zat dan komplikasi medik seperti Hepatitis, Endokarditis,
Bronkoneumonia, HIV/AIDS dan lain lain
 Perhatikan terutama : penurunan kesadaran, pernafasan, tensi, nadi, pupil, cara
jalan, sklera ikterik, conjunctiva anemis, perforasi septum nasi, caries gigi,
aritmia jantung, edema paru, pembesaran hepar dan lain-lain.
 Penyalahguna narkotika umumnya mempunyai kebersihan mulut yang jelek,
ditandai dengan adanya serostomia, karies rampan (meth mouth), erosi pada
permukaan email, bruxism, dan sering mengalami trismus.
Sumber:
Djamaluddi, N., Pasiga, B., Hamrun, N. 2018. Deteksi dini penyalahgunaan narkoba
melalui pemeriksaan elektrolit saliva. Makassar Dent J. vol. 7(3). Diakses
pada 22 September 2021. Diakses dari <http://jurnal.pdgimakassar.org>

12. Pemeriksaan penunjang


Jawab :
 Analisis Urin
 Analisis Darah
 Analisis Rambut
 Analisis Kuku
 EKG
 Foto Thoraks
 Pemeriksaan lain (HbsAg, HIV, SGPO/SGOT, Evaluasi Psikologik)
Sumber:
Djamaluddi, N., Pasiga, B., Hamrun, N. 2018. Deteksi dini penyalahgunaan narkoba
melalui pemeriksaan elektrolit saliva. Makassar Dent J. vol. 7(3). Diakses
pada 22 September 2021. Diakses dari <http://jurnal.pdgimakassar.org>

Anda mungkin juga menyukai