OLEH :
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR
memberikan petunjuk dan hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini yang berjudul
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak rintangan yang
dihadapi, namun karena adanya rasa tanggung jawab dibarengi keinginan yang besar untuk
menyelesaikannya, akhirnya rintangan tersebut dapat dilalui dengan baik. Untuk itu pada
kesempatan ini penulis merasa berkewajiban mempersembahkan ucapan terima kasih dan
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembiayaan pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam
pembangunan pendidikan secara keseluruhan. Salah satu masalah pokok dalam hal
pembiayaan pendidikan adalah bagaimana mencukupi kebutuhan operasional sekolah di
satu sisi, dan di sisi lain bagaimana melindungi masyarakat (khususnya dari keluarga
tidak mampu) dari hambatan biaya untuk memperoleh pendidikan.
Untuk mengatasi masalah tersebut, sejak tahun 2005 pemerintah meluncurkan
program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang memberikan bantuan uang kepada
sekolah berdasarkan jumlah murid. Program BOS bertujuan untuk membebaskan biaya
pendidikan bagi siswa tidak mampu dan meringankan bagi siswa yang lain, agar mereka
memperoleh layanan pendidikan dasar yang lebih bermutu sampai tamat dalam rangka
penuntasan wajib belajar 9 tahun.
Pengaturan ini penting dilakukan agar terjamin kebermutuan dari sekolah khususnya
mutu pembiayaan pendidikan sebagai salah satu dari 8 standar (mutu) pendidikan nasional
sebagaimana terjelaskan dalam PP.N0.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
pasal 2 dan 4 diatur hal-hal yang terkait dengan mutu. Dalam Pasal 2 ayat (1): disebutkan
bahwa lingkup Standar Nasional Pendidikan meliputi standar isi, proses, kompetensi lulusan,
pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana pendidikan, pengelolaan,
pembiayaan dan penilaian pendidikan. Sedangkan tujuan SNP selanjutnya disebutkan dalam
pasal 4: SNP bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.
Dengan adanya regulasi tentang pembiayaan pendidikan di Indonesia, idealnya
persoalan pembiayaan pendidikan yang berujung kepada tidak efektif, tidak efisien dan tidak
bermutunya pendidikan di Indonesia semestinya tidak akan muncul, setidaknya bisa
diminimalisir. Tetapi pada kenyataannya, persoalan tersebut masih banyak muncul. Hal ini
dibuktikan dengan perolehan hasil amatan atas kondisi real di Indonesia dari berbagai
sumber, seperti: masih banyak
anak usia sekolah tidak sekolah walaupun sudah ada kebijakan BOS, BSM dan sebagainya.
Masih banyak sekolah/madrasah yang tidak bisa menyediakan sarana dan prasarana
pendidikan secara memadai.
Akibat persoalan ini, maka seolah-olah pendidikan di Indonesia masih berkutat
dengan persoalan akses pendidikan. Padahal sesuai dengan tiga pilar kebijakan pendidikan
nasional (Renstra Diknas)maka arah kebijakan pembangunan pendidikan di Indonesia
meliputi: a)Pemerataan dan perluasan akses pendidikan, b) Peningkatan mutu, relevansi dan
daya saing dan c)Penguatan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik. Tiga pilar ini
juga berkutat pada persoalan “mutu”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimakah perencanaan analisis pembiayaan Madrasah ?
2. Bagaimanakah pelaksanaan analisis pembiayaan Madrasah ?
3. Bagaimanakah pemngawasan analisis pembiayaan Madrasah ?
BAB II
PEMBAHASAN
Pada sebuah organisasi atau lembaga apapun bentuk dan namanya, sebelum
melangkah untuk mencapai tujuan, maka terlebih dahulu ada perencanaan. Perencanaan
pada sebuah lembaga esensial, karena pada kenyataannya, perencanaan memegang peranan
yang lebih penting dibandingkan dengan fungsi-fungsi lain. Tanpa ada perencanaan, maka
akan sulit mencapai tujuan.2
Ada empat langkah atau tahap dasar perencanaan, yaitu: Pertama, tahapan
menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan. Perencanaan dimulai dengan keputusan-
keputusan. Tanpa rumusan tujan yang jelas, sebuah lembaga akan menggunakan sumber
daya-sumber daya yang secara tidak efektif. Kedua, merumuskan keadaan saat ini,
pemahaman akan kondisi sekarang dari tujuan yang hendak dicapai penting, karena tujuan
dan rencana menyangkut waktu yang akan datang. Ketiga, mengidentifikasikan segala
kemudahan, kekuatan, kelemahan serta hambatan perlu diidentifikasikan untuk mengukur
kemampuan dalam mencapai tujuan, oleh karena itu perlu dipahami faktor-faktor lingkungan
internal dan eksternal yang dapat membantu mencapai tujuan, atau mungkin menimbulkan
masalah. Keempat, mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk mencapai
tujuan tahap akhir dalam proses perencanaan meliputi pengembangan berbagai alternatif
kegiatan untuk mencapai tujuan.
1
E. Mulyssa, Manajemen BerbasisSekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), h. 167
Pembiayaan pendidikan telah diatur dalam UUD Negara Republik Indonesia 1945
(Amandemen IV) yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan;
setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya;
pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang; negara memprioritaskan anggaran
pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) serta dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk
memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional; pemerintah memajukan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa
untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.
22.
E. Mulyasa, Manajemen, hlm. 201-204.
Biaya rata-rata per komponen pendidikan adalah biaya rata – rata yang dikeluarkan
untuk pelaksanaan pendidikan di sekolah per tahun anggaran. Biaya ini merupakan fungsi
dari besarnya pengeluaran sekolah serta banyaknya murid di sekolah. Dengan demikian,
biaya rata-rata ini dapat diketahui dengan cara membagi seluruh jumlah pengeluaran sekolah
per komponen tiap tahun dengan jumlah murid sekolah pada tahun yang bersangkutan. Hasil
akhir proses penghitungan BSP di daerah adalah tersusunnya kebijakan yang pembiayaan
pendidikan di daerah yang antara lain mengacu pada hasil penghitungan BSP. Kebijakan
tersebut bisa berbentuk Peraturan Daerah, Peraturan Bupati, atau pun SK Bupati.
A. Kesimpulan
Pembiayaan pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam
pembangunan pendidikan secara keseluruhan. Salah satu masalah pokok dalam hal
pembiayaan pendidikan adalah bagaimana mencukupi kebutuhan operasional sekolah di
satu sisi, dan di sisi lain bagaimana melindungi masyarakat (khususnya dari keluarga
tidak mampu) dari hambatan biaya untuk memperoleh pendidikan.
Untuk mengatasi masalah tersebut, sejak tahun 2005 pemerintah meluncurkan
program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang memberikan bantuan uang kepada
sekolah berdasarkan jumlah murid. Program BOS bertujuan untuk membebaskan biaya
pendidikan bagi siswa tidak mampu dan meringankan bagi siswa yang lain, agar mereka
memperoleh layanan pendidikan dasar yang lebih bermutu sampai tamat dalam rangka
penuntasan wajib belajar 9 tahun.
Biaya merupakan salah satu sumber daya yang secara Iangsung menunjang
efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Hal ini akan lebih terasa lagi dalam
implementasi otonomi sekolah yang menuntut kemampuan sekolah untuk
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan
pengelolaan dana secara transparan, baik kepada masyarakat maupun pemerintah.
Dalam penyelenggaraan pendidikan, Sumber dana merupakan bagian yang tak
terpisahkan dalam kajian pengelolaan pen didikan.
Pelaksanaan pembiayaan pendidikan berbasis madrasah dalam garis besarnya dapat
dikelompokkan ke dalam dua kegiatan, yakni:
Pertama, penerimaan. Penerimaan keuangan madrasah dari sumber-sumber dana
perlu dibukukan berdasarkan prosedur pengelolaan yang selaras dengan ketepatan yang
disepakati, baik berupa konsep teoritis maupun peraturan pemerintah. Secara konsep banyak
pendekatan yang dapat digunakan dalam pengelolaan penerimaan keuangan, namun secara
peraturan termasuk dalam penyelenggaraan pendidikan di madrasah ada beberapa
karakteristik yang identik.
Kedua, pengeluaran. Pengeluaran madrasah berhubungan dengan pembayaran
keuangan madrasah untuk pembelian sumber atau input dari proses madrasah seperti tenaga
administrasi, guru, bahan-bahan, perlengkapan dan fasilitas. Ongkos menggambarkan
seluruh sumber yang digunakan dalam proses madrasah, apakah digambarkan dalam
anggaran biaya madrasah atau tidak. Ongkos dari sumber madrasah menyumbangkan atau
tidak terlihat secara akurat. Dalam manajemen keuangan madrasah, pengeluaran keuangan
harus dibukukan sesuai dengan pola yang telah ditetapkan oleh peraturan.
Pengawasan dapat di definisikan sebagai proses untuk ’’menjamin’’ bahwa tujuan-
tujuan Organisasi dan manajemen tercapai. Ini berkenaan dengan kegiatan-kegiatan sesuai
dengan yang di rencanakan.
B. Saran-saran
Dengan memperhatikan pembahasan penelitian ini, maka penulis memberikan saran
sebagai berikut:
Pejabat fungsional yang dalam hal ini adalah Kantor Kementerian Agama Kabupaten dan
Dinas Pendidikan Kabupaten, melalui petugasnya untuk tetap memberikan bimbingan,
masukkan, dan pengawasan terkait perencanaan, pembukuan, serta monitoring terhadap
keuangan yang bersumber dari pemerintah pusat maupun daerah. Sumber keuangan yang
rutin maupun insidental juga perlu terus dimonitoring secara berkesinambungan, agar pihak
madrasah dapat menggunakan dan melaporkan keuangan sebagaimana yang ditentukan
dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA