Oleh:
Annastasia Diah Anggraini
NIM. 150070300011074
2016
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
KANKER SERVIK & OPERASI HISTERECTOMY
Oleh :
ANNASTASIA DIAH ANGGRAINI
NIM. 150070300011074
( ) ( )
CANCER CERVIKS
1. Definisi
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim
sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak
jaringan normal disekitarnya dan menjadi kanker paling umum ketiga di sistem reproduksi
wanita (Wiliams and Wilkins, 2011)
Kanker Serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim/serviks yang abnormal
dimana sel-sel ini mengalami perubahan kearah displasia atau mengarah keganasan.
Kanker ini hanya menyerang wanita yang pernah atau sekarang dalam status sexually
active. Tidak pernah ditemukan wanita yang belum pernah melakukan hubungan seksual
pernah menderita kanker ini. Biasanya kanker ini menyerang wanita yang telah berumur,
terutama paling banyak pada wanita yang berusia 30-45 tahun. Akan tetapi, tidak
mustahil wanita yang muda pun dapat menderita penyakit ini, asalkan memiliki factor
risikonya (Brunner Sudarth, 2002)
Jadi, kanker serviks merupakan pertumbuhan sel abnormal yang terjadi di mulut
rahim / serviks yang akhirnya dapat merusak jaringan normal disekitanya. Kanker serviks
biasanya menyerang wanita yang berusia 35 – 55 tahun dan ditemukan paling banyak
pada wanita yang pernah melakukan hubungan seksual.
2. Klasifikasi
2 bentuk kanker serviks yang paling sering dijumpai yaitu karsinoma sel skuamosa
dan adenokarsinoma. 85% merupakan karsinoma skuamosa (epidermoid), 10%
merupakan jenis adenokarsinoma dan 5% merupakan adenoskuamosa, clear cell, small
cell dan verucous.
Ada beberapa klasifikasi tapi yang paling banyak digunakan yaitu klasifikasi dari
IFGO (International Federation of Ginecology and Obstetric) yaitu :
a. Stage 0 : Carsinoma insitu = Ca intraephitelial = Ca preinvasif
b. Stage 1 : Ca terbatas pada cerviks
c. Stage 1a : Disertai invasi dari stoma (preclinical Ca) yang hanya
diketahui secara histologi
d. Stage 1b : Semua kasus – kasus lainnya dari stage 1
e. Stage 2 : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai ke panggul,
telah mengenai dinding vagina tapi tidak melebihi 2/3 bagian proksimal
f. Stage 3 : Sudah sampai dinding panggung dan sepertiga bagian
bawah vagina
g. Stage 4 : Sudah mengenai organ yang lainnya
Mikroskopis
1. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia berat terjadi
pada dua pertiga epidermihampir tidak dapat dibedakan dengan karsinoma insitu.
2. Stadium karsinoma insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis
menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks,
peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks.
3. Stadium karsionoma mikroinvasif.
Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel meningkat
juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5
mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada
skrining kanker.
4. Stadium karsinoma invasif
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan bentuk
sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan
meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium
dan korpus uteri.
5. Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks
Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh kearah vagina dan dapat mengisi
setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah
nekrosis dan perdarahan.
Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progesif meluas ke
forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan parametrium
Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambatlaun lesi berubah
bentuk menjadi ulkus.
Markroskopis
1. Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
2. Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
3. Stadium setengah lanjut
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio
4. Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus dengan
jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.
Klasifikasi Klinis
Keganasan menurut system TNT
Tingkat Kriteria
T Tidak ditemukan tumor primer
T1S Karsinoma pra invasif (KIS)
T1 Karsinoma terbatas pada serviks
T1a Pra klinik: karsinoma yang invasif terlibat dalam histologik
T1b Secara klinik jelas karsinoma yang invasif
T2 Karsinoma telah meluas sampai di luar serviks, tetapi belum sampai
dinding panggul, atau Ca telah menjalar ke vagina, tetapi belum
sampai 1/3 bagian distal
T2a Ca belum menginfiltrasi parametrium
T2b Ca telah menginfiltrasi parametrium
T3 Ca telah melibatkan 1/3 distal vagina / telah mencapai dinding panggul
(tidak ada celah bebas)
T4 Ca telah menginfiltrasi mukosa rektum, kandung kemih atau meluas
sampai diluar panggul
T4a Ca melibatkan kandung kemih / rektum saja, dibuktikan secara
histologik
T4b Ca telah meluas sampai di luar panggul
Nx Bila memungkinkan untuk menilai kelenjar limfa regional. Tanda -/+
ditambahkan untuk tambahan ada/tidaknya informasi mengenai
pemeriksaan histologik, jadi Nx+ / Nx-.
N0 Tidak ada deformitas kelenjar limfa pada limfografi
N1 Kelenjar limfa regional berubah bentuk (dari CT Scan panggul,
limfografi)
N2 Teraba massa yang padat dan melekat pada dinding panggul dengan
celah bebas infiltrat diantara massa ini dengan tumor
M0 Tidak ada metastasis berjarak jauh
M1 Terdapat metastasis jarak jauh, termasuk kele. Limfa di atas bifurkasio
arrteri iliaka komunis.
Tingkat Kriteria
0 KIS (Karsinoma in Situ) atau karsinoma intra epitel, membrana basalis
masih utuh.
I Proses terbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke korpus uteri
Ia Karsinoma mikro invasif: bila membrana basalis sudah rusak dan tumor
sudah memasuki stroma tdk> 3mm dan sel tumor tidak terdapat dalam
pembuluh limfe/pembuluh darah. Kedalaman invasi 3mm sebaiknya
diganti dengan tdk> 1mm.
Ib occ Ib occult = Ib yang tersembunyi, secara klinis tumor belum tampak
sebagai Ca, tetapi pada pemeriksaan histologik, ternyata sel tumor
telah mengadakan invasi stroma melebihi Ia.
Ib Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang histologik menunjukkan
invasi ke dalam stroma serviks uteri.
II Proses keganasan sudah keluar dari serviks dan menjalar ke2/3 bagian
atas vagina dan ke parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul.
IIa Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infiltrat
tumor.
IIb Penyebaran ke parametrium uni/bilateral tetapi belum sampai ke
dinding panggul
III Penyebaran telah sampai ke 1/3 bagian distal vagina / ke parametrium
sampai dinding panggul.
IIIa Penyebaran telah sampai ke 1/3 bagian distal vagina, sedang ke
parametrium tidak dipersoalkan asal tidak sampai dinding panggul.
IIIb Penyebaran sudah sampai ke dinding panggul, tidak ditemukan daerah
bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul (frozen pelvic)/
proses pada tk klinik I/II, tetapi sudah ada gangguan faal ginjal.
5. Manifestasi Klinis
Menurut Dalimartha (2004), Gejala klinis dari kanker serviks sangat tidak khas
pada stadium dini. Biasanya sering ditandi sebagai fluos dengan sedikit darah,
perdarahan postkoital atau perdarahan pervaginam yang disangka sebagai
perpanjangan waktu haid. Pada stadium lanjut baru terlihat tanda-tanda yang ;ebih
khas untuk kanker serviks, baik berupa perdarahan yang hebat (terutama dalam
bentuk eksofilik), fluor albus yang berbau dan rasa sakit yang sangat hebat.
Pada fase prakanker, sering tidak ditandai dengan gejala atau tanda-tanda yang
khas. Namun, kadang dapat ditemui gejala-gejala sebagai berikut:
a. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina ini
makin lama makin berbau busuk karena adanya infeksi dan nekrosis jaringan.
b. Perdarahan setelah senggama ( post coital bleeding) yang kemudian berlanjt ke
perdarahan yang abnormal.
c. Timbulnya perdarah setelah masa menopause
d. Pada tahap invasif dapat muncul cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau
dan dapat bercampur dengan darah
e. Timbul gejala-gejala anemia akibat dari perdarahan yang abnormal
f. Timbul nyeri pada daeah panggul (pelvic) atau pada daerah perut bagian bawah
bila terjadi peradangan pada panggul. Bila nyeri yang terjadi dari daerah
pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi hidronefrosis. Selain itu masih mungkin
terjadi nyeri pada tempat-tempat lainnya.
Pada stadium kanker lanjut, badan menjadi kurus karena kekurangan gizi, edema
pada kaki, timbul iritasi pada kandung kemih dan poros usus besar bagian bawah
(rectum), terbentuknya viskelvaginal dan rektovaginal, atau timbul gejala-gejala lain yang
disebabkan oleh metastasis jauh dari kanker serviks itu sendiri.
6. Pemeriksaan Diagnostik
Sitologi
Pemeriksaan ini yang dikenal sebagai tes Papanicolaou (tes Pap) sangat bermanfaat
untuk mendeteksi lesi secara dini, tingkat ketelitiannya melebihi 90% bila dilakukan
dengan baik. Sitodiagnosis didasarkan pada kenyataan, bahwa sel-sel permukaan
secara terus menerus dilepaskan oleh epitel dari permukaan traktus genitalis. Sitologi
adalah cara skrining sel-sel serviks yang tampak sehat dan tanpa gejala untuk kemudian
diseleksi. Kanker hanya dapat didiagnosis secara histologik. Sediaan sitologi harus
meliputi komponen ekto- dan endoserviks. Untuk mendapatkan informasi sitologi yang
baik dianjurkan melakukan beberapa prosedur. Sediaan harus diambil sebelum
pemeriksaan dalam, spekulum yang dipakai harus kering tanpa pelumas. Komponen
endoserviks didapat dengan menggunakan ujung spatula Ayre yang tajam atau kapas
lidi, sedangkan komponen ektoserviks dengan ujung spatula Ayre yang tumpul. Sediaan
segera difiksasi dalam alkohol 96% selama 30 menit dan dikirim ke laboratorium sitologi
terdekat. Pemeriksaan ini menilai perubahan morfologi sel-sel yang mengalami eksfoliasi.
Kolposkopi
Peranan tes Pap tidak diragukan lagi sebagai metode yang paling praktis dalam skrining
kanker serviks.Pemeriksaan tes Pap abnormal harus didukung oleh pemeriksaan
histopatologik sebelum melakukan terapi definitif. Kolpos-kopi adalah pemeriksaan
dengan menggunakan kolposkop, suatu alat yang dapat disamakan dengan sebuah
mikroskop bertenaga rendah dengan sumber cahaya di dalamnya (pembesaran 6-40
kali).Kalau pemeriksaan sitologi menilai perubahan morfologi sel-sel yang mengalami
eksfoliasi, maka kolposkopi menilai perubahan pola epitel dan vaskular serviks yang
mencerminkan perubahan biokimia dan perubahan metabolik yang terjadi di jaringan
serviks. Tujuan pemeriksaan kolposkopi bukan untuk membuat diagnosis histologik tetapi
menetukan kapan dan dimana biopsi harus dilakukan. Pemeriksaan ini dapat
mempertinggi ketepatan diagnosis sitologi menjadi hampir mendekati 100%.
Biopsi
Biopsi dilakukan di daerah abnormal jika SSK terlihat seluruhnya dengan kolposkopi.Jika
SSK tidak terlihat seluruhnya atau hanya terlihat sebagian sehingga kelainan di dalam
kanalis servikalis tidak dapat dinilai, maka contoh jaringan diambil secara konisasi .Biopsi
harus dilakukan dengan tepat dan alat biopsi harus tajam sehingga harus diawetkan
dalam larutan formalin 10 %.
Konisasi
Konisasi serviks ialah pengeluaran sebagian jaringan serviks sedemikian rupa sehingga
yang dikeluarkan berbentuk kerucut (konus), dengan kanalis servikalis sebagai sumbu
ke- rucut.Untuk tujuan diagnostik, tindakan konisasi harus selalu dilanjutkan dengan
kuretase.Batas jaringan yang dikeluarkan ditentukan dengan pemeriksaan kolposkopi.
Jika karena suatu hal pemeriksaan kolposkopi tidak dapat dilakukan, dapat dilakukan tes
Schiller. Pada tes ini digunakan pewarnaan dengan larutan lugol (yodium 5g, kalium
yodida 10g, air 100 ml) dan eksisi dilakukan di luar daerah dengan tes positif (daerah
yang tidak berwarna oleh larutan lugol). Konisasi diagnostik dilakukan pada keadaan-
keadaan sebagai berikut :
Proses dicurigai berada di endoserviks
Lesi tidak tampak seluruhnya dengan pemeriksaan kolposkopi
Diagnostik mikroinvasi ditegakkan atas dasar spesimen biopsy
Ada kesenjangan antara hasil sitologi dan histopatologik
Servikografi
Servikografi terdiri dari kamera 35 mm dengan lensa 100 mm dan lensa ekstensi 50 mm.
fotografi diambil oleh dokter, perawat,atau tenaga kesehatan lainnya, dan slide
(servikogram) dibaca oleh yang mahir dengan kolposkop. Disebut negatif atau curiga jika
tidak tampak kelainan abnormal, tidak memuaskan jika SSK tidak tampak seluruhnya dan
disebut defek secara teknik jika servikogram tidak dapat dibaca (faktor kamera atau flash)
Pemeriksaan visual langsung
Pada daerah di mana fasilitas pemeriksaan sitologi dan kolposkopi tidak ada, maka
pemeriksaan visual langsung dapat digunakan untuk mendeteksi kanker secara
dini.Sehgal dkk tahun 1991 di India melakukan pemeriksaan visual langsung disertai
pemeriksaan sitologi dan kolposkop. Kanker dini dicurigai sebanyak 40-50% dengan
visual langsung, sedang pemeriksaan sitologi dan kolposkopi dapat mendeteksi masing-
masing sebanyak 71% dan 87%.
Gineskopi
Gineskopi menggunakan teleskop monokuler, ringan dengan pembesaran 2,5 x dapat
digunakan untuk meningkatkan skrining dengan sitologi. Biopsi atau pemeriksaan
kolposkopi dapat segera disarankan bila tampak daerah berwarna putih dengan pulasan
asam asetat. Sensitivitas dan spesifisitas masing-masing 84% dan 87% dan negatif palsu
sebanyak 12,6% dan positif palsu 16%.
7. Penatalaksanaan Medis
Terapi karsinoma serviks dilakukan bilamana diagnosis telah dipastikan secara
histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim yang sanggup
melakukan rehabilitasi dan pengamatan lanjutan (tim kanker / tim onkologi)
(Wiknjosastro, 1997). Tindakan pengobatan atau terapi sangat bergantung pada
stadium kanker serviks saat didiagnosis. Dikenal beberapa tindakan (modalitas)
dalam tata laksana kanker serviks antara lain:
a. Terapi Lesi Prakanker Serviks
Penatalaksanaan lesi prakanker serviks yng pada umunya tergolong NIS
(Neoplasia Intraepital Serviks) dapat dilakukan dengan observasi saja,
medikamentosa, terapi destruksi dan terapi eksisi.
Tindakan observasi dilakukan pada tes Pap dengan hasil HPV, atipia, NIS
1 yang termasuk dalam lesi intraepitelial skuamosa derajad rendah (LISDR).
Terapi nis dengan destruksi dapat dilakukan pada LISDR dan LISDT (Lesi
intraeoitelial serviks derajat tinggi). Demikian juga terapi eksisi dapat ditujukan
untuk LISDR dan LISDT. Perbedaan antara terapi destruksi dan terapi eksisi
adalah pada terapi destruksi tidak mengangkat lesi tetapi pada terapi eksisi
ada spesimen lesi yang diangkat.
Punch Biopsi yaitu menggunakan alat yang tajam untuk menjumput sampel kecil
jaringan serviks
Loop electrosurgical excision procedure (LEEP): menggunakan arus listrik
yang dilewati pada kawat tipis untuk memotong jaringan abnormal kanker serviks
8. Pencegahan
Sebagian besar kanker dapat dicegah dengan kebiasaan hidup sehat dan
menghindari faktor- faktor penyebab kanker meliputi (Dalimartha, 2004) :
1. Menghindari berbagai faktor risiko, yaitu hubungan seks pada usia muda,
pernikahan pada usia muda, dan berganti-ganti pasangan seks. Wanita yang
berhubungan seksual dibawah usia 20 tahun serta sering berganti pasangan
beresiko tinggi terkena infeksi. Namun hal ini tak menutup kemungkinan akan
terjadi pada wanita yang telah setia pada satu pasangan saja.
2. Wanita usia di atas 25 tahun, telah menikah, dan sudah mempunyai anak perlu
melakukan pemeriksaan pap smear setahun sekali atau menurut petunjuk dokter.
Pemeriksaan Pap smear adalah cara untuk mendeteksi dini kanker serviks.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cepat, tidak sakit dengan biaya yang relatif
terjangkau dan hasilnya akurat. Disarankan untuk melakukan tes Pap setelah
usia 25 tahun atau setelah aktif berhubungan seksual dengan frekuensi dua kali
dalam setahun. Bila dua kali tes Pap berturut-turut menghasilkan negatif, maka
tes Pap dapat dilakukan sekali setahun. Jika menginginkan hasil yang lebih
akurat, kini ada teknik pemeriksaan terbaru untuk deteksi dini kanker leher rahim,
yang dinamakan teknologi Hybrid Capture II System (HCII).
3. Pilih kontrasepsi dengan metode barrier, seperti diafragma dan kondom, karena
dapat memberi perlindungan terhadap kanker leher rahim.
4. Memperbanyak makan sayur dan buah segar. Faktor nutrisi juga dapat
mengatasi masalah kanker mulut rahim. Penelitian mendapatkan hubungan yang
terbalik antara konsumsi sayuran berwarna hijau tua dan kuning (banyak
mengandung beta karoten atau vitamin A, vitamin C dan vitamin E) dengan
kejadian neoplasia intra epithelial juga kanker serviks. Artinya semakin banyak
makan sayuran berwarna hijau tua dan kuning, maka akan semakin kecil risiko
untuk kena penyakit kanker mulut Rahim
5. Pada pertengahan tahun 2006 telah beredar vaksin pencegah infeksi HPV tipe
16 dan 18 yang menjadi penyebab kanker serviks. Vaksin ini bekerja dengan
cara meningkatkan kekebalan tubuh dan menangkap virus sebelum memasuki
sel-sel serviks. Selain membentengi dari penyakit kanker serviks, vaksin ini juga
bekerja ganda melindungi perempuan dari ancaman HPV tipe 6 dan 11 yang
menyebabkan kutil kelamin.Yang perlu ditekankan adalah, vaksinasi ini baru
efektif apabila diberikan pada perempuan yang berusia 9 sampai 26 tahun yang
belum aktif secara seksual. Vaksin diberikan sebanyak 3 kali dalam jangka waktu
tertentu. Dengan vaksinasi, risiko terkena kanker serviks bisa menurun hingga
75%.
HISTEREKTOMI
A. Pengertian
Histerektomi adalah mengangkat rahim dengan organ di sekitarnya.(Yatim, 2005)
Histerektomi adalah suatu prosedur pembedahan mengangkat rahimyang dilakukan oleh
ahli kandungan. (Rasjidi, 2008)
Histerektomi adalah pengangkatan uterus melalui pembedahan, palingumum
dilakukan untuk keganasan dan kondisi bukan keganasan tertentu(contoh endometriosis
/ tumor), untuk mengontrol perdarahan yangmengancam jiwa dan kejadian infeksi.
B. Kasifikasi
Menurut Wiknjosastro (2005), berdasarkan luas dan bagian rahim yangdiangkat,
tindakan histerektomi dapat dikategorikan menjadi 4 jenis:
1. Histerektomi parsial (subtotal) yaitu kandungan tetap diangkat tetapi mulutrahim /
servik tetap tinggal.
2. Histerektomi total yaitu mengangkat kandungan termasuk mulut rahim.
3. Histerektomi dan salfingo-ooforektomi bilateral yaitu pengangkatanuterus, mulut
rahim, kedua tuba fallopi, dan kedua ovarium.
4. Histerektomi radikal yaitu histerektomi diikuti dengan
pengangkatan bagian atas vagina serta jaringan dan kelenjar limfe dari sekitar
kandungan.
C. Indikasi
Menurut Rasjidi (2008), indikasi histerektomi adalah:
1. Leiomioma uteri
Merupakan indikasi histerektomi tersering. Intervensi bedah biasanya
diindikasikan pada uterus yang berukuran 12-14 minggu atau lebih. Indikasi lain
adalah jika terdapat peningkatan ukuran tumor secara cepat pada wanita pre
menopause. Indikasi lainnya apabila terdapat menometrorgia berat yang
menyebabkan anemia, nyeri akibat torsi mioma,dan penekanan pada pelvis.
2. Prolaps uteri
Menjadi indikasi histerektomi jika timbul keluhan atau terdapat ulserasi pada
permukaan uterus yang prolaps.
3. Keganasan
Kanker endometrial uterus merupakan indikasi mutlak histerektomi.Indikasi
lain histerektomi adalah hiperplasia endometrial dengan atipia,yang merupakan
prekursor dari keganasan endometrial kanker ovarium diatas stadium satu
merupakan indikasi histerektomi.
4. Endometriosis
Terutama pada pasien yang sudah tidak mengharapkan kehamilan lagi.
5. Dysfunctional Uterine Bleeding
Terutama pada pasien yang gagal diterapi secara hormonal.
6. Infeksi pelvis
Jarang dilakukan. Terutama dilakukan pada pasien yang sudah
tidak menginginkan kehamilan lagi / pada infeksi uterin puerperal yang tidak dapat
dikontrol secara konservatif.
7. Masalah obstetrik
Histerektomi diindikasikan kepada pasien yang mengalami perdarahanyang
tidak terkontrol setelah aborsi / seksio secarea atau infeksi berat.
8. Pengangkatan ovarium
Jika kedua ovarium perlu diangkat pada wanita usia lanjut sebaiknya
dilakukan pengangkatan uterus karena sudah tidak lagi memiliki fungsidan berisiko
menimbulkan penyakit.
9. Nyeri pelvis kronis
Nyeri pelvis kronis saat pasien melokalisasikannya pada uterus jarang
menjadi indikasi histerektomi. Hal tersebut sering kali merupakan masalah psikiatrik.
10. Tumor trofoblastik
Mola hidatidosa dan koriokarsinoma biasanya dapat berhasil diterapi dengan
kemoterapi. Akan tetapi jika terdapat peningkatan titer
hCG persisten, histerektomi dapat dipertimbangkan jika uterus diketahuimenjadi
lokasi tumor persisten.
D. Manifestasi Klinis
Menurut Rasjidi (2008), manifestasi klinis post histerektomi meliputi:
1. Berhenti menstruasi dan tidak akan bisa punya anak
2. Angka leukosit tinggi
3. Angka eritrosit rendah
4. Nyeri perut
5. Mual
6. Tidak nyaman menggunakan kateter
7. Sulit berkemih atau buang air kecil
8. Keluar cairan atau perdarahan vagina
9. Rasa lelah dan kelemahan
10. Konstipasi
E. Komplikasi
Komplikasi post operasi histerektomi menurut Abror (2004), adalah :
1. Syok
2. Perdarahan
3. Trombosis vena profunda
4. Retensi urin
5. Infeksi luka post operasi
6. Sepsis
7. Embolisme Pulmonal
8. Komplikasi Gastrointestinal
Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
a. Identitas klien dan penanggungjawab
b. Keluhan utama
Perdarahan dan keputihan
a. Riwayat penyakit sekarang
b. Klien datang dengan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan yang berbau
tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada pasien atau keluarga tentang tindakan yang
dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal yang dapat memperberat, misalnya
keterlambatan keluarga untuk memberi perawatan atau membawa ke Rumah Sakit
dengan segera, serta kurangnya pengetahuan keluarga.
c. Riwayat penyakit terdahulu.
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami hal
yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita penyakit
infeksi.
d. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini
atau penyakit menular lain.
e. Riwayat psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan
bagaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.
f. Aktivitas dan istirahat
Gejala :
- Kelemahan atau keletihan akibat anemia
- Perubahan pada pola istirahat dan kebiasaan tidur pada malam hari
- Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas, dan
keringat malam
- Pekerjaan atau profesi dengan panajaman kersinogen lingkungan dan tinggkat
stress tinggi
g. Integritas ego
Gejala : faktor stress, merokok, minum alcohol, menunda mencari pengobatan,
keyakinan religious atau spiritual, masalah tentang lesi cacat, pembedahan,
menyangkal diagnosis, dan perasaan putus asa.
h. Eliminasi
Pengkajian eliminasi yang dilakukan oleh perawat adalah sebagai berikut
- Pada kanker serviks : perubahan pola defekasi, mengalami perubahan eliminasi
urinalisis, misalnya nyeri
- Pada kanker ovarium didapat tanda haid tidak teratur, sering berkemih,
menopause dini dan menoragia
i. Makanan dan minuman
Gejala :
- Pada kanker serviks : kebiasaan diet buruk (misalnya : rendah serat, tinggi
lemak, adiktif, bahan pengawet rasa.
- Pada kanker ovarium : dispesia, rasa tidak nyaman pada abdomen, lingkar
abdomen yang terus meningkat.
j. Neurosensory
Gejala : pusing, sinkope
k. Nyeri dan kenyamanan
Gejala : adanya nyeri derajat bervariasi, misalnya ketidaknyamanan ringan sampai
nyeri hebat (dihubungkan dengan proses penyakit), nyeri tekan pada payudara (pada
kanker ovarium)
l. Pernafasan
Gejala : merokok, pemajanan abses.
m. Keamanan
Gejala : pemajanan pada zat kimia toksik, karsinogen.
Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi.
n. Seksualitas
Gejala : perubahan pola respon seksual, keputihan (jumlah, karakteristik, bau),
perdarahan sehabis senggama (pada kanker serviks)
o. Interaksi sosial
Gejala : ketidaknyamanan atau kelemahan system pendukung, riwayat perkawinan
(berkenaan dengan kepuasan), dukungan, bantuan, masalah tentang fungsi dan
tanggung jawab.(Mitayani. 2009)
C. Diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis
2. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan
3. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi anatomic
D. Intervensi
1. Diagnosa 1 : Nyeri akut b.d agen cedera biologis ditandai dengan melaporkan
nyeri
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam nyeri klien berkurang
sampai dengan normal
Kriteria Hasil : Pada evaluasi hasil didapatkan skor 5 pada indikator NOC
NOC : Pain Control
N INDIKATOR 1 2 3 4 5 Keterangan :
O 1. Severe
1 Reported pain √ 2. Substantial
2 Facial expression pain √
3 Restlessness √ 3. Moderate
4 Irritbility √ 4. Mild
5. None
Intervensi (NIC) :
Pain Management
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan factor [resipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi terpiutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
4. Evaluasi pengalami nyeri sebelumnya
5. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
6. Control lingkungan yang dapat menpengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
7. Kurangi factor presipitasi nyeri
8. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
9. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri
10. Berikan analgesic untuk mengurangi nyeri
11. Evaluasi keefektifan control nyeri
12. Tingkatkan istirahat
13. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
14. Monitor penerimaan pasien tentang managemen nyeri
Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum memberikan obat
2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesic yang diperlukan atau kombinasi dari analgesic ketika pemberian lebih
dari satu
5. Tentukan pilihan analgesic tergantung tipe dan bertnya nyeri
6. Tentukan analgesic pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal.
7. Tentukan rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
8. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic pertama kali
9. Berikan analgesic tepat waktu terutama saat nyeri hebat
10. Evaluasi efekivitas analgesic, tanda dan gejala (efek samping)
Alfian Elwin Zai. 2009. Karakteristik Penderita Kanker Leher Rahim Yang Dirawat Inap Di
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam MAlik Medan Tahun 2003-2007. Skripsi. FKM
USU Medan
Arif Mansjoer dkk. 1999 . Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1,. Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.
Carpenitto Linda Jual, 2000, Asuhan Keperawatan, Edisi 2. EGC:Jakarta.
Dasar-dasar keperawatan maternitas. Jakarta: EGC. Smeltzer, G Bare.(2002). Buku ajar
keperawatan medikal bedah vol. 2. Jakarta: EGC. Price, Sylvia A. (1995).
Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit edisi keempat buku kedua.
Jakarta: EGC.
Hanifa Wiknjosastro dkk. 1999. Ilmu Kandungan, Edisi II, Cetakan 3, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI). 2006. Standar Pelayanan Medik
Obstetri dan Ginekologi. Jakarta
Rasjidi, I. Irwanto, Y. Wicaksono, B., 2008. Kanker Serviks. Jakarta : Sagung Seto. Dalam :
Rasjidi, I., 2008. Manual Prakanker Serviks, Ed. 1. Jakarta : Sagung Seto
Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica:Jakarta
Sutoto J. S. M., 2005. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital dalam Buku Ilmu Kandungan.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo, Jakarta.338-345
Varney, H. 2002. Buku Saku Bidan.Jakarta: EGC.
Wiknjosastro, H. 2002. Ilmu Kebidanan.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Wiknjosastro, H. (2005), Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga, Cetakan Ketujuh, Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Yatim, Faisal. 2008. Penyakit Kandungan. Myoma, kanker rahim/leher rahim dan indung
telur, kista, serta gangguan lannya. Jakarta: Pustaka Populer Obor