Pendekatan-Filsafat Nita Rahma Nadhifa
Pendekatan-Filsafat Nita Rahma Nadhifa
Disusun Oleh :
Nita Rahma Nadhifa
Yosi Suharyani
i
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 4
2.1 Pengertian Filsafat .................................................................................... 4
2.2 Pengertian Filsafat Pendidikan ................................................................. 4
3.1 Pendekatan Filsafat dalam Pendidikan ..................................................... 6
3.1 Cara Pendekatan Filsafat dalam Pendidikan ............................................. 7
3.1 Pemikiran awal tentang filsafat dalam pendidikan ................................... 8
3.1 Pentingnya Belajar Filsafat Dan Hubungannya Dalam Dunia
Pendidikan ......................................................................................................... 10
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 15
3.2 Saran ....................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang akan di tuju, yaitu:
1. Untuk mengetahui tentang pengertian filsafat.
2. Untuk mengetahui tentang pengertian dari filsafat pendidikan.
3. Untuk memahami tentang pendekatan filsafat terhadap pendidikan.
3
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penyusunan makalah ini adalah
antara lain :
1. Dari penyusunan makalah yang berjudul Pedekatan Filsafat dalam
Pendidikan ini, penulis dapat memahami lebih dalam lagi yang dimaksud
dengan Filsafat dalam Pendidikan dalam mata kuliah Filsafat Pendidikan.
Melalui penyusunan makalah ini juga, penulis mendapatkan kesempatan
untuk berlatih membuat sebuah makalah yang baik dan sesuai dengan
kepentingan pembelajaran dan penulis akan memiliki pengalaman yang
lebih banyak dalam pembuatan sebuah makalah yang nantinya akan dapat
dipergunakan untuk keperluan-keperluan lainnya.
2. Bagi pembaca manfaat yang dapat diperoleh oleh pembaca setelah
membaca makalah Ini adalah pembaca akan mendapatkan pengetahuan-
pengetahuan yang lebih mendalam mengenai Pedekatan Filsafat dalam
Pendidikan. Selain itu, makalah ini diharapkan dapat berguna bagi
kelangsungan proses belajar mengajar sebagai pedoman dalam
penyusunan makalah yang sejenis, khususnya untuk mata kuliah Filsafat
Pendidikan. Dan juga dapat dipergunakan oleh guru untuk memberikan
materi pembelajaran tentang Pendekatan Filsafat dalam Pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
Kata filsafat berasal dari kata Yunani “philosophia” yang berarti sebagai
cinta kearifan. Akar katanya yaitu philos ( Philia : cinta, senang, suka,) dan
sophia (pengetahuan, hikmah, dan bijaksana). Filsafat merupakan sebuah
disiplin berpikir yang terkait dengan pengetahuan ataupun kebijaksanaan.
Menurut Bertrand Russell juga, “Filsafat adalah antara teologi dan ilmu
pengetahuan terletak suatu daerah tak bertuan”. Dan juga menurut Hasan
Shadini dalam Jalaludin (1997:9), “Filsafat adalah cinta kepada ilmu
pengetahuan atau kebenaran, hikmah dan kebijaksanaan. Sedangkan menurut
Imam Barnadib dalam Jalaludin (1997:9),”Filsafat sebagai pandangan yang
menyeluruh dan sistematis. Jadi filsafat diartikan sebagai cara berfikir atau
pandangan yang sistematis, menyeluruh, dan mendasar tentang suatu
kebenaran.
4
5
2. Pendekatan Normatif
Pendekatan filsafat terhadap pendidikan tidak bersifat deskriptif
seperti ilnu, melainkan bersifat normatif. Pendekatan normatif itu ialah
pendekatan yang memikirkan norma yang hendak dicapai oleh suatu
pendidikan, Norma yang dimaksud disini adalah tentang tujuan
pendidikan. Dengan demikian filsafat pendidikan menunjukan jalan yang
terbaik bagi pemecahan masalah pendidikan, karena filsafat pendidikan
mempelajari apa yang seharusnya terjadi.
3. Pendekatan Kritis Radikal
Perbedaan pendekatan ilmiah dan filsafah bukan hanya pada obyek
kajiannya, tetapi juga pada asumsi yang digunakan. Pendektan ilmiah
selalu didasarkan pada satu atau beberapa asumsi dasar (basic
assumption), sedangkat filsafat mendekati masalahnya dengan jalan
menguji asumsi dasarnya. Pengujian asumsi dasar inilah yang disebut
kritis radikal, dimana alat dan kondisi sesuatu yang diukur harus dengan
sesuatu yang sama dibutuhkan oleh teori dan praktek pendidikan.
2.5 Pemikiran awal tentang filsafat dalam pendidikan
Pada dasarnya awal dari pemikiran filsafat adalah pengetahuan, hal ini
mengenai pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai
dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Ilmu
merupakan bagian dari pengetahuan yang dipelajari untuk bisa mengetahui
segala sesuatu di dalam kehidupan. Sering kali seseorang mempunyai
keinginan untuk mengetahui sesuatu. Sesuatu yang ingin diketahui itu ada
dalam kehidupan sehari-hari. Ada kalanya, rasa ingin tahu itu hanya sekedar
9
keingintahuan yang sebentar. Di sisi lain, terkadang ada juga seseorang yang
ingin mengetahui suatu hal karena memang benar-benar ingin tahu. Sehingga
dia akan mencari apa yang ingin diketahuinya itu sampai dia mendapatkannya.
Setelah hal yang dicari itu didapatkan, itulah yang dinamakan ilmu
pengetahuan. Ada lagi saat-saat ketika seseorang ingin mendapatkan suatu
pengetahuan, orang itu akan menemui keraguan dalam mengambil keputusan.
Rasa ragu-ragu inilah yang nantinya akan menghasilkan suatu kepastian. Pada
saat rasa ingin tahu sesorang muncul dan menemui keraguan dalam membuat
keputusan itulah yang memulai adanya filsafat. Pemikiran filsafat didorong
untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang kita belum tahu.
Pemikiran filsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah
kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tak terbatas ini.
1. Pemikiran filsafat tentang ilmu berarti kita akan berterus terang kepada
diri kita sendiri. Apakah sebenarnya yang saya ketahui tentang ilmu?
2. Apakah ciri-cirinya yang hakiki yang membedakan ilmu dengan
pengetahuan-pengetahuan lainnya yang bukan ilmu?
3. Mengapa sebaiknya atau seharunya mempelajari ilmu ?
Filsafat dan ilmu pada masa itu semata-mata untuk mencari hakikat alam
dan kehidupan manusia, tetapi pertanyaan bermunculan, seperti untuk apa
ilmu? Ke arah mana ilmu ditujukan? Apa wewenang ilmu? Pertanyaan-
pertanyaan tersebut memiliki urgensi pada filosof dan ilmuan yang ada pada
abad ke 20 karena telah melalui dua perang dunia dan kekhawatiran akan
muncul perang dunia yang ketiga, maka ilmu memiliki keterikatan nilai
kepada orang yang menggunakannya (Suriasumantri, 1985, p. 233). Maka,
ilmu yang dulu bebas nilai atau tidak memihak, berubah menjadi terikat nilai
dan etika dari pengguna ilmu tersebut.
Proses perkembangan ke arah pemikiran filasafat dapat dibedakan, seperti:
a. Karakteristik Filsafat yang terdiri dari karakter menyeluruh (tidak puas
mengenali ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri); karakter
mendasar (tidak percaya begitu saja bahwa ilmu itu benar); dan karakter
spekulatif (mencurigai atau memilih buah pikir yang dapat kita andalkan)
10
akan dikatakan benar kalau kebenaran itu sesuai dengan kenyataan. Aliran
progresivisme memiliki kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan yang
meliputi ilmu hayat, antropologi, dan psikologi. Ilmu hayat berguna bagi
manusia untuk mengetahui semua masalah dirinya secara biologis dan
kehidupan. Ilmu antropologi berguna bagi manusia agar mengenal dirinya,
bahwa manusia memiliki pengalaman dan kemampuan mencipta budaya,
sehingga manusia dapat mencari dan menciptakan hal baru. Adapun
psikologi berguna bagi manusia bahwa dirinya mampu berpikir, bahkan
memikirkan tentang dirinya, tentang lingkungan, pengalaman masa lalu,
harapan di masa depan, sifat-sifat alam, serta dapat menguasai dan
mengatur alam dan lingkungan untuk memenuhi kebutuhannya.
Pandangan dari segi pendidikannya : Progresivisme merupakan teori
yang mucul dalam reaksi terhadap pendidikan tradisional yang selalu
menekankan kepada metode formal pengajaran. Pada dasarnya teori ini
menekankan beberapa prinsip, antara lain;
1) Proses pendidikan berawal dan berakhir pada peserta didik;
2) Peserta didik adalah sesuatu yang aktif, bukan pasif;
3) Peran guru hanya sebagai fasilitator, pembimbing, dan pengarah;
4) Sekolah harus menciptakan iklim yang bersifat kooperatif dan
demokratif;
5) Aktifitas pembelajaran lebih focus pada pemecahan masalah bukan
untuk mengajarkan materi kajian.
2. Aliran Esensialisme
Pada dasarnya, filsafat pendidikan esensialisme bertitik tolak dari
kebenaran yang dianggap telah terbukti selama berabad-abad lamanya.
Jika dilihat dari segi proses perkembangannya, esensialisme merupakan
perpaduan antara ide-ide filsafat idealisme dan realisme. Aliran tersebut
akan tampak lebih mantap dan kaya akan ide-ide, apabila hanya
mengambil salah satu dari aliran atau posisi sepihak. Pertemuan dua aliran
tersebut bersifat elektik, yakni keduanya berposisi sebagai pendukung,
13
tidak ada yang melebur menjadi satu atau tidak melepaskan identitas dan
ciri masing-masing (Anwar, 2015).
Aliran esensialisme memandang bahwa pendidikan bertumpu pada
dasar pandangan fleksibilitas dalam segala bentuk yang dapat menjadi
sumber timbulnya pandangan yang berubah-ubah, mudah goyah dan
kurang terarah, tidak menentu dan kurang stabil. Maka dari itu, idealnya
pendidikan harus berpijak di atas nilai-nilai yang sekiranya dapat
mendatangkan kestabilan, telah teruji oleh waktu, tahan lama, serta nilai-
nilai yang memiliki kejelasan dan telah terseleksi (Anwar,2015). Adapun
nilai-nilai yang dianggap dapat dijadikan pijakan, yaitu nilai-nilai yang
berasal dari kebudayaan dan filsafat yang korelatif. Puncak refleksi dari
gagasan ini adalah pada pertengahan abad kesembilan belas (Barnadib,
1997).
Konsep essensialisme, pendidikan bertujuan untuk meneruskan
warisan budaya dan warisan sejarah melalui pengetahuan inti yang
terakumulasi dan telah bertahan dalam kurun waktu yang lama. Budaya
tersebut merupakan suatu kehidupan yang telah teruji oleh waktu dalam
tempo lama. Selain itu tujuan pendidikan esensialisme adalah
mempersiapkan manusia untuk hidup. Namun demikian bukan berarti
sekolah lepas tanggung jawab, akan tetapi memberi kontribusi tentang
bagaimana merancang sasaran mata pelajaran sedemikian rupa, yang pada
akhirnya memenuhi kebutuhan peserta didik untuk mempersiapkan diri
dalam menghadapi kehidupan.
3. Aliran pragmatisme
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Filsafat pendidikan merupakan pengetahuan yang menyelidiki substansi
pelaksanaan pendidikan yang berkaitan dengan tujuan, latar belakang, cara, hasil,
dan hakikat ilmu pendidikan yang berhubungan dengan analisis kritis terhadap
struktur dan kegunaannya. Filsafat pendidikan juga merupakan jiwa, roh, dan
kepribadian sistem kependidikan nasional, karenanya sistem pendidikan nasional
wajarlah dijiwai, didasari dan mencerminkan identitas pancasila, citra dan karsa
bangsa kita, atau tujuan nasional.
Ada tiga pendekatan filsafat pendidikan yakni pendekatan sinoptik,
normatif, dan kritis radikal. Dimana pendekatan sinoptik adalah memadukan
pandangan secara keseluruhan, sehingga membentuk suatu sistem pemikiran
tertentu secara utuh. Sedangkan pendekatan normatif ialah pendekatan yang
memikirkan secara mendalam norma yang seharusnya di capai pendidikan, dan
pendekatan krisis radikal adalah pendekatan ilmiah yang selalu didasarkan pada
satu atau beberapa asumsi dasar.
Pada dasarnya awal dari pemikiran filsafat adalah pengetahuan, hal ini
dimulai dengan rasa ingin tahu, rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-
duanya. Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang dipelajari untuk bisa
mengetahui segala sesuatu di dalam kehidupan. Banyak faktor yang menentukan
keberhasilan pendidikan, diantaranya adalah faktor landasan filsafat, terutama
dalam hal menentukan arah dan tujuan pendidikan yang diharmoniskan dengan
nilai-nilai filsafat baik secara ontologis, epistemologis, maupun aksiologis.
3.2 Saran
Semoga dengan penulisan makalah ini dapat bermanfaat dan dijadikan
sebagai modal dalam mempelajari filsafat pendidikan. Jadikanlah sebagai
penentuan terhadap hidup dan pegangan fundamental dalam memecahkan
masalah politik, pendidikan, ekonomi, sosial dan budaya yang terjadi dalam
masyarakat yang setiap saat berubah dan berkembang.
16
DAFTAR PUSTAKA