Anda di halaman 1dari 35

PENGGUNAAN METODE QISHAH DAN PENANAMAN NILAI

KETELADANAN DALAM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA


PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MTS
THORIQOTUL HIDAYAH JABUNG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Progam Studi Pendidikan Agama Islam


Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-Fattah Siman – Lamongan
Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:
Qoimul Jadidah
NPM: 2017.01.02923
NIRM: 2017.4.063.0001.1.002788

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL FATTAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIDIKAN AGAMA ISLAM
2021

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil‘alamiin, puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan

Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “Implementasi Metode Qishah pada

Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs Thoriqotul Hidayah Tahun

Pelajarann 2020-2021” tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan proposal skripsi ini adalah untuk

mempelajari cara pembuatan skripsi pada Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiayah Al-

Fattah Siman Lamongan dan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama

Islam. Pda kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada

semua pihak yang telah memberikan dukungan sehingga proposal skripsi ini

dapat selesai.

Oleh karena itu, kami menyampaikan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak ketua Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-fattah Siman Lamongan yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis.

2. Bapak dosen pembimbing seminar proposal yang telah meluangkan banyak

waktunya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga tugas

pelaporan seminar proposal ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.

3. Segenap dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-fattah Siman Lamongan.

4. Segenap Civitas Akademik Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-fattah Siman

Lamongan .

5. Bapak Subakir, S.Pd.I selaku kepala sekolah MTs Thoriqotul Hidayah

Jabung dan Ibu Safinatul Izzah, S.Pd selaku guru mata pelajaran Sejarah

ii
Kebudayaan Islam yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di

madrasah terkait dan yang mendukung juga mensukseskan selesainya

penulisan skripsi ini.

6. Abah dan ibuk yang selalu mensuport dan mendoakan, semoga selalu sehat,

Panjang umur, semoga selalu dalam lindungan-Nya.

7. Seluruh teman-teman PAI A Insyaallah menuju halal squad dan sahabat-

sahabat, yang telah banyak memberikan doa, nasehat, dan dukungan kepada

penulis.

8. Semua pihak yang namanya tidak bisa penulis disebutkan satu persatu yang

telah banyak membantu kesuksesan dalam tugas pelaporan seminar proposal

ini.

Dengan iringan do’a semoga amal ibadah mereka diterima oleh Allah SWT.

Dan mendapat balasan yang lebih, penulis mennyadari bahwa proposal

skripsi ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu penulis megharapkan kritik

dan saran yang membangun dari para pembaca guna menyempurnakan segala

kekurangan dalam penyusunan proposal penelitian ini. Akhir kata, penulis

berharap semoga proposal skripsi ini berguna bagi para pembaca dan pihak-

pihak lain yang berkepentingan.

Akhirnya penulis berharap semua amal baik semua pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan dan

pahala dari Allah SWT. semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat

bermanfaat untuk semua pihak yang membaca. Aamiin ya Rabbal ‘alamiin.

Lamongann, 07 Agustus 2021

Qoimul Jadidah

iii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah......................................................................1


B. Identifikasi Masalah.............................................................................4
C. Rumusan Masalah................................................................................5
D. Tujuan Penelitian.................................................................................7
E. Manfaat Penelitian...............................................................................7

BAB II LANDASAN TEORITIS......................................................................9

A. Kajian Pustaka........................................................................................9
1. Model Pembelajaran Qishah..............................................................9
a. Pengertian Model Pembelajaran Qishah....................................9
b. Macam-Macam Model Pembelajaran Qishah...........................10
c. Tujuan dan Fungsi Model Pembelajaran Qishah.......................11
d. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Qishah.......................11
e. Faedah dan Hikmah Model Pembelajaran Qishah....................12
f. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Qishah..........20
2. Sejarah Kebudayaan Islam................................................................21
a. Pengertian Sejarah.....................................................................21
b. Pengertian Kebudayaan...............................................................
c. Pengertian Islam..........................................................................
d. Pengertian Kebudayaan Islam.....................................................
3. Kerangka Berpikir..............................................................................
B. Kajian Penelitian Terdahulu....................................................................

BAB III METODOLOGI PENELITIAN........................................................27

iv
A. Rancangan Penelitian............................................................................27
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................................28
1. Lokasi Penelitian..............................................................................28
2. Waktu Penelitian...............................................................................28
C. Kehadiran Peneliti.................................................................................28
D. Tahapan Penelitian................................................................................28
E. Data dan Sumber Data...........................................................................28
1. Data................................................................................................28
2. Sumber Data...................................................................................28
F. Teknik Pengumpulan Data......................................................................
1. Wawancara.......................................................................................
2. Observasi..........................................................................................
3. Dokumentasi....................................................................................
G. Teknik Analisis Data...............................................................................
H. Pemeriksaan Keabsahan Temuan............................................................
1. Ketekunan Pengamatan......................................................................

v
vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rendahnya mutu Pendidikan Nasional tidak hanya disebabkan oleh

kelemahan Pendidikan dalam membekali kemampuan akademis kepada peserta

didik. Lebih dari itu adalah hal lain yang tidak kalah penting, yaitu kurangnya

penyadaran nilai secara bermakna. Dimana pemaknaan Pendidikan yang syarat

dengan penanaman nilai bergeser pada pemaknaan pengajaran yang berkonotasi

sebagai transfer pengetahuan.

Hal ini merupakan suatu tantangan para pendidik untuk dapat

menanamkan nilai sebagai suatu kebiasaan berperilaku dari nilai-nilai yang

diperoleh siswa di sekolah. Diamana penanaman nilai merupakan salah satu

pendekatan dari Pendidikan yang perlu diaktualisasikan kepada peserta didik.

Pendidikan nilai itu sendiri dalam ranah ilmu pengetahuan merupakan

aksiologi Pendidikan, sejauh mana Pendidikan memunculkan dan menerapkan

nilai kepada pesrta didik. Inilah kajian Pendidikan niali yaitu meneliti, menelaah

dan menemukan kaidah kebermanfaatan ilmu pengetahuan bagi umat manusia.

Menurut sastraprateja Pendidikan nilai adalah penanaman dan pengembangan

nilai-nilai pada diri seseorang (Rohmat Mulyana, 2011:146-147)

Penanaman nilai yang diambil peneliti disini adalah penanaman nilai

keteladanan. Keteladanan adalah perbuatan yang patut ditiru dan dicontoh.

Penanaman nilai keteladanan ini sendiri harus diemban oleh para pendidik serta

menjadikan figure kepribdian pendidik sebagai panutan bagi peserta didik, agar
2

peserta didik tidak hanya mendapatkan suapan ilmu pengetahuan secara kognitif,

melainkan juga menempatkan sisi afektif untuk menerapkan nilai tersebut menjadi

suatu kebiasaan dalam hidupnya. Hal ini penting diterapkan agar peserta didik

benar-benar dapat mengambil nilai dari Pendidikan yang diajarkan di sekolah.

Oleh karena itu, pendidik harus dapat mempertimbangkan dan memilih metode

pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik dengan

melihat ketertarikan atau minat belajar peserta didik itu sendiri, agar diperoleh

pembelajaran yang efektif.

Penggunaan metode-metode yang sering dipkai, seperti metode ceramah,

metode diskusi dan metode tanya jawab. Metode yang dapat diambil peneliti

untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan metode qishah

dan penanaman nilai keteladanan. Dengan metod qishah dan penanaman nilai

keteladanan, pembelajaran dapat berjalan menyenangkan serta dapat menanamkan

nilai keteladanan dari para tokok dalam kisah tersebut untuk dijadikan panutan

dalam berperilaku peserta didik.

Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam proses pembeljaran dikelas

dapat menerapkan proses penanaman nilai dengan memanfaatkan keunggulan

nilai dalam cerita islam yang terdapat dalam kandungan ayat Al-Qur’an atau

Hadist, melalui cerita nabi, sahabat nabi, tabi’in, atau orang sholeh yang porsi

pengungkapannya lebih sedikit dibandingkan dengan hafalan dan pola piker

tentang dalil.

Metode qishah merupakan salah satu metode Pendidikan islam menurut

Al-Nahwali, kisah atau cerita sebagai suatu metode Pendidikan yang mempunyai

daya tarik yang menyemtuh perasaan hati seorang. Islam menyadari sifat alamiah
3

manusia untuk menyenangi cerita, dan menyadari pengaruhnya sangat besar

terhadap perasaan. Oleh karena itu, islam menyuguhkan kisah-kisah untuk

dijadikan salah satu metode dalam proses Pendidikan. Sehingga dapat diambil

hikmah dan pelajaran dari kisah tersebut (Heri Gunawan, 2014:262).

Metode qishah pun lebih mudah dipahami dibandingkan dengan wacana

yang sering kaku dan sulit untuk dicerna peserta didik. Tentu ini merupakan

tantangan guru Pendidikan Agama Islan (PAI), bagaimana mengemas kisah

menarik untuk peserta didik, yang diharapkan peserta didik lebih memahami

materi terkait. Safinatul Izzah, S.Pd mengatakan bahwa pemahaman peserta didik

dengan adanya metode qishah dapat lebih memahamkan. Jika qishah tersebut

ditayangkan, peserta didik dapat mengetahui fakta kebenarannya, karena dengan

metode cerita dapat menggali sejauh mungkin tentang searah terutama dibuktikan

dengan peninggalan sejarah yang nyata. Maka penanaman nilai dapat dilakukan

dengan pembiasaan.

Melihat latar belakang penelitian mengenai banyaknya peserta didik yang

tidak memiliki minat membaca dan belajar yang rendah. Maka pendidik harus

benar-benar mempertimbangkan faktor peseta didik, hal ini terkait dengan latar

belakang kecerdasan, bakat, minat dan hobi (Abdullah Nata, 2008:199). Sehingga

pendidik harus jeli terhadap salah satunya dalam menggunakan metode

pembelajaran.

Membangkitkan minat belajar pesrta didik juga merupakan tugas pendidik,

yang mana pendidik harus benar-benar bisa menguasai semua ketrampilan yang

menyangkut pengajaran, terutama ketrampilan dalam bervariasi, keterampilan ini

sangat mempengaruhi minat belajar peserta didik seperti halnya bervariasi dalam
4

gaya mengaja, jika seorang pendidik tidak menggunakan variasi, maka siswa akan

mudah merasa bosan dan jenuh terhadap materi pelajaran. Untuk hal tersebut

hendaklah menggunkan variasi dalam gaya mengajar, agar semangat dan minat

belajar peserta didik dalam belajar meningkat. Jika sudah begitu hasil belajar pun

sangat memuaskan dan tujuan pembelajaran akan tercapai dengan maksimal

(Muhammad Fathurrohman, 2012:175-176).

Safinatul Izzah mengatakan mengenai respon peseta didik terhadap

pembelajaran dengan menggunakan metode qishah adalah sangat senang dan

antusias. Rata-rata peserta didik mau diulang-ulang dalam bentuk cerita. Ini

merupakan kemaunya peserta didik terhadap materi qishah. Dengan adanya

metode qishah minat belajar peserta didik meningkat. Peserta didik senang jika

kisah dapat ditampilkan melalui monit, sehingga mereka dapat mengetahui bukti

nyata secara lanngsung.

Melihat Kembali terhadap pentingnya metode qishah dan penanaman nilai

keteladanan, serta nilai belajar peserta didik yang perlu ditingkatkan. Peneliti

tertarik mengkat judul “Penggunaan metode Qishah dan Penanaman Nilai

Keteladanan dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam Di Madrasah Tsanawiyah Thoriqotul Hidayah

jabung .”

B. Permasalahan Penelitian
1. Identifikasi Permasalahan Penelitian

Kurangnya penguasaan dalam menerapkan model pembelajaran qishah tidak

sesuai dengan strategi sehingga banyak siswa yang tidak mengikuti jalur cerita

yang disampaikan oleh pendidik. Dan waktu yang digunakan juga sangat terbatas.
5

2. Pembatasan Masalah
Penelitian ini terbatas dengan penggunaan metode qishah dan penanaman nilai
keteladanan daam meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah
kebudayaan islam
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka perumusan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana pengunaan metode qishah dan penanaman nilai keteladanan dalam

meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran sejarah kebudayaan islam

kelas VII di MTs Thoriqotul Hidayah Jabung?

2. Apa jenis metode qishah dan penanaman nilai keteladanan dalam meningkatkan

minat belajar siswa pada mata pelajaran sejarah kebudayaan islam kelas VII di

MTs Thoriqotul Hidayah Jabung?

3. Bagaimana hasil penerapan metode qishah dan penanaman nilai keteladanan

dalam meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran sejarah kebudayaan

islam kelas VII di MTs Thoriqotul Hidayah Jabung?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dengan munculnya beberapa rumusan masalah diatas, maka dalam

penelitian ini penulis memiliki tujuan untuk mengetahui:

1. Pengunaan metode qishah dan penanaman nilai keteladanan dalam meningkatkan

minat belajar siswa pada mata pelajaran sejarah kebudayaan islam kelas VII di

MTs Thoriqotul Hidayah Jabung?


6

2. Jenis metode qishah dan penanaman nilai keteladanan dalam meningkatkan minat

belajar siswa pada mata pelajaran sejarah kebudayaan islam kelas VII di MTs

Thoriqotul Hidayah Jabung?

3. Hasil penerapan metode qishah dan penanaman nilai keteladanan dalam

meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran sejarah kebudayaan islam

kelas VII di MTs Thoriqotul Hidayah Jabung?

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut:

1. Aspek Teoritis

Diharapkan dapat berguna dalam menambah wawasan dan memperkaya

pengetahuan di bidang Pendidikan dengan metode yang efektif, salah satunya

metode kisah dan penanaman nilai keteladanan dalam meningkatkan minat belajar

siswa.

2. Aspek Praktis

a. Bagi Lembaga : sebagai referensi dalam mengevaluasi Pendidikan dan

menembangkan tingkat Pendidikan yang sesuai dengan aturan perundang-

undangan.

b. Bagi Pendidik : Sebagai bahan pertimbangan dalam kebijakan dan

mengembangkan kurikulum yang diberikan serta mengarahkan dalam

mengantisipasi pembentukan karakteristik siswa.

c. Bagi Siswa : Sebagai pedoman untuk meningkatkan kemampuan dalam berfikir

serta membentuk kepribadian yang spiritual.

d. Bagi Peneliti : Sebagai sarana penelitian untuk mengembangkan pengetahuan,

keterampilan dan berwawasan kritis, guna membentuk dan melatih kemampuan


7

dalam menganalisis penelitian sekaligus menambah pengalaman dan pelajaran

yang berharga dalam penelitian lapangan.

D. Kajian Penelitian Terdahulu

1. Efektifitas Metode Qishah pada mata Pelajaran Aqidah Akhalak di MTs Bi’rul

Ulmum Gemurung Gedangan. Karya ilmiyah ini disusun oleh Suci Rahma dari

Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri

Sunan Ampel Surabaya Tahun 2018.

2. Penerapan Metode Qishah untuk meningkatkan prestasi belajar PAI Materi

Akhlak terpuji di RA Muslimat NU Ketunnggeng Magelang. Karya ilmiyah ini

disusun oleh Sri Mahmudah dari Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri

Walisongo Semarang 2011.

3. Pengauh Penerapan Metode Qishah yang didukung audio visual terhadap

peningkatan hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran PAI kelas X IPA-3 di

SMA Negeri 1 Maiwa Kabupaten Enrekang. Karya ilmiyah ini disusun oleh

Hasliana dari Fakultas Tarbiyah Universitas Alauddin Makassar 2017.

E. Sistematika Pembahasan

Pembahasan hasil penelitian ini akan disistematika menjadi tiga bab

yang saling berkaitan satu sama lain. Sebelum memasukibab pertama akan

didahului dengan: Halaman Sampul, Halaman Judul, Halaman Persetujuan,

Halaman Pengesahan, Halaman kata Pengatar, dan Halaman Daftar Isi.

Bab I berisi pendahuluan yang didalamnya memuat latar belakang

masalah, identifikasi, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, kajian penelitian terdahulu dan sistematika pembahasa.


8

Bab II berisi tentang landasan teori tentang metode qishah,

penanaman nilai keteladanan, Sejaran kebudayan islam dan minat belajar, dan

hasil penelitian terdahulu yang relevan, meliputi kajian pustaka dan kajian

penelitian terdahulu.

Bab III Metode Penelitian yang terdiri dari pendekatan dan jenis

penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, Data dan sumber data, prosedur

pengumpulan data, Teknik analisis data, pengecekan keabsahan temuan,Tahapan-

tahapan penelitian.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Metode qishah

a. Pengertian Metode Qishah

Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan pendidik

dalam menjalankan fungsinya dan merupakan alat untuk mencapai tujuan

pemebelajaran (Hamzah B dan Nurudin Mohammad, 2012:7)

Metode qishah mengandung arti suatu cara dalam menyampaikan pelajaran

dengan menuturkan secara kronologis tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal

baik yang sebenarnya terjadi ataupun hanya rekaan saja. Dalam mengaplikasikan

metode ini pada proses belajar mengajar, metode qishah merupakan salah satu

metode Pendidikan yang tepat dan terbaik, sebab qishah itu mampu menyentuh

jiwa jika didasari oleh ketulusan hati yang mendalam (Armai Arif, 2002:160).

Al-Qishas berarti kisah atau peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di masa

lalu (Mangun Budianto, 2013:157).

Secara epsitimologi lafad qashas merupakan bentuk jamak qishas

merupakan bentuk Masdar dari kata qasha yaqushu dapat berarti menceritakan,

juga mengandunng arti menelusuri atau mengikuti jejak. Makna qashas dalam

Sebagian besar ayat-ayat Al-Qur’an berartikan kisah atau cerita. Secara

terminology Qashas berarti :

1. Menurut Abdul Karim al-Khatib, kisah-kisah al-Qur’an adalah berarti al-Qur’an

tentang umat terdahulu.


10

2. Kisah-kisah dalam al-Qur’an yang menceritakan ihwal umat-umat terdahulu dan

nabi-nabi mereka serta peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau, masa

kini, dan masa mendatang.

b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Qishah

Kelebihan metode qishah diantaranya sebagai berikut:

1. Kisah dapat mengaktifkan dan mengembangkan siswa. Karena setiap anak didik

akan senantiasa merenungkan makna dan mengikuti berbagai situasi qishah,

sehingga anak didik terpengaruh oleh tokoh dan topik qishah tersebt.

2. Mengarahkan semua emosi hingga menyatu pada satu kesimpulan yang menjadi

akhir cerita.

3. Qishah selalu memikat, karena mengundang pendengaran untuk mengikuti

peristiwanya dan merenungkannya.

4. Dapat mempengaruhi emosi, seperti takut, perasaan diawasi, senang,sedih

sehingga bergelora dalam lipatan cerita.

Kekurangan metode qishah diantaranya sebagai berikut:

1. Bersifat monolog dan dapat menjenuhkan siswa.

2. Sering terjadi ketidakselarasan isi cerita dengan konteks yang dimaksud, sehingga

pencapaian tujuan sulit diwijudkan

3. Terbatasnya waktu penyampaian cerita.

Maka alternatif yang ditawarkan untuk mengatasi kekurangan metode qishah

diantaranya sebagai beriku:

1. Pendidik harus mengetahui dan paham benar alur cerita yang disampaikan

2. Pendidik harus menyelaraskan tema materi dengan cerita atau tema yang sesuai

dengan materi.
11

3. Peserta didik harus lebih berkonsentrasi terhadap cerita, sehingga menimbulkan

segesti untuk mengikuti alur cerita itu sampai selesai.

c. Tujuan adanya qishah dan Fungsional

Maksud dan tujuan qishah menurut Manna al-Qathan:

1. Menjelaskan prinsip dakwah agama Allah SWT. Dan keterangan pokok-pokok

syariat yang dibawah oleh masing-masing nabi dan rosul.

2. Memantapkan hati Rosulullah dan umatnya serta memperkuat keyakinan kaum

muslimin terhadap kebenaran yang benar dan kehancuran yang fatal.

3. Menanamkan Pendidikan yang berakhlakul karimah, karena kisah yang baik

dapat meresap ke dalam hati Nurani dengan mudah, serta mendidik dalam

meneladani perbuatan baik dan menghindari perbuatan yang buruk.

Fungsi atau peranan qishah.

1) Memberikan pelajaran untuk dijadikan teladan yang baik

2) Mengugah hati untuk memahami hal-hal yang bersifat manusiawi.

3) Merupakan bagian dari kesenangan manusia.

d. Macam-macam Metode Qishah

Terdapat berbagai macam metode qishah menurut Moeslichatoen

diantaranya sebagai berikut:

1) Membaca langsung dari buku cerita.

2) Bercerita dengan menggunakan iustrasi gambar dari buku.

3) Menceritakan dongeng.

4) Bercerita dengan menggunakan papan flannel

5) Bercerita menggunakan alat media.

Menurut nining bentuk-bentuk metode bercerita dibagi menjadi dua macam:


12

1. Bercerita tanpa alat peraga, bentuk cerita yang mengandalkan kemampuan

pencerita dengan menggunakan ekspresi muka, gerak tubuh, dan vokal pencerita

sehingga yang mendengarkan dapat menghidupkan kembali dalam fantasi dan

imajinasinya.

2. Bercerita dengan alat peraga, bentuk cerita yang menggunakan alat peraga bantu

untuk menghidupkan cerita.

e. Penerapan Pengunaan Metode Qishah

Menurut syahidin dalam penggunaan metode kisah, perlu adanya strategi

penerapan metode kisah diantaranya sebagai berikut:

1) Penggalan kisah dapat dijadikan pengantar untuk membawa murid pada suatu

pemikiran, penghayatan, terhadap nilai-nilai tertentu.

2) Penggalan kisah Qurani dapat dijadikan sebagai materi pokok dalam topik

bahasan yang disampaikan.

3) Penggalan kisah dapat dijadikan sebagai alat untuk memancing

perhatian murid terhadap materi yang disampaikan.

4) Penggalan kisah dapat dijadikan alat untuk memancing emosi.

5) Potongan kisah dijadikan alat untuk memancing rasa ingin tahu murid hingga

muncul motivasi untuk mengetahui kisah secara lengkap.

6) Potongan kisah dijadikan sebagai titik kulminasi penghayatan murid terhadap

penanaman suatu nilai-nilai tertentu seperti menumbuhkan keberanian, kejujuran,

keikhlasan, kesabaran (

Menurut Heri Gunawan “Kisah sebagai metode pendidikan amat penting karena
dalam kisah terdapat berbagai keteladanan dan edukasi. Hal ini karena terdapat
beberapa alasan yang mendukungnya yaitu: kisah senantiasa memikat karena
mengundang pembaca atau pendengar untuk mengikuti peristiwanya dan
merenungkan maknanya, kisah dapat menyentuh hati manusia, karena kisah
menampilkan tokoh dalam konteksnya secara menyeluruh sehingga pembaca
13

atau pendengar dapat menghayati dan merasakan isi kisah tersebut, kisah qurani
mendidik keimanan dengan cara membangkitkan perasaan sehingga terlibat secara
emosional”.
Dengan Kisah dapat menyetuh hati para peserta didik, sehingga mereka tertegun

hatinya dan diharapkan mereka dapat menjadikan para tokoh kisah tersebut

sebagai model keteladanan dalam berperilaku. Kisah-kisah penuh hikmah akan

senantiasa menggugah hati setiap orang. Tidak banyak orang yang menyadari,

bahwa sesungguhnya kisah-kisah hikmah merupakan media yang sangat

efektif dalam menyampaikan pesan moral dan keagamaan. Bahkan, bisa

jadi kisah-kisah hikmah akan jauh lebih efektif dalam membentuk karakter dan

kesadaran seseorang, ketimbang ajaran moral yang disajikan secara kaku dan

tekstual (Fathul Bahri An-Nabiry, 2008:101).

Kisah yang termuat dalam Al-Quran dan Hadis mempunyai banyak

nilai-nilai yang penting yang bisa diambil untuk dijadikan pelajaran bagi

manusia . Dimana kisah yang dimaksudkan dalam metode sangat bermanfaat

untuk menyampaikan informasi dan pelajaran (Abdurraman Shaleh A, 2007:209).

2. Pendidikan Nilai

a. Pengertian Nilai dan Pendidikan Nilai

Nilai adalah suatu perangkat keyakinan atau perasaan yang identitas

diyakini sebagai suatu yang meberikan corak khusus kepada pola pemikiran,

perasaan, ketertarikan maupun perilaku (Abu Ahmadi, 2004:202).

Definisi-definisi nilai dalam buku Mengartikulasikan Pendidikan Nilai

diantaranya sebagai berikut:

1) Nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya.
14

2) Nilai adalah patokan normative yang mempengaruhi manusia dalam menentukan

pilihannya diantara cara-cara tindaka alternatif.

Kesimpulannya nilai adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan

pilihan. Nilai secara garis besar dibagi menjadi dua :

1. Nilai-nilai nurani adalah nilai yang ada dalam diri manusia kemudian

berkembang menjadi perilaku serta cara kita memperlakukan orang lain. Nilai

nurani adalah kejujuran keberanian, cinta damai, keandalan diri, potensi, disiplin,

tahu batas, kemurnian dan kesesuaian.

2. Nilai-nilai memberi adalah nilai yang perlu dipraktikan/diberi yang kemudian

akan diterima sebanyak yang diberikan. Yang termasuk pada kelompok nilai

memberi adalah setia, dapat dipercaya, hormat, cinta kasih sayang, peka, tidak

egois, baik hati, ramah, adil, dan murah hati (Zaim Elmubarok, 2009:7).

Pengertian Pendidikan Nilai, Menurut beberapa ahli diantaranya:

1) Kosasih jahiri, Pendidikan nilai mengacu pada aksiologi Pendidikan, sejauh

mana Pendidikan itu memunculkan dan menerapkan nilai atau moral kepada

peserta didik.

2) Sastraprateja, Pendidikan nilai adalah penanman dan pengembangan nilai-nilai

pada seseorang.

3) Pendidikan nilai mencakup keseluruhan aspek sebagai pengajaran atau bimbingan

kepada peserta didik agar menyadari nilai kebenaran, kebaikan, dan keindahan,

melalui proses pertimbangan nilai yang tepat dan pembiasaan bertindak yang

konsisten.
15

b. Pendekatan Pendidikan Nilai

Menurut Superka ada lima pendekatan Pendidikan nilai diantaranya dijelaskan

sebagai berikut:

1) Pendekatan Penanaman Nilai

Pendekatan ini merupakan suatu pendekatan yang memberi penekanan pada

penanaman nilai-nilai sosial dalam diri siswa. Menurut Superka tujuan pendidikan

nilai menurut pendekatan ini adalah: diterimanya nilai-nilai sosial tertentu oleh

siswa, berubahnya nilai-nilai siswa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial

yang diinginkan.

Metoda yang digunakan dalam proses pembelajaran diantarannya

keteladanan, penguatan positif dan negatif, simulasi, permainan peran. Menurut

Superka pendekatan ini digunakan secara meluas oleh masyarakat, terutama

dalam penanaman nilai-nilai agama dan budaya.

2) Pendekatan perkembangan kognitif

Pendekatan ini memberikan penekanan pada aspek kognitif dan

perkembangannya untuk mendorong siswa berperan aktif tentang masalah-

masalah moral dan dalam membuat keputusan-keputusan moral.

3) Pendekatan Analisis Nilai

Pendekatan ini menekankan pada perkembangan kemampuan siswa untuk

berpikir logis, dengan cara menganalisis masalah yang berhubungan dengan nilai-

nilai sosial.

4) Pendekatan klarifikasi nilai


16

Pendekatan ini menekankan pada usaha membantu siswa dalam mengkaji

perasaan dan perbuatannya sendiri untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang

nilai-nilai mereka sendiri.

5) Pendekatan pembelajaran berbuat.

Pendekatan ini menekankan pda usaha memberikan kesempatan kepada

siswa untuk melakukan perbuatan-perbuatan moal baik secara perseorangan

maupun secara Bersama-sama dalam satu kelompok.

3. Metode Penanaman Nilai Keteladanan

a. Pengertian Metode Penanaman Nilai Keteladanan

Penanaman nilai merupakan pendekata yang memberi penekanan pada

penanaman nilai-nilai sosial dalam diri siswa. Tujuan dari penanaman nilai ini

adalah diteimanya nilai-nilai sosial tertentu oleh siswa, berubahnya nilai-nilai

sosial yang diinginkan (Ibid,61).

Sedangkan keteladanan dalam kamus besar berasal dari kata teladan

yaitu perbuatan yang patut ditiru dan dicontoh (Heri Gunawan,117).

Jadi keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh.

Kata teladanan dalam Bahasa arab diungkapkan dengan kata uswah dan

qudwah berarti pengobatan dan perbaikan. Sedangkan menurut Al-Ashfani, al-

uswah dan al-iswah sebagaimana kata al-qudwah dan al-qodwah berarti suatu

keteladanan Ketika seorang manusia yang mengikutimanusia lain (Ibid:117)

Metode penanaman nilai keteladanan adalah metode yang lebih efektif

dan efisien dalam penanaman nilai0nilai keislaman kepada peserta didik terutama

siswa pada usia Menengah, yang pada umunya cenderung meneladani dan meniru

guru (Heri Gunawan:2104:265).


17

Keteladanan sangat efektif untuk Internalisasi, karena siswa secara

psikologis senang meniru, dan karena sanksi-sanksi sosial, yaitu seseorang akan

merasa bersalah bila ia tidak meniru oraang-orang disekitarnya. Dalam islam

bahwa peneladanan ini sangat diistimewakan dengan menyebut bahwa nabi itu

telah yang baik uswah hasanah.

Keteladanan dalam pendidikan adalah metode influentif yang paling

meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk anak di

dalam moral, spritual dan sosial. Hal ini karena pendidik adalah contoh terbaik

dalam pandangan anak, yang akan ditirunya dalam tindak-tanduknya, dan tata

santunya, disadari ataupun tidak, bahkan tercetak dalam jiwa dan perasaan suatu

gambaran pendidik tersebut, baik dalam ucapan atau perbuatan, baik material atau

spritual, diketahui atau tidak diketahui.49 Oleh karena itu, guru perlu memberikan

keteladanan yang baik kepada peserta didik agar dalam proses penanaman nilai-

nilai karakter Islami menjadi lebih efektif dan efisien (Heri Gunawan,267).

b. Tahap-tahap Penanaman Nilai Keteladanan

Pendekatan Internalisasi ini merupakan Teknik penanaman nilai yang

sasaranya sampai pada tahap kepemilikan nilai yang menyatu ke dalam

kepribadian siswa atau sampai pada tahap karakteristik.

Tahap-tahap dari Teknik internalisasi ini adalah:

1) Tahap Transformasi nilai, pada tahap ini pendidik sekedr menginformasikan nilai-

nilaiyang baik dan yang kurang baik kepada siswa, yang semata-mata merupakan

komunikasi verbal.

2) Tahap transaksi nilai, dalam tahap ini pendidik tidak hanya menginformasikan

nilai yang baik dan kurang baik, tetapi juga terlihat untuk melaksanakan dan
18

memberikan contoh amalan yang nyata, dan siswa diminta untuk memberikan

tanggapan yang sama, yakni menerima dan mengamalka nilai tersebut.

3) Tahap transinternalisasi, tahap ini jauh lebih dalam dari sekedar transaksi. Dalam

tahap ini penampilan pendidik dihadapan peserta didik bukan lagi sosoknya, tetapi

lebih pada sika mentalnya (Kepribadian).

Demikian pula sebaliknya, peserta didik merespon kepada pendidik bukan

hanya gerakan atau penampilan fisiknya saja, melainkan sikap mental dan

kepribadiannya. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa dalam transinternalisasi

ini adalah komunikasi dua kepribadian yang masing-masing terlihat secara aktif.

Proses dari transinternalisasi itu mulai dari yang sederhana sampai yang

kompleks, yaitu mulai dari:

1) Menyimak (receiving), ialah kegiatan siswa untuk bersedia menerima adanya

stimulus yang berupa nilai-nilai baru yang dikembangkan dalam sikap afektifnya.

2) Menanggapi (responding), yakni kesediaan siswa untuk merespon nilai- nilai yang

ia terima dan sampai ke tahap memiliki kepuasan untuk merespon nilai tersebut.

3) Memberi nilai (valuing), yakni sebagai kelanjutan dari aktivitas merespon nilai

menjadi siswa mampu memberikan makna baru terhadap nilai-nilai yang muncul

dengan kriteria nilai-nilai yang diyakini kebenarannya.

4) Mengorganisasi nilai (organisasi of value) ialah aktivitas siswa untuk mengatur

berlakunya sistem nilai yang diyakini sebagai kebenaran dalam laku

kepribadiannya sendiri, sehingga ia memilki satu sistem nilai yang berbeda

dengan yang lain.

5) Karakteristik nilai (characterization by a value or value complex), yakni dengan

membiasakan nilai-nilai yang benar yang diyakini, dan yang telah diorganisir
19

dalam laku pribadinya sehingga nilai tersebut sudah menjadi watak

(kepribadianya) (Ibid,179).

Dalam pendekatan penanaman nilai yang dapat digunakan guru dalam

proses pembelajaran antara lain yaitu: pengalaman, pembiasaan, emosional,

rasional, fungsional, dan keteladanan. Penjelasannya sebagai berikut:

1) Pendekatan pengalaman merupakan proses penanaman nilai-nilai kepada siswa

melalui pemberian pengalaman langsung.

2) Pendekatan pembiasaan adalah suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis

tanpa direncanakan terlebih dahulu dan berlaku begitu saja tanpa dipikirkan lagi.

Dengan pembiasaan pembelajaran memberikan kesempatan kepada peserta didik

terbiasa mengamalkan konsep ajaran agamanya, baik secara individual maupun

secara berkelompok dalam kehidupan sehari-hari.

3) Pendekatan emosional adalah upaya untuk menggugah perasaan dan emosi siswa

dalam meyakini konsep ajaran Islam serta dapat merasakan mana yang baik dan

mana yang buruk.

4) Pendekatan rasional merupakan suatu pendekatan mempergunakan rasio (akal)

dalam memahami dan menerima kebesaran dan kekuasaan Allah.

5) Pendekatan fungsional adalah usaha menanamkan nilai-nilai yang menekankan

pada segi kemanfaatan bagi siswa dalam kehidupan sehari- hari, sesuai dengan

tingkatan perkembangannya.

6) Pendekatan keteladanan adalah memperlihatkan keteladanan, baik yang

berlangsung melalui penciptaan kondisi pergaulan yang akrab antara personal

sekolah, perilaku pendidik dan tenaga kependidikan lain yang mencerminkan


20

sikap dan perilaku yang terpuji, maupun yang tidak langsung melalui suguhan

ilustrasi berupa kisah-kisah keteladanan (Ramayulis,130-134).

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Keteladanan

1. Kelebihan dari metode keteladanan adalah:

a. Akan memudahkan anak didik dalam menerapkan ilmu yang dipelajarinya di

sekolah

b. Akan memudahkan pendidik dalam mengevaluasi hasil belajarnya.

c. Agar tujuan Pendidikan lebih terarah dan tercapai dengan baik.

d. Tercipta hubungan yang harmonis antara pendidik dan peserta didik.

e. Mendorong pendidik untuk selalu berbuat baik untuk menjadi contoh peserta

didik.

2. Kekurangan dari metode keteladanan adalah:

a. Jika figure yang mereka contoh tidak baik, maka mereka cenderung untuk

mengikuti yang tidak baik.

b. Jika teori tanpa praktek aka menimbulkan verbalisme.

f. Bentuk Metode Keteladanan

Bentuk metode keteladanan terbagi menjadi dua macam yaitu:

1) Keteladanan disengaja

Keteladanan kadangkala diupayakan dengan cara disengaja, yaitu pendidik

sengaja memberikan contoh yng baik kepada para peserta didik supaya mereka

dapat mencontohnya. Umpamanya pendidik memberikan contoh bagaimana cara

membaca yang baik agar peserta didik bisa mencontoh. Dalam proses belajar

mengjar, keteladanan yang disengaja dapat berupa pemberian secara langsung


21

kepada peserta didik melalui kisa-kisah nabi yang di dalam kisah tersebut terdapat

beberapa hal yang patut dicontoh oleh pserta didik (Heri Jauhari M,2005:224).

2) Keteladanan tidak disengaja

Keteladanan ini terjadi Ketika pendidik secara alami memberikan contoh-contoh

yang baik dan tidak ada unsur sandiwara di dalamnya. Contoh-contoh yang baik

di dalam maupun diluar kelas. Bentuk Pendidikan semacam ini keberhasilannya

banyak bergantung pada kualitas esungguhan dan karakter Pendidikan yang

diteladani, seperti kualitas keilmuanya, kepemimpinanya, keikhlasannya, dan

sebagainya. Dalam kondisi Pendidikan seperti ini, pengaruh teladan berjalan

secara langsung tanpa diisengaja. Oleh karena itu, setiap orang yang diharapkan

menjadi pendidik hendaknya memelihara tingkah lakunya, disertai kesadaran

bahwa pendidik bertangung jawab dihadapan Allah dan segala hal yang diikuti

oleh peserta didik sebagai pengagumnya. Semakin tinggi kualitas pendidik akan

semakin tinggi pula tingkat keberhasila pendidiknya.

3. Sejarah Kebudayaan Islam

a. Pengrtian Sejarah Kebudayaan Islam

Sejarah kebudayaan islam adalah gabungan dari 3 suku kata yaitu sejarah

kebudayaan dan islam. Masing-masing dari suku kata tersebut bisa mengandung

arti kata sendiri-sendiri.

Secara etimologi perkataan Sejarah yang dalam Bahasa arab disebut

tarikh, sirah, atau ‘ilm Tarikh, yang berarti ketentuan masa atau waktu,

sedangkan ‘ilm Tarikh berarti ilmu yang megndung atau membahas penyebutan

peristiwa atau kejadian, masa atau terjadinya peristiwa, atau sebab terjadinya
22

peristiwa tersebut. Dalam Bahasa inggris disebut history yang bearti uraian secara

tertib tentang kejadia-kejadian masa lampau. Dan sejarah sebagai cabang ilmu

pengetahuan mengungkapkan peristiwa masa silam, baik peristtiwa politik, sosial,

maupun ekonomi pada suatu negara atau bangsa, benua, dan dunia.

Sementara itu sejarah dalam Bahasa Indonesia berarti asal-usul, kejadian

dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau, sedangkan ilmu sejarah

adalah pengetahuan atau uraian tentang peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian

yang benar-benar terjadi di masa lampau.

Kata sejarah disinyalir berasal dari Syajarah yang berarti pohon. Dalam

pengunaanya kata syajarah biasanya dikaitkan dengan istilah syajarah al-nasab

atau sejarah keluarga (Muhammad In’am Esha, 2011:10)

Menurut Ensiklopedia Indonesia secara umum kebudayaan adalah istilaj

untuk segala hasil karya manusia yang berkaitan erat dengan pengungkapan

bentuk. Kebudayaan merupakan wadah tempat hakikat manusia mengembangkan

diri. Kebudayaan lahr dari olah akal budi, jiwa, atau hati Nurani manusia. Bentuk

kebudayaan tersebut selalu mencerminkan nilai-nilai kehidupan yang diyakini,

yang dirasa, yang diharapkan memberikan kebaikan dalam hidup. Oleh karena itu

kebudayaan yang mencerminkan niilai-nilai kehidupan tersebut juga disebut

peradaban.

Kata islam merupakan turunan dari kata assalamu, assalamatu yang

berarti bersih dan selamat dari kecacata dhohir dan batin. Islam berarti suci, bersih

tanpa cacat, islam berarti “menyerahkan sesuatu”. Arkoun mengatakan bahwa

Islam adalah memberikan keseluruhan jiwa raga seseorang kepada Allah SWT,

dan mempercayakan seluruh jiwa raga seseorang kepada Allah SWT. Dari turunan
23

kata islam adalah “Damai” atau “perdamaian” dan “keamanan”. Islam adalah

agama yang mengajarkan pada pemeluknya bahwa islam menebarkan benih

perdamaian.

Dari pengertian diata penulis menyimpulkan bahwa definnisi sejarah

kebudayaan islam yakni asal usul, kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi

pada masa lampau yang berhubungan dengan segala hasil karya manusia yang

berkaitan serat dengan pengungkapan bentuk dan merupakan wadah hakikat

manusia mengembangkan diri yang dipengaruhi oleh nilai-nilai ajaran islam.

4. Minat Belajar

a. Pengertian Minat Belajar

Secara sederhana minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang

tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu (Bisri Mustofa, 2015:185).

Minat adalah kecenderungan jiwa yang relaif menetap kepada diri


seseorang dan biasanya disertai dengan perasaan senang. Menurut behard , minat
timbul atau mucul tidak secara tiba-tiba, melaikan timbul akibat partisipasi,
pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar, dengan kata lain minat dapat
menjadikan penyebab kegiatan dan penyebab dalam kegiatan.
Sedangkan pengertian belajar adalah sesuatu kegiatan yang

menimbulkan suatu perubahan tingkah laku yang relative tetap dan perubahan itu

dilakukan lewat kegiatan atau usaha yang disengaja. Jadi minat belajar adalah

aspek psikologi seseorang yang menmpakan diri dalam beberapa gejala seperti:

gairah, keinnginan, perasaan suka untuk melakukan proses perubahan tingkah

laku melalui beberapa kegiatan yang meliputi mencari pengetahuan dan

pengalaman, dengan kata lain minat belajar adalah perhatian, rasa suka,

keetertarikan siswa terhadap belajar yang ditunjukan melalui keantusiasan,

partisipasi dan keaktifan dalam belajar (Muhammad Fathurrahman, 2012:173-

174).
24

Sedangkan minat membaca adalah kecenderungan jiwa yang aktif untuk

memahami pola Bahasa untuk memperoleh informasi yang erat hubungannya

dengan kemauan, aktivitas dan perasaan senang yang secara potensial

memunginkan individu untuk memilih, memperhatikan dan menerima sesuatu

yang dating dari luar dirinya.

b. Factor yang mempengaruhi minat belajar

Menurut Slameto ada dua faktor yang mempengaruhi:

1. Faktor Intern, terdiri dari faktor jasmaniah (seperti faktor kesehatan dan

cacat tubuh) dan faktor psikologi (seperti intelegensi, perhatian, bakat,

kematangan dan kesiapan).

2. Faktor Ekstern, terdiri dari faktor keluarga (seperti cara orang tua

mendidik, relasi antar keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,

pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan), dan faktor sekolah (seperti

metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan peserta didik, relasi peserta didik

dengan peserta didik, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar

penilaian diatas ukuran, keadaan gedung, metode mengajar dan tugas rumah).

(Donni Juni Priasa, 2014:284).

c. Usaha Pendidikan dalam meningkatkan minat belajar peserta didik

Minat selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar

siswa. Seorang siswa akan menaruh minat besar dan akan memusatkan perhatian

lebih banyak daripada siswa lainnya. Pendidik dalam kaitan ini seyogyanya

berusaha membangkitkan minat siswa untuk menguasai pengetahuan yang

terkandung dalam bidang studinya dengan cara membangun sikap positif

(Muhibbin Syah, 2015:152).


25

Jika terdapat siswa kurang minat terhadap belajar, dapatlah diusahakan

agar ia mampu mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-

hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal-hal yang berhubungan

dengan cita-cita serta kaitanya dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu. Selain

itu, cara yang efektif untuk membangkitkann minat pada suatu subjek yang baru

adalah dengan menggunakan inat-minat yang telah ada disesuaikan dengan minat

peserta didik, kemudian diarahkan ke minat baru pada diri peseta didik dengan

jalan memberikan informasi pada peserta didik mengenai hubungan atara suatu

bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu,

menguraikan kegunaanya bagi peseta didik di masa yang akan datang.

Untuk mengembangkan minat belajar peserta didik, pendidik dituntut

untuk memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi siswa. Cara

yang dilakukan adalah dengan mengajar yang menyennagkan melalui pemberian

kebebasan pada peserta didik, perlakukan dan memahami pada peserta didik

sehingga terjalin komunikasi dengan baik, pujian, hadiah, serta metode belajar

yang menyenangkan, dimana metode mengajar harus tepat, efisien dan efektif

sehingga peserta didik dapat memahami, menguasai dan mampu mengembangkan

bahan pembelajaran. Kepribadian pendidik juga menjadi sorotan bagi peserta

didik yntuk memperoleh pengalaman belajar yang menyenangkan (ibid, 182).

Dalam melakukan kegiatan belajar mengajar, beberapa kepribadian

pendidik yang berperan adalah: penghayatan nilai-nilai kehidupan, motivasi kerja,

sifat dan sikap. Dengan kepribadian peserta didik yang postif, peserta didik akan

merasa senang, puas dan gembir. Kegembiraan yang dirasakan akan mampu

menimbulkan pengalamanyang dapat menningkatkan minat belajar. Jadi,


26

peningkatan minat belajar peserta didik membutuhkan peran aktif pendidik

dengan cara berkepribadian yang baik. Selain itu, Ketika peserta ddik diluar

lingkungan sekolah atau dirumah, kondidi tempat tersebut juga harus mampu

meningkatkan minat peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini akan akan mengkaji dan mendeskripsikan bagaimana

metode Qishah dan penanaman nilai keteladanan dalam meningkatkan minat

belajar peserta didik kelas VII pada mata pelajarah sejarah kebudayaan islam di

MTs Thoriqotul Hidayah Jabung, yang menjadi fokusnya adalah untuk

membangung minat belajar peserta didik melalui metode qishah dan penanaman

nilai keteladanan dalam mata pelajaran sejarah kebudayaan islam. Maka

penelitian ini menggunakan pendekataan deskriptif kualitatif.

Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dan perilaku yang dapat diaamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar belakang

individu tersebut secara holistic (utuh). Jadi, dalam hal ini tidaak boleh

mengisolasikan individua tau organisasi ke dalam variable atau hipotesis, tetapi

perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan (Lexy Moleong,

2014:4).

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah studi

kasus yaitu strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian

berkenaan dengan howatau why, bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang

untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki dan bilamana focus

penelitiannya terletak pada fenomena-fenomena kontemporer (Masa kini) di

dalam konteks kehidupan nyata (Andi Praswoto, 2011:127-128).


28

B. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti memilih lokasi penelitian di MTs

Thoriqotul Hidayah Jabung yang beralamat di Jalan KH. Hasyim Asy’ari No

09.01 Jabung, kecamatan laren, kabupaten lamongan, provinsi jawa timur.

Peneliti memilih MTs Thoriqotul Hidayah Jabung karena sewaktu

melaksanakan observasi kegiata belajar mengajar telah menemui peserta didik

kelas VII yang terlihat minat membaca dan belajar rendah, terbukti dengan

sulitnya untuk membuka buku LKS (Lembar kerja siswa), mereka lebih suka

mendengarkan, apalagi jika pembelajaran disisipi dengan qishah.

C. Data dan Sumber Data

Data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan Tindakan

selebihnya adalah data tambahan seperti data tertulis, foto, dan sejenisnya (Ibid,

157)

Sumber data primer disini diantarannya guru mata pelajaran Sejarah

kebudayaan islam yakni: Ibu Safinatul Izzah, S,Pd, dan seluruh siswa kelas VII

sejumlah 20 anak MTs Thoriqotul Hidayah Jabung. Sedangkan sumber data

sekunder adalah seperti dokumen, dan arsip-arsip dokumentasi.

D. Prosedur Pengumpulan Data

1. Wawancara

2. Observasi

3. Dokumentasi

E. Uji keabsahan Penelitian

F. Tahapan-Tahapan Penelitian
29

Anda mungkin juga menyukai