PROPOSAL
Oleh
Mar’atul Khiftiyah
1093.02.1.1.18.498
i
DAFTAR ISI
ii
2.4 Teks Drama ................................................................................................ 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
belajar bahasa Indonesia. Metode mengajar yang digunakan oleh guru kurang
menarik. Selain kesulitan-kesulitan tersebut, kondisi kelas yang bising menyebabkan
timbulnya masalah baru, yakni sulitnya konsentrasi saat belajar Kesulitan konsentrasi
saat belajar menyebabkan siswa sulit untuk berfikir. Hal ini ternyata berkaitan
dengan menurunnya prestasi belajar siswa. Siswa mendapat nilai di bawah KKM.
Siswa rata-rata mendapat nilai 45-75, hal ini disebabkan kondisi kelas yang bising
dan pembelajaran menulis teks drama yang terkesan monoton tanpa adanya metode
permainan didalam pembelajaran yang mampu menarik minat siswa dalam menulis.
Menurut Kurniasih (2015:95) tebak kata adalah permainan yang
menggunakan media kartu tebak kata berubah kata ataupun gambar yang
berpasangan dengan kartu jawaban tebak kata, dan dilaksanakan dengan cara
berpasangan, dengan adanya penggunaan metode permainan tebak kata di dalam
kelas siswa menjadi senang dan tidak jenuh lagi saat pembelajaran berlangsung dan
dapat menumbuhkan minat siswa dalam belajar khususnya pada pelajaran menulis
teks drama. Permainan tebak kata adalah suatu perbuatan yang mengandung
keasyikan atas kehendak sendiri, bebas tanpa paksaan, dengan tujuan untuk
memperoleh kesenanganpada waktu mengadakan kegiatan tersebut dengan
mengunakan tebak kata (Firtiyeni, 2014:20).
Penelitian terdahulu yang dijadikan acuan dalam penelitian ini berjudul
“Pengaruh Metode Permainan Tebak Kata terhadap Hasil Belajar Membaca pada
Murid Kelas II SD Inpres Kandungan Kecamatan Bontonopo Selatan Kabupaten
Gowa” yang dilakukan oleh Wahyuni Ansari pada tahun 2018 . Diperoleh hasil
bahwa penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam pengaruh metode permainan
tebak kata terhadap hasil belajar membaca pada murid kelas II SD Inpres menyatakan
bahwa hasil analisis statistik deskriptif penggunaan metode permainan tebak kata
terhadap hasil membaca siswa positif, kemampuan membaca siswa dengan
menggunakan metode permainan tabak kata menunjukkkan hasil belajar yang lebih
baik dari pada sebelum diterapkan metode permainan.
Penelitian terdahulu lainnya sebelumnya yang berjudul “Efektivitas
Permaianan Tebak Kata terhadap Keterampilan Membaca Permulaan Siswa Kelas II
2
SDN 165 Bira Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba” yang dilakukan oleh
Muhammad Azwar Akbar pada tabun 2018. Diperoleh hasil penelitian yang
dilakukan oleh penelti dalam penerapan permainan permainan tebak kata efektif
diterapkan dalam pembelajaranketerampilan membaca pada siswakelas II SDN 165
Bira Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumbang tahun pelajaran 2017/2018
yang terdiri dari 2 kelas. Dari 2 kelas tersebut dipilih secara random satu kelas
sebagai sampel. Pengumpulan data yang diperoleh selanjutnya dianalisi dengan
menggunakan teknik analisistika, yakni statistika deskriptif.
Berdasarkan pendapat diatas, maka peneliti ingin meneliti “Pengaruh
Metode Permainan Tebak Kata terhadap Keterampilan Menulis Teks Drama” agar
siswa lebih tertarik dalam melakukan pembelajaran dikelas secara efektif. Dengan
penelitian ini peneliti berusaha memberikan motivasi dan inovasi kepada siswa agar
lebih semangat lagi dalam mengikuti pemeblajaran di dalam kelas. Dengan pengaruh
metode permainan tebak kata siswa diharapkan dapat memahami materi yang di
sampaiakn dengan senang, belajar sambil bermain, dan mendapatkan hasil yang
memuaskan dalam pembelajaran menulis teks puisi. Oleh karena itu, peneliti
mengambil judul “Pengaruh Metode Permainan Tebak Kata terhadap Keterampilan
Menulis Teks Drama Siswa Kelas VIII SMP Simanjaya”
Perbedaan peneliti sebelumnya dengan peneliti sekarang terdapat di
dalam materinya, peneliti sebelumnya menggunakan materi membaca sedangkan
peneliti sekarang menggunakan materi keterampilan menulis teks drama, persamaan
penelitian sebelumnya yang akan dijadikan acuan dalam penelitian terletak pada
metode yaitu metode permainan tebak kata.
3
2. Bagaimana perbedaan antara hasil menulis teks drama dengan metode permainan
tebak kata dan tanpa menggunakan metode tebak kata terhadap keterampilan
menulis teks drama kelas VIII SMP Simanjaya?
2. Untuk mengetahui perbedaan antara hasil menulis teks drama dengan metode
permainan tebak kata dan tanpa menggunakan metode tebak kata terhadap
keterampilan menulis teks drama kelas VIII SMP Simanjaya.
4
b. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan refleksi guru dan
masukan bagi calon guru dalam mengunakan media tebak kata di dalam materi saat
pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar terjadi interaksi komunikasi pembelajaran
yang efektif dan dapat menunjang keberhasilan dalam mencapai tujuan
pembelajaran bahasa Indonesia dengan baik.
5
f. Menulis adalah sebuah proses menciptakan suatu catatan, informasi atau cerita
menggunakan aksara. Menulis bisa dilakukan pada media kerja dengan
menggunakan alat-alat seperti pena atau pensil.
g. Teks drama adalah teks yang bermuatan kisah yang dikemas melalui dialog untuk
dibawakan melalui seni peran atau akting untuk menggambarkan cerita dan
berbagai peristiwa yang disajikan dalam suatu pentas drama.
6
BAB II
KAJIAN TEORI
Pada bab kajian teori ini akan membahas tentang: hakikat menulis, metode
pembelajaran, metode permainan tebak kata dan teks drama
7
gagasan) penulis tersampaikan kepada pembaca. Menurut Dalman (2016:4)
menggemukakan bahwa menulis adalah sebuah proses kreatif menuangkan
gagasan dalam bentuk bahasa tulis dalam tujuan, misalnya: memberitahu,
menghibur, meyakinkan.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
keterampilan menulis adalah kegiatan literasi yang mengemukakan gagasan,
perasaan dan pikiran seseorang dalam meluapkan isi persaannya dengan
menggunakan media tulisan dan dapat dipahami bahwa menulis merupakan suatu
cara dalam mengekspresikan gagasan, perasaan, dan pikiran-pemikirannya
kepada orang lain dalam bentuk tulisan.
b. Tujuan Menulis
8
Menurut Tarigan (2008:24-25) membagi tujuan menulis dilihat dari
penulisnya yang belum berpengalaman sebagai berikut:
1. Memberitahukan atau mengajar (wacana informatif)
Seorang penulis dapat menyebarkan informasi melalui tulisannya
seperti wartawan di koran, tabloid, majalah atau media massa cetak yang lain.
Tulisan yang ada pada media cetak tersebut seringkali memuat informasi
tentang kejadian atau peristiwabaik itu fakta, data maupun peristiwa termasuk
pendapat dan pandangan terhadap fakta, data dan peristiwa agar pembaca
memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru tentang berbagai hal.
2. Meyakinkan atau mendesak (wacana persuasif)
Melalui tulisan seorang penulis dapat mempengaruhi keyakinan
pembacanya danmengharapkanpembaca dapat menentukan sikap, apakah
menyetujui atau mendukung yang dikemukakan. Penulis harus mampu
membujuk dan meyakinkan pembaca dengan menggunakan gaya bahasa yang
persuasif. Oleh karena itu, fungsi persuasi dari sebuah tulisan akan dapat
menghasilkan apabila penulis mampu menyajikan dengan gaya bahasa yang
menarik, akrab, bersahabat, dan mudah dicerna.
3. Menghibur atau menyenangkan (estetik)
Fungsi dan tujuan menghibur dalam komunikasi, bukan monopoli
media massa, radio, televisi, namun media cetak dapat pula berperan dalam
menghibur khalayak pembacanya. Tulisan-tulisan atau bacaan-bacaan
“ringan” yang kaya dengan anekdot, cerita dan pengalaman lucu bisa pula
menjadi bacaan penglipur lara atau untuk melepaskan ketegangan setelah
seharian sibuk beraktifitas.
4. Mengutarakan atau mengekspresikan perasaan (wacana ekspresif)
Melalui membaca hasil tulisan wawasan pengetahuan seseorang
akan terus bertambah, kecerdasan terus diasah, yang pada akhirnya akan
menentukan perilaku seseorang. Orang-orang yang berpendidikan misalnya,
cenderung lebih terbuka dan penuh toleransi, lebih menghargai pendapat
orang lain, dan tentu saja cenderung lebih rasional.
9
Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai tujuan menulis, dapat
disimpulkan bahwa tujuan menulis adalah agar pembaca mengetahui, mengerti
dan memahami nilai-nilai dalam sebuah tulisan sehingga pembaca ikut berpikir,
menyebarkan informasi, mempengaruhi keyakinan pembaca untuk berpendapat
atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan isi tulisan.
c. Manfaat Menulis
Terdapat beberapa manfaat menulis menurut Yunus (2009:14)
sebagai berikut:
1. Meningkatkan kecerdasan.
2. Mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas.
3. Menumbuhkan keberanian, dan
4. Mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
Menurut Resmini (2008:177-118) terdapat beberapa manfaat menulis
sebagai berikut:
1. Mengenali kemampuan dan potensi dirinya, dengan menulis penulis dapat
mengetahui kemampuannya dalam menulis, hal tersebut dapat dilihat
berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya. Dengan begitu
penulis akan mengetahui kemampuannya dalam menulis dengan menulis
seseorang dapat mengembangkan daya inisiatif (ide) dan kreativitas yang ada
pada dirinya.
2. Penulis dapat melatih dan mengembangkan berbagai gagasan, dengan
menulis penulis dapat menggunakan daya nalarnya, serta menghubungkan
dan membandingkan fakta untuk mengembangkan berbagai gagasan yang
telah ada. Dengan menulis seseorang dapat menumbuhkan keberanian
terutama keberanian dalam mengungkapkan ide atau perasaan.
3. Dapat mendorong penulis untuk terus belajar secara aktif, penulis bukan
hanya menjadi penulis yang mendapatkan informasi berdasarkan masalah
dari orang lain, namun penulis juga dapat mencari tahu masalah dan dapat
memecahkan masalah, dan terus menggali rasa keingintahunya tentang
menulis yang baik dan benar.
10
4. Membiasakan penulis berpikir serta berbahasa secara berbahasa secara
tertib dan benar. Dengan menulis seseorang akan terdorong untuk
mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan apa yang ditulisnya.
Tulisan yang akan dituangkan tentunya akan dilakukan dengan sistematis
dari segi penulisan dan menggunakan kata-kata yang sesuai dengan ejaan
yang disempurnakan.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa manfaat
menulis adalah untuk meningkatkan kecerdasan, inisiatif dan kreativitas agar
dapat mengetahui kemampuan dan menggunakan daya nalarnya serta dapat
berbahasa secara tertib dan benar untuk mendorong penulis agar dapat terus
belajar secara aktif.
d. Langkah-langkah Menulis
Terdapat beberapa langkah-langkah yang biasanya di gunakan dalam
menulis agar siswa lebih muda dalam melakukan penulisan dengan baik dan
benar yang dikemukakan oleh Resmini (2006:230) sebagai berikut:
1. Tahapan pramulis
Pada tahap ini siswa menulis mengemukakan apa yang akan mereka tulis,
sedangkan peran guru pada tahap ini menggunakan berbagai strategi yang
diimplementasikan di kelas untuk membantu siswa memilih tema yang akan
ditulis.
2. Penyusunan draf tulisan
Aktivitas dalam tahap ini meliputi menulis draf kasar, menulis konsep
utama, dan menekankan pada pengembangan isi. Hal ini, dapat memudahkan
mengungkapkan ide yang dimiliki oleh penulis.
3. Perbaikan
Aktivitas ini meliputi membaca ulang draf kasar, menyempurnakan draf
kasar, memperbaiki bagian yang mendapat balikan dari kelompok menulis.
Pada tahap ini siswa dapat menambah, menggamati dan mehilangkan hal-hal
yang tidak penting dalam penulisannya.
11
4. Penyuntingan
Aktivitas ini meliputi mengambil jarak dari tulisan mengoreksi awal
dengan menandai kesalahan dan kesalahan.
Sedangkan menurut Rahayu (2007:136) mengungkapkan pendapat tentang
langkah-langkah menulis sebagai berikut:
1. Tahapan Pramenulis
Kegiatan ini dinulai dengan menentukan tema/judul, kita harus
menemukan hal yang akan dibahasa dalam tulisan. Tema/judul dapat
diperoleh dari berbagai sumber, misalnya pengalaman sendiri, hasil
pengamatan lingkungan, pendapat, sikap, tanggapan dan imajinasi sendiri
atau orang lain terhadap sesuatu. Langkah berikutnya ialah membuat
kerangka tulisan, artinya memecah topic menjadi sub-sub topic. Kerangka
dapar berbentuk kerangka topik yaitu butir-butir topik berupa frasa pendek
atau kerangka kalimat yaitu butir-butirnya berupa kalimat yang lebih rinci.
Kerangka harus disusun secara logis, sistematik dan konsisten.
2. Tahap Penulisan
Pada tahapan ini, setiap butir karangan dibahas dengan menggunakan
bahan-bahan yang telah diklasifikasikan menurut kepentingannya. Dengan
demikian, kita sebagai penulis harus mampu memilih kata yang tepat
sehingga pikiran kita dapat dipahami pembaca dengan tepat pula. Kata-kata
dirangkaian dalam kalimat yang efektif, selanjutnya kalimat dirangkaikan
dalam bentuk paragraph-paragraf. Tulisan juga harus ditulis dalam ejaan
yang benar dan persyaratan penulisan lainnya.
3. Tahap Revisi
Jika buram/draf seluruh tulisan telah selesai, tulisan perlu dibaca ulang
untuk direvisi, diperbaiki, dikurangi dan ditambah. Sebenarnya revisi
dilakukan juga pada saat tahap penulisan berlangsung, namun revisi ini
secara keseluruhan sebelum menjadi naskah akhir. Revisi dilakukan secara
menyeluruh mengenai logika, sistematika, ejaan tanda baca, pilihan kata,
kalimat, paragraph dan pengetikan.
12
Berdasarkan beberapa pendapat menurut ahli mengenai langkah-langkah
menulis, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah menulis adalah untuk
mengemukakan apa yang akan mereka tulis, untuk menentukan tema/judul,
untuk mengarang sebuah tulisan.
e. Jenis-jenis Menulis
Menulis mempunyai jenis-jenis yang dapat di temukan di
dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Jenis- jenis tulisan menurut
Murjamal, (2011:69) adalah:
a) Tulisan Ilmiah
Tulisan bersifat ilmiah, betul-betul objektif, sebab
permasalahan tersebut biasanya sudah ditulis dengan
seksama baik melalui penelitian di lapangan, di
laboratorium, meskipun dengan cara mengkaji buku-
buku sumber yang relevan dengan permasalahan
tersebut. Tulisan ilmiah disajaikan seara sistematis, logis,
dan bahasanya lugas. Contoh tulisan ilmiah adalah
skripsi, tugas akhir, projek akhir, makalah, laporan
praktikum, tesis, buku teks, dan disertasi.
b) Tulisan Populer
Tulisan popular disajikan secara sistematis, dengan
bahasa yang lugas, tetapi kronologisan dan
kelugasannnya masih dapat dipertanyakan.
c) Tulisan Fiktif
Pada tulisan fiktif, cerita dan fakta yang disajikan betul-
betul sangat diwarnai oleh subjektivitas dan imajinasi
pengarangnya, sehingga penafsiran pembaca terhadap
masalah tersebut dapat beraneka ragam. Karangan fiktif
cenderung.
13
2.2 Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah salah satu metode yang sering digunakan oleh
guru saat pembelajaran berlangsung karena, dengan menggunakan metode
pembelajaran siswa akan lebih giat dan lebih aktif lagi saat pembelajaran berlangsung.
Menurut Sudjana (2005:76), Metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru
dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.
Yang dimaksud disini bahwa metode merupakan sebuah cara yang digunakan guru
mata pelajaran dalam menyampaikan materi ajar kepada siswanya. Metode
pembelajaran tersebuat harus disesuaikan dengan kebutuhan dan pokok bahasan yang
diajarkan. Menurut Sutikno (2009:88) menyatakan, “Metode pembelajaran adalah
cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi
proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan. Tujuan
yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran tentu adalah tingkat keberhasilan
dari pembelajaran tesebut. Menurut Darmadi (2017:176), menyatakan bahwa
“Metode pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru
sebagai media untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Shiddiq (2008:20) menjelaskan bahwa metode pembelajaran
komponen cara pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru dalam menyampaikan
pesan atau materi pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkam bahwa metode
pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru untuk menyajukan materi ajar
kepada siswa saat proses pembelajaran berlangsung dengan upaya untuk mencapai
tujuan pembelajaran dengan baik.
14
paksaan, dengan tujuan untuk memperoleh kesenanganpada waktu mengadakan
kegiatan tersebut. Menurut Kurniasih (2015:95) tebak kata adalah permainan
yang menggunakan media kartu tebak kata berubah kata ataupun gambar yang
berpasangan dengan kartu jawaban tebak kata, dan dilaksanakan dengan cara
berpasangan. Menurut Sulasmi (2013:5), berpendapat bahwa permainan tebak
kata dapat meningkatkan motivasi belajar melalui layanan bimbingan kelompok
pada siswa.
a. Pengertian Tebak Kata
Permainan tebak akan salah satu permainan yang sering digunakan oleh
anak-anak. Permainan merupakan salah satu cara yang tepat untuk menciptakan
pembelajaran yang menarik, menantang, dan menyenangkan. Permainan tebak
kata juga sangat menarik untuk diberikan kepada peserta didik dalam
pembelajaran sebuah materi pelajaran. Metode ini berguna untuk kelas yang aktif
dalam kelas. Pengertian aktif terdapat dua macam, yaitu:
2. Aktif dalam arti selalu atau suka berbicara meski tidak dalam pembelajaran.
3. Aktif dalam arti siswa mau dan mampu berfikir dan bertanya jika menemukan
kesulitan, Fitriyeni (2014:21).
b. Tujuan Penggunaan Permainan Tebak Kata
Permainan merupakan salah satu cara yang tepat untuk menciptakan
pembelajaran yang menarik, menantang, dan menyenangkan.Adapun tujuan dari
penggunaan permainan tebak kata menurut Fitriyeni (2014:21) antara lain:
1. Melatih para siswa gara lebih tenang.
2. Membuat para siswa supaya lebih dewasa.
3. Melatih siswa agar lebih bertanggung jawab.
4. Menjadikan siswa lebih berani dalam membuat pertanyaan.
c. Kelebihan dan Kelemahan Permainan Tebak Kata
Menurit Fitriyeni (2014:22) permainan tebak kata mempunyai kelebihan
dan kelemahan sebagai berikut:
1. Kelebihan Tebak Kata
a. Anak akan memiliki kekayaan bahasa
15
b. Sangat menarik sehingga setiap siswa ingin mencobanya.
c. Siswa menjadi tertarik untuk belajar
d. Memudahkan dalam menanam konsep pelajaran dalam ingatan siswa.
e. Pembelajaran berlangsung menyenangkan
f. siswa diarahkan leebih aktif.
2. Kelemahan Tebak kata
a. Memerlukan eaktu yanh lama sehingga materi sulit tersampaikan.
b. Bila siswa tidak menjawab dengan benar, maka tidak semua siswa dapat
maju karena waktu terbatas.
16
berlawanan (Waluyo 2001:8). Menurut Wiyanto (2002:24), secara
rinci, perkembangan plot drama ada enam tahap, yaitu eksposisi,
konflik, komplikasi, krisis, resolusi, dan keputusan.
a) Eksposisi
Tahap ini disebut pula tahap perkenalan, karena penonton
mulai diperkenalkan dengan lakon drama yang akan ditontonnya
meskipun hanya dengan gambaran selintas. Wujud perkenalan ini
berupa penjelasan untuk mengantarkan penonton pada situasi awal
lakon drama (Wiyanto 2002:25).
b) Konflik
Pemain drama sudah terlibat dalam persoalan pokok. Dalam
tahap ini mulai ada insiden (kejadian). Insiden pertama inilah yang
memulai plot sebenarnya, karena insiden merupakan konflik yang
menjadi dasar sebuah drama (Wiyanto 2002:25).
c) Komplikasi
Insiden kemudian berkembang dan menimbulkan konflik-
konflik yang semakin banyak dan ruwet. Banyak persoalan yang kait-
mengait, tetapi semuanya masih menimbulkan tanda tanya (Wiyanto
2002:26).
d) Krisis
Dalam tahap ini berbagai konflik sampai pada puncaknya
(klimaks). Bila dilihat dari sudut penonton, bagian ini merupakan
puncak ketegangan. Namun, bila dilihat dari sudut konflik, klimaks
berarti titik pertikaian paling ujung yang dicapai pemain protagonis
(pemeran kebaikan) dan pemain antagonis (pemeran kejahatan)
(Wiyanto 2002:26).
e) Resolusi
Dalam tahap ini dilakukan penyelesaian konflik. Jalan keluar
penyelesaian konflik-konflik yang terjadi sudah mulai tampak jelas
(Wiyanto 2002:26).
17
f) Keputusan
Dalam tahap terakhir ini semua konflik berakhir dan sebentar
lagi cerita selesai. Dengan selesainya cerita, maka tontonan drama
sudah usai (bubar) (Wiyanto 2002:26). Plot dalam drama berfungsi:
a. untuk mengungkapkan buah pikiran penulis teks.
b. menangkap, membimbing dan mengarahkan perhatian pembaca
atau penonton.
c. mengungkapkan dan mengembangkan watak tokoh-tokoh cerita.
Untuk menyusun gambaran peristiwa tersebut sehingga
membentuk sebuah plot, pembaca mungkin akan menggarapnya
berdasarkan urutan waktu maupun urutan sebab akibat.
2. Tokoh Cerita atau Karakter
Tokoh cerita adalah orang yang mengambil bagian dan
mengalami peristiwa-peristiwa atau sebagian peristiwa yang
digambarkan di dalam plot. Menurut Wiyanto (2002:27), karakter
atau perwatakan adalah keseluruhan ciri-ciri jiwa seorang tokoh
dalam lakon drama. Dari sisi sifatnya dalam cerita, tokoh dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu tokoh mayor, yakni tokoh yang
bersifat penting dan tokoh minor, yakni tokoh yang tidak terlalu
penting. Pelukisan watak pemain dapat langsung pada dialog yang
mewujudkan watak dan perkembangan lakon, tetapi banyak juga
kita jumpai dalam catatan samping (catatan teknis) (Waluyo
2001:17). Waluyo (2001:16) menyatakan tokoh-tokoh dalam
drama dapat diklasifikasikan menjadi beberapa, seperti berikut ini:
a) Berdasarkan peranannya terhadap jalan cerita, terdapat tokoh
protagonis, tokoh antagonis, tokoh tritagonis.
b) Berdasarkan peranannya dalam lakon serta fungsinya, maka
terdapat tokoh-tokoh sebagai berikut:
(1) Tokoh sentral, yaitu tokoh-tokoh yang paling menentukan
gerak lakon.
18
(2) Tokoh utama, yaitu tokoh pendukung atau penentang tokoh
sentral.
(3) Tokoh pembantu, yaitu tokoh-tokoh yang memegang peran
pelengkap atau tambahan dalam mata rangkai cerita.
19
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian
kuantitatif dengan rancangan eksperimen semu dengan alasan
peneliti ingin mengetahui seberapa pengaruh metode yang
digunakan oleh penelitian saat penelitian di dalam kelas.
Penelitian eksperimen terdiri atas tiga ciri pokok, yaitu: adanya
variabel bebas yang dimanipulasikan, adanya pengendalian atau
pengontrolan semua variabel lain kecuali variabel bebas, dan
adanya pengamatan atau pengukuran terhadap variabel terikat
sebagai efek variabel bebas. (Sudaryanto, 2000:19). Pada
penelitian ini desain yang dilakukan oleh peneliti adalah
mengguanakan desain pretest, postest, dan kelompok control.
Pretest digunakan untuk mengukur seberapa kemampuan siswa
saat menulis teks drama sebelum menggunakan metode,
sedangkan postest digunakan untuk mengukur kemampuan siswa
saat menulis teks drama setelah menggunakan metode permainan
tebak kata. Desain ini digambarkan sebagai berikut.
Kelompok Pretest Variabel Bebas
Postest
E Y1 X Y2
K Y1 - Y2
Keterangan:
E : kelompok eksperimen
K : Kelompok Kontrol
Y1 : Pretes
Y2 : Postes
X : Variabel bebas (perlakuan dengan metode permainan tebak kata)
20
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Simanjaya dengan
subjek penelitian siswa kelas VIII tahun ajaran 2021. Penelitian
ini dilaksanakan pada jam pelajaran bahasa Indonesia dengan
alasan agar siswa lebih enak melakukan pembelajarannya seperti
biasa. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun
pelajaran 2021/ 2022.
b. Sampel Penelitian
21
kesamaan frekuensi setiap populasi.
dari penelitian ini yaitu kelas VIII R1 dengan jumlah 23 siswa dan
22
3.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
a. Instrumen Penelitian
peneliti berupa nilai hasil dari pretest dan postest menulis teks
dalam penelitian ini adalah tes awal (pretest) dan tes akhir
23
4. Tes akhir (posttest) Setelah treatment, tindakan selanjutnya
adalah postest untuk mengetahui keterampilan menulis teks
drama dengan menggunakan metode permainan tebak kata.
24
menulis awal dan skor menulis akhir, baik pada kelompok kontrol
3. Uji-t
25
DAFTAR PUSTAKA
26
Sudaryanto. 2000. Metodologi Penelitian Pendidikan dan
Pengajaran Bahasa Jilid I. Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta.
27
28
29