Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN DASAR

SIROSIS HEPATIS

STASE KEPERAWATAN DASAR

Desra Gunawan (821191011)

PRODI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) YARSI
PONTIANAK
TAHUN AJARAN
2021
BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Sirosis Hepatis


Sirosis hepatis adalah penyakit kronis pada hati dengan inflamasi dan
fibrosis yang mengakibatkan distorsi struktur dan hilangnya sebagian besar
hepar. Perubahan besar yang terjadi karena sirosis adalah kematian sel-sel
hepar, terbentuknya sel-sel fibrotik (sel mast), regenerasi sel dan jaringan
parut yang menggantikan sel-sel normal. (Baradero, 2011). Sirosis Hepatis
merupakan penyakit hati menahun ditandai adanya pembentukan jaringan ikat
disertai nodul. Biasanya dimulai dengan proses peradangan, nekrosis sel hati
yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul, sehingga
menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro sel hepar tidak teratur
(Nugroho, 2011). Sirosis adalah penyakit kronis yang dicirikan dengan
penggantian jaringan hati normal dengan fibrosis yang menyebar, yang
mengganggu struktur dan fungsi hati. Sirosis, atau jaringan parut pada hati,
dibagi menjadi tiga jenis: alkoholik, paling sering disebabkan oleh
alkoholisme kronis, dan jenis sirosis yang paling umum. paskanekrotik,
akibat hepatitis virus akut sebelumnya dan bilierm akibat obstruksi bilier
kronis dan infeksi (jenis sirosis yang paling jarang terjadi) (Brunnerd &
Suddart, 2013). Menurut Black & Hawks tahun 2012, Sirosis hepatis adalah
penyakit kronis progresif dicirikan dengan fibrosis luas (jaringan parut) dan
pembentukan nodul. Sirosis terjadi ketika aliran normal darah, empedu dan
metabolism hepatic diubah oleh fibrosis dan perubahan di dalam hepatosit,
duktus empedu, jalur vaskuler dan sel retikuler. Jadi dapat disimpulkan bahwa
sirosis hepatis adalah penyakit kronis pada hepar yang ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat dan pembentukan nodul.
B. Etiologi dan Faktor Risiko Sirosis Hepatis
Penyebab sirosis hepatis belum teridentifikasi dengan jelas, meskipun
demikian, Menurut Black & Hawks, 2009 ada beberapa faktor yang
menyebabkan sirosis hepatis yaitu:

1. Sirosis Pascanekrosis (Makronodular) Merupakan bentuk paling


umum di seluruh dunia.Kehilangan masif sel hati, dengan pola
regenerasi sel tidak teratur. Faktor yang menyebabkan sirosis ini
pasca- akut hepatitis virus (tipe B dan C).
2. Sirosis Billier Merupakan turunnya aliran empedu bersamaan
dengan kerusakan sel hepatosit disekitar duktus empedu seperti
dengan kolestasis atau obstruksi duktus empedu. c. Sirosis Kardiak
Merupakan penyakit hati kronis terkait dengan gagal jantung sisi
kanan jangka panjang, seperti atrioventrikular perikarditis
konstriktif lama.
3. Sirosis Alkoholik (mikronodular Laenec) Merupakan bentuk nodul
kecil akibat beberapa agen yang melukai terus-menerus, terkait
dengan penyalahgunaan alcohol.
4. Etiologi Menurut FKUI (2011), penyebab sirosis hepatis antara
lain :
a. Malnutrisi
b. Alkoholisme
c. Virus hepatitis
d. Kegagalan jantung yang menyebabkan bendungan vena
hepatika
e. Penyakit Wilson (penumpukan tembaga yang berlebihan
bawaan)
f. Hemokromatosis (kelebihan zat besi)
g. Zat toksik
Ada 3 tipe sirosis atau pembetukan parut dalam hati :

1. Sirosis Laennec (alkoholik, nutrisional), dimana


jaringan parut secara khas mengelilingi daerah portal.
Sering disebabkan oleh alkoholis kronis.
2. Sirosis pascanekrotik, dimana terdapat pita jaringan
parut yang lebar sebagai akibat lanjut dari hepatitis
virus akut yang terjadi sebelumnya.

3. Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut


terjadi dalam hati disekitar saluran empedu. Terjadi
akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi
(kolangitis)

C. Patofisiologi Sirosis Hepatis


Menurut Black & Hawks tahun (2012)sirosis adalah tahap akhir pada
banyak tipe cedera hati. Sirosis hepatis biasanya memiliki konsistensi
modeler, dengan berkas fibrosis (jaringan perut) dan daerah jarinngan
regenarasi. Terdapat kerusakan luas hepatosis. Perubahan bentuk hati
merubah aliran sistem vascular dan limfatik serta jalur duktus empedu.
Periode eksaserbasi ditandai dengan statis empedu, endapan, jauundis.
Menurut Sylvia A. Price & Lorrainie M. Wilson, (2012), gangguan
hematologic yang sering terjadi pada sirosis adalah kecenderungan
pendarahan, anemia, leukopenia, gusi, mestruasi berat, dan mudah memar.
Masa protombin dapat memanjang. Manifestasi ini terjadi akibat
berkurangnya pembentukan faktor-faktor pembekuan oleh hati. Anemia,
leukopenia, dan trombositopenia diduga terjadi akibat hipersplenisme. Limpa
tidak hanya membesar (spelenomegali) tetapi juga lebih aktif menghancurkan
sel-sel darah dari sirkulasi. Mekanisme lain yang menimbulkan anemia adalah
defisiensi folat, vitamin B12, dan besi yang terjadi sekunder akibat kehilangan
darah dan peningkatan hemolisis eritrosit, penderita juga lebih mudah
terserang infeksi.
Kerusakan hepatoseluler mengurangi kemampuan hati mensintesis
normal sejumlah albumin. Penurunan sintesis albumin mengarah pada
hipoalbumiemia, yang dieksaserbasi oleh kebocoran protein ke dalam ruang
peritoneum. Volume darah sirkulasi menurun dari kehilangan tekanan osmotic
koloid. Sekresi aldosterone meningkat lalu merangsang ginjal untuk menahan
natrium dan air. Sebagai akibat kerusakan hepatoseler, hati tidak mampu
menginaktifkan aldosteron. Sehingga retensi natrium dan air berlanjut. Lebih
banyak cairan tertahan, volume cairan asites meningkat.
Hipertensi vena porta berkembang pada sirosis berat. Vena porta
menerima darah dari usus limpa. Jadi peningkatan di dalam tekana vena porta
menyebabkan:
1. Aliran balik meningkat pada tekanan reistan dan pelebaran vena
esophagus, umbilicus, dan vena rektus superior, yang mengakibatkan
perdarahan verises
2. Asites (akibat pegeseran hidrostastik atau osmotik mengarah pada
alkumulasi cairan didalam peritoneum)
3. Bersihan sampah metabolik protein tidak tuntas dengan akibat
meningkat ammonia, selanjutnya mengarah kepada esefalopati
hepatikum.
Kelanjutan proses sebagai akibat penyebab tidak diketahui atau
penyalahgunaan alkohol biasanya mengakibatkan kematian dari
ensefalopati hepatikum, infeksi bakteri (gram negatif) peritonitis
(bakteri), hepatoma (tumor hati), atau komplikasi hipertensi porta.
Gangguan endokrin sering terjadi pada sirosis, hormon korteks
adreal, testis dan ovarium, dimotabolisme dan diinatifkan oleh hati
normal. Atrofi testis, ginekomastia, alopesia, pada dada dan aksila,
serta eritema palmaris (telapak tangan merah), semuanya diduga
disebabkan oleh kelebihan esterogen, dalam sirkulasi. Peningkatan
pigmentasi kulit diduga aktivitas hormone perangsang melanosit yang
bekerja secara berlebihan.

D.Manifestasi klinis

Sirosis ditahap awal tidak menimbulkan gejala, pasien sirosis ringan


dan moderet mungkin menderita untuk waktu yang lama tanpa menyadari
penyakitnya. Pada tahap ini tes fungsi hati dapat mendeteksi perubaahan
yang mengarah pada disfungsi hati seperti kegagalan membuat cukup
protein berupa albumin yang membantu untuk mengatur komposisi cairan
di dalam aliran darah dan tubuh, kegagalan membuat bahan kimia yang
cukup diperlukan untuk pembekuan darah, ketidakefektifan pengelolahan
limbah kimia dalam tubuh seperti bilirubin sehingga akan menumpuk di
dalam tubuh, ketidakmampuan memproses obat, racun, dan bahan kimia
lainnya yang kemudian bisa menumpuk di dalam tubuh.Pada tahap akhir,
sirosis hati terkait dengan banyak gejala. Sebagian besar gejalanya adalah
akibat dari jaringan hati fungsional yang tersisa terlalu sedikit untuk
melakukan fungsi hati.
Gejala yang dapat timbul pada fase ini antara lain kelelahan,
kelemahan, cairan yang bocor dari aliran darah dan menumpuk di kaki
(edema) dan perut (asites), kehilangan nafsu makan, merasa mual dan
ingin muntah, kecenderungan lebih mudah berdarah dan memar, penyakit
kuning karena penumpukan bilirubin, gatal-gatal karena penumpukan
racun, gangguan kesehatan mental dapat terjadi dalam kasus berat karena
pengaruh racun di dalam aliran darah yang memengaruhi otak. Hal ini
dapat menyebabkan perubahan kepribadian dan perilaku, kebingungan,
pelupa, dan sulit berkonsentrasi Selain itu jaringan parut membatasi aliran
darah melalui vena portal sehingga terjadi tekanan baik (dikenal dengan
hipertensi portal). Vena portal adalah vena yang membawa darah berisi
nutrisi dari usus dan limpa ke hati. Normalnya,
darah dari usus dan limpa dipompa ke hati melalui vena portal. Namun,
sirosis menghalangi aliran normal darah melalui hati sehingga darah
terpaksa mencari pembuluh darah baru disekitar hati. Pembuluh-pembuluh
darah baru yang disebut “varises” ini terutama muncul di tenggorokan
(esophagus) dan lambung sehingga membuat usus mudah berdarah
E.Patwhay
F.Pemeriksaan Penunjang

1. Uji faal Hepar a. Bilirubin meningkat (> 1.3 mg/dL) b. SGOT meningkat (> 3-45
u/L) c. SGPT meningkat (> 0-35 u/L) d. Protein total menurun (< 6.1- 8.2 gr %) e.
Albumin menurun (< 3.5-5.2 mg/L)

2. USG Gambaran USG tergantung pada tingkat berat ringannya penyakit. Pada
tingkat permulaan sirosis akan tampak hati membesar, permulaan irregular tepi hati
tumpul . Pada fase lanjut terlihat perubahan gambar USG, yaout tempak penebalan
permukaan hati yang irregular. Sebagian hati tampak membesar dan sebagian lagi
dalam batas normal.

3. CT (chomputed tomography) dan MRI Memberikan informasi tentang pembesaran


hati dan aliran darah hepatic serta obstruksi aliran tersebut.

4. Analisa Gas Darah Analisa gas darah arterial dapat mengungkapkan gangguan
keseimbangan ventilasiperfusi dan Hipoksia

G.Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis pada sirosis hepatis yaitu:
a) Terapi mencakup antasid, suplemen vitamin dan nutrisi, diet
seimbang diuretic penghemat kalium (untuk asites) hindari
alkohol Brunner & Suddrat, (2013)
b) Dokter biasanya meresepkan multivitamin untuk menjaga
kesehatan. Sering kali vitamin K diberikan untuk memperbaiki
faktor pembekuan
c) Dokter mungkin juga meresepkan pemberian albumin IV untuk
menjaga volume plasma
Sedangkan menurut Lydon saputra (2014), penatalaksaan medis
pada sirosis hepatis yaitu sebagai berikut:
1) Memberikan oksigen
2) Memberikan cairan infus
3) Memasang NGT (pada perdarahan)
4) Terapi tranfusi: platelet, packed red cells, fresh frozen
plasma (FFP)
5) Diuretik: spironolakton (aldoctone), furosemide (Lasix)
6) Sedatif: fenobarbital (luminal)
7) Pelunak fases: dekusat
8) Detoksikan ammonia: laktulosa
9) Vitamin: zink
10) Analgetik: Oksikodon
11) Antihistamin: difenhidramin (Benadryl)
12) Endoskopik skeleroterapi: entonolami
13) Temponade ballon variases: pipa sengstaken-blakemore
(pada pendarahan aktif)
14) Profilaksis thrombosis vena provunda: stocking
kompresi sekuensial.
2. Penatalaksanaan keperawatan
Menurut Black & hawks (2009), penatalaksanaan keperawatan sebagai
berikut:
a) Mencegah dan memantau perdarahan
Pantau klien untuk perdarahan gusu, purpura, melena, hematuria, dan
hematemesis.Periksa tanda vital sebagai pemeriksa tanda syok. Selain
itu untuk menceah perdarahan, lindungi klien dari cedera fisik jatuh
atau abrasi, dan diberikan suntikan hanya ketika benar-benar
diperlukan, menggunakan jarum sintik yang kecil. Instruksikan klien
untuk menghindari nafas hidung dengan kuat dan mengejan saat BAB.
Terkadang pelunak fases diresepkan untuk mencegah mengejan dan
pecahnya varises.
b) Meningkatkan status nutrisi
Modifikasi diet: diet tinggi proten untuk membangun kembali jaringan
dan juga cukup karbohidrat untuk menjaga BB dan menghemat
protein. Berikan suplemen vitamin biasanya pasien diberikan
multivitamin untuk menjaga kesehatan dan diberikan injeksi Vit K
untuk memperbaiki faktor bekuan.
c) Meningkatkan pola pernapasan efektif
Edema dalam bentuk asites, disamping menekan hati dan
memengaruhi fungsinya, mungki juga menyebabkan nafas dangkal
dan kegagalan pertukaran gas, berakibat dalam bahaya pernafasan.
Oksigen diperlukan dan pemeriksaan AGD arteri. Posisi semi fowler,
juga pengkuran lingkar perut setiap hari perlu dilakukan oleh perawat.
d) Menjaga keseimbangan volume cairan
Dengan adanya asites dan edema pembatasan asupan cairan klien
harus dipantau ketat. Memantau asupan dan keluaran, juga mengukur
lingkar perut.
e) Menjaga integritas kulit
Ketika tedapat edema, mempunyai resiko untuk berkembang
kemungkinan lesi kulit terinfeksi. Jika jaundis terlihat, mandi hangat-
hangat kuku dengan pemakai sabun non-alkalin dan penggunaan
lotion.
f) Mencegah Infeksi
Pencegahan infeksi diikuti dengan istirahat adekuat, diet tepat.
H. Asuhan keperawatan sirosis hepatis

Kasus Proses keperawatan adalah penerapan pemecahan masalah


keperawatan secara ilmiah yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah-
masalah pasien, merencanakan secara sistematis dan melaksanakannya serta
mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan (Nasrul
Effendy dalam Andra, dkk. 2013).

1. Pengkajian

a). Identitas klien dan keluarga (penanggung jawab) Biasanya identitas


klien/penanggung jawab dapat meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat,
agama, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit,
diagnosa medis, nomor registrasi, hubungan klien dengan penanggung jawab

b). Keluhan Utama

Pada awal sirosis hepatis biasaya orang dengan sirosis sering terungkap
kondisinya secara tidak sengaja ketika mencari pelayanan kesehatan untuk
masalah lain. Beberapa kondisi menjadi alasan masuk pasien yaitu dengan
keluhan Nyeri abdomen bagian atas sebelah kanan, mual, muntah, dan
demam. Sedangkan pada tahap lanjut dengan keluhan adanya ikterus, melena,
muntah berdarah. (Black & Hawks, 2009)

c). Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada saat perawat melakukan pengkajian biasanya akan diperoleh komplikasi


berat dengan dasar fisiologis; asites disebabkan malnutrisi, GI muncul dari
varises esofagus (pembesaran vena), sehingga pasien mengeluhkan bengkak
pada tungkai, keletihan, anoreksia. (Black & Hawks, 2009)
d). Riwayat Kesehatan

Biasanya adanya riwayat Hepatitis, pascaintoksikasi dengan kimia industri,


sirosis bilier dan yang paling sering ditemukan dengan riwayat mengonsumsi
alkohol.

e). Riwayat Kesehatan Keluarga

Sirosis Hepatis merupakan penyakit yang menular, jadi jika ada keluarga yang
menderita hepatitis maka akan menjadi faktor resiko.

f). Pola aktivitas sehari-hari

(1) Nutrisi Biasanya nafsu makan pasien akan berkurang, karena adanya mual,
muntah.

(2) Eliminasi

BAB : biasanya berwarna hitam (melena)

BAK : biasanya urine berwarna gelap

(3) Personal Hygiene

Biasanya pasien mengalami defisit perawatan diri karena kelelahan

(4) Pola Istirahat dan tidur

Biasanya pada ensefalopati pola tidur terbalik, malam hari terbangun dan siang hari
tertidur

(5) Pola aktivitas

Biasanya aktivitas dibantu keluarga dan perawat karena adanya kelelahan


2. Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan Umum dan Tanda-tanda vital

Biasanya pada diperiksa tingkat kesadaran, bila pada ensefalopati hepatikum akan
terjadi penururnan kesadaran, Tanda- tanda vital juga diperiksa untuk mengetahui
keadaan umum pasien

b) Kepala

Biasanya akan tampak kotor karena pase mengalami defisit perawatan diri

c) Wajah

Wajah biasanya tampak pucat

d) Mata

Biasanya sklera ampak ikterik dan konjungtiva tampak anemis

e) Hidung

Biasanya tampak kotor

f) Mulut

Adanya bau karateristik pernapasan yaitu fetor hepaticus

g) Telinga

Biasanya tampak kotor kaena defisit perawatan diri

h) Paru

(1) Inspeksi : pasien terlihat sesak

(2) Palpasi : fremitus seimbang bila tidak ada komplikasi


(3) Perkusi : bila terdapat efusi pleura maka bunyinya hipersonor

(4) Auskultasi : secara umum normal, akan ada stridor bila ada akumulasi secret

9) Jantung

(1) Inspeksi : anemis, terdapat tanda gejala perdarahan.

(2) Palpasi : peningkatan denyut nadi.

(3) Auskultasi : biasanya normal

i) Abdomen

(1) Inspeksi : perut terlihat membuncit karena terdapat asites.

(2) Palpasi : terdapat nyeri tekan pada perut kuadran kanan atas, hepar teraba
membesar, terdapat shifting dullnes atau gelombang cairan

(3) Perkusi : Redup

(4) Auskultasi : penurunan bising usus

j) Ekstremitas

Biasanya Terdapat udem tungkai, penurunan kekuatan otot, Eritema Palmaris pada
tangan, Jaundis dan CRT >2 detik

k) Genitalia

Biasanya pada wanita menstruasi tidak teratur

3. Pemeriksaan Diagnostik

a) Hemoglobin biasanya rendah

b) Leukosit biasnya meningkat


c) Trombosit biasanya meningkat

d) Kolesterol biasanya rendah

e) SGOT dan SGPT biasanya meningkat

f) Albumin biasanya rendah

g) Pemerikaan CHE (koloneterase): penting dalam menilai sel hati. Bila terjadi
kerusakan sel hati, kadar CHE akan turun, pada perbaikan terjadi kenaikan CHE
menuju nilai normal.

h) Pemeriksaan kadar elektrolit dalam penggunaan diuretik dan pembatasan garam


dalam diet (Diyono dan Sri Mulyanti, 2013)

i) Uji fungsi hati (misalnya fosatase alkali serum, aspartat aminotransferase [AST],
[tranaminase glutamate oksaloasetat serum (SGOT)], alanin aminotransferase [ALT],
[transaminasenglutamat piruvat serum (SGPT)], GGT

kolinesterase serum dan bilirubin), masa protrombin, gas darah arteri, biopsy.

j) Pemidaian ultrasonografi

k) Pemindaian CT

l) Pemindaian hati radioisotope (Brunner & Suddart, 2013


DAFTAR PUSTAKA

Sasmita, D. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Sirosis Hepatis Di


Ruang V Interne Rs Tk.Iii Dr. Reksodiwiryo Padang Dan Di Ruang Hcu
Penyakit Dalam Irna Non Bedah Rsup Dr. M. Djamil Padang.

Purnomo, A. (2011). Asuhan Keperawatan Pada Sirosis Hepatis, Fakultas Ilmu


Kesehatan UMP, 2010. 6–22.

Saskara, P. M. A., & Suryadarma, I. (2013). Laporan Kasus : Sirosis Hepatis. FK


Universitas Udayana, 1–20.

Kolloh Margarita Inca. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN B.L YANG


MENGALAMI SIROSIS HEPATIS DI RUANGAN TERATAI RSUD. PROF.
DR.W.Z.JOHANNES KUPANG. 121.

Anda mungkin juga menyukai