Pathogenesis
Penyakit bawaan makanan diakibatkan oleh mikroorganisme atau racunnya yang
bermanifestasi dengan gejala gastro-intestinal dengan variasi tingkat keparahan dan durasi.
Penyebab infeksi dalam penyakit bawaan makanan tergantung pada ukuran inokulum
atau dosis infektif patogen dengan ukuran 10-100 bakteri atau kista untuk Shigella, Entero-
Haemorrhagic E. coli (EHEC), Giardia lamblia dan Entamoeba histolytica, memerlukan
penyimpangan kecil dalam kebersihan untuk transmisi feco-oral. Dosis infektif untuk Vibrio
cholerae yaitu 105 – 108, dan mungkin variabel untuk spesies Salmonella.
Penularan patogen dan toksin melalui makanan dapat terjadi selama produksi dan
pemrosesan makanan atau selama persiapan dan penanganan makanan, atau selama
penyimpanan. Produksi dan pemrosesan makanan pada semua jenis dapat terkontaminasi
patogen dari kotoran hewan yang secara alami menyimpan bakteri bawaan makanan sebagai
akibat penyakit pada manusia tetapi tidak berdampak pada hewan, contoh selama proses
penyembelihan. Persiapan dan penanganan makanan terhadap individu yang terinfeksi
dengan pembawaan infeksi patogen pada makanan yang terjadi akibat kontaminasi silang di
lingkungan sekitar dan suhu memasak yang tidak memadai, sehingga dapat memberikan
kesempatan bakteri berkembang biak dan stabil pada suhu panas yang menghasilkan racun di
dalam makanan.
Penyimpanan tidak tepat dapat berakibat penularan wabah dari patogen makanan yang
disimpan pada suhu hangat (10-50 °C). Kewaspadaan penularan penyakit dengan evaluasi
dan manajemen makanan. Riset terhadap riwayat klinis yang dilakukan sebagai pendugaan
awal penyakit pada pasien, baik kegiatan yang dilakukan, konsumsi makanan dan antibiotik,
etiologi, serta keadaan klinis kesehatan. Perhatian selama pemeriksaan klinis difokuskan pada
tanda vital, derajat dehidrasi dan pemeriksaan perut karena dapat mengalami hasil yang fatal.
Tanda penyakit diare ivasif yaitu demam, gejala sistemik, dan diare berdarah.