Anda di halaman 1dari 12

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENDIDIKAN KARAKTER

PADA SISWA SD DI PROVINSI SULAWESI UTARA

Deitje A. Katuuk
FIP Universitas Negeri Manado
e-mail: deikatuuk@yahoo.co.id

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menyusun instrumen pendidikan karakter bagi siswa SD. Un-
tuk menyusun instrumen dan buku tentang pendidikan karakter, perlu dilakukan studi yang kom-
prehensif tentang pendidikan karakter yang dilakukan guru di SD. Temuan ini akan membantu siswa
SD untuk memiliki karakter sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Penelitian ini merupakan pe-
nelitian pengembangan yang dirancang dalam dua tahap. Pada tahap satu penelitian ini untuk meng-
indentifikasi pendidikan karakter yang dilakukan pada siswa SD. Penentuan lokasi penelitian diten-
tukan secara purposive pada SD, baik negeri maupun swasta di wilayah provinsi Sulawesi Utara. Tek-
nik pengumpulan data dengan observasi partisipasi, FGD, angket, dan wawancara. Data yang diper-
oleh kemudian dianalisis dengan menggunakan kategori. Hasil penelitian tahap pertama sebagai be-
rikut. (1) Pembentukan karakter siswa SD termasuk dalam 3 kategori yaitu sangat baik, baik, dan
kurang baik. (2) Pada umumnya, pendidikan karakter diajarkan pada siswa tidak secara tersendiri,
namun termasuk dalam mata pelajaran tertentu seperti IPS dan PKn. (3) Materi pendidikan karakter
diajarkan pada siswa jika ada topik tertentu dalam mata pelajaran tersebut yang ada kaitannya. (4)
Sekolah telah menerapkan aturan tertentu dan siswa harus mengikutinya seperti peraturan dan tata
tertib sekolah.

Kata Kunci: instrumen, pendidikan karakter, dan siswa SD

THE DEVELOPMENT OF CHARACTER EDUCATION INSTRUMENTS


FOR THE ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS IN THE PROVINCE
OF NORTH SULAWESI

Abstract: This study aims at developing character education instruments for the elementary school
students. To write an instrument and a book on character education, a comprehensive study on cha-
racter education implemented by the elementary school teachers is needed. This finding will help
elementary school students to possess character in line with the prevailing norms. This study is re-
search and development designed in two stages. The first stage identified character education carried
out for elementary school students. The research locations were determined purposively in state and
private elementary schools in the Province of North Sulawesi. The data collection techniques used
were participant observation, FGD, questionnaires, and interviews. The data obtained were then ana-
lyzed using categories. The research results of the first stage are as follows. (1) Character shaping of
the elementary school students belonged to three categories: very good, good, and poor. (2) In general,
character education was not taught to the students separately, but embeded in particular subjects,
such as IPS and PKN. (3) Materials on character education was taught to the students when there was
a certain topic in the class which was relevant. (4) The school implemented some regulations and the
students had obey them.

Keywords: instrument, character education, elementary school students

PENDAHULUAN didikan bahkan krisis ahlak. Krisis eko-


Indonesia sebagai negera berkem- nomi dapat dilihat dengan banyaknya pe-
bang, pada saat ini mengalami berbagai ngangguran sehingga banyak orang tidak
masalah seperti krisis ekonomi, krisis pen- bisa memenuhi kebutuhan keluarga. De-

11
12

ngan demikian,, ada sebagian orang tua munculnya penyimpangan sikap dan peri-
yang tidak bisa memenuhi kehidupan laku anak. Guru seharusnya mampu men-
hidup yang mengakibatkan tidak mampu ciptakan suasana kelas yang selalu men-
untuk memenuhi kebutuhan sekolah anak. dorong interpretasi diri siswa sehingga sis-
Selain itu, ada sebagian orang tua yang wa diajak untuk berpikir logika ilmu pe-
mengejar karier untukmemenuhi kebutuh- ngetahuan yang sedang dipelajarinya. Mo-
an keluarga, sehingga kehidupan anak ter- del pengajaran transmitif (transfer ilmu
abaikan. Kenyataan saat ini dengan me- dari guru ke murid) hendaknya sudah di-
ningkatnya berbagai kebutuhan, posisi ibu tinggalkan dan tidak dipakai lagi. Informa-
rumah tangga telah bergeser. Biasanya ibu si ini menyebar dengan begitu cepat dan
rumah tangga hanya mengurus keluarga luas. Siapa saja bisa mendapatkan infor-
dan membesarkan anak, tetapi pada saat masi melalui berbagai media, seperti inter-
ini ibu rumah tangga telah bekerja seperti net, televisi, radio, koran, dan sebagainya.
halnya kepala keluarga. Apabila guru hanya menggunakan transfer
Berdasarkan kenyataan tersebut, ke- pengetahuan saja, maka kemampuan serta
hidupan anak dapat dikatakan terabaikan wawasan siswa akan sangat tertinggal jika
karena pada umumnya anak hanya diasuh dibandingkan dengan siswa lain yang gu-
oleh nenek atau pembantu rumah tangga runya menerapkan model pengajaran in-
sehingga semakin menipis upaya pemben- terpretatif.
tukan karakter bagi anak. Dengan demi- Leming mengemukakan bahwa guru
kian, karakter yang terbentuk pada diri tidak perlu mengajari siswa apa yang ia
anak dapat dikatakan jelek seperti berperi- harus lakukan supaya karakternya bisa
laku kasar, kurang sopan, suka berbohong, berkembang bertambah baik, karena pada
tidak menghormati orang yang lebih tua dasarnya siswa mengetahui mana yang
atau suka menang sendiri, tidak mau baik dan mana yang buruk (Salamah,
mengakui kesalahan, tidak bertanggung 2004). Siswa lebih memerlukan kesempat-
jawab, dan sebagainya. an dan dorongan serta bimbingan untuk
Begitu juga pendidikan telah meng- mempraktikkan perilaku baik tersebut di
alami krisis seiring dengan perkembangan dalam kehidupan nyata. Untuk itu, tugas
zaman sekarang yang kebutuhan gurunya guru adalah sebagai fasilitator bagi siswa
semakin hari semakin meningkat sehingga dalam mempraktikkan perilaku yang me-
guru mencari pekerjaan sampingan. Selain nunjang perkembangan moralnya.
itu, ada sebagian guru yang memiliki ke- Di sinilah diperlukan contoh dan te-
sibukan dalam kegiatan sosial di sekitar ladan guru agar guru dapat memengaruhi
tempat tinggal. Dengan kesibukan tersebut, pembentukan karakter anak sehingga anak
guru tidak mempunyai waktu yang cukup dapat membedakan mana yang baik, dan
untuk memperdalam ilmu baik untuk mem- mana yang tidak baik. Jika demikian, maka
baca materi yang akan diajarkan maupun dengan mudah guru dapat membentuk
untuk membuat persiapan mengajar, se- karakter anak sedini mungkin. Pembentuk-
hingga terjadi penurunan kualitas guru an karakter harus dilakukan sejak dini,
dalam mengajar. karena memengaruhi pembentukan kepri-
Selain itu, kurangnya perhatian guru badian anak. Selain itu, pertumbuhan otak
terhadap pendidikan karakter anak diduga anak terbesar berada pada waktu anak ber-
merupakan salah satu faktor pendorong usia 3-4 tahun dan ini dapat memengaruhi

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun IV, Nomor 1, Februari 2014


13

perkembangan anak, khususnya perilaku- antara guru, orang tua, dan pengasuh anak
nya. Dengan demikian, dapat dikatakan sehingga pendidikan karakter dalam mem-
bahwa masa-masa ini adalah masa yang bentuk anak untuk berperilaku baik sesuai
paling ideal bagi anak untuk tumbuh dan dengan norma dan aturan yang berlaku.
berkembang. Apabila kegiatan ini ditunda, Untuk mengetahui karakter yang di-
akan semakin banyak yang akan kehi- miliki siswa SD, perlu diadakan penelitian
langan kesempatan untuk mengoptimal- pendahuluan melalui observasi dan wa-
kan kapasitas perkembangan otak anak wancara. Berdasarkan hasil observasi dan
yang dapat merugikan proses perkem- wawancara, peneliti menyusun instrumen
bangan anak pada fase berikutnya. Ada- dan buku ajar tentang pendidikan karakter.
pun metode yang digunakan sangat ber- Dengan demikian, guru dapat mengguna-
variasi, tergantung kebutuhan anak. Na- kan instrumen dan buku ajar pada waktu
mun, perlu ditekankan satu pendekatan mengajar mata pelajaran yang menginte-
tertentu agar anak memiliki gambaran me- grasikan pendidikan karakter. Melalui ma-
ngenai hal tersebut di atas. Dengan demi- teri tersebut diharapkan siswa memiliki
kian, perlu adanya tanggung jawab dan karakter yang sesuai dengan yang diharap-
kerja sama antara guru, orang tua, dan kan di keluarga, sekolah, dan masyarakat.
pengasuh, misalnya dengan menggunakan Piaget (Atkinson et. al., 1996) me-
pendampingan, pengarahan, dan contoh ngembangkan teori mengenai kemampuan
serta teladan yang baik. Tujuannya agar anak-anak untuk berpikir dan mempertim-
anak dapat membentuk nurani yang baik bangkan kehidupan mereka secara logis
sehingga dapat memilih apa yang indah, melalui tahapan perkembangan yang ber-
baik, dan benar. beda sewaktu mereka berkembang seperti
Selanjutnya, pembentukan karakter berikut.
anak SD sangat diperlukan. Hal ini karena  Tahapan sensori motor (sejak lahir sam-
pembentukan karakter harus sejak dini dan pai usia 2 tahun)
akan memengaruhi pembentukan kepriba- Pada tahapan ini, anak mulai membeda-
dian. Selain itu, pertumbuhan otak anak kan dirinya dengan setiap objek. Arti-
terbesar berada pada waktu anak berusia nya, anak mulai mengenal diri sebagai
3-4 tahun. Dengan demikian, dapat dikata- pelaku kegiatan dan mulai bertindak
kan bahwa masa-masa ini adalah masa dengan tujuan tertentu. Anak mulai
yang paling ideal bagi anak untuk tumbuh menguasai keadaan tetap dari objek,
kembang. Apabila kita menunda kegiatan menyadari bahwa benda tetap ada mes-
ini, maka semakin banyak kita akan ke- kipun tidak terjangkau oleh inderanya.
hilangan kesempatan untuk mengoptimal-  Tahapan praoperasional (2-7 tahun)
kan kapasitas perkembangan otak anak Anak mulai belajar menggunakan ba-
yang dapat merugikan proses perkem- hasa dan menggambarkan objek dengan
bangan anak pada fase berikutnya. Ada- imajinasi dengan kata-kata. Pada tahap
pun metode yang digunakan sangat ber- ini, anak masih berpikir bersifat egosen-
variasi, tergantung kebutuhan anak. Na- tris. Pada saati ini anak mulai kesulitan
mun, perlu ada penekanan pada satu pen- untuk menerima pandangan orang lain.
dekatan tertentu agar anak memiliki gam- Selain itu, anak mulai mengklasifikasi-
baran mengenai hal tersebut di atas. De- kan objek menurut tanda seperti me-
ngan demikian, perlu adanya kerja sama ngelompokkan semua balok merah tan-

Pengembangan Instrumen Pendidikan Karakter pada Siswa SD di Provinsi Sulawesi Utara


14

pa memperhatikan bentuknya atau se- kekal sehingga menuju pada pertumbuhan


mua balok persegi tanpa memperhati- sosial. Berdasarkan uraian di atas, dapat
kan warnanya. disimpulkan bahwa karakter menunjukkan
 Tahapan operasional (konkret) (7-12 ta- suatu tingkah laku tertentu. Karakter anta-
hun) ra satu dengan yang lain agak berbeda, se-
Anak mulai berpikir logis mengenai hingga melalui karakter dapat menentukan
objek dan kejadian. Anak mulai me- ciri khas tertentu dari seseorang. Suparno
nguasai konservasi jumlah tak terbatas dkk. (2002) mengemukakan bahwa sikap
dan berat. Anak juga dapat mengklasifi- nilai moral berisikan suatu pandangan
kasikan objek menurut beberapa tanda dalam diri seseorang, sedangkan nilai mo-
dan mampu menyusun dalam suatu seri ral harus terwujud dalam tindakan yang
berdasarkan satu dimensi seperti ukur- mencerminkan sikap dasar seseorang. De-
an. Piaget menamakan masa ini tahapan ngan demikian, ada dua unsur pemaham-
operasional konkret, meskipun anak- an pengertian, dan unsur tindakan atau
anak memakai istilah abstrak, mereka perbuatan. Kedua hal ini harus saling me-
hanya memakainya dalam hubungan- lengkapi antara satu dengan yang lain.
nya dengan objek konkret. Sikap menjadi dasar untuk bertindak, dan
 Opersional formal (12 tahun ke atas) tindakan menjadi ungkapan sikap itu. Bila
Anak mampu berpikir logis mengenai tindakan dilakukan secara terus menerus
soal abstrak serta menguji hipotesis secara konsisten sampai menjadi kebiasa-
secara sistematis. Anak dapat menaruh an, maka terjadi pembentukan karakter se-
perhatian terhadap masalah hipotesis, seorang.
masa depan dan masalah ideologis. Sejalan dengan hal tersebut di atas,
Wynne (1991) mengemukakan bahwa Lickona (1991) mengemukakan bahwa me-
kata karakter berasal dari bahasa Yunani miliki pengetahuan tentang nilai moral ti-
yang berarti ’to mark’ (menandai) dan dak cukup untuk menjadi manusia ber-
memfokuskan bagaimana mengaplikasikan karakter. Nilai moral harus disertai dengan
nilai kebaikan dalam bentuk tingkah laku adanya karakter bermoral. Ada tiga kom-
atau tindakan. Dikemukakan juga bahwa ponen karakter (component of good character).
karakter adalah suatu gabungan dari atri-  Pengetahuan tentang moral (moral know-
but-atribut, pola-pola sikap dan perilaku ing) yang terdiri atas enam hal yang
yang berpadu untuk mengangkat identitas menjadi tujuan diajarkannya moral know-
seseorang dan membedakan setiap indivi- ing, yaitu: (1) kesadaran moral (moral
du dari individu lain. Setiap individu me- awareness); (2) mengetahui nilai moral
ngembangkan suatu watak yang unik, (knowing moral values); (3) perspective tak-
yang ditunjukkan dengan suatu kombinasi ing; (4) penalaran moral (moral reason-
yang unik, yang ditunjukkan dengan suatu ing); (5) pembuatan keputusan (decision
kombinasi yang unik antara pola-pola dan making); dan (6) pengetahuan diri (self
sikap perilaku. knowledge).
Dja’ali (2008) megemukakan bahwa  Perasaan tentang moral (moral feeling)
karakter dapat didefinisikan sebagai kecen- terdiri dari enam hal yang merupakan
derungan tingkah laku yang konsisten se- aspek dari emosi yang harus mampu
cara lahiriah dan batiniah. Karakter adalah dirasakan oleh seseorang untuk menjadi
hasil kegiatan yang sangat mendalam dan manusia berkarakter, yaitu: (1) nurani

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun IV, Nomor 1, Februari 2014


15

(conscience); (2) penghargaan diri (self tindakan agar dapat diterima masyarakat.
esteem); (3) empati (empathy); (4) cinta Setiap masyarakat mempunyai aturan
kebaikan (loving the good); (5) kontrol yang harus ditaati oleh para anggotanya.
diri (self control); dan (6) humility. Agar dapat diterima sebagai anggota suatu
 Perbuatan bermoral (moral action). Per- masyarakat maka anak perlu belajar atau
buatan atau tindakan moral merupakan mengetahui peraturan-peraturan tersebut
hasil (outcome) dari dua komponen ka- dan bertindak sesuai aturan tersebut. (2)
rakter lainnya. Untuk memahami apa Memainkan peran sosial yang dapat diteri-
yang mendorong seseorang dalam per- ma masyarakat. Setiap masyarakat mem-
buatan baik (act morally), maka harus di- punyai kesepakatan yang harus ditaati
lihat tiga aspek lain dari karakter yaitu: anggotanya tentang peran apa yang di-
(1) kompetensi (competence); (2) keingin- anggap baik dan peran apa yang dianggap
an (will); dan (3) kebiasaan (habit). kurang baik oleh masyarakat tersebut.
Berdasarkan ketiga komponen yang Apabila seseorang ingin diterima dalan
telah diuraikan di atas, maka jelaslah bah- suatu anggota masyarakat, maka ia harus
wa penanaman nilai dari ketiga komponen menyesuaikan diri dengan lingkungan ma-
yaitu pemahaman, perasaan, dan tindakan syarakat di mana ia berada. (3) Mengem-
harus ada untuk membentuk manusia bangkan sikap sosial. Agar dapat diterima
yang berkarakter. Dengan demikian, un- sebagai anggota masyarakat, seseorang ha-
sur-unsur nilai harus dimengerti atau di- rus mampu menunjukkan sikap suka ter-
pahami isinya dan alasannya mengapa ha- hadap anggota masyarakat yang lain dan
rus dilakukan dan perasaan akan meng- berperilaku sosial.
iyakan penerimaan nilai tersebut dan Satu contoh yang perlu dipertegas
akhirnya nilai itu diwujudkan dalam tin- tentang nilai-nilai karakter adalah disiplin.
dakan nyata. Hurlock (1978) mengemukakan bahwa di-
Moral adalah satu istilah penting da- siplin berasal dari kata diciple artinya ada-
lam pendidikan. Bahkan dalam literatur lah suatu bentuk aturan yang disepakati
Barat dijelaskan bahwa pendidikan mem- lingkungan untuk ditaati. Bentuk aturan di
punyai misi utama untuk menolong orang rumah atau di sekolah perlu ditaati oleh
lain agar bisa menjadi dewasa dan ber- lingkungan pendukungnya. Misalnya, pe-
tanggung jawab. Dewasa dan bertanggung lajaran di sekolah di mulai jam 07.00. De-
jawab adalah dua kriteria utama dari kon- ngan demikian, maka petugas sekolah, ke-
sep perilaku pertimbangan dan tindakan pala sekolah, guru, pegawai, dan anak se-
moral. Haricahyono (1995) merumuskan kolah harus berada di sekolah sebelum jam
pengertian moral sebagai adanya kesesuai- 07.00. Jika terlambat, berarti telah melang-
an dengan ukuran baik dan buruknya se- gar aturan yang telah ditetapkan, maka
suatu tingkah laku atau karakter yang telah siapapun yang terlambat akan terkena
diterima oleh suatu masyarakat, termasuk sanksinya. Waney (2003) mengemukakan
dalamnya berbagai tingkah laku spesifik, bahwa disiplin mengarahkan tingkah laku
seperti tingkah laku seksual. sedemikian rupa agar dapat diterima orang
Hurlock (1978) mengemukakan bah- sekitarnya sesuai aturan yang berlaku di
wa agar anak dapat bertindak sesuai de- sekelilingnya. Disiplin perlu ditanamkan
ngan tuntutan masyarakat, maka diperlu- pada anak usia dua tahun ke atas agar
kan tiga proses berikut. (1) Belajar tentang pada diri anak tersebut tumbuh kepatuhan.

Pengembangan Instrumen Pendidikan Karakter pada Siswa SD di Provinsi Sulawesi Utara


16

Henry Clay mengemukakan bahwa task) yang merupakan harapan masyarakat


kepatuhan berarti proses sadar terhadap mengenai bagaimana anak dalam pertum-
peraturan yang berlaku di sekelilingnya buhannya sehingga dapat menjalankan
yang perlu dipatuhi agar tercipta suatu tugas-tugas perkembangan secara efektif.
keteraturan. Melalui disiplin, diharapkan Tugas-tugas perkembangan itu hanya da-
individu dapat mengimplisasi kelakuan- pat dilaksanakan apabila anak disiplin di-
nya yang sesuai dengan kesanggupan diri- anggap sebagai sarana bagi anak untuk da-
nya sebagai kesaadaran dan tanggung ja- pat menjalankan tugas-tugas perkembang-
wab moral (Waney, 2003). an dirinya dengan baik.
Disiplin perlu dilatih pada anak se- Penguasaan tugas-tugas perkembang-
dini mungkin, yang diawali pada usia 2-3 an tidak sepenuhnya menjadi tanggung
tahun. Anak usia 2 tahun merupakan masa jawab orang tua seperti pada waktu anak
yang perlu bimbingan, dan mulai tumbuh masih dalam pra sekolah, guru dan sebagi-
sikap menantang atau membrontak karena an teman sebaya juga bertanggung jawab
kemauannya mulai terbentuk. Pada usia 2 untuk keberhasilan anak pada masa ini.
tahun ke atas, anak perlu dilatih belajar Kematangan seksual anak laki-laki akan
menaati lingkungan sesuai dengan aturan lebih lambat jika dibandingkan dengan
yang berlaku. Dengan demikian, dapat di- anak perempuan, sehingga masa kanak-
katakan bahwa disiplin perlu dibina baik kanak dialami lebih lama. Dengan demiki-
di kelompok bermain atau TK. Wadah ini an, dapat dikatakan bahwa tugas perkem-
menjadi peletak dasar yang memupuk ke bangan anak laki-laki lebih baik jika di-
arah perkembangan sikap pengembangan bandigkan dengan anak perempuan.
pribadi. Disiplin diperlukan untuk pem- Nelsen (1997) mengemukakan bahwa
bentukan stabilitas watak seseorang agar disiplin positif dan partisipasi kelompok
tumbuh tanggung jawab moralnya. Tang- bukan dimaksudkan untuk menggantikan
gung jawab moral memacu individu untuk akal sehat anda sendiri. Prinsip dan nasihat
berani bertindak. yang anda terima dari orang lain menjadi
Dari sisi psikopedagogik, disiplin sa- paling efektif apabila dipakai sebagai peng-
ngat penting, bahkan merupakan keharus- ingat dan petunjuk terhadap apa yang te-
an bagi pertumbuhan anak. Tumbuh kem- lah anda ketahui secara naluri. Bila prinsip-
bang anak tidak hanya secara fisiologis, prinsip disiplin positif dipengaruhi oleh
tetapi juga secara mental dan sosial. Per- rasa ketidakpastian dan kebimbangan,
kembangan diri yang utuh dan sehat se- maka prinsip dan anjuran tadi tidak akan
cara jasmani, intelektual, emosional, sosial, efektif.
dan spiritual, adalah cermin dari kualitas Berdasarkan hasil penelitian seperti
disiplin yang dialami dan dijalani oleh yang telah dilakukan oleh Wantania (2009)
anak sejak ia dalam kandungan hingga pada anak TK di Kota Manado dan Kota
lahir, tumbuh, dan berkembang menjadi Tomohon menunjukkan bahwa jenis karak-
dewasa (Coles, 2000). ter, aturan di rumah maupun di sekolah,
Tidak hanya untuk kebutuhan per- dan model pembelajaran pembentukan
kembangan secara individual, akan tetapi karakter untuk menanamkan disiplin pada
disiplin juga merupakan kebutuhan sosial. anak TK termasuk dalam kategori rendah
Havighurst (1972) menegaskan bahwa dan sedang, begitu pula dengan aturan
tugas-tugas perkembangan (developmental yang diterapkan di rumah maupun di

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun IV, Nomor 1, Februari 2014


17

sekolah. Hal ini disebabkan karena posisi melakukan kegiatan-kegiatan sebagai beri-
orang tua dengan segala kesibukannya se- kut.
hingga anak dibina oleh pengasuhnya. Un-  Mengidentifikasi karakter siswa SD.
tuk itu, orang tua dapat meningkatkan  Mengidentifikasi tentang karakter dan
pola asuh yang baik bagi anak dengan penggunaan buku ajar pada siswa SD.
memberikan contoh dan teladan yang baik  Menyusun draf instrumen pendidikan
seperti: memelihara pengendalian emosi, karakter siswa SD.
melaksanakan tugas-tugas dengan baik Penentuan lokasi penelitian ditentuk-
rajin, mempunyai sikap bangga terhadap an secara purposive atau dipilih dengan
pekerjaan, menunjukkan tanggung jawab tujuan dan disengaja karena karakteristik
dalam keluarga, hubungan saling akrab wilayah yang dipilih sesuai dengan tujuan
dan menyayangi keluarga merupakan con- penelitian, yaitu SD Negeri dan Swasta di
toh untuk pengembangan perilaku anak. Provinsi Sulawesi Utara. Adapun sampel
Selain itu, perlu ditetapkan aturan dan guru SD bisa dilihat pada Tabel 1.
disiplin di rumah sehingga anak akan ter-
biasa untuk mempraktikkan hal tersebut.
Tahun I Mengidentifikasi
METODE Base Line Study tentang karakter
Penelitian ini merupakan penelitian Menyusun in-
dan penggunaan
strument Pen-
pengembangan (Borg, W.R., 1981). Peneliti- didikan Karak-
buku ajar pada
an ini terdiri dari dua tahap, tahap pertama ter siswa SD
dilakukan di tahun I dan tahap kedua di-
lakukan di tahun II. Penelitian tahap I yang
merupakan base line study bertujuan untuk:
(1) mengidentifikasi karakter siswa SD me-
liputi: bersikap sopan santun, memiliki ni-
Tersusunnya
lai-nilai kejujuran, memiliki sifat yang da- Instrumen
pat dipercaya, tolong menolong, saling pendidikan
menghormati, bersikap adil, dapat menga- karakter siswa
SD
kui kesalahan, dapat meminta maaf dan
memaafkan, serta bertanggung jawab; dan
(2) penggunaan buku ajar pada waktu Gambar 1. Tahap Penelitian Tahun
guru mengajar pendidikan karakter pada Pertama
siswa SD.
Penelitian tahap II adalah pengem- Secara garis besar teknik pengum-
bangan yaitu: menyusun instrumen pendi- pulan data dalam tahap kedua penelitian
dikan karakter, buku ajar, validasi instru- ini akan menggunakan empat teknik yang
men dan buku ajar dengan melibatkan ex- saling melengkapi, seperti berikut.
pert, uji skala terbatas dan uji skala luas  Observasi Partisipasi dilakukan untuk
(eksperimen). Tahapan penelitian dapat mengidentifikasi permasalahan tentang
dilihat pada Gambar 1. pembentukan karakter siswa di sekolah
Penelitian tahap pertama merupakan dan mengumpulkan data tentang pelak-
tahapan untuk mengidentifikasi aspirasi sanaan ujicoba instrumen yang dikem-
pendidikan dan pekerjaan/karier dengan bangkan.

Pengembangan Instrumen Pendidikan Karakter pada Siswa SD di Provinsi Sulawesi Utara


18

Tabel 1. Jumlah Sampel Guru SD di Pro- kan karakter di sekolah (guru), dan pe-
pinsi Sulawesi Utara laku pembinaan dari dinas pendidikan,
No Kabupaten/Kota Jumlah kepala dekolah, pengawas sekolah atau-
1. Minahasa 30 pun instansi terkait.
2. Minahasa Utara 30 Instrumen penelitian digunakan un-
3. Minahasa Tenggara 20 tuk mengidentifikasi pembentukan karak-
4. Minahasa Selatan 30 ter siswa SD dan masalah yang dihadapi
5. Bolaangmongondow 20 dengan menggunakan skala Likert 1 – 5.
6. Bolaangmongondow Utara 20 Instrumen yang disusun oleh peneliti diva-
7. Bolaangmongondow Selatan 20 lidasi dengan menggunakan 2 expert da-
8. Bolaangmongondow Timur 20
lam pendidikan yang berkaitan dengan
9. Siau Taulandang Biaro 10
pendidikan karakter. Sebelum instrumen
10. Sangihe Talaud 10
11. Kota Manado 30
penelitian ini digunakan, maka dilakukan
12. Kota Bitung 30 uji coba instrumen dengan melibatkan 30
13. Kota Tomohon 28 orang guru SD di Kabupaten Minahasa
Jumlah 298 Utara. Hasil ujicoba dianalisis dengan
menggunakan bantuan program SPSS for
 Focus Group Discussion (FGD) adalah window 13. Hasil uji reliabilitas untuk va-
penggunaan forum diskusi dalam ke- riabel pembentukan karakter siswa SD se-
lompok yang anggotanya dibatasi krite- besar r = 0,796 memiliki tingkat reliabilitas
ria tertentu dengan pembahasan yang yang termasuk dalam kategori tinggi.
dibatasi atau terfokus pada topik ter- Untuk mengetahui apakah pemben-
tentu tanpa perlu kesepakatan bulat tukan karakter siswa SD di sekolah terma-
atau kesimpulan yang merupakan kepu- suk dalam kategori sangat baik, baik, atau
tusan bersama. Hasil gelar pendapat se- kurang, digunakan kategorisasi. Tujuan ka-
bagai curahan persepsi, sikap, motivasi, tegorisasi ini adalah menempatkan indi-
atau pengalaman para peserta diguna- vidu kedalam kelompok-kelompok yang
kan sebagai dasar pengembangan in- terpisah secara berjenjang menurut suatu
strumen pendidikan karakter. kontinum berdasarkan atribut yang di-
 Angket dipakai sebagai teknik pengum- ukur, dengan menggunakan penggolongan
pulan survey, yaitu menggali data kepa- subjek ke dalam 3 kategori seperti berikut
da semua responden untuk mengiden- ini.
tifikasi pembentukan karekter siswa SD  Sangat Membutuhkan > Mi + SDi
di sekolah dan penggunaan buku ajar  Membutuhkan Mi – SDi < skor ≤ Mi +
yang digunakan pada waktu mengajar SDi
penddikan karakter di sekolah.  Kurang Membutuhkan ≤ Mi – SDi
 Wawancara dilakukan pada beberapa
orang pada tiap kelompok guru untuk HASIL DAN PEMBAHASAN
melengkapi data dari angket dan obser- Perhitungan Distribusi Frekuensi dan
vasi/observasi partisipatif. Wawancara Histogram Skor Pembentukan Karakter
mendalam (indept interview) dilakukan Siswa
pada responden kunci yaitu orang- Dari data yang dikumpulkan skor
orang yang punya pengaruh dan para- identifikasi pembentukan karakter memi-
nan besar dalam pelaksanaan pendidi- liki rentangan antara 76 sampai 142. Dari

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun IV, Nomor 1, Februari 2014


19

data tersebut didapat nilai rerata sebesar Identifikasi Penggunaan Buku Ajar Pen-
115,4161 dan simpangan baku sebesar didikan Karakter
11,60582. Distribusi frekuensi dan histo- Berdasarkan hasil wawancara den-
gramnya dapat dilihat pada Tabel 2 dan gan guru yang dilibatkan dalam penelitian
Gambar 1. ini, dapat dilaporkan seperti berikut.
 Pada umumnya pendidikan karakter
Hasil Perhitungan Identifikasi Pemben- diajarkan pada siswa tidak secara ter-
tukan Karakter Siswa SD sendiri, namun termasuk dalam mata
Berdasarkan hasil perhitungan den- pelajaran tertentu seperti IPS dan PKn.
gan menggunakan kategorisasi, subjek  Materi tentang pendidikan karakter di-
peneliti ditempatkan ke dalam kelompok- ajarkan pada siswa jikalau ada topik ter-
kelompok yang terpisah secara berjenjang tentu dalam mata pelajaran tersebut
menurut suatu kontinum berdasarkan atri- yang ada kaitannya.
but yang diukur, dengan menggunakan  Materi tentang pendidikan karakter ti-
penggolongan subjek ke dalam 3 kategori dak dapat diajarkan secara terperinci
di atas menunjukkan hal-hal seperti beri- pada siswa.
kut. (1) Terdapat 32 (10,74%) guru terma-  Sekolah telah menerapkan aturan ter-
suk dalam kategori sangat baik dalam tentu dan siswa harus mengikutinya se-
membentuk karakter siswa SD. (2) Terdapat perti; peraturan dan tata tertib sekolah.
206 (69,13%) gurutermasuk dalam kategori Melalui peraturan dan tata tertib seko-
baik dalam membentuk karakter siswa SD. lah, siswa sudah mulai dilatih untuk
(3) Terdapat 60 (20,13%) guru yang terma- mengikuti norma dan aturan yang ber-
suk dalam kategori kurang dalam mem- laku.
bentuk karakter siswa SD.  Apabila siswa tidak megikuti aturan
yang telah ditetapkan, tentu ada sank-
70
sinya seperti: siswa hadir di sekolah te-
pat pada waktunya, menyelesaikan tu-
60
gas guru, dan sebagainya.
Dari gambaran di atas perlu ditegas-
50
kan bahwa para siswa SD perlu dibentuk,
dibangun dan dikembangkan karakternya
Frequency

40
mereka baik di rumah maupun di sekolah
melalui pergaulan mereka dengan orang
30
dewasa, guru, dan teman sebaya. Pergaul-
an mereka di sekolah bisa berjalan dengan
20 baik apabila berdasarkan aturan-aturan ter-
tentu. Perkembangan sosial dan kepribadi-
10 an mulai dari usia prasekolah sampai akhir
Mean = 115.4161
Std. Dev. = 11.60582
N = 298
masa sekolah ditandai oleh meluasnya
0 lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan
80.00 100.00 120.00 140.00

pembentukankaraktersiswa

Gambar 1. Pembentukan Karakter


Siswa

Pengembangan Instrumen Pendidikan Karakter pada Siswa SD di Provinsi Sulawesi Utara


20

Tabel 2. Data Pembentukan Karakter Siswa

Valid Per- Cumulative


Frequency Percent cent Percent
Valid 76,00 2 ,7 ,7 ,7
78,00 5 1,7 1,7 2,3
84,00 2 ,7 ,7 3,0
86,00 1 ,3 ,3 3,4
88,00 3 1,0 1,0 4,4
89,00 1 ,3 ,3 4,7
90,00 3 1,0 1,0 5,7
96,00 2 ,7 ,7 6,4
98,00 15 5,0 5,0 11,4
102,00 3 1,0 1,0 12,4
104,00 2 ,7 ,7 13,1
106,00 6 2,0 2,0 15,1
108,00 18 6,0 6,0 21,1
109,00 6 2,0 2,0 23,2
110,00 5 1,7 1,7 24,8
112,00 17 5,7 5,7 30,5
114,00 31 10,4 10,4 40,9
115,00 2 ,7 ,7 41,6
116,00 16 5,4 5,4 47,0
117,00 3 1,0 1,0 48,0
118,00 31 10,4 10,4 58,4
119,00 3 1,0 1,0 59,4
120,00 32 10,7 10,7 70,1
122,00 3 1,0 1,0 71,1
123,00 3 1,0 1,0 72,1
124,00 35 11,7 11,7 83,9
125,00 4 1,3 1,3 85,2
126,00 9 3,0 3,0 88,3
127,00 3 1,0 1,0 89,3
128,00 12 4,0 4,0 93,3
130,00 6 2,0 2,0 95,3
131,00 1 ,3 ,3 95,6
132,00 7 2,3 2,3 98,0
134,00 3 1,0 1,0 99,0
140,00 2 ,7 ,7 99,7
142,00 1 ,3 ,3 100,0
Total 298 100,0 100,0

diri dari keluarga dan mendekatkan diri ini, anak mulai bergaul dengan teman se-
dengan orang di samping anggota keluar- baya dan guru, yang mempunyai penga-
ga. Meluasnya lingkungan sosial anak me- ruh yang sangat besar dalam proses eman-
nyebabkan anak memperoleh pengaruh sipasi. Dalam proses emansipasi, teman se-
dari luar pengawasan orang tua. Dalam hal baya mempunyai peranan yang besar. Se-

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun IV, Nomor 1, Februari 2014


21

lain itu, perkembangan motif berprestasi bisa jadi memiliki sikap yang sinis dan me-
dan identitas kelamin sangat penting dan rendahkan terhadap aturan-aturan norma
perkembangan pengertian norma, seperti yang diikuti oleh masyarakat. Apabila atu-
yang dikemukakan oleh Piaget, yakni mo- ran yang diterapkan baik, adil dan konsis-
ralitas merupakan kemajuan yang esensial. ten, maka anak akan merasa bahagia. Pera-
Pada tahap inilah disiplin berperan turan merupakan pondasi atau landasan
penting dalam perkembangan moral anak. yang baik anak. Semakin spesifik aturan
Bagi anak yang lebih besar, disiplin meru- yang dibuat, maka anak semakin bahagia.
pakan masalah yang serius. Teknik-teknik Kohlberg sebagai ahli filsafat moral
penanaman kedisiplinan yang dilakukan mengemukakan bahwa anaklah yang mem-
secara kontinu ternyata efektif ketika anak bentuk standar moralnya sendiri. Standar
masih kecil. Apabila disiplin dibutuhkan tersebut, tidak datang dari orang tua atau
dalam perkembangan, maka perlu dise- teman sebaya. Hal ini muncul berdasarkan
suaikan dengan tingkat perkembangan interaksi kognitif anak dengan lingkungan
anak. Hurlock (1978) mengemukakan bah- pergaulannya. Pergeseran dari satu tahap-
wa hal-hal yang penting dari disiplin yang an ke tahapan selanjutnya, merupakan
efektif bagi anak besar seperti berikut. pengorganisasian kembali kognitif internal
 Ganjaran, seperti pujian atau perlakuan dan bukan semata-mata penguasaan kon-
secara khusus karena berhasil mengatasi sep moral yang terdapat dalam budaya
situasi sulit dengan baik, mempunyai mereka (Atkinson, et. al., 1996).
nilai pendidikan yang tinggi. Jika pujian Gagasan untuk memberlakukan atu-
dan perlakuan khusus menunjukkan ran untuk anak mungkin merupakan hal
bahwa anak telah bertindak dengan be- yang baru. Hal yang penting adalah me-
nar dan berperilaku dengan baik. Apa- mulai dengan awal yang baik. Awal yang
bila pujian dan perlakuan khusus secara baik akan memberikan landasan bagi anak
efektif, maka ganjaran harus disesuai- untuk menerima keinginan orang tua. Un-
kan dengan tingkat perkembangan tuk itu, dapat dimulai dengan satu aturan
anak. saja pada satu kesempatan. Jangan terlalu
 Hukuman, seperti ganjaran harus sesuai membebani anak dengan terlampau ba-
dengan perkembangan dan harus dila- nyak aturan pada tahap awal. Mulailah de-
kukan secara adil. Jika tidak, hal itu da- ngan aturan yang diyakini akan berhasil
pat menimbulkan kebencian anak terha- tanpa kesulitan apa pun, sehingga anak
dap guru. Hukuman harus mendorong dapat menerima aturan tersebut sebagai
anak untuk menyesuaikan diri dengan kegiatan rutinnya sehari-hari. Orang tua
harapan sosial di masa berikutnya. harus yakin secara mutlak bahwa anak
 Konsistensi; disiplin yang baik selalu akan mematuhi aturan secara teratur ter-
konsisten. Perbuatan yang salah perlu lebih dahulu sebelum diberlakukan aturan
mendapat hukuman, dan perbuatan yang lain.
yang benar perlu mendapat ganjaran.
Jika aturan yang dibuat tidak realis- PENUTUP
tis, tidak bisa dilaksanakan dan tidak adil, Berdasarkan pembahasan di atas, da-
berarti melatih anak tersebut untuk jadi pat dikemukakan beberapa simpulan se-
pengelak. Kemungkinan anak tidak akan bagai berikut.
tumbuh dewasa menjadi penjahat, tetapi

Pengembangan Instrumen Pendidikan Karakter pada Siswa SD di Provinsi Sulawesi Utara


22

 Pembentukan karakter siswa SD ter- Dja’ali. H. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakar-


masuk dalam tiga kategori, yaitu sangat ta: Bumi Aksara.
baik, baik, dan kurang baik.
 Pada umumnya pendidikan karakter di- Haricahyono, Cheppy. 1995. Dimensi-Di-
ajarkan pada siswa tidak secara tersen- mensi Pendidikan Moral. Semarang:
diri, namun termasuk dalam mata pela- IKIP Semarang Press.
jaran tertentu seperti IPS dan PKn.
Havighurst R.J. 1972. Developmental Task
 Materi tentang pendidikan karakter di-
and Educational. New York: McKay.
ajarkan pada siswa jikalau ada topik ter-
tentu dalam mata pelajaran tersebut Hurlock. E.B. 1978. Perkembangan Anak Jilid
yang ada kaitannya. I. Jakarta: Erlangga (terjemahan).
 Materi tentang pendidikan karakter ti-
dak dapat diajarkan secara terperinci Lickona T. 1991. Educating for Character,
pada siswa. How Our School Can Teach Respect and
 Sekolah telah menerapkan aturan ter- Responsibility. New York: Bantam
tentu dan siswa harus mengikutinya se- Books.
perti peraturan dan tata tertib sekolah.
Melalui peraturan dan tata tertib seko- Nelsen J. 1997. Disiplin Positif. (Terjema-
lah, siswa sudah mulai dilatih untuk han). Jakarta: Pustaka Delapratasa.
mengikuti norma dan aturan yang ber-
Salamah. 2004. “Kemampuan Mengajar
laku.
Guru Sekolah Dasar”. Jurnal Teknologi
Pendidikan Volume 6, No 1, April
UCAPAN TERIMA KASIH
2004.
Dengan selesainya penelitian ini pe-
nulis mengucapkan terima kasih yang se-
Suparno, P., dkk. 2002. Pendidikan Budi
tulus-tulusnya kepada semupa pihak yang Pekerti di Sekolah: Suatu Tinjauan
telah membantu kelancaran penelitian, ter- Umum. Yogyakarta: Kanisius.
utama para dosen kolega penulis di Uni-
versitas Negeri Manado. Penulis juga men- Waney, G.K. 2003. Perilaku Anak Usia Dini:
gucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Kasus dan Pemecahannya. Yogyakarta:
Wawan Sundawan S., M.Ed. yang telah Kanisius.
membantu demi dimuatnya artikel penulis
di Jurnal Pendidikan Karakter. Wantania, P. 2009. “Pengembangan Model
Pembentukan Karakter dalam Upaya
DAFTAR PUSTAKA Untuk Menanamkan Disiplin pada
Anak TK Di Provinsi Sulawesi Uta-
Atkinson, Rita L., Atkinson, R.C., dan Hil-
ra”. Laporan Penelitian Hibah Bersaing.
gard E.R. 1996. Pengantar Psikologi I.
Tahun I, DP2M Dikti.
Jakarta: Erlangga.
Wynne E.A. 1991. “Character and Academ-
Borg, W.R. 1981. Applying Educational Re-
ics in The Elementary School”. In J.S.
search. New York: Longman.
Benigna (ed) Moral Character, and Ci-
Coles, Robert. 2000. Menumbuhkan Kecerda- vic Education in Elementary School.
san Moral pada Anak. Jakarta: Grame- New York: Teachers College Press.
dia.

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun IV, Nomor 1, Februari 2014

Anda mungkin juga menyukai