Anda di halaman 1dari 4

a) Pengertian Al-Qur’an

Al-Quran berasal dari bahasa Arab yaitu mashdar dari kata “qa-ra-a”. Hasbi Ash-Shiddieqy (1974:15)
memberikan pengertian kata Al-Quran dengan bacaan atau yang dibaca. Jadi istilah Al-Quran adalah
mashdar yang diartikan dengan arti isim maf 'ul yaitu “maqru'“ artinya yang dibaca. Selanjutnya Al-
Quran menurut istilah adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang tidak
dapat ditandingi oleh yang menentangnya walaupun sekedar sesuratnya saja dari padanya (Hasbi Ash-
Shiddieqy, 1974: 16).

beberapa komponen istiah definisi antara lain:

-Al-Quran adalah kalamullah atau firman Allah, bukan ucapan Nabi atau manusia lainnya. Tidak ada
sepatah kata pun ucapan Nabi dalam Al-Quran.

-Diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w, yaitu tahun 611M.

melalui perantaraan malaikat Jibril secara berangsur-angsur, yaitu selama 22 tahun 2 bulan 22 hari
kepada Nabi Muhammad.

-Dikumpulkan dalam mushhaf, yang sejak masa turunnya dihafalkan dan ditulis oleh para sahabat
kemudian

-dikumpulkan dalam satu mushhaf yang seluruhnya berisi 6.236 ayat atau 114 surat.

-Disampaikan kepada umat Islam secara mutawatir, atau terus-menerus

- Bernilai ibadah bagi pembaca dan pendengarnya

-Isinya dimulai dengan surat Al fatihah dan diakhiri dengan Surat An-Nas.

B.Sejarah Pemeliharaan Al-Qur’an

-pemeliharaan al-Qur’an Periode Nabi Muhammad SAW

Pada masa Nabi SAW Al-quran dipelihara dalam

ingatan nabi Muhammad SAW yang sangat kuat. sebab tradisi hafalan yang telah membudaya
dikalangan bangsa Arab ketika itu memungkinkan terpeliharanya Al-Quran dalam metode hafalan oleh
para sahabat Nabi SAW. Cara kedua yang dilakukan oleh Nabi pada SAW beliau adalah penulisan ayat-
ayat Al-Quran kedalam media tulis yang ada waktu itu, seperti pelapah kurma, kulit onta dan tulang
belulang.

- Pemeliharaan al-Qur’an periode khalifah Abu Bakar As-

Shiddiq.
Periode pemeliharaaan kedua terjadi pada masa khalifah Abu Bakar as-Shidiq. Atas saran Umar bin
Khatab, Abu Bakar memerintahkan Zaid Bin Tsabit untuk mengumpulkan dan memeriksa kembali ayat-
ayat Al-Quran yang pernah terkumpulkan. Dalam menjalankan tugasnya ini, Zaid bin Tsabit dibantu tim
pencatat wahyu pada masa Nabi, diantaranya Ubay bin Ka’ab, Ali bin Abi Talib, da Usman bin Affan.
Hasilnya, terkumpul sebuah Al-Quran dalam bentuk suhuf (lembaran) dari kulit dan pelepah kurma.

-Pemeliharaan Al-Qur’an periode khalifah Usman Bin Affan

Sejalan dengan perluasan daerah Islam, mulai timbul perbedaan pendapat mengenai qiraah (bacaan) Al-
Qur’an. Hal ini segera ditangapi oleh khlifah Usman bin Affan untuk menuliskan Al-Qur’an ke dalam satu
mushaf. Penulisan ini disesuaikan dengan tulisan aslinya ( hasil pengumpulan pada masa Abi Bakar RA.).
Khalifah Usman memberikan tanggung jawab penulisan Al-Quran itu kepada Zaid bin Sabit dengan
dibantu Abdullah bin Zubair. Said bin As dan Abdurahman bin Al-Haris, setelah terkumpul kedalam satu
mashaf, Usman mengirim salinan Al-Qur’an tersebut ke beberapa kota besar, masing-masing satu buah.
Mushaf Al-Qur’an yang ditulis tanpa titik dan baris ini kemudian dikenal dengan sebutan “ Mushaf al-
Imam” atau “Mushaf Usmani”.

-Pemeliharaan al-Qur’an periode khalifah Ali bin Abi Thalib

Pemeliharaan al-Qur’an pada periode khalifah Ali bin Abi Thalib dapat disebut sbagai periode
penyempurnaan, karena mushaf Usmani tidak memakai tanda baca titik dan syakal, karena semata-mata
didasarkan pada watak pembawaan orang-orang Arab yang masih murni, sehingga mereka tidak
memerlukan syakal dengan harakat dan pemberian titik. Ketika bahasa Arab mulai mengalami kerusakan
karena banyaknya percampuran (dengan bahasa non Arab), maka para penguasa merasa pentingnya
ada

c) Isi Kandungan Al-Qur’an

Al-Quran terdiri dari 114 surat, 6236 ayat, 74437 kalimat, dan 325345 huruf, mengandung pokok-pokok
berbagai hal di dalamnya. Kelengkapan kandungan al-Quran diterangkan sendiri di dalam al-an’am [6] :
38 :“Dan tidaklah ada yang kami luputkan (tinggalkan) di dalam Al-Kitab (Al-Quran) sesuatu pun". (Q.S.
al-an’aam [6] : 38).

Dalam ayat di atas dapat kita pahami bahwa di dalam Al-Quran terkandung segala sesuatu yang menjadi
pokok-pokok segala aspek kehidupan manusia. Maksud segala sesuatu pada ayat di atas adalah bahwa
Al-Quran memberikan prinsip-prinsip dasar bagi manusia dalam mengatur kehidupannya di dunia yang
sejalan dengan arah yang seharusnya dicapai untuk mendapatkan kebahagiaan yang hakiki di dunia dan
akhirat.

Secara umum isi kandungan al-Quran terdiri atas:

-pokok-pokok keyakinan atau keimanan yang kemudian melahirkan ilmu teologi atau ilmu kalam
-pokok-pokok aturan atau hukum yang melahirkan ilmu hukum, syariat atau ilmu fiqih.

2) Kemukjizatan Al-Qur’an dari Berbagai Aspek

Secara etimologis mu’jizat berarti sesuatu yang dapat melemahkan, sehingga orang lain tidak dapat
berbuat yang sama atau melebihi. Setiap Rasul yang diutus untuk menyampaikan risalah mempunyai
mu’jizat. Mu’jizat adalah sesuatu yang luar biasa yang bertentangan dengan adat dan keluar dari batas-
batas yang telah diketahui. Hal ini berarti ia mempunyai satu daya atau kekuatan yang dapat
melemahkan kekuatan lain sehingga tidak ada yang mampu berbuat hal yang sama atau melebihinya.
Dengan demikian di mata umatnya, Rasul itu dianggap mempunyai

keluarbiasaan.

Bentuk kemukjizatan Al-Qur’an adalah sbagai berikut:

a) Dari segi keindahan bahasa (Q.S. 2:23)

b) Dari segi pemberitaan mengenai kejadian masa lalu yangkemudian terbukti kebenarannya, dan sesuai
pemberitaan kitab suci sebelumnya. (Q.S. 29:48)

c) Dari segi pemberitaan Al-Qur’an tentang hal-hal yang akan terjadi dan ternyata kemudian memang
terjadi. (Q.S 30: 2-4)

d) Dari segi kandungannya akan hakekat kejadian dengan

seisinya serta hubungan antara satu dengan yang lainnya. (Q.S. 23: 12-14)

e) Dari segi kandungannya mengenai pedoman hidup yang

menuntun manusia mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, tentang halal dan haram dan
sebagainya.

3) Fungsi dan Peranan Al-Qur’an dalam Kehidupan

Bila ditelusuri ayat-ayat yang menjelaskan fungsi turunnya Al-Quran kepada umat manusia, terlihat
dalam

beberapa bentuk ungkapan yang diantaranya adalah:

a) Sebagai huda atau petunjuk bagi kehidupan umat. (Q.S 2 : 2)

b) Sebagai rahmah atau keberuntungan yang diberikan Allah dalam bentuk kasih sayang-Nya. (Q.S 31 : 2)

c)) Sebagai furqan yaitu pembeda antara yang baik dengan yang buruk; yang halal dengan yang haram;
yang salah dan yang benar; yang indah dan yang jelek; yang dapat dilakukan dan yang terlarang untuk
dilakukan. (Q.S 2: 185)
d) Sebagai mau’izhah atau pembelajaran yang akan mengajar dan membimbing umat dalam
kehidupannya untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. (Q.S. 10: 57)

e) Sebagai busyra yaitu berita gembira bagi orang yang telah berbuat baik kepada Allah dan sesama
manusia. (Q.S. 27: 1-2)

f) Sebagai “tibyan” atau ”mubin” yang berarti penjelasan atau yang menjelaskan terhadap segala
sesuatu yang disampaikan Allah. (Q.S. 16: 89)

g) Sebagai mushaddiq atau pembenar terhadap kitab yang datang sebelumnya, dalam hal ini adalah:
Taurat, Zabur dan Injil. (Q.S. 3:3)

h) Sebagai nur atau cahaya yang akan menerangi kehidupan manusia dalam menempuh jalan menuju
keselamatan. (Q.S. 5: 46):

i) Sebagai tafsil yaitu memberikan penjelasan secara rinci sehingga dapat dilaksanakan sesuai dengan
yang dikehendaki Allah. (Q.S. 12: 111)

j) Sebagai Syifa’ al-shudur atau obat bagi rohani yang sakit. (Q.S. 17 : 82)

k) Sebagian hakim yaitu sumber kebijaksanaan. (Q.S. 31: 2)

4) Kewajiban Muslim Terhadap Al-Qur’an

a) Membaca Al-Quran atau At-Tilawah

b) Menghafal Al-Quran atau Al-Hifzu

c) Memahami atau mentadaburi kandungan isi Al-Quran

d) Mengamalkan Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari

e) Mendakwahkan Al-Quran kepada umat manusia

Anda mungkin juga menyukai