Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENGANTAR ILMU DAKWAH

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH


“IDENTIFIKASI MASALAH KEILMUAN DAKWAH”

KELOMPOK 6

MUSTAQIM KHUSAINI (2112030019)

NADRAH RAHMI (2112030009)

RIANA PUTRI LADIKA (2112030036)

DOSEN PENGAMPU

Dr. ZAINAL, M.Ag

MANAJEMEN DAKWAH A

FAKULTAS DAKWAH & ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL

PADANG

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KA
TA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil alamin, dengan mengucapkan syukur kepada Allah Swt. Yang telah
memberikan kesehatan, kesempatan dan segala nikmat-Nya kepada kita semua, serta tidak lupa shalawat
serta salam kita ucapkan kepada Nabi Muhammad Saw. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
Pengantar Ilmu Dakwah “ Identifikasi Masalah Keilmuan Dakwah “, sebagai tugas mata kuliah Pengantar
Ilmu Dakwah.

Dalam penyusunan makalah ini penulis tentu menghadapi hambatan dan rintangan. Namun denagn
bantuan berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu, terutama
kepada Bapak Dr. Zainal, M.Ag selaku dosen pembimbing mata kuliah Pengantar Ilmu Dakwah yang
telah membimbing penulis sehingga makalah ini terselesaikan.

Akhirnya penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka
dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah.

Padang, 07 0ktober 2021


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN

BAB II PEMBAHASAN

A. SEJARAH PERKEMBANGAN DAKWAH SEBAGAI ILMU


B. DISKURSUS DAKWAH SEBAGAI ILMU

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ada yang mengatakan bahwa sejarah dakwah secara umum dimulai semanjak filosofi Yunani
sebelum masehi. Tetapi sebenarnya jauh lebih tua dari itu. Sejarahnya dimulai sejak iblis
mempengaruhi adam dan hawa dengan propogandanya yang sangat menarik dan memikat hati
kedua nenek moyang itu untuk memakan buah khuldi yang terlarang itu, sebagaiman yang
dikisahkan di dalam Al Qur’an surat Thaha ayat 120-121:

Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah
saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi[948] dan kerajaan yang tidak akan binasa?"
Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya
dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah
Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia
Sejarah perkembangan ilmu dakwah tidak dapat dilepaskan dari sejarah dakwah itu
sendiri. Sejauh ini sejarah perkembangan ilmu dakwah belum pernah dibahas oleh literatur-
literatur ilmu dakwah. Karena ilmu dakwah tergolong kedalam ilmu yang masih baru.

A. RUMUSAN MASALAH

1. Apa sejarah perkembangan dakwah sebagai ilmu?


2. Apa diskursus dakwah sebagai ilmu?

B. TUJUAN PENULISAN

Makalah ini bertujuan untuk memberikan wawasan kepada pembaca perihal


“Identifikasi masalah keilmuan dakwah. Agar kita dapat mengetahui sejarah
perkembangan dakwah sebagai ilmu dan juga diskursus dakwah sebagai ilmu..
BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Pperkembangan Dakwah Sebagai Ilmu

Ada yang mengatakan bahwa sejarah dakwah secara umum dimulai semanjak filosofi Yunani
sebelum masehi. Tetapi sebenarnya jauh lebih tua dari itu. Sejarahnya dimulai sejak iblis
mempengaruhi adam dan hawa dengan propogandanya yang sangat menarik dan memikat hati
kedua nenek moyang itu untuk memakan buah khuldi yang terlarang itu, sebagaiman yang
dikisahkan di dalam Al Qur’an surat Thaha ayat 120-121:

Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah
saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi[948] dan kerajaan yang tidak akan binasa?"
Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya
dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah
Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia
Sejarah perkembangan ilmu dakwah tidak dapat dilepaskan dari sejarah dakwah itu
sendiri. Sejauh ini sejarah perkembangan ilmu dakwah belum pernah dibahas oleh literatur-
literatur ilmu dakwah. Karena ilmu dakwah tergolong kedalam ilmu yang masih baru.
Secara garis besar perkembangan ilmu dakwah adalah:
      1. Tahap  Konvensional.
Pada tahap ini dakwah masih merupakan kegiatan kemanusiaan berupa seruan atau ajakan
untuk menganut dan mengamalkan ajaran Islam yang dilakukan secara konvensional, artinya
dalam pelaksanaan secara operasional belum mendasar pada metode-metode ilmiah, akan
tetapi berdasarkan pengalaman orang perorangan. Oleh karena itu, tahapan ini juga disebut
dengan tahapan tradisional.
2.  Tahapan Sistematis.
Tahap ini merupakan tahap pertengahan, pada tahap ini  dakwah juga ditandai dengan adanya
perhatian masyarakat yang lebih luas terhadap pelaksanaan dakwah islam sehingga
memunculkan seminar, diskusi sarasehan, dan pertemuaan-pertemuan ilmiah lainnya, yang
secara khusus membicarakan masalah yang berkenaan dengan dakwah. Tahap ini merupakan
tahap yang sangat menetukan dalam tahap atau pengembagan selanjutnya sebab tahap-tahap
gejala ilmu dakwah mulia kelihatan.
     3. Tahapan Ilmiah.
Pada tahap ini dakwah telah berhasil tersusun sebagai ilmu pengetahuan setelah
melalui tahap sebelumya dan memenuhi syarat-syaratnya yang objektif, metodik, sistematik,
sebagaimana telah disinggung pada pembahasan-pembahasan sebelumnya. Ini adalah berkat
jasa para Ulama’ yang telah banyak berupaya untuk menyusun dan mengembangkannya
dengan jalan mengadakan pembahasan dan penelitian kepustakaan maupun secara lapangan
tentang fenomena-fenomena dakwah yang dianalisis lebih jauh dan telah melahirkan beberapa
teori dakwah. Walaupun demikian tidak berarti ilmu ini lepas dari keraguan tentang eksistensi
keilmuannya.
Ilmu dakwah mengalami proses perkembangan yang positif sehinnga semakin hari
semakin estabilished sehingga semakin waktu mendapat sambutan dan pengakuan dari
masyarakat mengenai eksistensinya.
Khusus untuk Indonesia, pengakuan ilmu dakwah ini pertama kali dapat dilihat dengan
dibukanya jurusan dakwah pada fakultas yang ada di IAIN yang ada di sseluruh Indonesia dan
ditambah dengan program pascasarjananya baik di S2 maupun S3 di seanatero Indonesia.
Pengakuan masyarakat ilmiah tentang ilmu dakwah di atas juga diperkuat dengan hasil diskusi
pembidangan ilmu agama Islam yang dilakukan oleh proyek pembinaan Perguruan Tinggi
Agama Jakarta setelah mendapatkan dari LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) bahwa
dakwah Islamiah telah memiliki disiplin ilmu dakwah, bimbingan Islam, dll.

B. Diskursus Dakwah Sebagai ilmu

Adanya beberapa pandangan terhadap ilmu dakwah:

1.   Golongan yang berpendapat bahwa ilmu dakwah yang pembenarannya normatif doktrin
mengambil arti ayat-ayat Al Qur’an  dan Hadits sudah memadai sebagai ilmu walaupun bukan
sebagai ilmu pengetahuan. Golongan ini terlalu berlebihan dalam mefungsikan ayat-ayat
AlQur’an dan Hadits. Padahal  penerapan wahyu dalam dunia empiris perlu penggunaan rasio
manusia, wahyu berfungsi sebaga penyinar, petunjuk, pembimbing, dan pengarah. Dan atas
penemuannya disusunlah teori-teori unruk mengatasi problem kehidupan.
    2.  Golongan yang berpendapat bahwa ilmu dakwah yang sekarang ini belum bisa diterima
sebagai sebuah disiplin ilmu, masih merupakan pengetahuan nonsains. Alasan yang
dikemukakan adalah bahwa ia belum dibangun atas metode keilmuan. Golongan ini terlalu
apriori. Padahal apabila kita mau berfikir dengan seksama, seorang penulis yang terpelajar di
dalam memahami nash-nash Al Qur’an d an Hadits, dan menjabarkannya dalam tulisan, ia tidak
bekerja dengan jiwa yang kosong seperti robot. Pengalaman demi pengalaman telah terolah
dengan logikanya, kemudian mengendap dan secara reflektif keluar berupa pikiran-pikiran yang
baru, tertuang dalam tulisan-tulisannya, namun demikian memang perlu diadakan rekonstruksi
tentang sistem penulisan buku-buku ilmu keislaman.
    3. Golongan ini berpendapat bahwa ilmu dakwah tidak lain adalah ilmu komunikasi, mengingat
yang berbeda hanyalah mengenai materi messages-nya. Golongan ini kurang seksama dalam
aspek-aspek yang berada antara ilmu dakwah dan ilmu komunikasi. Bahkan perbedaan itu
menyangkut yang paling asasi yaitu mengenai objek forma dan dasar pembentukannya. Objek
kajian ilmu komunkasi adalah penyampaian pesan sosialisasi untuk pergaulan islamisasi untuk
kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Ilmu komunikasi dasar pembentukannya menggunakan
metode deduksi minus wahyu.
Sedang ilmu dakwah menggunakan metode deduksi induksi plus wahyu. Agar lebih
memahami tingkat keilmuan ilmu dakwah sejauh ini, perlu dianlisis tiga landasan:
a)    Landasan Ontologis.
Ontologis merupakan bagian dari filsafat sistematis metafisika. The Lian Gie telah
membuat struktur pengetahuan filsafat yang terbagai dalam tiga bidang, yaitu filsafat sistematis,
filsafat khusus, filsafat keilmuan.
Ontologi ilmu dakwah ada yang menghadirkan sub pembahasannya meliputi sifat dan
objek ilmu dakwah, ada pula yang menghadirkan subnya tentang unsur-unsur dakwah dan ada
pula sub tentang ruang lingkup kajian ilmu dakwah. Kajian ilmu seputar ontologi ini pada
dasarnya sama yaitu meliputi, kajian tentang hakekat dan substansi yang membangun ilmu
dakwah.
Objek tela’ah ilmu dakwah adalah sistem panggilan islam terhadap manusia agar
melaksanakan ajaran Allah dan RasulNya. Sebagai sistem, dakwah perlu diorgani
sir ke dalam komponen–komponen yang saling berkaitan sehingga membentuk bangunan ilmu.
b)    Landasan epistemologis.
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani, asal katanya episteme yang berarti
pengetahuan dan logos yang berarti teori. Epistemologi ini merupakan cabang dan filsafat yang
membahas persoalan apa dan bagaimana seseorang memperoleh pengetahuan dalam bidang
epistemologi.
Landasan epistemologis melihat sejauh mana suatu pengetahuan telah di peroleh
melalui pendekatan ilmiah.Metode ilmiah adalah gabungan antara pemikiran rasional dan
penempatan empiris sebagai farifikasinya. Menurut pengamatan sementara tentang literatur-
literatur dakwah yang ada, landasan epistemologis masih mengandalkan pada sumber yang
transenden dari Alquraan dan Hadist, kurang berusaha menggali dari kerangka teoritisnya.
Seolah-olah ada anggapan bahwa Al Qur’an dan Hadist cukup memadai sebagai kerangka
teoritisnya untuk lansung dioperasionalka.
c)    Landasan axiologis.
Aksiologi dapat dipahami sebagai bidang telaah terhadap ilmu yang mempertanyakan
tujuan ilmu. Apakah suatu ilmu itu hanya merupakan penjelasan objektif terhadap realitas, atau
teori ilmu pengetahuan untuk mengatasi berbagai masalah yang relevan dengan realitas bidang
kajian ilmu tertentu.
Pengetahun adalah kekuasaan, kata  fracis bacon di abad yang silam. Pengetahuan
sangat tergantung pada sistem nilai bagi si pemilik sistem tersebut. Ilmu dakwah jelas
pemiliknya adalah umat Islam yang memiliki syarat nilai, bahwa hidup ini untuk Allah semata
dan memanfaatkan hidup bagi sesama manusia.
Guna ilmu dakwah adalah untuk membantu umat Islam dalam memecahkan problema
dakwah, dengan memberikan landasan teoritis dan tuntutan praktis sehingga dalam
menjalankan tugasnya lebih efektif.
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

A. Sejarah Pperkembangan Dakwah Sebagai Ilmu


Secara garis besar perkembangan ilmu dakwah adalah:
      1. Tahap  Konvensional.
Pada tahap ini dakwah masih merupakan kegiatan kemanusiaan berupa
seruan atau ajakan untuk menganut dan mengamalkan ajaran Islam yang
dilakukan secara konvensional

2.  Tahapan Sistematis.
Tahap ini merupakan tahap pertengahan, pada tahap ini  dakwah juga
ditandai dengan adanya perhatian masyarakat yang lebih luas terhadap
pelaksanaan dakwah islam sehingga memunculkan seminar, diskusi
sarasehan, dan pertemuaan-pertemuan ilmiah lainnya, yang secara khusus
membicarakan masalah yang berkenaan dengan dakwah.

3.Tahapan Ilmiah.
Pada tahap ini dakwah telah berhasil tersusun sebagai ilmu pengetahuan setelah
melalui tahap sebelumya dan memenuhi syarat-syaratnya yang objektif, metodik,
sistematik, sebagaimana telah disinggung pada pembahasan-pembahasan
sebelumnya.

B. Diskursus Dakwah Sebagai ilmu


Sedang ilmu dakwah menggunakan metode deduksi induksi plus wahyu. Agar lebih memahami
tingkat keilmuan ilmu dakwah sejauh ini, perlu dianlisis tiga landasan:

a)    Landasan Ontologis.
Ontologis merupakan bagian dari filsafat sistematis metafisika. The Lian Gie telah
membuat struktur pengetahuan filsafat yang terbagai dalam tiga bidang, yaitu filsafat sistematis,
filsafat khusus, filsafat keilmuan.
b)    Landasan epistemologis.
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani, asal katanya episteme yang berarti
pengetahuan dan logos yang berarti teori. Epistemologi ini merupakan cabang dan filsafat yang
membahas persoalan apa dan bagaimana seseorang memperoleh pengetahuan dalam bidang
epistemologi.
c)    Landasan axiologis.
Aksiologi dapat dipahami sebagai bidang telaah terhadap ilmu yang mempertanyakan
tujuan ilmu. Apakah suatu ilmu itu hanya merupakan penjelasan objektif terhadap realitas, atau
teori ilmu pengetahuan untuk mengatasi berbagai masalah yang relevan dengan realitas bidang
kajian ilmu tertentu.

B. SARAN

Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa penulisan masih


jauh dari kata sempurna maka dari itu, kami berharap mendapatkan saran dari
para pembaca supaya kedepannya kami akan lebih berhati-hati dalam pembuatan
makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

https://dark5ne55.blogspot.com/p/sejarah-perkembangan-dakwah-sebagai-ilmu.html

Anda mungkin juga menyukai