Anda di halaman 1dari 9

Nama : Dini Apriliana

Prodi : S1 Kebidanan

Nim : 21152010004

Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan dan tanggung jawab bidan
dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan dan atau masalah
kebidanan meliputi masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi, dan keluarga berencana termasuk
kesehatan reproduksi perempuan serta pelayanan kesehatan masyarakat. (rahmawati, 2012)

Namun menurut yang saya amati pada desa saya bidannya hanya berfokus pada
kehamilan, persalinan, nifas, bayi, dan keluarga berencana. Tetapi kurang memperhatikan
tentang kesehatan reproduksi dan kesehatan masyarakat. Maka dari itu sebaiknya para bidan
harus memperhatikan semua cangkupannya mulai dari kehamilan sampai kesehatan
masyarakat. Para bidan bisa mengadakan kelas remaja untuk melakukan penyuluhan
mengenai kesehatan reproduksi dan hal yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi.
Melakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai gaya hidup bersih dan sehat juga sangat
diperlukan untuk kesehatan masyarakat.

Berikut merupakan bentuk-bentuk asuhan bebidanan yang ada di indonesia :

A. Asuhan Antenatal
Asuhan antenatal adalah asuhan yang diberikan kepada ibu hamil sejak
konfirmasi konsepsi hingga awal persalinan. Bidan akan menggunakan pendekatan yang
berpusat pada ibu dalam memberikan asuhan kepada ibu dan keluarganya dengan
berbagi informasi untuk memudahkannya membuat pilihan tentang asuhan yang akan
diterima (Frase M Diane and Cooper A Margaret, 2009).
Tujuan asuhan antenatal adalah memantau perkembangan kehamilan dalam
meningkatkan kesehatan ibu dan perkembangan janin normal. Penting bagi bidan untuk
secara kritis mengevaluasi dampak fisik, psikologis, dan sosiologi kehamilan terhadap
ibu dan keluarganya. Bidan dapat melakukan hal ini dengan :
1) Mengembangkan hubungan kemitraan dengan ibu
2) Melakukan pendekatan yang holistic dalam memberikan asuhan kepada ibu yang
dapat memenuhi kebutuhan individualnya.
3) Meningkatkan kesadaran terhadap masalah kesehatan masyarakat bagi ibu dan
keluarganya.
4) Bertukar informasi dengan ibu dan keluarganya dan membuat mereka mampu
menentukan pilihan berdasarlam informasi tentang kehamilan dan kelahiran.
5) Menjadi advokat bagi ibu dan keluarganya selama kehamilan, mendukung hak-
hak ibu untuk memilih asuhan yang ssesuai dengan kebutuhannya sendiri dan
keluarganya.
6) Mengetahui kesulitan kehamilan dan merujuk ibu dengan tepat dalam tim
multidisiplin
7) Memfasilitasi ibu dan keluarga dalam mempersiapkan kelahiran, dan membuat
rencana persalinan
8) Memfasilitasi ibu untuk membuat pilihan berdasarkan informasi tentang metode
pemberian makan untuk bayi dan memberikan saran yang tepat dan sensitive
untuk mendukung keputusannya
9) penyuluhan tentang peran menjadi orang tua dalam suatu program terencana atau
secara perseorangan
10) Bekerja sama dengan organisasi lain.
B. Asuhan Intranatal
Asuhan intranatal adalah asuhan pada proses dalam pengeluaran hasil konsepsi
yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan dan
kelahiran adalah akhir kehamilan dan titik dimulainya kehidupan di luar rahim.
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,
dengan bantuan atau tanpa bantuan atau kekuatan sendiri (Manuaba, 2008 : 164).

Tujuan asuhan intranatal adalah memastikan persalinan yang telah direncanakan,


memastikan persiapan persalinan bersih, aman, dan dalam suasana yang menyenangkan,
mempersiapkan transportasi, serta biaya rujukan apabila diperlukan.

a) Kegawatdaruratan Persalinan
1) Jangan menunda untuk melakukan rujukan
2) Mengenali maslah dan memberikan instruksi yang tepat
3) Selama proses merujuk dan menunggu tindakan selanjutnya lakukan
pendampingan secara terus menerus
4) Lakukan observasi Vital Sing secara ketat
5) Rujuk segera bila terjadi Fetal Distress
6) Apabila memungkinkan, minta bantuan teman untuk mencatat riwayat kasus
dengan singkat

C. Asuhan Postnatal (Postnatal Care)


Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang
meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan
tidak hamil yang normal. (Cunningham, 2012).
Asuhan secara menyeluruh tidak hanya kepada ibu nifas akan tetapi pemberian
asuhan yang melibatkan seluruh keluarga dan anggota masyarakat di sekitar ibu nifas.
Asuhan ini merupakan kelanjutan asuhan dari rumah sakit atau pelayanan kesehatan
lainnya.

a) Tujuan Asuhan Masa Nifas


1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
2) Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
KB, cara dan manfaatmenyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi
sehari-hari.
4) Memberikan pelayanankeluarga berencana.
5) Mendapatkan kesehatanemosi.

b) Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas


Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan
post partum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain:
1) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai
dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis
selama masa nifas.
2) Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
3) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa
nyaman.
4) Membuat kebijakan, perencana programkesehatan yang berkaitan ibu dan
anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.
5) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
6) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah
perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta
mempraktekkan kebersihan yang aman.
7) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,
menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk
mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi
kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.
8) Memberikan asuhan secara professional.
D. Asuhan Bayi Baru Lahir (BBL)
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 - 28 hari. Kehidupan pada masa
neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan  penyesuaian fisiologik agar bayi di
luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya . 

a. Pelayanan kesehatan neontaus


Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang
diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali,
selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan
maupun melalui kunjungan rumah.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus :

1) Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6 – 48 Jam setelah
lahir. Hal yang dilaksanakan :
a) Jaga kehangatan tubuh bayi
b) Berikan Asi Eksklusif
c) Rawat tali pusat
2) Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3 sampai
dengan hari ke 7 setelah lahir.
a) Jaga kehangatan tubuh bayi
b) Barikan Asi Eksklusif
c) Cegah infeksi
d) Rawat tali pusat
3) Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai
dengan hari ke 28 setelah lahir.
a) Periksa ada / tidak tanda bahaya dan atau gejala sakit
b) Lakukan :
1. Jaga kehangatan tubuh
2. Beri ASI Eksklusif
3. Rawat tali pusat
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap
pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan/masalah
kesehatan pada neonatus. Risiko terbesar kematian neonatus terjadi pada 24 jam
pertama kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama kehidupannya. Sehingga jika
bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas
kesehatan selama 24 jam pertama. Pelayanan Kesehatan Neonatal dasar dilakukan
secara komprehensif dengan melakukan pemeriksaan dan perawatan Bayi baru Lahir
dan pemeriksaan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)

Penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%), sepsis
(11%), komplikasi aborsi (6%), gangguan pada saat melahirkan (5%), dan lain lain
(26%). Mereka komplikasi tidak diperlakukan dengan baik karena kebanyakan dari
mereka tidak menerima perawatan yang berkualitas.

Reproduksi morbiditas dan penyebab kematian ibu. Dimensi lain dari kesehatan
ibu di Indonesia adalah masalah Kesehatan Reproduksi yang mempengaruhi wanita
sebelum, selama dan setelah tahun mereka melahirkan anak. Mereka termasuk infeksi
saluran reproduksi dan morbiditas kehamilan lain yang terkait, yang menerima kurang
perhatian dibandingkan dengan penyebab utama kematian ibu. Kekurangan energi
kronis adalah faktor lain yang berkontribusi terhadap kematian ibu

Setiap kehamilan dapat menimbulkan risiko kematian ibu. Pemantauan dan


perawatan kesehatan yang memadai selama kehamilan sampai masa nifas sangat
penting untuk kelangsungan hidup ibu dan bayinya. Dalam upaya mempercepat
penurunan kematian ibu, Kementerian Kesehatan menekankan pada ketersediaan
pelayanan kesehatan ibu di masyarakat.

1. Permasalahan
Di banyak daerah pedesaan di Indonesia, cara-cara tradisional melahirkan
bayi tetap populer. Sebagai contoh, di Ugaikagopa di bagian timur Negara
Indonesia, dukun tradisional membawa wanita hamil ke tengah hutan untuk
melahirkan bayi. Mereka mungkin menggunakan serat yang diambil dari bambu
untuk memotong tali pusar dan menyeka tubuh bayi baru lahir 'dengan daun jambu
biji.

Instrumen yang digunakan tidak steril dan dapat menyebabkan infeksi. Para
penyembuh tradisional, atau dukun dalam bahasa Indonesia atau Bahasa, mungkin
tidak dapat menangani komplikasi selama persalinan, dan pada saat ibu sampai ke
sebuah klinik lokal mungkin sudah terlalu terlambat. Akibatnya, angka kematian
ibu di Indonesia tinggi dibandingkan dengan negara – negara Asia Tenggara
paling selatan. Pemeriksaan Kehamilan dan Bersalin di dukun masih merupakan
fenomena yang biasa terjadi di Indonesia dan hal tersebut dikhawatirkan menjadi
salah satu penyebab tingginya tingkat kematian ibu di Indonesia.

Penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan, diikuti oleh


eklampsia, infeksi, dan komplikasi dari aborsi dan persalinan lama. Sebagian besar
kematian terjadi dengan kelahiran ditangani oleh bidan tradisional daripada oleh
pemberi perawatan kesehatan profesional yang terlatih.

Banyak keluarga memilih untuk menggunakan dukun karena keyakinan dan


kamerupakan pilihan yang lebih murah daripada menggunakan seorang bidan atau
pergi ke rumah sakit. Selain itu, dukun beranak melakukan pekerjaan rumah tangga
selama ibu pulih

2. Cara Mengatasi Masalah Berdasarkan Teori


a. Memberi pelayanan dengan tenaga terlatih.

Di Indonesia persalinan dukun sebesar 50-60% terutama di daerah


pedesaan. Pertolongan persalinan oleh dukun menimbulkan berbagai
masalah dan penyebab utama tingginya angka kematian dan kesakitan ibu
dan perinatal. Dukun tidak dapat mengetahui tandatanda bahaya
perjalanan persalinan. Akibat pertolongan persalinan yang tidak adekuat
dapat terjadi persalinan kasep, kematian janin dalam rahim, ruptur uteri,
perdarahan (akibat pertolongan salah, robekan jalan lahir, retensio
plasenta, plasenta rest), dan bayi mengalami asfiksia, infeksi, atau trauma
persalinan.

b. Pelayanan kesehatan yang patut dilaksanakan bidan


1) Meningkatkan upaya pengawasan ibu hamil.
2) Meningkatkan gizi ibu hamil dan ibu menyusui.
3) Meningkatkan gerakan penerimaan KB.
4) Meningkatkan kesehatan lingkungan.
5) Meningkatkan sistem rujukan.
6) Meningkatkan penerimaan imunisasi ibu hamil dan bayi.
Selain itu bidan juga melakukan pengawasan kehamilan dan
menetapkan kehamilan, persalinan, dan pascapartum dengan risiko tinggi;
kehamilan, persalinan, dan pascapartum yang meragukan; dan kehamilan,
persalinan, dan pascapartum dengan risiko rendah. Berdasarkan
penggolongannya, sikap yang dapat dilakukan bidan adalah meningkatkan
pengawasan hamil, persalinan dan pascapartum, dan melakukan rujukan
sehingga mendapat pertolongan yang adekuat.
c. Meningkatkan pengetahuan kesehatan masyarakat
Pendidikan masyarakat memegang peranan penting yang meliputi
pentingnya arti pengawasan hamil, mengajarkan tentang makanan yang
berpedoman pada “empat sehat dan lima sempuma”, pentingnya arti
imunisasi tetanus toksoid ibu hamil, pentingnya arti pelaksanaan keluarga
berencana, mengarahkan tempat persalinan dilakukan untuk mendapatkan
well born baby, pengawasan pascapartum dan persiapan untuk merawat
bayi dan menyusui, pentingnya memberi ASI selama 2 tahun dan rawat
gabung.
 Pendidikan kesehatan ibu hamil dapat dilakukan pada waktu:
Pengawasan hamil di Puskesmas atau pondok bersalin desa dan
praktik bidan swasta.Saat menyelenggarakan Posyandu.Melalui
pertemuan berkala atau kursus pada PKK (Pendidikan Kesejahteraan
Keluarga).Pada saat memberi penyuluhan khusus. Pada saat
melakukan kunjungan rumah.
 Tujuan pendidikan kesehatan masyarakat ini adalah
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan,
mengarahkan masyarakat memilih tenaga kesehatan terlatih,
meningkatkan pengertian masyarakat tentang imunisasi, keluarga
berencana, dan gizi sehingga mengurangi ibu hamil dengan anemia.
d. Meningkatkan upaya penerimaan gerakan keluarga berencana
Pembangunan ekonomi diselenggarakan pemerintah bersama
masyarakat, diikuti dengan program dan gerakan keluarga berencana,
sehingga diharapkan kesejahteraan makin cepat tercapai. Pembangunan
bangsa Indonesia berorientasi pada “pembangunan keluarga” yang pada
gilirannya “meningkatkan sumber daya manusia”. Dalam pelaksanaan
gerakan keluarga berencana dapat mengambil bagian penting:
1) Memberi KIE dan motivasi.
Mengapa mengikuti gerakan KB? Kapan waktu yang tepat ber-
KB? Metode apa yang dipakai sesuai dengan waktu: pascapartum
atau pasta-abortus, interval, pada remaja, atau wanita di atas 35 tahun.
Dimana dapat menerima pelayanan KB?
2) Memberi pelayanan dan pemeriksaan peserta KB. Keberadaan bidan
di tengah masyarakat dapat memberi pelayanan KB dalam bentuk:
a) Metode sederhana (kondom, sistem kalender, dsb).
b) Metode hormonal (pil, suntikan, susuk).
c) Metode mekan is (pemasangan IUD).
d) Melakukan pengawasan peserta.
e) Merujuk klien yang menginginkan kontap ke Puskesmas atau
RSU. 
e. Pendidikan dukun beranak
Peranan dukun beranak sulit ditiadakan karena masih mendapat
kepercayaan masyarakat dan tenaga terlatih yang masih belum mencukupi.
Dukun beranak masih dapat dimanfaatkan untuk ikut serta memberi
pertolongan persalinan. Kerjasama bidan di desa dengan dukun beranak
perlu dijalin dengan baik melalui:
a. Pendidikan dukun yang berkaitan dengan tanda bahaya kehamilan dan
persalinan serta pascapartum, teknik pertolongan persalinan sederhana
tetapi bersih dan legeartis, perawatan dan pemotongan talipusat,
perawatan neonatus, perawatan ibu pascapartum, meningkatkan
kerjasama dalam bentuk rujukan bidan atau Puskesmas.
b. Diikutsertakan dalam gerakan keluarga berencana: membagikan kondom,
membagikan pil KB, melakukan rujukan KB.
c. Memberi kesempatan untuk melakukan pertolongan persalinan dengan
risiko rendah.
d. Meningkatkan sistem rujukan yang mantap.
Dengan penempatan bidan di desa diharapkan peranan dukun akan
makin berkurang sejalan dengan makin tingginya pendidikan dan
pengetahuan masyarakat dan tersedianya fasilitas kesehatan.
f. Meningkatkan sistem rujukan
Salah satu kelemahan pelayanan adalah pelaksanaan rujukan yang
kurang cepat dan tepat, suatu kekurangan, tetapi tanggung jawab yang tinggi
dan mendahulukan kepentingan masyarakat. Kelancaran rujukan dapat
menjadi faktor yang menentukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan
perinatal. Tindakan rujukan ditujukan pada mereka yang tergolong dalam
risiko tinggi. Rujukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih
bermutu.

g. Kebijakan Pemerintah dalam mengurangi angka kematian ibu dan bayi


1) Menyediakan strategi dan pedoman yang jelas untuk program kesehatan
reproduksi.
2) Menjamin akses terhadap kualitas layanan Kesehatan Reproduksi dan KB
untuk pasangan dan individu (termasuk yang belum menikah dan remaja)
3) Menjamin akses mudah ke Perawatan Kebidanan Darurat
4) Mengembangkan strategi yang efektif untuk menjaga keberlanjutan
komunitas bidan (bidan di desa)
5) Pelatihan tentang safe motherhood; dan mengembangkan strategi yang
jelas untuk manajemen pembangunan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai