Anda di halaman 1dari 3

Nama : Mirna Nurmala Ramadhani

Prodi : S1 Kebidanan dan Profesi Bidan

NIM : 21152010006

Ibu Hamil Mengidap Lupus, Ini Bahayanya!

Lupus adalah penyakit autoimun yang lebih rentan dialami oleh wanita, termasuk ibu hamil. Ibu
hamil yang mengidap lupus tentu harus mendapatkan perawatan lebih untuk mencegah kemunculan
gejalanya. Pasalnya, gejala lupus dapat mengganggu perkembangan janin yang sedang dikandung.

Lupus merupakan jenis penyakit autoimun yang bisa menyerang siapa saja, termasuk ibu hamil.
Penyakit ini sama sekali tidak boleh dianggap sepele, apalagi jika terjadi pada wanita yang tengah
mengandung. Lupus pada ibu hamil bisa memicu berbagai dampak dan membahayakan ibu maupun
janin. Apa saja bahaya yang bisa muncul pada ibu hamil yang mengidap penyakit lupus?

Kabar buruknya, lupus tergolong penyakit autoimun yang sering terlambat terdeteksi. Penyakit
autoimun adalah jenis penyakit yang terjadi karena adanya gangguan pada imunitas. Dalam keadaan
normal, sistem imun manusia memiliki fungsi untuk melindungi tubuh dari serangan infeksi atau
penyakit tersebut. Namun, pada pengidap autoimun fungsi ini terganggu, bukannya melindungi,
sistem imun malah berbalik menyerang tubuh.

Bahaya Lupus untuk Ibu Hamil

Seperti dijelaskan sebelumnya, penyakit lupus menyebabkan sistem imun yang seharusnya
melindungi malah berbalik menyerang tubuh. Salah satu bagian yang bisa diserang penyakit ini
adalah sel fosfolipid yang berperan dalam proses pembekuan darah. Jika kondisi ini terjadi pada
wanita yang tengah hamil, bisa berakibat fatal pada ibu maupun janin.

Lupus bisa menyebabkan wanita rentan mengalami keguguran berulang. Gangguan pada sel
fosfolipid mengakibatkan terjadinya “pertarungan” antara antibodi dengan fosfolipid, sehingga
menyebabkan darah mudah menggumpal di semua bagian tubuh. Kondisi itu, kemudian bisa
mengakibatkan plasenta membeku dan mengganggu janin.

Gangguan pada plasenta pada akhirnya akan menyebabkan kekacauan pada proses pemberian
makanan dari ibu ke janin. Pasalnya, makanan untuk janin yang dikandung disalurkan melalui
plasenta dari ibu. Saat terjadi gangguan, proses penyaluran makanan ke janin akan terhambat,
sehingga risiko terjadinya keguguran pun akan menjadi lebih tinggi.

Gejala Awal Lupus

Lupus merupakan penyakit yang disebut rentan menyerang wanita dibanding pria. Penyakit lupus
terjadi karena ada peradangan kronis akibat sistem imun atau kekebalan tubuh menyerang sel,
jaringan, dan organ tubuh sendiri alias autoimun. Selain sering terlambat disadari, penyakit yang
satu ini sangat bisa menyerang berbagai bagian tubuh, mulai dari kulit, sendi, sel darah, ginjal, paru-
paru, jantung, otak, dan sumsum tulang belakang.

Lupus sering terlambat disadari karena gejala penyakit ini bisa dengan mudah datang, kemudian
pergi. Penyakit lupus bisa ditandai dengan gejala yang ringan hingga gejala berat. Oleh karena sering
datang-hilang, gejala penyakit ini sering diabaikan atau diartikan sebagai tanda penyakit lain.

Lupus sering ditandai dengan gejala nyeri atau pembengkakan pada persendian, terutama pada
bagian lengan dan tungkai. Umumnya, rasa nyeri akan menyerang lebih dari dua sendi dan sering
terjadi dalam jangka waktu yang lama. Rasa nyeri juga bisa terjadi pada otot-otot yang ada di tubuh.
Lupus juga ditandai dengan gejala demam, muncul ruam merah terutama pada bagian wajah di
seputar pipi. Nyeri pada bagian dada, rambut rontok, sensitif terhadap matahari, sariawan yang tak
kunjung sembuh, pembengkakan yang terjadi pada kelenjar, kaki, atau sekitar mata juga bisa
menjadi tanda penyakit ini. Pengidap lupus juga biasanya menjadi lebih mudah merasa lelah dan
lemah serta sering mengalami kejang atau kelainan saraf lainnya.

Contoh Kasus
Nama Pasien : Sinta Ridwan
Jenis Kelamin: Perempuan
Umur : 20 th
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Hemogoblin 6,6 12-16 gr/dl
Leukosit 4,4 4,8-10,8 /mm3
Trombosit 433 15-450 /mm3
Hematokrit 26 37-47 %
Diff coun’t (TH-1)
Neutrofil 53 40-74 %
Lymphosit 39 19-48 %
Monosit 5 2-8 %
Eosinofil 2 0-7 %
Basofil 1 0-1,5 %

Dari Hasil pemeriksaan lab diatas diketahui nilai Hemoglobin, Leukosit dan Hematokrityang berada di
bawah rata-rata.
 Kelainan pertama Nilai HB normal adalah 12-16 gr/dl , sedangkan HB yang dimiliki oleh
Nn.Sinta adalah 6,6 gr/dl. Dilihat dari hasil pemeriksaan hematologi penurunan HB
menunjukan bahwa pasien memiliki anemia yaitu kurang butir-butir darah merah pada tubuh
Nn.Sinta.
 Kelainan kedua adalah Leukositnya dimana, Nilai Leukosit normal adalah 4,8-10,8 mm 3
sedangkan yang dimiliki oleh Nn.Sinta adalah 4,4 mm 3. Dilihat dari hasil pemeriksaan
hematologi penurunan jumlah leukosit dapat terjadi pada penderita infeksi virus dan SLE
(Sistemic Lupus Eryhmatosus).
 Kelainan ketiga adalah Nilai Hematokrit dimana nilai hematokrit normal adalah 37-47 %
sedangkan hematokrit dalam tubuh Nn.Sinta adalah 26 %. Dilihat dari hasil pemeriksaan
hematologi Penurunan nilai HMTmenunjukan bahwa pasien diketahui menderita anemia,
leukimia, SLE(Sistemic Lupus Eryhmatosus), Arthritis Rheumatoid.

Keluhan yang sering dialami oleh Nn.Sinta adalah Nyeri pada sendi-sendi, Mudah lelah, Mudah
terkena demam.
Maka dari pemeriksaan diatas dapat disimpulkan, bahwa Nn.Sinta menderita Lupus erimatosis
sistemik disertai dengan anemia dan rheumatoid artritis. Ini dilihat dari ciri-ciri yang diderita oleh Nn.
Sinta berupa Nyeri pada sendi-sendi, Mudah lelah, Mudah terkena demam. Dimana pada penderita
Lupus, tubuh menjadi overacting terhadap rangsangan dari sesuatu yang asing dan membuat terlalu
banyak antibodi atau semacam protein yang malah ditujukan untuk melawan jaringan tubuh sendiri.
Dengan demikian, Lupus disebut sebagai autoimmune disease (penyakit dengan kekebalan tubuh
berlebihan).
Biasanya penderita lupus diberikan obat-obatan steroid seperti methyl prednisolon yang
dikombinasikan dengan asam folat.

Anda mungkin juga menyukai