Keperawatan
Oleh :
i
ii
ABSTRAK
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Karena berkat
dan rahmatnya yang telah diberikan pada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini yang berjudul “Pengaruh senam rematik terhadap
penurunan nyeri rheumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Tahun 2019.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 2
v
A. Hasil Penelitian ........................................................................ 25
B. Pembahasan .............................................................................. 29
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................. 30
B. Saran ......................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Visi yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan atau keadaan
masyarakat Indonesia di masa depan dirumuskan sebagai: “Indonesia Sehat
2025”. Dalam Indonesia Sehat 2025, lingkungan strategis pembangunan
kesehatan yang diharapkan adalah lingkungan yang kondusif bagi
terwujudnya keadaan sehat jasmani, rohani maupun sosial, yaitu lingkungan
yang bebas dari kerawanan sosial budaya dan polusi, tersedianya air minum
dan sarana sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman
yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta
terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki solidaritas sosial dengan
memelihara nilai-nilai budaya bangsa (RPJPN, 2016).
Rheumatoid adalah suatu penyakit autoimun yang ditandai dengan
terdapatnya sinovitis erosive simetrik yang mengenai jaringan persendian,
seringkali juga melibatkan organ tubuh lainya yang disertai nyeri dan kaku
pada sistem otot. Penyakit rheumatoid terjadi di daerah persendian yang
paling sering terkena adalah sendi tangan, pergelangan tangan, sendi lutut,
sendi siku, pergelangan kaki, sendi bahu serta sendi panggul dan biasanya
bersifat bilateral/simetris (Nurarif dan Kusuma, 2016).
Untuk mempertahankan dan meningkatkan status fungsional lanjut usia
(lansia)dapat dilakukan tindakan preventif dan promotif yang berupa latihan
fisik guna meningkatkan kebugaran. Lansia dengan rematik dapat
ditingkatkan status fungsionalnya dengan mengurangi nyeri danmencegah
penyakit rematik menjadi lebih parah, dapat digunakan metode gerak tubuh
yang dikenal dengan senam rematik. Senam ini konsentrasinya pada gerakan
sendi sambil meregangkan ototnya dan menguatkan ototnya, karena otot-otot
inilah yang membantu sendi untuk menopang tubuh (Candra 2008). Dengan
melakukan senam rematik diharapkan kualitas hidup lansia meningkat
1
sehingga lansia dapat melakukan Aktifitas fungsionaldengan maksimal dan
tidak menjadi beban bagi orang lain.
Berdasarkan fenomena diatas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Pengaruh senam rematik terhadap penurunan nyeri
rheumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Tahun 2019.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dapat disimpulkan
bahwa ada Pengaruh senam rematik terhadap penurunan nyeri rheumatoid di
Panti Sosial Tresna Werdha Tahun 2019.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Lansia
1. Pengertian Lansia
No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah
seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2012:31).
menggolongkan usia lanjut menjadi tiga yaitu young old (65-74 tahun),
middle old (75-84 tahun), dan old-old (lebih dari 85 tahun) (Tamher &
Noorkashiani, 2011:5).
tahap masa tua yang ditandai dengan kemunduran dengan usia 60 tahun
keatas.
berikut:
3
a. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1
ayat 2 yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia
b. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu :
pertama (fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-
age): > 65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu
sendiri dibagi menjadi tiga batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun),
3. Karakteristik Lansia
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No.13
tentang kesehatan)
b. Kebutuan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,
4
Perubahan pada kondisi fisik pada lansia meliputi perubahan dari
akut, nyeri pada dada, berdebar-debar, sesak nafas, pada saat melakukan
atau punggung, nyeri sendi pinggul, sulit tidur, sering pusing berat
c. Perubahan psikososial
5
Masalah perubahan psikososial serta reaksi individu terhadap
yang bersangkuatan.
d. Perubahan kognitif
e. Perubahan spiritual
f. Tipe Lansia
(Maryam, 2012:33 ) :
memenuhi undangan.
6
3) Tipe tidak puas, konflik lahir batin menentang proses
B. Konsep Rheumatoid
1. Definisi
sistemik, progresif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat
padahal jika tidak segera ditangani rheumatoid bisa membuat anggota tubuh
berfungsi tidak normal mulai dari benjol-benjol, sendi kaku, sulit berjalan,
tahun, lebih sering pada wanita daripada pria dengan perbandingan 3:1
7
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa rheumatoid
2. Etiologi
Pada saat ini, rheumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan
infeksi. Autoimun ini bereaksi pada kolagen tipe II, faktor infeksi mungkin
disebabkan oleh virus dan organisme mikroplasma atau group difteroid yang
Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori yang
2015:100), yaitu :
b. Endokrin
c. Automium
d. Metabolic
3. Jenis Rheumatoid
a. Osteoartritis.
8
ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan
gerak pada sendi – sendi tangan dan sendi besar yang menanggung
beban.
b. Artritis Rematoid.
terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat
c. Olimialgia Reumatik.
Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa nyeri
bahu dan panggul. Terutama mengenai usia pertengahan atau usia lanjut
gambaran khusus, yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat
pada pria dari pada wanita. Pada pria sering mengenai usia pertengahan,
4. Patofisiologi
Rawan sendi dibentuk oleh sel tulang rawan sendi (kondrosit)
matriks tulang rawan sehingga fungsi bantalan rawan sendi tetap terjaga
9
dengan baik. Matriks rawan sendi terutama terdiri dari air, proteoglikan
a. Fase 1
penipisan kartilago.
b. Fase 2
Pada fase ini terjadi fibrilasi dan erosi dari permukaan kartilago, disertai
cairan sinovia.
c. Fase 3
10
pertumbuhan tulang akibat stabilitas sendi. Perubahan arsitektur sendi
5. Manifestasi Klinis
Gelaja awal terjadi pada beberapa sendi sehingga disebut poli atritis
pergelangan tangan, sendi lutut, sendi siku, pergelangan kaki, sendi bahu
1. Stadium awal
Nyeri terasa setelah lama duduk dan istirahat, nyeri juga biasa timbul
malam hari, pembengkakan, kekakuan pada pagi hari (biasanya lebih dari
2. Stadium lanjut
jari, deviasi radial/volar pergelangan tangan serta valgus lutut dan kaki.
Kaku sendi saat bangun tidur dipagi hari yang hilang dengan sendirinya
11
persendian pada 3 sendi atau lebih. Gangguan sendi sementara. Tes
6. Pemeriksaan penunjang
sebagai penyebab AR
perkembangan panas.
12
mengeliminasi berbagai resiko penyakit seperti hipertensi, diabetes
lansia adalah olahraga ringan mudah dilakukan dan tidak berat dilakukan
kebutuhan tubuh misalnya saat latihan fisik, infeksi, dan masa kehamilan.
2. Macam-macam senam
kaku dan memendek dalam jangka lama akan menimbulkan rasa nyeri.
13
meningkatkan supply oksigen pada sel otot dan mengurangi nyeri
mujianto 2013.
dianjurkan untuk mereka yangmemasuki usia pralansia (45 thn) dan usia
lansia (65 thn ke atas). Orang melakukan senam secara teratur akan
volume darah. Selain itu 20% darah terdapat di otak, sehingga akan terjadi
(2013), diantaranya:
pernafasannya.
terkendali.
14
d. Tekanan darahnya dapat bertahan stabil.
4. Teknik dan Cara senam Aktifitas olah raga pada lansia berbeda-beda yang
jalan cepat, bersepeda, berenang dan senam. Melakukan olah raga pada
lanjut usia sebaiknya dilakukan 3-4 kali dalam stu minggu dengan lam
latihan 15-30 menit secara teratur Bull, Eleanor dan Morrell dalam
15
b. Latihan inti Tergantung pada komponen/faktor yang dilatih maka
16
BAB III
TUJUAN LUARAN DAN KONTRIBUSI PENELITIAN
A. Tujuan Luaran
Hasil penelitian akan dipublikasikan pada jurnal lokal yang mempunyai
ISSN atau jurnal nasional terakreditasi, juga dalam bentuk proceeding pada
seminar ilmiah, baik yang berskala lokal, regional, nasional maupun
internasional. Selain itu, hasil penelitian juga akan dijadikan pengayaan bahan
ajar pada proses perkuliahan.
B. Kontribusi Penelitian
1. Praktis
Penelitian diharapkan dapat menjadi acuan bagi pihak sekolah
tentang pengaruh senam rematik terhadap penurunan nyeri rheumatoid dan
diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan.
2. Teoritis
Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi pihak akademis dan
sebagai bahan bacaan yang tentang pengaruh senam rematik terhadap
penurunan nyeri rheumatoid.
17
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian ini diambil dari kerangka teoritis dengan
karakteristik ibu yang terdiri dari umur, pendidikan, pekerjaan dan paritas,
efficacy.
B. Kerangka Teori
Penyebab: Dampak
Rheumatoid
a. Infeksi streptokokus hemotilikus dan streptokokus non-
Rheumatoid a. Nyeri
hemolitikus
b. Endokrin b. Kekakuan
c. Automium c. Merah
d. Metabolic d. Pembengkakan
e. Faktor genetik serta faktor pemicu lingkungan
Penatalaksanaan
Farmakologi
a. Analgetik inhalasi
Non Farmakologi
b. Analgesia opioid
1) Kompres Serei hangat
2) Distraksi
Senam rematik 3) Hypno-birthing
4) Stimulas Kutaneus
5) Massase
Penurunan Nyeri Rheumatoid 6) Relaksasi pernapasan
7) Senam rematik
Diteliti
Tidak Diteliti
18
C. Definisi Operasional
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis pada penelitian ini adalah :
19
E. Desain Penelitian
1. Populasi
2. Sampel
20
tujuan dan kriteria tertentu (Sulistyaningsih, 2011:65). Dengan kriteria
inklusi sampel:
1. Kriteria Inksklusi
2. Kriteria Eksklusi
sumbernya dimana dicatat untuk pertama kalinya dan masih perlu diolah
lanjut agar lebih memberi hasil bagi penelitian dan Data sekunder adalah
data yang sudah lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang lain
di luar peneliti. Data sekunder yang dikumpulkan dari internal, yaitu data
Data yang akan dikumpulkan adalah data primer dan data skunder.
21
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari pasien yang
b. Data Sekunder
H. Analisa Data
a. Analisa Univariat
P = n X 100 %
Keterangan :
22
F : Jumlah frekuensi untuk setiap kategori
N : Jumlah populasi
b. Analisa Bivariat
derajat kemaknaan (α) 5%, dan tingkat signifikan 95%. Diolah dengan
I. Pelaksanaan Penelitian
23
J. Etika Penelitian
penelitian dalam hal ini. Setelah mendapat persetujuan baru lah dilakukannya
1. Informed Consent
dan memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat
penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan, serta
tertentu pada lembar pengumpulan data yang di isi oleh responden sehingga
3. Confidential ( Kerahasiaan)
24
BAB V
A. Hasli Penelitian
Sosial Provinsi Bengkulu, yang dalam fungsinya mengatasi salah satu dari
2.Jalannya Penelitian
25
Tahun 2019. Desain yang digunakan pre eksperimen dengan rancangan
Bengkulu.
2. Analisa Univariat
26
terhadap penurunan nyeri rheumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha
Tahun 2019.
senam rematik dengan nyeri sedang di Panti Soisal Tresna Werdha tahun
2019.
3. Analisa Bivariat
sebesar -3,460 dengan nilai p value (Asymp Sig 2 Tailed) sebesar 0,000
≤0,05, dimana hasil dari batas kritis penelitian 0,05 sehingga diputuskan
dan post test dilakukan senam rematik di Panti Sosial Tresna Werdha
Tahun 2019.
27
B. Pembahasan
mengalami nyeri sedang. nyeri sedang yang dialami pasien secara obyektif
yang didapat rata-rata tingkat nyeri sebelum dilakukan kompres serei hangat
mengalami nyeri ringan. Hal ini diketahui bahwa adanya perubahan nyeri
setelah diberikan senam rematik, akan tetapi masih terdapat responden yang
28
santan, seafood dan daging kambing meningkatkan risiko terjadinya
wilcoxon didapatkan nilai Z sebesar -3,460 dengan nilai p value (Asymp Sig
2 Tailed) sebesar 0,000≤0,05, dimana hasil dari batas kritis penelitian 0,05
kelompok pre test dan post test dilakukan senam rematik di Panti Sosial
29
BAB V
A. Kesimpulan
senam rematik di Panti Soisal Tresna Werdha tahun 2019 dengan nilai
p=0,000≤0,05
B. Saran
1. Saran Teoritis
30
2. Saran Praktik
31
DAFTAR PUSTAKA
Bare. 2012. Pengaruh Kehamilan Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Ibu Hamil
Di Rumah Sakit Kesehatan Ibu Dan Anak Jakarta (Tesis) Fakultas
Keperawatan Universitas Indonesia
Anderson dan Neurhouser. 2012. Riset dalam Ilmu Kebidanan. Nuha Medika:
Yogyakarta.
Hidayat, Azis Aimul. 2007. Kebutuhan Dasar Manusia. Rineka Cipta: Jakarta.
Kruger GO. 2005. Pengantar dan Paradigma Ilmu Kebidanan. EGC: Jakarta.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2008. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. EGC:
Jakarta.
Minarti. 2000. Hubungan Obesitas, Penambahan Berat Badan dan Stress dengan
Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil di RSUD Prof. Dr. Margono
Soekardjo Purwokerto. Universitas Indonesia Jakarta.
No Rincian Biaya
1 Alat Tulis Kantor Rp. 700.000,-
2 Foto Copy kuesioner Rp 400.000,-
3 Konsumsi Khalayak Sasaran Rp. 500.000,-
4 Konsumsi Rapat Persiapan Rp 500.000,-
5 Transport Kegiatan Rp 900.000,-
Jumlah Rp. 3.000.000,-