Anda di halaman 1dari 47

Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan

Keperawatan

LAPORAN HASIL PENELITIAN

PENGARUH SENAM REMATIK TERHADAP PENURUNAN NYERI


RHEUMATOID DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA
TAHUN 2019

Oleh :

Dr. Ida Samidah, S.Kep, M.Kes (Ketua)


Ns. Murwati, S.Kep,M.Kes (Anggota)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-1)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS DEHASEN
BENGKULU
2019

i
ii
ABSTRAK

Rheumatoid adalah suatu penyakit autoimun yang ditandai dengan terdapatnya


sinovitis erosive simetrik yang mengenai jaringan persendian, seringkali juga
melibatkan organ tubuh lainya yang disertai nyeri dan kaku pada sistem otot.
Proses degenerative tubuh yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia akan
meningkatkan resiko terjadinya nyeri sendi akibat osteoarthritis lutut.Tujuan
penelitian ini diketahui pengaruh senam rematik terhadap nyeri rheumatoid di
panti social tresna werdha. Metode digunakan adalah desain eksperimen semu
(quasi experiment). Penelitian eksperimen semu dilakukan untuk mengetahui
pengaruh suatu perlakuan terhadap karakteristik subjek yang diteliti. Hasil analisis
uji univariat bahwa hamper sebagian responden nyeri sedang dengan hasil
persentase 34,9% sebelum dilakukan senam rematik,hamper sebagian responden
nyeri ringan dengan hasil persentase 44,4%, setelah dilakukan senam rematik
hasis analisis bivariate ada pengaruh senam rematik terhadap nyeri rheumatoid di
panti tresna werdha Bengkulu dengan nilai p (0,000) ≤ α (0,05) .Penelitian
menyarankan bahwa bagi lansia untuk melakukan senam rematik untuk
mengurangi nyeri rheumatoid.

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Karena berkat
dan rahmatnya yang telah diberikan pada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini yang berjudul “Pengaruh senam rematik terhadap
penurunan nyeri rheumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Tahun 2019.

Pada saat penulisan penelitian ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan


dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu perkenankanlah penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Dra. Bando Amin C Kader, MM selaku BPH Yayasan Dehasen


Bengkulu
2. Bapak Prof. Dr. agr.Ir. Johan Setianto, selaku Rektor Universitas Dehasen
Bengkulu
3. Ibu Dr. Ida Samidah, S.Kp.M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Unived Bengkulu.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan yang berlipat ganda
atas mereka yang telah memberikan bantuan kepada penulis untuk menyusun
penelitian ini ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa pembuatan dan
penyusunan penelitian ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena
itu penulis menerima kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan penelitian ini. Dan semoga penelitian ini dapat memberikan
manfaat bagi peneliti dan kita semua khususnya bagi perkembangan ilmu
keperawatan.

Bengkulu, Juli 2019

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
ABSTRAK ...................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar Lansia ............................................................... 3
B. Konsep Dasar Rhematoid ......................................................... 7
C. Konsep Dasar Senam Rematik ................................................. 12

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN


A. Tujuan Luaran .......................................................................... 17
B. Kontribusi Penelitian ................................................................ 17

BAB IV METODE PENELITIAN


A. Kerangka Konsep ................................................................... 18
B. Definisi Operasional .............................................................. 19
C. Hipotesis Penelitian ................................................................ 19
D. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................... 20
E. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................... 20
F. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 21
G. Alat dan Cara Penelitian .......................................................... 22
H. Pelaksanaan Penelitian ............................................................ 23
I. Etika Penelitian ........................................................................ 24
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

v
A. Hasil Penelitian ........................................................................ 25
B. Pembahasan .............................................................................. 29
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................. 30
B. Saran ......................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Visi yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan atau keadaan
masyarakat Indonesia di masa depan dirumuskan sebagai: “Indonesia Sehat
2025”. Dalam Indonesia Sehat 2025, lingkungan strategis pembangunan
kesehatan yang diharapkan adalah lingkungan yang kondusif bagi
terwujudnya keadaan sehat jasmani, rohani maupun sosial, yaitu lingkungan
yang bebas dari kerawanan sosial budaya dan polusi, tersedianya air minum
dan sarana sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman
yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta
terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki solidaritas sosial dengan
memelihara nilai-nilai budaya bangsa (RPJPN, 2016).
Rheumatoid adalah suatu penyakit autoimun yang ditandai dengan
terdapatnya sinovitis erosive simetrik yang mengenai jaringan persendian,
seringkali juga melibatkan organ tubuh lainya yang disertai nyeri dan kaku
pada sistem otot. Penyakit rheumatoid terjadi di daerah persendian yang
paling sering terkena adalah sendi tangan, pergelangan tangan, sendi lutut,
sendi siku, pergelangan kaki, sendi bahu serta sendi panggul dan biasanya
bersifat bilateral/simetris (Nurarif dan Kusuma, 2016).
Untuk mempertahankan dan meningkatkan status fungsional lanjut usia
(lansia)dapat dilakukan tindakan preventif dan promotif yang berupa latihan
fisik guna meningkatkan kebugaran. Lansia dengan rematik dapat
ditingkatkan status fungsionalnya dengan mengurangi nyeri danmencegah
penyakit rematik menjadi lebih parah, dapat digunakan metode gerak tubuh
yang dikenal dengan senam rematik. Senam ini konsentrasinya pada gerakan
sendi sambil meregangkan ototnya dan menguatkan ototnya, karena otot-otot
inilah yang membantu sendi untuk menopang tubuh (Candra 2008). Dengan
melakukan senam rematik diharapkan kualitas hidup lansia meningkat

1
sehingga lansia dapat melakukan Aktifitas fungsionaldengan maksimal dan
tidak menjadi beban bagi orang lain.
Berdasarkan fenomena diatas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Pengaruh senam rematik terhadap penurunan nyeri
rheumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Tahun 2019.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dapat disimpulkan
bahwa ada Pengaruh senam rematik terhadap penurunan nyeri rheumatoid di
Panti Sosial Tresna Werdha Tahun 2019.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Lansia

1. Pengertian Lansia

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

kehidupan manusia, sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU

No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah

seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2012:31).

Usia adalah orang yang berusia lebih dari 65 tahun. Smith

menggolongkan usia lanjut menjadi tiga yaitu young old (65-74 tahun),

middle old (75-84 tahun), dan old-old (lebih dari 85 tahun) (Tamher &

Noorkashiani, 2011:5).

Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda, umumnya

antara 60-65 tahun. Di Indonesia batasan mengenai lanjut usia adalah 60

tahun ke atas, terdapat Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang

Kesejahteraan Lanjut Usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 (Kusharyiadi, 2011:6).

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa Lansia adalah

tahap masa tua yang ditandai dengan kemunduran dengan usia 60 tahun

keatas.

2. Batasan Umur Lanjut Usia

Menurut pendapat berbagai ahli dalam Kushariyadi (2011:6),

batasan-batasan umur yang mencakup batasan umur lansia adalah sebagai

berikut:

3
a. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1

ayat 2 yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia

60 (enam puluh) tahun ke atas”.

b. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu :

pertama (fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-

55 tahun, ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase

senium) ialah 65 hingga tutup usia.

c. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric

age): > 65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu

sendiri dibagi menjadi tiga batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun),

old (75-80 tahun), dan very old ( > 80 tahun).

3. Karakteristik Lansia

Menurut Keliat dalam Maryam (2011:33), lansia memiliki

karakteristik sebagai berikut:

a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No.13

tentang kesehatan)

b. Kebutuan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,

dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif

hingga kondisi maladaptif

c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

4. Perubahan yang terjadi pada lansia

Perubahan yang terjadi pada lansia diantaranya (Maryam, 2012: 55):

a. Perubahan kondisi fisik

4
Perubahan pada kondisi fisik pada lansia meliputi perubahan dari

tingkat sel sampai ke semua sistem organ tubuh, diantaranya sistem

pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan

tubuh, muskolosketal, gastrointestinal, urogenital, endokrin, dan

integumen. Masalah fisik sehari-hari yang sering ditemukan pada

lansia diantaranya lansia mudah jatuh, mudah lelah, kekacuan mental

akut, nyeri pada dada, berdebar-debar, sesak nafas, pada saat melakukan

aktifitas/kerja fisik, pembengkakan pada kaki bawah, nyeri pinggang

atau punggung, nyeri sendi pinggul, sulit tidur, sering pusing berat

badan menurun, gangguan pada fungsi penglihatan, pendengaran, dan

sulit menahan kencing.

b. Perubahan kondisi mental

Pada umumnya lansia mengalami penurunann fungsi kognitif dan

psikomotor. Perubahan-perubahan ini erat sekali kaitannya dengan

perubahan fisik, keadaan kesehatan, tingkat pendidikan atau

pengetahuan, dan situasi lingkungan. Dari segi mental dan emosional

sering muncul perasaan pesimis, timbulnya perasaan tidak aman dan

cemas. Adanya kekacauan mental akut, merasa terancam akan

timbulnya suatu penyakit atau takut ditelantarkan karena tidak berguna

lagi. Hal ini bisa meyebabkan lansia mengalami depresi.

c. Perubahan psikososial

5
Masalah perubahan psikososial serta reaksi individu terhadap

perubahan ini sangat beragam, bergantung pada kepribadian individu

yang bersangkuatan.

d. Perubahan kognitif

Perubahan pada fungsi kognitif di antaranya adalah kemunduran

pada tugas-tugas yang membutuhkan kecepatan dan tugas yang

memerlukan memori jangka pendek, kemampuan intelektual tidak

mengalami kemunduran, dan kemampuan verbal akan menetap bila tidak

ada penyakit yang menyertai.

e. Perubahan spiritual

Agama dan kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya.

f. Tipe Lansia

Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman

hidup, lingkungan dan kondisi fisik, mental sosial dan ekonominya

(Maryam, 2012:33 ) :

1) Tipe arif Bijaksana, kaya dengan hikmah, pengalaman,

menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai

kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan,

memenuhi undangan dan menjadi panutan.

2) Tipe mandiri, mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru,

selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman dan

memenuhi undangan.

6
3) Tipe tidak puas, konflik lahir batin menentang proses

penuaan, sehingga pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung,

sulit dilayani, kritik dan suka menuntut.

4) Tipe pasrah, menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti

kegiatan agama dan melakukan pekerjaan apa saja

5) Tipe bingung, kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan

diri, minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh.

B. Konsep Rheumatoid

1. Definisi

Rheumatoid adalah penyakit inflamasi non-bakterial yang bersifat

sistemik, progresif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat

sendi secara simetris (Amin & Hardhi, 2016:100).

Rheumatoid adalah penyakit yang tidak menimbulkan kematian

padahal jika tidak segera ditangani rheumatoid bisa membuat anggota tubuh

berfungsi tidak normal mulai dari benjol-benjol, sendi kaku, sulit berjalan,

bahkan kecacatan seumur hidup (Putri, 2016:12).

Rheumatoid merupakan inflamasi kronik yang paling sering

ditemukan pada sendi. Insiden puncak adalah antara usia 40 hingga 60

tahun, lebih sering pada wanita daripada pria dengan perbandingan 3:1

Penyakit ini menyerang sendi-sendi kecil pada tangan, pergelangan kaki

dan sendi-sendi besar dilutut, panggul serta pergelangan tangan

(Muttaqin, 2009: 234).

7
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa rheumatoid

merupakan kondisi penyakit yang berhubungan dengan sendi yang

mengalami inflamasi yang menyebabkan disfungsi sendi.

2. Etiologi

Pada saat ini, rheumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan

infeksi. Autoimun ini bereaksi pada kolagen tipe II, faktor infeksi mungkin

disebabkan oleh virus dan organisme mikroplasma atau group difteroid yang

menghasilkan antigen kolagen tipe II dari tulang rawan sendi penderita.

Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori yang

dikemukakan mengenai penyebab Rheumatoid menurut (Amin & Hardhi,

2015:100), yaitu :

a. Infeksi streptokokus hemotilikus dan streptokokus non- hemolitikus

b. Endokrin

c. Automium

d. Metabolic

e. Faktor genetik serta faktor pemicu lingkungan

3. Jenis Rheumatoid

Menurut WHO terdapat sekitar 150 jenis penyakit Rheumatoid.

Rheumatoid dapat dikelompokan dalam 4 golongan yang sering terjadi

menurut (Somuya, 2011:28) yaitu :

a. Osteoartritis.

Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang

berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis

8
ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan

gerak pada sendi – sendi tangan dan sendi besar yang menanggung

beban.

b. Artritis Rematoid.

Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik

dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan

seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien artritis rematoid

terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat

progresifitasnya. Pasien dapat juga menunjukkan gejala berupa

kelemahan umum cepat lelah.

c. Olimialgia Reumatik.

Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa nyeri

dan kekakuan yang terutama mengenai otot ekstremitas proksimal, leher,

bahu dan panggul. Terutama mengenai usia pertengahan atau usia lanjut

sekitar 50 tahun ke atas.

d. Artritis Gout (Pirai).

Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai

gambaran khusus, yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat

pada pria dari pada wanita. Pada pria sering mengenai usia pertengahan,

sedangkan pada wanita biasanya mendekati masa menopause

4. Patofisiologi
Rawan sendi dibentuk oleh sel tulang rawan sendi (kondrosit)

dan matriks rawan sendi. Kondrosit berfungsi mensintesis dan memelihara

matriks tulang rawan sehingga fungsi bantalan rawan sendi tetap terjaga

9
dengan baik. Matriks rawan sendi terutama terdiri dari air, proteoglikan

dan kolagen. Perkembangan perjalanan penyakit rheumatoid artritis dibagi

menjadi 3 fase, yaitu sebagai berikut :

a. Fase 1

Terjadinya penguraian proteolitik pada matriks kartilago. Metabolisme

kondrosit menjadi terpengaruh dan meningkatkan produksi enzim

seperti metalloproteinases yang kemudian hancur dalam matriks

kartilago. Kondrosit juga memproduksi penghambat protease yang

mempengaruhi proteolitik. Kondisi ini memberikan manifestasi pada

penipisan kartilago.

b. Fase 2

Pada fase ini terjadi fibrilasi dan erosi dari permukaan kartilago, disertai

adanya pelepasan proteoglikan dan fragmen kolagen ke dalam

cairan sinovia.

c. Fase 3

Proses penguraian dari produk kartilago yang menginduksi respons

inflamasi pada sinovia. Produksi magrofag sinovia seperti interleukin 1

(IL-1), tumor necrosis factor-alpha (TNF-α), dan metalloproteinase

menjadi meningkat. Kondisi ini memberikan manifestasi balik pada

kartilago dan secara langsung memberikan dampak adanya destruksi

pada kartilago. Molekul-molekul pro- inflamasi lainnya seperti nitric

oxide (NO) juga ikut terlibat. Kondisi ini memberikan manifestasi

perubahan arsitektur sendi dan memberikan dampak terhadap

10
pertumbuhan tulang akibat stabilitas sendi. Perubahan arsitektur sendi

dan stress inflamasi memberikan pengaruh pada permukaan artikular

menjadi kondisi gangguan yang progresif (Helmi, 2012).

5. Manifestasi Klinis

Gelaja awal terjadi pada beberapa sendi sehingga disebut poli atritis

rheumatoid. Persendian yang paling sering terkena adalah sendi tangan,

pergelangan tangan, sendi lutut, sendi siku, pergelangan kaki, sendi bahu

serta sendi panggul dan biasanya bersifat bilateral/simetris. Tetapi kadang-

kadang hanya terjadi pada satu sendi disebut rheumatoid mono-artikular

(Amin & Hardi, 2016:101).

1. Stadium awal

Nyeri terasa setelah lama duduk dan istirahat, nyeri juga biasa timbul

malam hari, pembengkakan, kekakuan pada pagi hari (biasanya lebih dari

satu jam), panas dan kemerahan, sedangkan tanda-tanda tambahan adalah

malaise, penurunan BB, rasa capek/sering merasa lelah, sedikit demam

dan anemia, skala nyeri ringan.

2. Stadium lanjut

Kerusakan sendi dan deformitas yang bersifat permanen, selanjutnya

timbul ketidakstabilan sendi akibat rupture tendo/ligament yang

menyebabkan deformitas rheumatoid yang khas beruoa deviasi ulnar jari-

jari, deviasi radial/volar pergelangan tangan serta valgus lutut dan kaki.

Kaku sendi saat bangun tidur dipagi hari yang hilang dengan sendirinya

setelah sekitar 1 jam kemudian. Pembengkakan jaringan lunak disekitar

11
persendian pada 3 sendi atau lebih. Gangguan sendi sementara. Tes

faktor risiko rheumatoid.

6. Pemeriksaan penunjang

a. Laju endap darah : umumnya meningkat pesat dan biasanya kembali

normal (80-100 mm/h) sewaktu gejala menurun.

b. Protein C-reaktif : positif selama masa eksaserbasi

c. Sel darah putih : meningkat pada waktu timbul prosaes inflamasi

d. Haemoglobin : umunya menunjukkan anemia sedang (Hb 7-8 gr%)

e. Ig (Ig M dan Ig G) : peningkatan besar menunjukkan proses autoimun

sebagai penyebab AR

f. Sinar x dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan

lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan

(perubahan awal) berkembang menjadi formasi kista tulang,

memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang

terjadi secara bersamaan

g. Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium

h. Artroskopi langsung, aspirasi cairan sinovial

i. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan

perkembangan panas.

C. Konsep Senam Rematik


1. Senam Lansia

Dengan melakukan olahraga seperti senam lansia dapat mencegah atau

melambatkan kehilangan fungsional. Bahkan dari berbagai penelitian

menunjukan bahwa latihan / olahraga seperti senam lansia dapat

12
mengeliminasi berbagai resiko penyakit seperti hipertensi, diabetes

melitus, penyakit arteri koroner dan kecelakaan(Darmojo, 2009). Senam

lansia adalah olahraga ringan mudah dilakukan dan tidak berat dilakukan

lansia. Senam lansia mampu melatih tulang kuat, membantu pompa

jantung optimal, dan menghilangkan radikal bebes (Widianti &

proverawati, 2010). Kegiatan senam juga mempunyai tujuan untuk

mengatur pola nafas dan menyuplai kebutuhan oksigen untuk memenuhi

kebutuhan tubuh misalnya saat latihan fisik, infeksi, dan masa kehamilan.

Pengaturan pernafasan meningkatkan pengeluaran karbon dioksida hasil

proses metabolisme(Potter & Perry, 2005).

Senam adalah serangkaian kegiatan teratur, terarah dan terencana yang

diikuti oleh lanjut usia dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan

fungsional (Santoso dalam Munir, 2010).

2. Macam-macam senam

Macam –macam jenis senam lansia antara lain senam kebugaran,

senam otak, senam osteoporosis, senam hipertensi, senam diabetes militus,

senam rematik, olahraga ringan/jalan santai(Widianti & proverawati,

2010). Otot yang mengalami pembebanan terus menerus akan menjadi

kaku dan memendek dalam jangka lama akan menimbulkan rasa nyeri.

Gerakan senam dijadikan sebagai terapi untuk meregangkan otot yang

mengalami kekakuan. Dengan gerakan senam akan melatih otot untuk

fleksibilitas mempengaruhi pelebaran pembuluh kapiler otot, sehingga

13
meningkatkan supply oksigen pada sel otot dan mengurangi nyeri

mujianto 2013.

3. Manfaat Senam Lansia

Semua senam dan aktifitas olahraga ringan tersebut sangat bermanfaat

untuk menghambat proses degeneratif/penuaan. Senam ini sangat

dianjurkan untuk mereka yangmemasuki usia pralansia (45 thn) dan usia

lansia (65 thn ke atas). Orang melakukan senam secara teratur akan

mendapatkan kesegaran jasmani yang baik yang terdiri dari unsur

kekuatan otot, kelentukan persendian, kelincahan gerak. Apabila orang

melakukan senam, peredarah darah akan lancar dan meningkatkan jumlah

volume darah. Selain itu 20% darah terdapat di otak, sehingga akan terjadi

proses indorfin hingga terbentuk hormon norepinefrin yang dapat

menimbulkan rasa gembira, rasa sakit hilang, adiksi (kecanduan gerak)

dan menghilangkan depresi. Dengan mengikuti senam lansia efek

minimalnya adalah lansia merasa berbahagia, senantiasa bergembira, bisa

tidur lebih nyenyak, pikiran tetap segar.

Manfaat olahraga/senam lansia menurut Margatan dalam Reni

(2013), diantaranya:

a. Perbaikan serta terpeliharanya kesegaran jantung dan sistem

pernafasannya.

b. Perbaikan serta terpeliharanya otot, daya tahan dan kelenturannya.

c. Pengaturan metabolism serta kenaikan berat badannya dapat

terkendali.

14
d. Tekanan darahnya dapat bertahan stabil.

e. Mencegah terjadinya kehilangan massa tulang.

f. Turunnya kadar lemak dalam dara, sehingga dapat mengurangi

kemungkinan timbulnya serangan penyakit jantung.

g. Dapat memperbaiki kesehatan jiwanya, serta dapat memperbaiki

kepercayaan dirih. Pembuluh darahnya lebih elastis, tidak cepat

menebal atau menyempit.

4. Teknik dan Cara senam Aktifitas olah raga pada lansia berbeda-beda yang

disesuaiakan dengan kondisi fisik lansia. Bentuk olahraga yang dapat

dilakukan lanjut usia untuk meningkatkan, memelihara kebugaran, dan

kelenturan fisik antara lain : pekerjaan rumah dan berkebun, berjalan-jalan,

jalan cepat, bersepeda, berenang dan senam. Melakukan olah raga pada

lanjut usia sebaiknya dilakukan 3-4 kali dalam stu minggu dengan lam

latihan 15-30 menit secara teratur Bull, Eleanor dan Morrell dalam

Mulyanti (2009). Latihan senam yang dilakukan dalam tiga segmen:

a. Pemanasan (warming up) Gerakan umum (yang dilibatkan sebanyak-

banyaknya otot dan sendi) di lakukan secara lambat dan hati-hati.

Dilakukan bersama dengan peregangan (stretching). Lamanya kira-

kira 8-10 menit. Pada 5 (lima) menit terakhir pemanasan dilakukan

lebih cepat. Pemanasan dimaksud untuk mengurangi cedera dan

mempersiapkan sel-sel tubuh agar dapat turut serta dalam proses

metabolisme yang meningkat.

15
b. Latihan inti Tergantung pada komponen/faktor yang dilatih maka

bentuk latihan tergantung pada faktor fisik yang paling buruk.

Gerakan senam dilakukan berurutan seperti contoh dalam buku ini

dapat diiringi dengan musik yang disesuaikan dengan gerakan.

c. Pendinginan (cooling down) Dilakukan secara aktif artinya sehabis

latihan shit-up perlu dilakukan gerakan umum yang ringan sampai

suhu tubuh kembali normal yang ditandai dengan pulihnya denyut

nadi dan terhentinya keringat. Pendinginan dilakukan seperti pada

pemanasan yaitu selama 8-10 menit (Menpora, 2008).

16
BAB III
TUJUAN LUARAN DAN KONTRIBUSI PENELITIAN

A. Tujuan Luaran
Hasil penelitian akan dipublikasikan pada jurnal lokal yang mempunyai
ISSN atau jurnal nasional terakreditasi, juga dalam bentuk proceeding pada
seminar ilmiah, baik yang berskala lokal, regional, nasional maupun
internasional. Selain itu, hasil penelitian juga akan dijadikan pengayaan bahan
ajar pada proses perkuliahan.

B. Kontribusi Penelitian
1. Praktis
Penelitian diharapkan dapat menjadi acuan bagi pihak sekolah
tentang pengaruh senam rematik terhadap penurunan nyeri rheumatoid dan
diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan.
2. Teoritis
Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi pihak akademis dan
sebagai bahan bacaan yang tentang pengaruh senam rematik terhadap
penurunan nyeri rheumatoid.

17
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian ini diambil dari kerangka teoritis dengan

mengambil beberapa variabel yang diteliti. Variabel-variabel itu adalah

variabel independen dan variabel dependen. Variabel Independen adalah

karakteristik ibu yang terdiri dari umur, pendidikan, pekerjaan dan paritas,

tingkat pengetahuan, dan dukungan suami. Variabel dependen adalah self

efficacy.

B. Kerangka Teori
Penyebab: Dampak
Rheumatoid
a. Infeksi streptokokus hemotilikus dan streptokokus non-
Rheumatoid a. Nyeri
hemolitikus
b. Endokrin b. Kekakuan
c. Automium c. Merah
d. Metabolic d. Pembengkakan
e. Faktor genetik serta faktor pemicu lingkungan

Penatalaksanaan
Farmakologi

a. Analgetik inhalasi
Non Farmakologi
b. Analgesia opioid
1) Kompres Serei hangat
2) Distraksi
Senam rematik 3) Hypno-birthing
4) Stimulas Kutaneus
5) Massase
Penurunan Nyeri Rheumatoid 6) Relaksasi pernapasan
7) Senam rematik

Diteliti

Tidak Diteliti

Bagan 2.1 Kerangka Teori


Sumber: Zakiyah (2014); Dalimartha (2008); Amin & Hardhi (2015:100)

18
C. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Defenisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur

1 Dependen Penurunan nyer Observasi Skala 0: Ada Interval


kronik yang paling Bourbanis Penurunan
Penurunan sering ditemukan Nyeri (Jika
Nyeri pada sendi akibat skala nyeri
Rheumatid inflamasi atau <4)
peradangan.
1: Tidak ada
Penurunan
Nyeri (Jika
skala nyeri
≥4)

3. Independen serangkaian Observasi - - -


kegiatan teratur,
Senam terarah dan
Rematik terencana yang
diikuti oleh lanjut
usia dengan tujuan
untuk
meningkatkan
kemampuan
fungsional

D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis pada penelitian ini adalah :

Ha 1 : Ada pengaruh senam rematik terhadap penurunan nyeri rheumatoid di

Panti Sosial Tresna Werdha Tahun 2019

Ha 2 : Ada pengaruh senam rematik terhadap penurunan nyeri rheumatoid di

Panti Sosial Tresna Werdha Tahun 2019.

19
E. Desain Penelitian

Desain yang digunakan penulis adalah deskriptif yaitu memaparkan atau

menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaaan, kondisi, situasi, peristiwa,

kegiatan, dan lain-lain (Arikunto, 2014). Sedangkan jenis penelitian ini

adalah kuantitatif yaitu berbentuk angka-angka hasil perhitungan atau

pengukuran menurut Arikunto (Sasongko, 2010) dengan menggunakan

pendekatan cross sectional yaitu mempelajari sampel dari berbagai strata

pada waktu bersamaan (Umar, 2008).

F. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam

sumber penelitian (Notoatmodjo, 2012:34). Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh penderita rheumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha

yang berjumlah 41 orang pada tahun 2018

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau

sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki populasi

(Notoatmodjo, 2012). Sampel minimal pada sampel eksperimen

sebanyak 15 responden (Sulistyaningsih, 2012:70). Dalam penelitian

ini sampel minimal diambil sebanyak 15 responden dengan teknik

pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah purposive

sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan

20
tujuan dan kriteria tertentu (Sulistyaningsih, 2011:65). Dengan kriteria

inklusi sampel:

1. Kriteria Inksklusi

a. Penderita rheumatoid yang berada di PSTW

b. Pasien yang bersedia menjadi responden

c. Pasien yang mengalami skala nyeri sedang

d. Dapat berkomunikasi dengan baik dan kooperatif

2. Kriteria Eksklusi

a. Pasien yang tidak bersedia menjadi responden

b. Pasien rematik tidak bisa bahasa Indonesia

c. Pasien dengan gangguan ingatan

G. Teknik Pengambilan Sampel

Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari

sumbernya dimana dicatat untuk pertama kalinya dan masih perlu diolah

lanjut agar lebih memberi hasil bagi penelitian dan Data sekunder adalah

data yang sudah lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang lain

di luar peneliti. Data sekunder yang dikumpulkan dari internal, yaitu data

tentang jumlah lansia di Panti Sosial Tresna Werdha.

F. Sumber Data Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Data yang akan dikumpulkan adalah data primer dan data skunder.

21
a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari pasien yang

menderita rheumatoid di PSTW dengan menggunakan kuesioner

pedoman skala nyeri 0-10.

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data yang berupa dokumen-dokumen,

laporan-laporan yang berasal dari PSTW.

G. Alat dan Cara Penelitian

Alat pengumpulan yang digunakan untuk pengumpulan data. Dalam

penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner.

H. Analisa Data

a. Analisa Univariat

Analisa univariat adalah seluruh variabel yang akan digunakan dalam

analisa ditampilkan dalam distribusi frekuensi, Analisa univariat untuk

melihat distribusi frekuensi dari masing-masing variabel dependen dan

independen dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

P = n X 100 %

Keterangan :

P : Jumlah persentase yang dicari

22
F : Jumlah frekuensi untuk setiap kategori

N : Jumlah populasi

Arikunto (Cahyanti, MD, 2016).

Hasil proporsi yang didapat dalam bentuk persentase

diinterprestasikan sebagai berikut :

1) 0% = Tidak satupun dari responden

2) 1%-45,9% = Sebagian kecil dari responden

3) 46%-49% = Hampir sebagian responden.

4) 49,1-50,9% = Setengah dari responden.

5) 51%-70,9% = Lebih dari sebagian responden

6) 71%-90,9% = Sebagian besar dari responden

7) 91%-99,9% = Hampir seluruh responden

8) 100% = Seluruh responden

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisa yang digunakan untuk melihat

hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen secara

bersamaan dengan menggunakan analisa statistic chi - square (X2), dengan

derajat kemaknaan (α) 5%, dan tingkat signifikan 95%. Diolah dengan

menggunakan system komputerisasi. Hasil hipotesis sebagai berikut, Ha :

diterima apabila p < 0,05 dan Ha : ditolak apabila p > 0,05.

I. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha. Waktu

penelitian dilaksanakan selama bulan 15 Juli – 15 agustus 2019.

23
J. Etika Penelitian

Dalam melakukan peneliti memandang perlu adanya rekomendasi dari

pihak institusi dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi tempat

penelitian dalam hal ini. Setelah mendapat persetujuan baru lah dilakukannya

penelitian dengan menekankan masalah etika penelitian meliputi :

1. Informed Consent

Lembar persetujuan yang akan diberikan responden yang akan diteliti

dan memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat

penelitian. Lembar persetujuan diberikan kepada responden dengan memberi

penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan, serta

menjelaskan manfaat yang akan diperoleh bila bersedia menjadi responden.

Tujuan responden agar mengetahui dampak yang akan terjadi selama

pengumpulan data. Jika subjek bersedia menjadi responden, maka harus

menandatangani lembar persetujuan.

2. Anonymity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak

mencantumkan nama responden melainkan hanya kode nomor atau kode

tertentu pada lembar pengumpulan data yang di isi oleh responden sehingga

identitas responden tidak diketahui publik.

3. Confidential ( Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya

kelompok data tertentu yang dilaporkan hasil penelitian.

24
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasli Penelitian

1. Gambaran Tempat Penelitian

PSTW (Panti Sosial Tresna Werdha) Pagar Dewa Bengkulu

merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Kantor Wilayah Departemen

Sosial Provinsi Bengkulu, yang dalam fungsinya mengatasi salah satu dari

permasalahan-permasalahan sosial yang ditangani oleh Kantor Wilayah

Departemen Sosial Provinsi Bengkulu.

Dalam misinya PSTW (Panti Sosial Tresna Werdha) merupakan

suatu lembaga sosial yang khusus memberikan jaminan hidup,

pemeliharaan kesehatan, bimbingan mental spiritual serta memberikan

penyantunan kepada para lanjut usia yang usianya 60 tahun yang

mengalami ketelantaran dan hambatan dalam melaksanakan fungsi

sosialnya, sehingga diharapkan mereka dapat merasakan hidup tenteram

lahir dan batin.

2.Jalannya Penelitian

Penelitian di dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha. Waktu

penelitian dimulai pada bulan 15 Juli sampai dengan 15 Agustus tahun

2019. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam rematik

terhadap penurunan nyeri rheumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha

25
Tahun 2019. Desain yang digunakan pre eksperimen dengan rancangan

one group pre-test dan post-test.

Adapun langkah-langkah sebelum melaksanakan penelitian, peneliti

terlebih dahulu melengkapi syarat-syarat dokumen izin penelitian yaitu

mendapatkan rekomendasi dari kampus untuk melaksanakan penelitian,

selanjutnya melapor ke kantor DPMTSP Provinsi, seterusnya minta surat

pengantar dari kampus ke PSTW (Panti Sosial Tresna Werdha) Provinsi

Bengkulu.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita rheumatoid di

Panti Sosial Tresna Werdha yang berjumlah 41 orang, sampel diambil

sebanyak 15 orang dengan teknik purposive sampling, dengan kriteria

inklusi yang sudah ditetapkan oleh peneliti. Setelah selesai melakukan

penelitian hasilnya diperiksa kembali sesuai dengan yang diharapkan,

kemudian dilakukan pengkodean dan ditabulasi kedalam computer

menggunakan SPSS. Data yang diperoleh, diolah dan dianalisis dengan

menggunakan analisis univariat untuk mengetahui gambaran nilai nyeri

sebelum dan setelah dan analisis bivariat menggunakan Uji Wilcoxon

untuk mendapatkan nilai X2 dan nilai p

2. Analisa Univariat

Analisis univariat untuk memperoleh gambaran variabel, yang di

gambarkan dalam bentuk tabel dengan tujuan pengaruh senam rematik

26
terhadap penurunan nyeri rheumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha

Tahun 2019.

a. Nyeri rheumatoid sebelum dilakukan senam rematik

Dari hasil diketahui bahwa nyeri rheumatoid sebelum diberikan

senam rematik dengan nyeri sedang di Panti Soisal Tresna Werdha tahun

2019.

b. Nyeri rheumatoid setelah senam rematik

Dari hasil dapat diketahui bahwa nyeri rheumatoid setelah diberikan

senam rematik di Panti Soisal Tresna Werdha tahun 2019 sebagian

responden nyeri rinagn..

3. Analisa Bivariat

Sebelum melakukan Analisis bivariat peneliti terlebih dahulu

melakukan uji normalitas data kemudian dilakukan analisis bivariat

untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen yaitu perbedaan penurunan nyeri rheumatoid sebelum dan

setelah dilakukan senam rematik di Panti Sosial Tresna Werdha Tahun

2019 diketahui hasil dariperhitungan uji wilcoxon didapatkan nilai Z

sebesar -3,460 dengan nilai p value (Asymp Sig 2 Tailed) sebesar 0,000

≤0,05, dimana hasil dari batas kritis penelitian 0,05 sehingga diputuskan

hipotesis adalah terdapat perbedaan bermakna natara kelompok pre test

dan post test dilakukan senam rematik di Panti Sosial Tresna Werdha

Tahun 2019.

27
B. Pembahasan

1. Nyeri rheumatoid sebelum terapi kompres serei hangat

Hasil penelitian ini diketahui bahwa nyeri rheumatoid sebelum

diberikan senam rematik di Panti Soisal Tresna Werdha tahun 2019

mengalami nyeri sedang. nyeri sedang yang dialami pasien secara obyektif

klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat

mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Syarifah Aini,

Skepyang berjudul Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Perubahan Tingkat

Nyeri Pasien Rematik Di Kelurahan Koto Panjang Ikur Wilayah Kerja

Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tangah Padang Tahun 2013,

yang didapat rata-rata tingkat nyeri sebelum dilakukan kompres serei hangat

sebesar 4,79 dengan standar deviasi sebesar 1,032.

2. Nyeri rheumatoid setelah senam rematik

Dari hasil penelitian diketahui bahwa nyeri rheumatoid setelah

diberikan senam rematik di Panti Soisal Tresna Werdha tahun 2019

mengalami nyeri ringan. Hal ini diketahui bahwa adanya perubahan nyeri

setelah diberikan senam rematik, akan tetapi masih terdapat responden yang

tidak mengalami perubahan intensitas nyeri akan tetapi mengalami

perubahan karena disaat penelitian responden mengkonsumsi makanan yang

meningkatkan nyeri rheumatoid seperti santan dan jeroan. Sejalan dengan

penelitian Putri (2018) menyebutkan bahwa konsumsi makanan jeroan,

28
santan, seafood dan daging kambing meningkatkan risiko terjadinya

rheumatoid di Jorong Padang Bintungan.

3. Perbedaan penurunan nyeri rheumatoid sebelum dan setelah dilakukan

senam rematik di Panti Sosial Tresna Werdha Tahun 2019

Dari hasil penelitian dikethui bahwa hasil dariperhitungan uji

wilcoxon didapatkan nilai Z sebesar -3,460 dengan nilai p value (Asymp Sig

2 Tailed) sebesar 0,000≤0,05, dimana hasil dari batas kritis penelitian 0,05

sehingga diputuskan hipotesis adalah terdapat perbedaan bermakna natara

kelompok pre test dan post test dilakukan senam rematik di Panti Sosial

Tresna Werdha Tahun 2019.

29
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh senam rematik terhadap

penurunan nyeri rheumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Tahun 2019

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebelum diberikan senam rematik nyeri yang dialami responden sebanyak

mengalami nyeri sedang di Panti Soisal Tresna Werdha tahun 2019.

2. Setelah diberikan senam rematik nyeri yang dialami responden sebanyak

mengalami nyeri ringan di Panti Soisal Tresna Werdha tahun 2019.

3. Ada perbedaan nyeri rheumatoid antara sebelum dan setelah dilakukan

senam rematik di Panti Soisal Tresna Werdha tahun 2019 dengan nilai

p=0,000≤0,05

B. Saran

1. Saran Teoritis

Diharapkan dapat dijadikan panduan atau acuan dalam

pengembangan ilmu keperawatan khususnya yang berhubungan dengan

penatalaksanaan nonfarmakologi pada nyeri rheumatoid dan memberikan

informasi serta pemahaman pada ilmu pengetahuan yang membahas

tentang nyeri rheumatoid.

30
2. Saran Praktik

a. Bagi Panti Sosial Tresna Werdha

Diharapkan dapat lebih meningkatkan promosi kesehatan,

mengajak lansia dalam pemanfaatan tanaman obat di PSTW yang dapat

membantu menangani nyeri rheumatoid.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Kepada institusi pendidikan agar dapat membantu mahasiswa

dan menjadi bahan masukan atau informasi bagi mahasiswa

keperawatan agar dapat menambah pengetahuan tentang pengaruh

penurunan nyeri rheumatoid sebelum dan setelah senam rematik

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Kepada peneliti lain diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini

dengan menggunakan metode analisis ataupun mengaitkan dengan

variabel lain yang berhubungan dengan nyeri rheumatoid.

31
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Kaharto dkk. 2006. Pencegahan Kelainan pada Masa Kehamilan.


digilib.esaunggul.ac.id. Dikases 27 Februari 2015.

Bare. 2012. Pengaruh Kehamilan Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Ibu Hamil
Di Rumah Sakit Kesehatan Ibu Dan Anak Jakarta (Tesis) Fakultas
Keperawatan Universitas Indonesia

Anderson dan Neurhouser. 2012. Riset dalam Ilmu Kebidanan. Nuha Medika:
Yogyakarta.

Ardiansyah, Muhamad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Diva Press:


Jakarta.

Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Applikasi


Kebutuhan Dasar Klien. Salemba Medika: Jakarta.

Baradero. 2008. Penyakit Kardiovaskuler dan Penangannya. EGC: Jakarta.

BKKBN, et al. 2011. Program KB dan Peningkatan Jumlah Penduduk Indonesia:


Jakarta.

Brunner dan Suddarth. 2000. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2.


EGC: Jakarta.

2000. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. EGC: Jakarta.

Chapman, Vicky. 2006. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran. EGC:


Jakarta.
Cuningham, Jhon. 2006. Ilmu Kebidanan dan Kandungan. Medika Press:
Jakarta.

2011. Kebidanan dalam Kesehatan Masyarakat. Medika Press:


Jakarta.

Fredrick, albert dkk.2009. Pengantar Ilmu Kebidanan. Media Press: Jakarta.


Hanifa, Wiknjosastro. 2006. Ilmu Kebidanan. EGC: Jakarta.

Hawari. 2004. Stress dan Ilmu Psikologi. Pustaka Mediak: Jakarta.

Hidayat, Azis Aimul. 2007. Kebutuhan Dasar Manusia. Rineka Cipta: Jakarta.

Idrus, Muhammad. Hubungan Kenaikan Berat Badan saat Hamil Dengan


Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil Trimester III di Rumah Sakit
Chikini Jakarta. (Tesis) Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Kruger GO. 2005. Pengantar dan Paradigma Ilmu Kebidanan. EGC: Jakarta.

Lestari, Puji. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Preeklampsia pada Ibu


Hamil di RS.Cipto Mangunkusomo (Skripsi) Universitas Indonesia.

Mandy, Akfar. 2010. Kehamilan yang Menyenangkan. http://id.wikipedia.org.


Diakses 27 Februari 2015.

Mansjoer dkk. 2007. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC.

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2008. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. EGC:
Jakarta.

Maryuni, Anik. 2010. Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan. Trans Info


Media: Jakarta.

2012. Asuhan Kebidanan. Trans Info Media: Jakarta.

Minarti. 2000. Hubungan Obesitas, Penambahan Berat Badan dan Stress dengan
Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil di RSUD Prof. Dr. Margono
Soekardjo Purwokerto. Universitas Indonesia Jakarta.

Muttaqin, Arif. 2011. Pengantar Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba


Medika: Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Rieneka Cipta: Jakarta.


Osungbade. 2011. Perspektif Kesehatan Refroduksi dalam Tatanan Kesehatan
Masyarakat. EGC: Jakarta.

Priambojo,Kartono. 2013. Hubungan Paritas dan Stress Terhadap Peningkatan


Tekanan Darah pada Ibu Hamil di RS.Abdul Muluk. (Skripsi) FKM
UniversitasLampung.

Rachimhadhi, Trijatmo. 2007. Peningkatan Status Kesehatan Demi Pencapaian


Pilar MDGs. Pustaka Medika: Jakarta

Rahmawati. 2009. Peningkatan Berat Badan Dalam Kehamilan. EGC: Jakarta.

Rokhita. 2007. Preeklampsia Selama Kehamilan. Rineka Cipta: Jakarta.

Rozhikan. 2007. Manajemen Stress. Nuha Medika: Jakarta.

Sarwono, Prawiharjo. 2010. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. YBPSP: Jakarta.
Lampiran
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

Bulan Pelaksanaan Penelitian Tahun 2018/2019


Tahap
Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari
Penyusunan
Proposal
Seminar
Proposal
Perbaikan
Proposal
Pengesahan
Proposal
Pengurusan
Izin
Persiapan
Penelitian
Pelaksanaan
Penelitian
Pengumpula
n Data
Analisa Data
Penyusunan
Laporan
Pengesahan
Laporan
Publikasi
Lampiran
PERKIRAAN USUL ANGGARAN PENELITIAN

No Rincian Biaya
1 Alat Tulis Kantor Rp. 700.000,-
2 Foto Copy kuesioner Rp 400.000,-
3 Konsumsi Khalayak Sasaran Rp. 500.000,-
4 Konsumsi Rapat Persiapan Rp 500.000,-
5 Transport Kegiatan Rp 900.000,-
Jumlah Rp. 3.000.000,-

Anda mungkin juga menyukai