Anda di halaman 1dari 113

Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan

Keperawatan

LAPORAN HASIL PENELITIAN

STRESS, AKTIVITAS FISIK DAN REGULARISASI


SIKLUS MENSTRUASI FASE REMAJA PERTENGAHAN
DI SMA NEGERI 1 KUALA LEMPUING KOTA BENGKULU
Oleh :

Ns.Murwati, S.Kep, M.Kes (Ketua)


Kartika Murya Ningrum, S.Kep, MPH (Anggota)
Vovy Voesvita Sary, S.Pdi., M.Pdi (Anggota)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (SI)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
TAHUN 2019

i
ii
ABSTRAK

Siklus menstruasi idealnya teratur setiap bulan dengan rentan waktu antara 21-35 hari
setiap kali periode menstruasi. Menstruasi pada wanita teratur setelah mencapai usia
18 tahun. Hasil penyelidikan terhadap 4000 wanita, hanya 3% diantaranya yang
mempunyai siklus menstruasi yang teratur. Hampir semua wanita mengalami siklus
mentruasi kurang teratur dari bulan yang satu kebulan yang lain. Banyak dampak
yang mempengaruhi ketidakteraturan siklus menstruasinya yaitu kesulitan hamil,
kesuburan terganggu.
Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan stres dan aktivitas fisik dengan
Keteraturan Siklus Menstruasi Pada siswi di SMA Negeri 1 Kuala Lempuing Kota
Bengkulu .
Metode Penelitian ini Desain Deskriftif dengan pendekatan cross sectional populasi
dalam penelitian ini yaitu siswi di SMA Negeri 1 Kuala Lempuing Kota Bengkulu .
Hasil penelitian : 43 (62,3%) responden mengalami stress berat, 19 (27,8%) memiliki
Aktivitas Fisik berat, 47 (68,1%) mengalami siklus menstruasi tidak normal. Ada
Hubungan bermakna antara Stress dengan Siklus Menstruasi dengan nilai p value =
0,001 nilai < α = 0,05. AdaHubungan bermakna antara Aktivitas Fisik dengan
Keterauturan Siklus Menstruasi dengannilai p value = 0,022 < α =0,05.
Kesimpulan : penelitian ini adalah Ada Hubungan antara Stres dengan keteraturan
siklus menstruasi pada mahasiswi Akbid Dehasen Bengkulu tahun 2016, nilai p value
= 0,001< α = 0,05. Ada Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Keteraturan Siklus
Menstruasi pada Mahasiswa Dehasen Bengkulu tahun 2016, nilai p value = 0,022 < α
= 0,05. Saran :Diharapkan kepada Mahasiswi untuk selalu menjaga kesehatan dan
melakukan kebiasaan sehari-hari dengan baik karena apabila stressor muncul akan
sangat berpengaruhterhadap siklus menstruasi yang dapat mengakibatkan gangguan
kesehatan reproduksi muncul.

Kata Kunci : Stress, Aktivitas fisik, Siklus menstruasi

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Penelitian
yang berjudul “Stress, Aktivitas Fisik dan Regularisasi Siklus Menstruasi Fase
Remaja Pertengahan di SMA Negeri 1 Kuala Lempuing Kota Bengkulu”
Pada hasil penelitian ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak, oleh karena itu perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada :
1. Bapak Dra. Bando Amin C Kader, MM selaku BPH Yayasan Dehasen Bengkulu
2. Bapak Prof. Dr. agr. Ir. Johan Setianto selaku Rektor Universitas Dehasen
Bengkulu.
3. Ibu Dr. Rita Prima Bendriyanti, Msi selaku Wakil Rektor II Universitas Dehasen
Bengkulu.
4. Bapak Ir. H. Jusuf Wahyudi, M.Kom selaku Ketua LPPM Universitas Dehasen
Bengkulu.
5. Ibu Dr.Ida Samidah,SKp,M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Dehasen Bengkulu.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan yang berlipat ganda atas
mereka yang telah memberikan bantuan kepada penulis untuk menyusun penelitian
ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa pembuatan dan penyusunan laporan
penelitian ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu penulis
menerima kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan laporan penelitian ini. Dan semoga hasil laporan penelitian ini dapat
memberikan manfaat bagi peneliti dan kita semua khususnya bagi remaja putri.
Bengkulu, Januari 2019

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
ABSTRAK ...................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar Menstruasi ........................................................ 7
B. Konsep Dasar Stress ................................................................ 22
C. Hubungan Stress dengan Keteraturan Siklus Menstruasi ........ 37
D. Konsep Dasar Aktifitas Fisik ................................................... 38
E. Hubungan Aktifitas Fisik dengan Keteraturan Siklus Menstruasi
.................................................................................................. 42

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN


A. Tujuan Luaran .......................................................................... 44
B. Kontribusi Penelitian ................................................................ 44

BAB IV METODE PENELITIAN


A. Kerangka Konsep ................................................................... 46
B. Hipotesis Penelitian ................................................................. 46
C. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................... 47
D. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................... 48
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 48
F. Definisi Operasional ............................................................... 48
H. Alat dan Cara Penelitian .......................................................... 51
J. Pelaksanaan Penelitian ............................................................ 53
K. Etika Penelitian ........................................................................ 53
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ........................................................................ 54
B. Pembahasan .............................................................................. 58
v
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................. 67
B. Saran ......................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR BAGAN

Nomor Judul Bagan Halaman

3.1 Kerangka Konsep 46

vii
DAFTAR TABEL

No Judul Tabel Halaman

2.1 Pengukuran Stress (DASS 42) 34

2.2 Jumlah Energi yang dilakukan untuk Jenis Aktivitas 41


persatuan waktu tertentu

4.1 Definisi Operasional 50

5.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Stress Pada Siswa SMAN I 55


Lempuing Kota Bengkulu

5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Aktivitas Fisik Pada Siswa 55


SMAN I Lempuing Kota Bengkulu

5.3 Distribusi Frekuensi Siklus Menstruasi Pada Siswa 56


SMAN I Lempuing Kota Bengkulu

5.4 Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi Siswa SMAN 56


I Lempuing Kota Bengkulu

5.5 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Silus Menstruasi Siswa 57


SMAN I Lempuing Kota Bengkulu

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Lampiran

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian

Lampiran 5 Surat Izin Selesai Penelitian

Lampiran 6 Master Tabel

Lampiran 7 Hasil Olah Data

Lampiran 8 Lembar Konsul Skripsi

ix
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja adalah suatu tahapan antara masa kanak-kanak dengan masa

dewasa. Istilah ini menunjukkan masa dari awal pubertas sampai tercapainya

kematangan, biasanya mulai dari usia remaja adalah 12 sampai 15 tahun,

Penggolongan remaja ini terbagi menjadi 3 tahap, yaitu remaja awal (usia 12-15

tahun), remaja tengah (usia 15-17 tahun) dan remaja akhir (usia18-21 tahun)

(Proverawati, 2009)

Menstruasi adalah proses alamiah yang terjadi pada perempuan. Menstruasi

merupakan pendarahan teratur diuterus sebagai tanda bahwa alat kandungan telah

menunaikan faalnya (kusmiran, 2011). Gangguan menstruasi bisa dikatakan

sebagai kelainan yang terjadi pada wanita yang sudah mengalami menstruasi.

Gangguan tersebut dapat berupa gangguan pada siklus, dan banyaknya darah

dan lamanya menstruasi ( Proverawati, 2009).

Siklus menstrusi idealnya teratur setiap bulan dengan rentang waktu antara 21-35

hari setiap kali periode menstruasi. Siklus menstruasi normal secara fisiologis

menggambarkan, organ reproduksi cenderung sehat dan tidak bermasalah.

Sistem hormonalnya baik, ditunjukkan dengan sel telur yang terus diproduksi
2

dan siklus menstruasinya teratur sehingga menstruasi yang normal, seorang

wanita akan lebih mudah mendapatkan kehamilan, menata rurinitas, dan

menghitung masa subur (Hestiantoro, 2009).

Menstruasi pada wanita teratur setelah mencapai usia 18 tahun, Sheldon

menyatakan bahwa hasil penyelidikan terhadap 4000 wanita, ternyata hanya 3%

diantaranya mempunyai siklus menstruasi yang teratur. Hampir semua wanita

mengalami siklus menstruasi yang kurang teratur dari bulan yangsatu kebulan

lain, pasti ada perubahan sedikit. Siklus haid yang tidak teratur tidak memiliki

pola tertentu seperti siklus menstruasi yang memanjang atau lebih dari 35 hari

(oligomenore), siklus menstruasi yang pendek kurang dari 21 hari atau dalam

sebulan mengalami menstruasi lebih dari sekali (polimenore), bahkan tidak

menstruasi selama 3 bulan (amenore) (Beri-Beri, 2010).

Hestiantoro (2007) dalam penelitian Nurlaila (2015) siklus pendek maupun

panjang, sama-sama menunjukkan ketidakberesan pada sistem metabolisme dan

hormonal. Dampaknya yaitu jadi lebih sulit hamil (infertilitas). Siklus pendek

yang terjadi pada wanita dapat mengalami unovulasi karena sel telur tidak terlalu

matang sehingga sulit untuk dibuahi. Siklus panjang pada wanita menandakan sel

telur jarang sekali diproduksi atau wanita mengalami ketidaksuburan yang cukup

panjang. Apabila sel telur jarang diproduksi berarti pembuahan akan sangat

jarang terjadi. Ketidakteraturan siklus menstruasi juga membuat wanita sulit


3

mencari kapan masa subur dan tidak. Wanita yang memiliki siklus 28 hari hanya

sekitar 10-15 %.

Hasil studi penelitian dijepang yang dilakukan Fujiwara (2007) terhadap 522

wanita usia 18-20 tahun yang belajar di Ashiya College di dapatkan 33 % wanita

mengalami haid tidak teratur dan 66,7% melaporkan menstruasi normal. Menrut

para ahli Epigee, 30 % wanita usia reproduksi mengalami siklus menstruasi tidak

teratur (Epigee, 2009).

Hestiantoro (2007) dalam Nurlaila (2015) Kasus yang terjadi di Indonesia

beberapa diantaranya menunjukkan menstruasi yang berkepanjangan ataupun

gangguan dalam siklus menstruasi bisa menimpa wanita mulai remaja (sudah

menstruasi) hingga menopause (menjelang berakhirnya masa menstruasi).

Kejadian ini bisa dialami oleh wanita remaja dan wanita muda sekitar 20 %,

sedangkan 40% pada wanita paruh baya (lebih dari 40 tahun) yang diakibatkan

oleh stress. Suatu studi kecil yang menarik melaporkan bahwa insiden kegagalan

hamil yang tinggi pada wanita disebabkan oleh tingkat stress yang sudah tinggi

dan siklus menstruasi yang diperpanjang.

Menurut Tambing (2012) dalam Pandu (2012) Perbedaan siklus ini ditentukan

oleh beberapa faktor, yaitu salah satunya adalah stress yang merupakan penyebab

terjadinya gangguan menstruasi. Selain itu fungsi hormon terganggu, kelainan

sistemik, kelenjar gondok, Aktivitas fisik, hormon prolaktin dan hormon


4

prolaktin berlebih juga merupakan penyebab terjadinya gangguan siklus

menstruasi.

Aktivitas fisik yang teratur akan berpengaruh pada kebugaran fisik, kapasitas

kerja dan kesehatan seseorang. Selain itu Aktivitas fisik juga memiliki

keterkaitan yang erat dengan masalah reproduksi pada wanita yang meliputi

menstruasi, kehamilan dan menopause. Aktivitas fisik yang memerlukan

gerakkan tubuh yang terstruktur seperti olahraga dapat mengurangi simptom

yang timbul sebelum hingga selesai menstruasi.

Menurut Huriyati (2004) dalam Nurlaila (2015) Dewasa ini Aktivitas fisik yang

dilakukan khususnya oleh para remaja mengalami penurunan akibat penggunaan

teknologi modern yang menawarkan kepraktisan dan kemudahan dalam

melakukan Aktifitas sehari-hari seperti remote control, komputer, lift dan tangga

berjalan. Pada penelitian Octaviani (2012) yang dilakukan diKanada

menunjukkan bahwa bahwa remaja usia 10-19 bisa menghabiskan waktu >5 jam

per hari untuk menonton televisi. Hasil penelitian longitudinal pada remaja yang

diadakan di Belanda menunjukkan bahwa pada usia 12-18 tahun terjadi

penurunan energy expenditure persatuan berat otot tubuh dan penurunan Aktivitas

yang besar terutama pada Aktivitas fisik sedang dan berat.

Menurut Wangsa (2010)dalam Suciati (2015) menjelaskan bahwa stress adalah

suatu kondisi dimana keadaan tubuh terganggu karena tekanan psikologis.

Penelitian yang dilakukan oleh Walker (2002) pada 60 orang


remaja menghasilkan bahwa penyebab utama stress (ketegangan) dan

masalah yang ada pada remaja berasal dari hubungan dengan teman dan

keluarga, tekanan dan harapan dari diri mereka sendiri dan orang lain,

tekanan disekolah oleh guru dan pekerjaan rumah, tekanan ekonomi dan

tragedi yang ada dalam kehidupan mereka misalnya kematian, perceraian dan

penyakit yang dideritanya atau anggota keluarganya.

Stress itu sendiri sebenarnya tidak selalu bermakna negatif, karena itu

dibeberapa orang dan tempat, stress terkadang justru melahirkan situasi

dinamis yang mendorong seseorang mencapai prestasi yang tinggi (Wangsa,

2010).

Manusia mengalami dari tiga sumber utama yaitu lingkungan, fisiologik dan

pikiran. Stress lingkungan mencakup kebisingan, kepadatan, tekanan waktu,

standar prestasi, ancaman terhadap rasa aman dan harga diri serta

penyesuaian diri dengan teman, pasangan dan perubahan keluarga. Stress

fisiologik (dari tubuh) antara lain perubahan kondisi tubuh seperti masa

remaja, haid, proses menua, kecelakaan, kurang gizi, kurang tidur. Stress

pikiran merupakan pemaknaan diri dan lingkungan dimana pikiran

menginterpretasi dan menerjemahkan pengalaman perubahan (Gunarya,

2008).

Penelitian Dr.Selye dan penelitian lain membuktian stress berpengaruh besar

pada perkembangan penyakit manusia. Para ahli menyatakan bahwa 70-75 %

dari semua penyakit akhirnya berkaitan dengan stress. Juliet Scor dalam
6

Hager menyatakan bahwa 30 % dari semua orang dewasa mengalami stress

tingkat tinggi.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas dapat dirumuskan masalah penelitian “Adakah

hubungan stress dan Aktivitas fisik dengan keteraturan siklus menstruasi SMA

Negeri 1 Kuala Lempuing Kota Bengkulu”.


7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Menstruasi

1. Pengertian Menstruasi

Menstruasi atau haid adalah pendarahan secara periodik dan siklik

dari uterus disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium

(Proverawati, 2009).

Menstruasi adalah proses alamiah yang terjadi pada perempuan.

Menstruasi merupakan pendarahan teratur dari uterus sebagai tanda

bahwa alat kandungan telah menunaikan faalnya. Masa ini akan

mengubah perilaku dari beberapa aspek, misalnya psikilogi dan lain-

lain. Pada wanita biasanya pertama kali mengalami menstruasi pada

umur 12-16 (Kusmiran, 2011)

Menstruasi merupakan perdarahan periodik sebagai bagian

integral dari fungsional biologis wanita sepanjang siklus

kehidupannya. Proses menstruasi dapat menimbulkan potensi masalah

kesehatan reproduksi wanita berhubungan dengan fertilitas yaitu pola

menstruasi berkembang (Kusmiran, 2011)

2. Anatomi fisiologi

Menurut Proverawati (2009), Organ reproduksi wanita dibedakan

menjadi organ kelamin keluar dan organ kelamin dalam. Adapun

organ reproduksi luar terdiri dari:


8

a. Vagina merupakan saluran yang menghubungkan organ uterus

dengan tubuh bagian luar. Berfungsi sebagai organ kopulasi dan

saluran persalinan keluarnya bayi sehingga sering disebut dengan

liang peranakan. Didalam vagina ditemukan selaput darah.

b. Vulva merupakan suatu celah yang terdapat dibagian luar dan

terbagi menjadi 2 bagian yaitu:

1) Labia mayora merupakan sepasang bibir besar yang terletak

dibagian luas dan membatasi vulva.

2) Labia minora merupakan sepasang bibir kecil yang terletak

dibagian dalam dan membatasi vulva

Organ reproduksi dalam terdiri dari:

a. Ovarium merupakan organ utama pada wanita yang berjumlah

sepasang dan terletak didalam rongga perut pada daerah

pinggang sebelah kiri dan kanan. Ovarium berfungsi untuk

menghasilkan sel ovum dan hormon wanita seperti:

1) Esterogen, yang berfungsi untuk mempertahankan sifat

sekunder pada wanita, serta juga membantu dalam proses

pematangan sel ovum.

2) Progesteron, yang berfungsi dalam memelihara masa

kehamilan.

b. Fimbriae merupakan serabut/silia lembut yang terdapat

dibagian pangkal ovarium berdekatan dengan ujung saluran


9

oviduct. Berfungsi untuk menangkap sel ovum yang telah

matang yang dikeluarkan oleh ovarium.

c. Infundibulum merupakan bagian ujung oviduct yang berbentuk

corong/membesar dan berdekatan dengan fimbriae. Berfungsi

menampung sel ovum yang telah ditangkap oleh fimbriae.

d. Tuba fallopi merupakan saluran memanjang setelah

infundibulum yang bertugas sebagai tempat fertilisasi dan jalan

bagi sel ovum menuju uterus dengan bantuan silia pada

dindingnya.

e. Oviduct merupakan saluran panjang kelanjutan dari tuba

fallopi. Berfungsi sebagai tempat fertilisasi dan jalan bagi sel

ovum menuju uterus dengan bantuan silia pada dindingnya.

f. Uterus merupakan organ yang berongga dan berotot.

Berbentuk seperti buah pir dengan bagian bawah yang

mengecil. Berfungsi sebagai tempat pertumbuhan embrio.

Tipe uterus pada manusia

g. adalah simpleks yaitu dengan satu ruangan yang hanya untuk

satu janin.

Uterus mempunyai 3 macam lapisan dinding yaitu:

1) Perimetrium yaitu lapisan yang terluar yang berfungsi

sebagai pelindung uetrus.


10

2) Miometrium yaitu lapisan yang kaya akan sel otot dan

berfungsi untuk kontraksi dan relaksasi uterus dengan

melebar dan kembali kebentuk semula setiap bulannya.

3) Endometrium merupakan lapisan terdalam yang kaya akan

sel darah merah. Bila tidak terjadi pembuahan maka

dinding endometrium inilah yang akan meluruh bersamaan

dengan sel ovum matang.

h. Cervix merupakan bagian dasar dari uterus yang bentuknya

menyempit sehingga disebut juga sebagai leher rahim.

Menghubungkan uterus dengan saluran vagina dan sebagai

jalan keluarnya janin dari uterus menuju saluran vagina.

i. Saluran vagina merupakan saluran lanjutan dari servic dan

sampai pada vagina.

j. Klitoris merupakan tonjolan kecil yang terletak didepan vulva.

3) Siklus menstruasi

Umumnya siklus menstruasi secara periodik setiap 28 hari (ada

pula setiap 21 hari dan 30 hari), yaitu pada hari 1-14 terjadi

pertumbuhan

dan perkembengan folikel primer yang dirangsang oleh hormon FSH.

Pada saat tersebut, sel oosit primer akan membelah dan menghasilkan

ovum yang haploid, saat folikel berkembang menjadi folikel de graaf

yang masak, folikel ini juga menghasilkan hormon estrogen yang

merangsang keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen yang keluar


11

berfungsi merangsang perbaikan dinding uterus, yaitu endometrium,

yang habis terkelupas saat menstruasi, selain itu estrogen menghambat

pembentukan FSH dan memerintahkan hifopisis menghasilkan LH

yang berfungsi merangsang folikel de graaf yang masak untuk

mengadakan ovulasi yang terjadi pada hari ke 14. Waktu disekitar

terjadinya ovulasi disebut fase uterus.

Selain itu, LH merangsang folikel yang telah kosong untuk berubah

menjadi badan kuning (korpus luteum). Badan kunuing menghasilkan

hormon progesteron yang berfungsi mempertebal lapisan

endometrium yang kaya dengan pembuluh darah untuk

mempersiapkan datangnya embrio. Periode ini disebut fase luteal.

Selain itu, progesteron juga berfungsi menghambat pembentukan FSH

dan LH, akibatnya korpus luteum mengecil dan

menghilangpembentukan progesteron berhenti sehingga pemberian

nutrisi kepada endometrium terhenti. Endometrium menjadi

mengering dan selanjutnya akan terkelupas dan terjadilah pendarahan

(menstruasi) pada hari ke-28. Fase ini disebut fase perdarahan atau

fase menstruasi. Oleh karena tidak ada progesteron,

maka FSH mulai terbentuk lagi dan terjadilah proses oogenesis

kembali (Kusmiran, 2011).

4) Macam-macam menstruasi

Nur Najmi Laila (2011) dalam Kusyani (2012) Pada wanita

menstruasi seringkali terjadi perubahan yaitu:


12

a. Menstruasi yang teratur adalah menstruasi yang berlangsung

selama beberapa hari, berhenti selama beberapa minggu, dan

kembali lagi seterusnya sampai perempuan mengalami

menopause, siklus menstruasi rata-rata terjadi sekitar 21-35 hari.

b. Menstruasi yang tidak teratur adalah kebanyakan terjadi akibat

faktor hormonal. Seorang perempuan yang memiliki hormon

estrogen dan progesteron yang berlebihan dapat memungkinkan

terjadinya menstruasi dikarenakan oleh faktor hormonal, maka

dapat dipastikan perempuan tersebut mengalami gangguan

kesuburan. Hal ini dapat diatasi dengan suntikan untuk

mempercepat pematangan sel telur.

5) Pola Menstruasi

Pola menstruasi yaitu siklusnya berlangsung selama 21-35 hari,

lamanya adalah 2-8 hari dan jumlah darah yang dikeluarkan kira-kira

20-80 ml per hari. Pola menstruasi yang tidak normal atau disebt juga

gangguan menstruasi yaitu apabila menstruasi yang siklusnya lama

dan jumlah darahnya kurang dari yang diuraikan diatas.

Pada umumnya siklus menstruasi berlangsung 28 hari. Siklus normal

yang berlangsung 21-35 hari. Siklus Menstruasi bervariasi pada tiap

wanita dan hampir 90% wanita memiliki siklus 25-35 hari dan hanya

10-15% yang memiliki panjang siklus 28 hari, namun berapa wanita

memiliki siklus yang tidak teratur. Panjang siklus menstruasi dihitung

dari hari pertama yang kemudian dihitung sampai dengan hari yang
13

terakhir yaitu 1 hari sebelum pendarahn menstruasi bulan berikutnya

dimulai (Saryono, 2009).

Menurut wiknjosastro(2005) dan octaria (2009) pola menstruasi

merupakan serangkaian proses menstruasi yang meliputi siklus

menstruasi, lama pendarahan menstruasi dan dismenorea. Siklus

menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama sampai datangnya

menstruasi periode berikutnya. Sedangkan panjang siklus adalah

jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya

menstruasi berikutnya. Siklus menstruasi normalnya berkisar antara

21-35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki siklus menstruasi 28 hari

dengan lama menstruasi 3-5 hari, ada yang 7-8 hari. Setiap hari ganti

pembalut 2-5 kali. Panjangnya siklus menstruasi dipengaruhi oleh

usia, berat badan, aktivitas fisik, tingkat setress, genetik dan gizi.

Lama keluarnya darah menstruasi juga bervariasi, pada umumnya

lamanya 4 sampai 6 hari, tetapi antara 2 sampai 8 hari masih dapat

dianggap normal. Pengeluaran menstruasi terdiri dari fragmen-

fragmen kelupasan endometrium yang bercampur dengan darah yang

banyaknya tidak tentu. Biasanya darahnya cair, tetapi apabila

kecepatan aliran darahnya terlalu besar, bekuan dengan berbagai

ukuran sangat mungkin ditemukan. Ketidakbekuan darah menstruasi

yang biasa ini disebabkan oleh suatu sistem fibrinilitik lokal yang aktif

didalam endometrium. Rata-rata banyaknya darah yang hilang pada

wanita normal selama satu periode menstruasi telah ditentukan oleh


14

beberapa kelompok peneliti, yaitu 20-60 ml. Konsentrasi Hb normal

14 gr per dl dan kandungan besi Hb 3,4 mg per g, volume darah ini

mengandung 12-29 mg besi dan menggambarkan kehilangan darah

yang sama dengan 0,4 sampai 1,0 mg besi untuk setiap hari siklus

tersebut atau 150-400 mg per tahun.

6. Fase-fase menstruasi

Menurut Proverawati (2009) Mekanisme terjadinya perdarahan

menstruasi terjadi dalam satu siklus terdiri atas 4 fase antara lain :

a. Fase folikuler/proliferasi

Pada masa ini adalah masa paling subur bagi seseorang wanita.

Dimulai dari 1 sampai sekitar sebelumkadar LH meningkat dan

terjadi pelepasan sel telur (ovulasi). Dinamakan fase folikuler

karena pada saat ini terjadi pertumbuhan folikel didalam ovarium.

Pada pertengahan fase folikuler, kadar FSH sedikit meningkat

sehingga merangsang pertumbuhan sekitar 3-30 folikel yang

masing-masing mengandung 1 sel telur. Tetapi hanya 1 folikel

yang terus tumbuh, yang lainnya hancur. Pada suatu siklus,

sebagian endometrium dilepaskan sebagai respon terhadap

penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Endometrium

terdiri 3 lapisan. Lapisan paling atas dan lapisan tengah

dilepaskan, sedangkan lapisan dasarnya tetap dipertahankan dan

menghasilkan sel-sel baru untuk kembali membentuk kedua

lapisan yang telah dilepaskan. Pendarahan menstruasi


15

berlangsung selama 3-7 hari, rata-rata selama 5 hari. Darah yang

hilang sebanyak 28-283 gram. Darah menstruasi biasanya tidak

membeku kecuali jika perdaranya sangat hebat. Pada akhir dari

fase ini terjadi lonjakan penghasilan hormon LH yang sangat

meningkat yang menyebabkan terjadinya proses ovulasi.

b. Fase luteal/fase sekresi/fase pramenstruasi

Pada fase ini menunjukkan masa ovarium beraktivitas

membentuk korpus luteum dari sisa-sisa folikel de graaf yang

sudah mengeluarkan sel ovum (telur) pada saat terjadinya proses

ovulasi. Pada fase ini peningkatan hormon progesteron yang

bermakna, yang diikuti oleh penurunan kadar hormon-hormon

FSH, estrogen, dan LH. Keadaan ini digunakan sebagai

penunjang lapisan endometrium untuk mempersiapkan dinding

rahim dalam menerima hasil konsepsi jika terjadi kehamilan,

digunakan untuk penghambatan masuknya sperma kedalam uterus

dan proses

peluruhan dinding rahim yang prosesnya akan terjadi pada akhir

fase ini.

c. Fase menstruasi

Pada fase ini menunjukkan masa terjadinya proses peluruhan dari

lapisan endometrium uteri disertai pengeluaran darah dari

didalamnya. Terjadi kembali peningkatan kadar dan aktivitas

hormon-hormon FSH dan estrogen yang disebabkan tidak adanya


16

hormon LH dan pengaruhnya karena produksinya telah dihentikan

oleh peningkatan kadar hormon progesteron secara maksimal. Hal

ini mempengaruhi kondisi flora normal dan dinding-dinding

didaerah vagina dan uterus yang selanjutnya dapat mengakibatkan

perubahan-perubahan higiene pada daerah tersebut dan

menimbulkan keputihan.

d. Fase regenerasi / pascamenstrual

Pada fase ini terjadi proses pemulihan dan pembentukkan kembali

lapian endometrium uteri, sedangkan ovarium mulai beraktivitas

kembali membentuk folikel-folikel yang terkandung di dalamnya

melalui pengaruh hormon-hormon FSH dan estrogen yang

sebelumnya sudah dihasilkan kembali didalam ovarium.

7. Gangguan menstruasi

Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik

darah dan sel-sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim

wanita. Banyak wanita yang tidak mengalami kenyamanan fisik

selama beberapa hari sebelum menstruasi mereka datang. Kira-kira

setengah dari seluruh wanita menderita akibat menstruasi. Beberapa

gangguan menstruasi :

a. Hipermenorea (minerogea)

Hipermenorea adalah pendarahan haid yang lebih banyak dari

normal, atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari). Sebab

kelainan ini terletak pada kondisi dalam uterus, misalnya ada


17

mioma uteridengan permukaan endometrium lebih luas dari biasa

dengan kontraktilitas yang terganggu, polip endometrium,

gangguan pelepasan endometrium pada waktu haid dan

sebagainya. Pada gangguan pelepasan endometrium biasanya

terdapat juga gangguan dalam pertumbuhan endometrium

biasanya terdapat yang diikuti dengan gangguan pelepasanya pada

waktu haid.

b. Hipomenorea

Hipomenorea adalah pendarahan haid yang lebih pendek dan atau

lebih kurang dari biasa. Sebab-sebabnya dapat terletak pada

konstitusi penderita, pada uterus (misalnya sesudah miomektomi),

pada gangguan endokrin, dan lain-lain. Kecuali jika ditemukan

sebab yang nyata.

c. Polimenorea

Pada Polimenorea siklus haid lebih pendek dari biasa (kurang dari

21 hari). Pendarahan kurang lebih sama atau lebih banyak dari

haid biasa. Polimenorea dapat disebabkan oleh gangguan

hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi, atau menjadi

pendeknya masa luteal. Sebab lain adalah kongesti ovarium

karena peradangan, endometriosis, dan sebagainya.

d. Oligomenorea

Disini siklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari. Apabila

panjangnya siklus lebih dari 3 bulan, hal itu sudah mulai


18

dinamakan amenorea. Pendarahan pada oligomenorea biasanya

berkurang.

Oligomenorea dan amenorea sering kali mempunyai dasar yang

sama, perbedaanya terletak tingkat. Pada kebanyakan kasus

oligomenorhea kesehatan wanita tidak terganggu, dan fertilitas

cukup baik. Siklus haid biasanya juga ovulator dengan masa

proliferasi lebih panjang dari biasa.

e. Amenorea

Amenorea adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya tiga

bulan berturut-turut. Lazim diadakan pembagian antara amenorea

primer dan amenorea sekunder. Amenorea primer apabila

seorang wanita berumur 18 tahun keatas tidak pernah dapat haid,

sedangkan pada amenorea sekunder penderita pernah mendapat

haid tetapi kemudian tidak dapat lagi. Amenorea primer

umumnya mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan lebih

sulit untuk diketahui, seperti kelainan-kelainan congenital dan

kelainan-kelainan genetik. Adanya amenorea sekunder lebih

menunjuk kepada sebab-sebab yang timbul dalam kehidupan

wanita, seperti gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor-

tumor, penyakit infeksi dan lain-lain.

f. Premenstrual Tension (tegangan prahaid)

Pramenstrual tension merupakan keluhan-keluhan yang biasanya

mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid,


19

dan menghilang sesudah haid datang, walaupun kadang-kadang

berlangsung terus sampai haid berhenti. Gejala-gejala yang tidak

seberapa berat banyak dijumpai, terutama pada wanita berunur

antara 30 sampai 45 tahun. Keluhan-keluhan terdiri atas

gangguan emosional berupa iritabilitas, gelisah, insomnia, nyeri

kepala, mudah tersinggung, sukar tidur, perut kembung, mual,

pembesaran dan rasa nyeri pada mammae dan sebagainya.

Sedangkan pada kasus yang berat terdapat depresi, rasa ketakutan,

gangguan konsentrasi, dan peningkatan gejala-gejala fisik tersebut

diatas.

g. Mastalgia

Mastalgia adalah rasa nyeri dan pembesaran mamae sebelum

haid. Sebab edema dan hiperemi dan peningkatan relative kadar

esterogen. Pada pemeriksaan harus diperhatikan adanya radang

atau neoplasma.

h. Mittelschmerz

Mittelschmerz atau nyeri antara haid terjadi antara kira-kira

sekitar pertengahan siklus, pada saat ovulasi. Rasa nyeri yang

terjadi mungkin ringan, tetapi pada beberapa kasus 2-3 hari. Rasa

nyeri dapat disertai atau tidak disertai dengan pendarahan, yang

kadang-kadang sangat sedikit berupa getah berwarna coklat,

sedang pada kasus dapat merupakan pendarahan seperti haid

biasa.
20

i. Disminore

Rasa nyeri menstruasi yang berupa kram ringan pada bagian

kemaluan sampai terjadi gangguan dalam tugas sehari-hari

(Sarwono P, 1999).

8. Faktor-faktor yang mempengaruhi siklus menstruasi

Menurut Proverawati (2010) dan Kusmiran (2011) ada beberapa

faktor yang dapat menyebabkan tidak teraturnya siklus menstruasi

adalah:

a. Fungsi hormone terganggu

Menstruasi terkait erat dengan sistem hormon yang diatur diotak,

tepatnya dikelenjar hipofisa. Sistem hormonal ini akan mengirim

sinyal ke indung telur untuk memproduksi sel telur. Bila sistem

pengaturan ini terganggu, otomatis siklus menstruasi akan

terganggu.

b. Stress

Stress menyebabkan perubahan sistemik dalam tubuh, khususnya

persarafan dalam hipotalamus melalui perubahan prolaktin atau

endogeniusopiatyang dapat mempengaruhi elevasi kortisul basal

dan menurunkan hormon lutein (LH) yang menyebabkan

amonerrhea

c. Kelenjar gondok

Terganggunya fungsi kelenjar gondok/tiroid juga bisa menjadi

penyebab tidak teraturnya siklus menstruasi. Gangguan bisa


21

berupa produksi kelenjar gondok yang terlalu tinggi (hipertiroid)

maupun terlalu rendah (hipotiroid). Pasalnya, sistem hormonal

tubuh ikut terganggu.

d. Produksi prolaktin berlebihan

Pada ibu menyusui produksi hormon prolaktinya cukup tinggi.

Hormon prolaktin ini sering kali membuat ibu tidak kunjung

menstruasi karena memang hormon ini menekan tingkat

kesuburan ibu. Pada kasus ini tidak masalah, justru sangat baik

untuk memberikan kesempatan pada ibu guna memelihara organ

reproduksinya.

e. Berat badan

berat badan dan perubahan berat badan mempengaruhi fungsi

menstruasi. Penurunan berat badan akut dan sedang menyebabkan

gangguan fungsi ovarium, tergantunng derajat tekanan ovarium

dan lamanya penurunan berat badan. Kondisi patologis seperti

berat badan yang kurang atau kurus dan anorexia nervosa yang

menyebabkan yang berat menyebabkan amenorhea.

f. Aktifitas fisik

Tinkat aktivitas fisik yang sedang dan berat dapat membatasi

fungsi menstruasi.
22

B. Konsep Dasar Stress

1. Pengertian

Stress merupakan respon tubuh yang yang bersifat tidak spesifik

terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya. Berdasarkan pengertian

tersebut dapat dikatakan stress apabila seseorang mengalami beban

atau tugas yang berat tetapi orang tersebut tidak mengatasi tugas yang

dibebankan itu, maka tubuh akan berespon dengan tidak mampu

terhadap tugas tersebut, sehingga orang tersebut dapat mengalami

stress. Sebaliknya apabila seseorang yang dengan beban tugas yang

berat tetapi mampu mengatasi beban tersebut dengan tubuh berespon

dengan baik, maka orang itu tidak mengalami stress (Hidayat, 2008).

Stress biasanya dipersepsikan sebagai sesuatu yang negatif

padahal tidak. Seseorang yang mengalami stress karena sebuah

jabatan disebut sebagai eustress. Terjadinya stress dapat disebabkan

oleh sesuatu yang dinamakan stressor. Bentuk stressor ini dapat dari

lingkungan, kondisi dirinya serta pikiran. Dalam pengrtian stress itu

sendiri juga dapat dikatakan sebagai stimulus dimana penyebab stress

dianggap sebagai sesuatu hal yang biasa. Stress juga dikatakan sebagi

respon artinya dapat merespon apa yang terjadi, juga disebut juga

sebagai transaksi yakni hubungan antara stressor dianggap positif

karena adanya interaksi antara individu dan lingkungan (Hidayat,

2008) .
23

2. Sumber stress

Menurut (Hidayat, 2008) sumber stresor merupakan asal dari

penyebab suatu stress yang dapat mempengaruhi sifat dari stresor

seperti lingkungan, baik secara fisik, psikososial maupun spiritual.

Sumber stresor lingkungan fisik dapat berupa fasilitas-fasilitas seperti

air minum, makan atau tempat-tempat umum sedangkan lingkungan

psikososial dapat berupa suara atau sikap kesehatan atau orang yang

ada sekitarnya, sedangkan lingkungan spiritual dapat berupa tempat

pelayanan keagamaan seperti fasilitas ibadah atau lainnya.

Sumber stresor yang lain adalah disri sendiri yang dapat

berupa perubahan fisiologis dalam tubuh, seperti adanya operasi, obat-

obatan atau lainnya.sedangkan sumber stesor dari pikiran adalah

berhubungan dengan penilaian dengan seseorang terhadap status

kesehatan yang di alami serta pengaruh terhadap dirinya.

Selain sumber stresor diatas stres yang dialami manusia dapat berasal

dari berbagai sumber dalam diri seseorang,keluarga dan lingkungan.

a. Sumber stres didalam diri

Sumber stres dalam diri sendiri pada umumnya dikarenakan

konplik yang terjadi antara keinginan dan kenyataan

berbeda,dalam hal ini adalah berbagai permasalahan yang terjadi

yang tidak sesuai dengan dirinya dan tidak mampu diatasai,maka

dapat menimbulkan suatu stres.


24

b. Sumber stres didalam keluarga

Stres ini bersumber dari masalah keluarga ditandai dengan adanya

perselisihan masalah keluarga,masalah keuangan serta adanya

tujuan yang berbeda diantara keluarga permasalahn ini akan selalu

menimbulkan suatu keadaan yang dinamakan stres.

c. Sumber stres didalam masyarakat dan lingkungan

Sumber stres ini dapat terjadi dilingkungan atau masyarakat pada

umumnya,seperti lingkungan pekerjaan,secara umum disebut

sebagai stres pekerja karena lingkungan fisik,dikarenakan

kurangnya hubungan interpersonal serta kurangnya adanya

pengakuan dimasyarakat sehingga tidak dapat berkembang.

3. Tahapan stress

a. Stress tahap pertama

Merupakan tahapan yang ringan dari stres yang ditandai dengan

adanya semangat bekerja besar, penglihatannya tajam tidak seperti

pada umumnya, merasa mampu menyelesaikan pekerjaan yang

tidak seperti biasanya, kemudian merasa senang akan pekerjaan

akan tetapi kemampuan yang dimilikinya semakin berkurang.

b. Stress tahap kedua

Pada stress tahap kedua ini seseorang memiliki ciri sebagai berikut

adanya perasaan letih sewaktu bangun pagi yang semestinya segar,

terasa lelah sesudah makan siang, cepat lelah menjelang sore,

sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman, denyut jantung


25

berdebar-debar lebih dari biasanya, otot-otot punggung dan

tengkuk semakin tegang dan tidak bisa santai.

c. Stress tahap ketiga

Pada tahap ketiga ini apabila seseorang mengalami gangguan

seperti pada lambung dan usus seperti adanya keluhan gastritis,

buang BAB tidak teratur, ketegangan otot semakin terasa, parasaan

tidak tenang, gangguan pola tidur seperti sukar untuk mulai tidur,

terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur, lemah, terasa

seperti tidak memiliki tenaga.

d. Stress tahap empat

Tahap ini seseorang akan mengalami gejala seperti segala

pekerjaan yang menyenangkan terasa membosankan, semula

ttanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk

merespon secara adekuat, tidak mampu melaksanakan kegiatan

sehari-hari, adanya gangguan pola tidur, sering menolak ajakan

karena tidak bergairah

kemampuan mengingat dan konsentrasi menurun karena adanya

perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak diketahui

penyebabnya.

e. Stress tahap kelima

Stress tahap ini ditandai dengan adanya kelelahan fisik secara

mendalam tidak mampu menyelesaikan pekerjaan yang ringan dan


26

sederhana, gangguan pada sistem pencernaan semakin berat dan

perasaan ketakutan dan kecemasan semakin meningkat.

f. Stress tahap enam

Tahap ini merupakan tahap puncak dan seseorang mengalami panik

dan perasaan takut mati dengan ditemukan gejala seperti detak

jantung semakin keras, susah bernafas, terasa gemetar seluruh

tubuh dan berkeringat, kemungkinan terjadi kolaps tau pingsan

4. Respon terhadap stress

Menurut (Hidayat, 2008) respon terhadap stresor yang diberikan

setiap individu akan berbeda-beda berdasarkan faktor yang akan

mempengaruhi dari stresor tersebut, dan coping yang dimiliki

individu, diantara stresor yang dapat mempengaruhi respon tubuh

antara lain :

a. Sifat stresor

Sifat stresor merupakan faktor yang dapat mempengaruhi respon

tubuh terhadap stresor.sifat stresor ini dapat berupa tiba tiba tau

berangsur angsur, sifat ini pada setiap individu dapat berbeda

tergantung dari pemahaman tentang arti stresor.

b. Durasi stresor

Lamanya stresor yang dialami kliaen akan mempengaruhi respon

tubuh.apabila stresor dialami lebih lama,maka respon dialaminya

juga kan lebih lama dan dapat mempengaruhi dari fungsi tubuh

yang lain.
27

c. Jumlah stresor

Jumlah stresor yang dialami seseorang dapat menentukan respon

tubuh.se,akin banyak stresor yang dialami seseorang,dapat

menimbulkan dampak yang besar bagi fungsi tubuh juga

sebaliknya dengan jumlah stresor yang dialami banyak dan

kemampuan adaptasi baik,maka seseorang akan memilki

kemampuan dalam mengatasinya.

d. Pengalaman masa lalu

Pengalaman ini juga dapat mempengaruhi respon tubuh terhadap

stresor yang dimiliki.semakin banyak stresor dan pengalaman

yang dialami dan mampu menghapinya,maka semakin baik

dalam mengatasinya sehingga kemampuan adaptifnya akan

semakin baik pula.

e. Tipe kepribadian

Tipe kepribadian seseorang juga dapat mempengaruhi respon

terhadap stresor.apabila seseorang yang memiliki tipe kpribadian

A,maka lebih rentan terkena stres dibandingkan dengan tipe

kepribadian B.tipe kepribadian A memiliki ciri ambisius, agresif,

kompetitif,kurang sabar,mudah tegang,mudah

tersinggung,mudah marah,memiliki kewaspadaan yang

berlebihan,bicara cepat,bekerja tidak kenal waktu,pandai

berorganisasi dan memimpin atau memerintah,lebih suka bekerja

sendirian bila ada tantangan, kaku terhadap waktu,ramah,tidak


28

mudah dipengaruhi,bila berlibur pikirannya keperjaan dan lain

lain. sedangkan tipe kepribadian B memiliki ciri tidak agresif

ambisinya wajar wajar,penyabar,senang,tidak mudah

tersinggung, tidak mudah marah,cara bicara tidak tergesa

gesa,perilaku tidak interaktif.lebih suka bekerja sama,mudah

bergaul,dan lain lain atau merupakan kebalikan tipe kepribadian

A.

f. Tingkat perkembangan

Tingkat perkembangan pada individu ini juga dapat

mempengaruhi respon tubuh dimana semakin matang dalam

perkembangannya maka semakin baik pula kemampuan untuk

mengatasinya.

5. Reaksi tubuh terhadap stress

Stressyang dialami seseorang dapat menimbulkan reaksi yang

ada pada tubuh baik secara fisiologis maupun psikologi. Diantara

reaksi tubuh tersebut seperti terjadi perubahan warna rambut yang

semula hitam lambat laun dapat mengalami perubahan warna

menjadi kecoklatan kusam dan kusam, perubahan ketajamanan mata

sering sekali menurun karena karena kekenduran pada otot-otot

sehingga mempengaruhi fokus lensa mata, pada telinga terjadi

gangguan seperti adanya suara berdenging, pada daya pikir

seringkali ditemukan adanya penurunan konsentrasi dan keluhan

sering sakit kepala dan pusing, expresi wajah tampak tegang, mulut
29

dan bibir terasa kering, kulit reaksi yang dapat dijumpai sering

berkeringat dan kadang-kadang panas, dingin dan juga akan dapat

menjadi kering atau gejala lainya seperti uritkaria, pada sistem

pernafasan dapat dijumpai gangguan seperti terjadi sesak karena

penyempitan pada saluran pernafasan, sedangkan pada sistem

kardiovaskuler terjadi gangguan seperti berdebar-debar, pembuluh

darah melebar atau menyempit kadang-kadang terjadi kepucatanatau

kemerahan pada muka dan terasa kedinginan dan kesemutan pada

daerah pembuluh, darah perifer seperti pada jari tangan atau kaki,

sistem pencernaan juga dan mengalami gangguan seperti lambung

terasa kembung, mual, pedih karena peningkatan asam lambung

pada sistem perkemihan terjadi gangguan seperti adanya frekuensi

buang air kecil yang sering, pada otot dan tulang terjadi ketegangan

dan terasa ditusuk-tusuk, khususnya pada persendian dan terasa

kaku. Pada sistem endokrin atau hormonal seringkali dijumpai

adanya peningkatan kadar gula dan terjadi penurunan libido dan

penurunan kegairahan pada seksual (Hidayat, 2008).

6. Macam-macam Stress

Menurut (Hidayat, 2008) Ditinjau dari penyebabnya, maka stress

dibagi manjadi tujuh macam diantaranya :


30

a. Stress fisik

b. Stress yang disebabkan karena keadaan fisik seperti karena

temperatur yang tinggi atau yang sangat rendah, duara yang

asing, sinar matahari atau karena tegangan arus listrik.

c. Stress kimiawi

Stress ini disebabkan karena zat kimia seperti adanya obat-

obatan, zat beracun asam, basa, faktor hormon atau gas dan

prinsipnya karena pengaruh senyawa kimia.

d. Stress mikrobiologik

Stress ini disebabkan karena kuman seperti adanya virus, bakteri

atau parasit.

e. Stress fisiologik

Stress yang disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh

diantaranya gangguan dari struktur tubuh, fungsi jaringan, organ

dan lain-lain.

f. Stress proses pertumbuhan dan perkembangan

Stress yang disebabkan karena proses pertumbuhan dan

perkembangan seperti pada pubertas, perkawinan dan proses

lanjut usia.

g. Stress psikis atau emosional

Stress yang disebabkan karena gangguan situasi psikologis atau

ketidakmampuan kondisi psikologisuntuk menyesuaikan diri


31

seperti hubungan interpersonal, sosial budaya atau faktor

keagamaan.

7. Manajemen stress

Menurut (Hidayat, 2008) stress merupakan sumber dari berbagai

penyakit pada manusia. Apabila stress tidak cepat ditanggulangi atau

dikelola dengan baik, maka akan dapat berdampak lebih lanjut

seperti mudah terjadi gangguan atau terkena penyakit. Untuk

mencegah dan mengatasi stress agar tidak sampai ketahap yang

paling berat, maka dapat dilakukan dengan cara :

a. Pengaturan diet dan nutrisi

Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara yang efektif dalam

mengurangi atau mengatasi stress melalui makan dan minum

yang halal dan tidak berlebihan, dengan mengatur jadwal makan

secara teratur, menu bervariasi, hindari makanan dingin dan

menonton karena dapat menurunkan kekebalan tubuh

b. Istirahat dan tidur

Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi

stress karena dengan istirahat dan tidur yang cukup akan

memulihkan keadaan tubuh. Tidur yang cukup akan memberikan

kegairahan dalam hidup dan memperbaiki sel-sel yang rusak.

c. Olahraga atau latihan teratur

Olahraga atau latihan yang teratur adalah salah satu cara untuk

meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik maupun mental.


32

d. Berhenti merokok

Berhenti merokok adalah bagian dari cara menanggulangi stress

karena dapat meningkatkan status kesehatan dan

mempertahankan ketahanan dan kekebalan tubuh.

e. Tidak mengkonsumsi minuman keras

Miniman keras merupakan faktor pencetus yang dapat

mengakibatkan terjadinya stress. Dengan tidak mengkonsumsi

minuman keras, kekebalan dan ketahanan tubuh akan semakin

baik, segala penyakit dapat dihindari karena minuman keras

banyak mengandung alkohol.

f. Pengaturan berat badan

Peningkatan berat badan merupakan faktor yang dapat

menyebabkan timbulnya stress karena mudah menurunkan daya

tahan tubuh terhadap stress.

g. Pengaturan waktu

Pengaturan waktu merupakan cara yang tepat dalam mengurangi

dan menanggulangi stress.

h. Terapi psikofarmaka

Terapi ini menggunakan obat-obatan dalam mengatasi stress

yang dialami dengan cara memutuskan jaringan antara psiko

neuro dan imunologi sehingga stresor psikososial yang dialami

tidak mempengaruhi funsi kognetif afektif dan psikomotor yang

dapat mengganggu organ tubuh yang lain


33

i. Terapi somatik

Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat

stress yang dialami sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu

sistem tubuh yang lain

j. Psikoterapi

Terapi ini dengan menggunakan teknik psikologis yang

disesuaikan dengan kebutuhan seseorang.

k. Terapi psikologis

Terapi ini dengan menggunakan pendekatan agama dalam

mengatasi permasalahan psikologis mengingat dalam mengatasi

atau mempertahankan kehidupan sesorang harus shat secara

fisik, psikis, sosial dan sehat spiritual sehingga stress yang

dialami dapat diatasi.

8. Cara Menilai Stress

Dalam melakukan pengukuran stress menurut Nursalam (2008)

terhadap stress dapat digunakan instrument depression anxiety stress

scale ( DASS 42 ), adalah

TABEL 2.1
Pengukuran Stress (Dass 42)
NO Aspek Penilaian 0 1 2 3

1. Menjadi marah karena hal- hal kecil


atau sepele
2. Mulut terasa kering

3. Tidak dapat melihat hal yang positif


dari suatu kejadian
34

4. Merasakan gangguan dalam


bernafas
( nafas cepat, sulit bernafas)
5. Merasa sepertinya tidak kuat lagi
untuk melakukan sesuatu
6. Cenderung bereaksi berlebihan pada
situasi
7. Kelemahan pada anggota tubuh

8. Kesulitan untuk relaksasi atau


bersantai
9. Cemas yang berlebihan dalam suatu
situasi namun bisa lega jika hal atau
situasi itu berakhir
10. Pesimis

11. Mudah merasa kesal

12. Merasa banyak menghabiskan


energi karena cemas
13. Merasa sedih dan depresi

14. Tidak sabaran

15. Kelelahan

16. Kehilangan minat pada banyak hal


( makan, ambulasi, sosialisasi)
17. Merasa diri tidak layak

18. Mudah tersinggung

19. Berkeringat ( misal: tangan


berkeringat) tanpa stimulasi atau
cuaca maupun latihan fisik
20. Ketakutan tanpa alasan yang jelas

21. Merasa hidup tidak berharga

22. Sulit untuk beristirahat

23. Kesulitan dalam menelan


35

24. Tidak dapat menikmati hal- hal yang


dilakukan
25. Perubahan kegiatan jantung denyut
nadi tanpa stimulasi oleh latihan
fisik
26. Merasa hilang ingatan dan putus asa

27. Mudah marah

28. Mudah panik

29. Kesulitan untuk tenang setelah


sesuatu yang mengganggu
30. Takut diri terhambat oleh tugas-
tugas yang tidak bisa dilakukan
31. Sulit untuk antusias pada banyak hal

32. Sulit mentoleransi gangguan-


gangguan terhadap hal yang sedang
dilakukan
33. Berada dalam keadaan tegang

34. Merasa tidak berharga

35. Tidak dapat memaklumi hal apapun


yang menghalangi anda untuk
menyelesaikan hal yang sedang
dilakukan
36. Ketakutan

37. Tidak ada harapan untuk masa


depan
38. Merasa hidup tidak berarti

39. Mudah gelisah

40. Khawatir dengan situasi saat diri


anda mungkin menjadi panik dan
mempermalukan diri sendiri
41. Gemetar

42. Sulit untuk meningkatkan inisiatif


dalam melakukan sesuatu
36

Keterangan dari tabel 2.1

0: Tidak ada atau tidak pernah di alami

1: Sesuai dengan yang dialami sampai tingkat tertentu ( kadang- kadang)

2: Sering di alami

3: Sangat sesuai dengan yang dialami, selalu dialami setiap saat

Menurut Devilly (2005) dalam Suciati (2012) Kemudian mengkatagorikan

menjadi tingkatan stress yaitu:

1) Stress ringan dengan skor 0- 18

2) Stress sedang dengan skor 19- 25

3) Stress berat dengan skor ≥26

C. Hubungan stress dengan keteraturan siklus menstruasi


Stress seringkali membuat siklus menstruasi yang tidak teratur. Hal ini

terjadi karena stress sebagai rangsangan sistem saraf diteruskan kesusunan

saraf pusat yaitu limbic system melalui tranmisi saraf, selanjutnya melalui

saraf autonom akan diteruskan kekelenjar-kelenjar hormonal

(endokrin)hingga mengeluarkan secret (cairan)neurohormonal menuju

hipofhisis melaui sistem frontalguna mengeluarkan gunadotropin dalam

bentuk FSH (Folikell Stimulazing Hormone) dan LH (Leutenizing

Hormon, produksi kedua) hormon tersebut adalah dipengaruhi oleh RH

(Realizing Hormone) yang disalurkan dari hipothalamus ke hipofisis.

Pengeluaran RH sangat dipengaruhi `oleh mekanisme umpan balik

estrogen terhadap hipothalamus sehingga selanjutnya mempengaruhi


37

proses menstruasi (prawiroharjho, 2007). Gangguan pada pola menstruasi

melibatkan mekanisme regulasi integratif yang mempengaruhi proses

biokimia dan seluler seluruh tubuh termasuk otak dan psikologis. Pengaruh

otak dalam reaksi hormonal terjadi melalui jalur hipotalamus-hipofisis-

ovarium yang meliputi multi efek dan mekanisme kontrol umpan balik.

Pada keadaan stress terjadi aktivasi pada amygdala pada sistem limbic.

Sistem ini menstimulasi pelepasanhormon dari hipotalamus yaitu

corticotropic releasing hormone (CRH). Hormon ini secara langsung akan

menghambat sekresi GnRH hipotalamus pada tempat produksinya di

nucleus arkuata. Proses ini kemungkinan terjadi melalui penambahan

sekresi opiod endogen. Peningkatan CRH akan menstimulasi pelepasan

endorfin dan adino cortiticotropic hormone (ACTH) kedalam darah.

Endofin sendiri merupakan opiod endogenyang perananya terbukti

mengurangi rasa nyeri. Peningkatan hormone ACTH menyebabkan

peningkatan pada kadar kortisol darah. Pada wanita gejala amenore

hipotalamik menunjukkan keadaan hiperkortisolisme yang disebabkan

adanya peningkatan CRH dan ACTH. Hormon-hormon tersebut secara

langsung dan tidak langsung menyebabkan penurunan kadar GnRH,

dimana melaui jalan ini stress menyebabkan gangguan siklus menstruasi.

Dari yang tadinya siklus menstruasinya normal menjadi oligomenore,

polimenorea, atau amenore. Gejala klinis yang timbul ini tergantung pada

derajat penekanan pada GnRH. Gejala-gejala ini umumnya bersifat


38

sementara dan biasanya akan kembali normal apabila stress yang ada dapat

diatasi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nur’aini (2012) Tentang

hubungan stress dengan siklus menstruasi pada mahasiswi UNAND bahwa

terdapat Hubungan yang signifikan antara tingkat stress dengan siklus

menstruasi.

D. Konsep dasar Aktifitas fisik

1. Pengertian

Menurut Gibney (2009) dalam Welana (2013) Aktivitas merupakan

gerakan tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga secara

sederhana yang sangat penting bagi pemeliharaan fisik, mental dan

kualitas hidup yang lebih sehat dan bugar.Aktivitas fisik yang teratur

merupakan bagian yang penting dari penurunan berat badan dan

pemeliharaan, aktivitas juga dapat menambah ketahanan tubuh dan

menjaga kesehatan. Aktivitas disini bukan hanya olahraga tetapi juga

aktivitas ringa lainnya yang dilakukan aktivitas sehari-hari. Penelitian

menunjukan bahwa yang teratur dan dikombinasikan dengan

kebiasaan makan yang sehat adalah terefisien dan tersehat untuk

mengontrol berat badan. Aktivitas fisik yang baik adalah selama 30

menit atau lebih setiap harinya.

Biasanya aktivitas fisik mengacu kepada gerakan beberapa

gerakan otot besar seperti terjadi ketika menggerakkan lengan dan

tungkai.aktivitas fisik umumnya diartikan sebagai gerakan tubuh yang


39

ditimbulkan oleh otot otot skeletel dan mengakibatkan pengeluaran

energi.

Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot dan

sistem penunjangnya.selain untuk metabolisme tubuh,selama

beraktivitas fisik berlangsung otot membutuhkan energi untuk

bergerak,sedangkan jantung dan paru paru membutuhkan tambahan

energi untuk mengantarkan zat zat gizi dan oksigen keseluruh tubuh

mengeluarkan zat zat sisa(ekskresi) dari seluruh tubuh.jumlah energi

yang dibutuhkan tergantung pada banyaknya otot yang bergerak,lama

pekerjaan yang dilakukan (Almatsier,2001).

Menurut FKMUI (2011) dalam Welana (2013) Aktivitas fisik

disebut juga aktivitas eksternal yaitu sesuatu yang menggunakan

tenaga atau energi untuk melauukan berbagai kegiatan fisik , setiap

kegiatan fisik membutuhkan energi yang berbeda-beda menurut

lamanya intensitas dan kerja otot yang termasuk keaktivitas berat

seperti berolahraga, mengendarai kendaraan, berjalan, mencangkul,

duduk tapi melakukan pekerjaan tertentu dan lain-lain sedangkan yang

termasuk ke aktivitas yang ringan seperti duduk tanpa melakukan

aktivitas tertentu, berbaring, tidur, guna menafsir kebutuhan energi

suatu produk, aktivitas fisik dikelompokkan menurut berat ringannya

aktivitas yaitu ringan, sedang dan berat.untuk setiap kelompok

aktivitas fisik kemudian ditetapkan suatu faktor aktivitas.

2. Tingkatan Aktivitas Fisik


40

Menurut FAO/WHO/UNU (2001), besarnya aktivitas yang

dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical

Activity Level) atau tingkat aktivitas fisik. PAL ditentukan dengan

rumus sebagai berikut :

PAL= (PAR xAlokasi waktu tiap aktivitas fisik) : 24 jam

Keterangan:

PAL : (physical Activity Level) atau tingkat Aktivitas fisik

PAR : (physical Activity Ratio) atau jumlah energi yang dilakukan

untuk jenis aktivitas persatuan waktu tertentu.

Tabel 2.2Jumlah energi yang dilakukan untuk jenis Aktivitas


persatuan waktu tertentu

PAL KETERANGAN PAR

PAL 1 Tidur (tidur siang dan tidur malam) 1

PAL 2 Tidur –tiduran (tidak tidur), duduk diam dan 1,2


membaca
PAL 3 Duduk sambil nonton tv 1,75

PAL 4 Berdiri diam,beribadah,menunggu 1,5


(berdiri),berhias, menyisir dan mandi
PAL 5 Makan dan minum 1,6

PAL 6 Jalan santai 2,5

PAL 7 Berbelanja (membawa beban) 5

PAL 8 Berkendaraan dalam bus/mobil 1.2

PAL 9 Menjaga anak 2,5

PAL 10 Melakukan pekerjaan rumah 2,75

PAL 11 Setrika pakaian (duduk) 1,7


41

PAL 12 Kegiatan berkebun 2,7

PAL 13 Office woker (duduk didepan meja, mengetik dan 1,3


menulis
PAL 14 Office woker (berjalan mondar mandir sambil 1,6
membawa arsip
PAL 15 Olahraga (Badminton) 4,85

PAL 16 Olahraga (joging, lari jarak jauh) 6,55

PAL 17 Olahraga (bersepeda) 3,6

PAL 18 Olahraga (aerobik, berenang, sepak bola, dan lain- 7,5


lain)
PAL 19 Berjalan kaki, berangkat kerja 3,2

PAL 20 Transportasi dengan bus 1,2

PAL 21 Menyapu, mencuci baju dan piring tanpa mesin 2,3

Selanjutnya PAL akan dikategorikan menjadi tiga kategori


menurut :

Kategori Nilai PAL

Ringan 1,40-1,69

Sedang 1,70-1,99

Berat 2,00-2,40

E. Hubungan Aktivitas fisik dengan keteraturan siklus menstruasi

Aktivitas fisik memiliki peranan penting dalam siklus menstruasi,

aktivitas fisik yang terlalu berat. Paksaan pada fisik perempuan ini bisa

menyebabkan tubuh stress hingga merusak kualitas sel-sel reproduksi.


42

Stress yang dialami perempuan juga bisa mengakibatkan terjadinya

keputihan sehingga kecemasan perempuan yang jarang haid atau

keputihan cukup beralasan karena ternyata keputihan memang bisa

menyebabkan kemandulan atau infertilitas.

Kelelahan dari melakukan Aktifitas fisik yang berlebihan

mengakibatkan siklus haid menjadi tidak teratur atau bahkan jarang

mendapatkan haid. Terlebih lagi, ketika wanita kala haid mengalami sakit

yang luar biasa. Haid yang tak teratur dan rasa sakit itu merupakan

indikasi adanya kelainan dalam organ reproduksi mereka yang dapat

berakibat kemandulan.

Kedua hal tersebut dapat mempengaruhi otak dan berdampak pada

terganggunya sistem hormonal, seperti menyebabkan kelainan haid,

kesulitan bersenggama, penekanan produksi sel telur, penyempitan saluran

telur dan gangguan hormon. Tak hanya polwan atau alet yang menjalani

latihan fisik yang berat rumah tangga maupun perempuan karir dapat

mengalami ketidaksuburan karena pola pekerjaan mereka yang berat tiap

hari yang menimbulkan kelelahan fisik dan psikologis.

Menurut hasil penelitian Pandu (2012) pada mahasiswi fakultas

kedokteran dan Ilmu-ilmu kesehatan Universitas Jenderal soedirman

porwokerto menyebutkan bahwa terdapat Hubungan antara Aktivitas Fisik

dengan Siklus Mesntruasi dengan nilai p : 0,026


43

BAB III
TUJUAN LUARAN DAN KONTRIBUSI PENELITIAN

A. Tujuan Luaran
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah Mengetahui hubungan stress dan
Aktivitas fisik dengan keteraturan siklus menstruasi di SMA Negeri 1
Kuala Lempuing Kota Bengkulu
2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi stress pada siswi SMA Negeri 1 Kuala


Lempuing Kota Bengkulu
b. Mengetahui distribusi frekuensi Aktivitas fisik pada siswi SMA Negeri
1 Kuala Lempuing Kota Bengkulu
c. Mengetahui distribusi frekuensi keteraturan siklus menstruasi pada
siswi SMA Negeri 1 Kuala Lempuing Kota Bengkulu
d. Mengetahui Hubungan stress dengan keteraturan siklus menstruasi pada
siswi SMA Negeri 1 Kuala Lempuing Kota Bengkulu
e. Mengetahui Hubungan Aktivitas fisik dengan keteraturan siklus
menstruasi pada siswi SMA Negeri 1 Kuala Lempuing Kota Bengkulu

B. Konstribusi Penelitian
1. Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat bagi pendidik dan

sebagai refrensi bagi teman-teman untuk mengetahui Hubungan Stress dan

Aktivitas Fisik dengan Keteraturan Siklus Menstruasi dan penelitian ini

diharapakan bisa memberikan informasi dan mengembangkan

pengetahuan dan wawasan peneliti dan siswi mengenai Hubungan stress

dan Aktivitas fisik dengan keteraturan siklus menstruasi.


44

2. Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

tambahan yang bermanfaat bagi akademik dalam mengetahui Hubungan

stress dan Aktivitas fisik dengan keteraturan siklus menstruasi.


45

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka, dapat diambil suatu

kesimpulan rumusan masalah kerangka konsep sebagai berikut:

Bagan kerangka konsep

Variabel independen Variabel Dependen

Stress

Keteraturan siklus
menstruasi

Aktivitas fisik

Bagan 3.1: Kerangka Konsep

B. Hipotesis Penelitian

Ha. Ada hubungan stress dengan keteraturan siklus menstruasi pada siswi SMA

Negeri 1 Kuala Lempuing Kota Bengkulu

Ha. Ada hubungan aktivitas fisik dengan keteraturan siklus menstruasi pada siswi

SMA Negeri 1 Kuala Lempuing Kota Bengkulu


46

C. Jenis dan Rancangan Penelitian


Metode penelitian ini menggunakan desain diskriftif, dengan menggunakan
pendekatan cross-sectional, yaitu variabel diukur dan dikumpulkan secara
simultan atau dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2010).
47

D. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2007).

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswi SMA Negeri 1

Kuala Lempuing Kota Bengkulu

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti yang atau sebagian

dari jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007).

Sampel dalam penelitian adalah siswi SMA Negeri 1 Kuala Lempuing Kota

Bengkulu dengan teknik pengambilan sampel menggunakan Teknik

Proposional stratified Random Sampling.

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunanakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh

dengan membagikan kuesioner. Data sekunder dalam penelitian ini didapatkan

sekolah SMA Negeri 1 Kuala Lempuing Kota Bengkulu.

F. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk


48

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap satu objek atau

fenomena (Hidayat, 2012).


49

Tabel 4.1 Definisi Operasional


Variabel Definisi Alat ukur Cara Hasil ukur Skala
penelitian ukur ukur
operasional
Stress Merupakan Kuesioner Checklist 1=Ringan Ordinal
gangguan
0-18
emosional
2= Sedang
dengan adanya
19-25
suatu tekanan
pada setiap 3 = Berat
individu. ≥ 26

Aktifitas Sekumpulan Kuesioner Checklist 0 = Ringan jika Ordinal


fisik nilai PAL 1,40-
Kegiatan yang 1,69
dilakukan remaja
dalam sehari 1 = Sedang jika
nilai PAL 1,70-
dan merupakan 1,99
setiap gerakan 2 = Berat jika nilai
tubuh yang PAL 2,00-2’40
meningkatkan
pengeluaran

tenaga

Keteratur Merupakan Kuesioner Checklist 0 = Normal 21-35 Nominal


an salah satu hari
siklus siklus menstruasi
menstrua yang 1 = Tidak normal <
si berlangsung 21 hari atau> 35
selama 28 hari hari
50

G. Alat dan Cara Penelitian

Alat yang digunakan untuk pengumpulan data. Instrumen penelitian ini dapat

berupa: kuesioner (daftar pertanyaan) (Notoadmodjo, 2010). Pada penelitian ini

penulis menggunakan instrument penelitian kuesioner yang berisi pertanyaan

untuk mengetahui apa saja Hubungan Stress dan Aktivitas Fisik dengan

Keteraturan Siklus Menstruasi.

H. Analisa Data
a. Analisis Univariat

Analisis Univariat yaitu untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi


dari masing-masing variabel yang diteliti baik variabel indevenden maupun
variabel dependen dengan persentase (%) (Notoadtmojo 2012).
Rumus: p= fx 100 %
n

keterangan :

p = persentase

f = frekuensi dari variabel yang diamati

n = besar sampel

interpretasi data menurut Arikunto (2009) :

1) 0% = tidak ada satupun responden

2) 1%-49% = sebagian kecil responden

3) 26%-49% =hampir sebagian responden

4) 50% = setengah responden

5) 51%-75% = sebagian besar responden


51

6) 76%79% = hampir seluruh responden

7) 100% = seluruh responden

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui antara variabel dependen

dan indevenden di siswi SMAN 1 Lempuing Kota Bengkulu.

Bengkulu dengan menggunakan uji statistik Chi-square (x2), ada tidaknya

hubungan yang dilihat dari hasil analisis (Nilai x2 dan p – value), dengan

menggunakan komputer program SPSS dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil

Chi-square dapat dilihat pada kotak Chi-square test, dengan aturan yang

berlaku:

1) Bila ada tabel 2x2 dijumpai nilai expected(harapan)< 5, maka yang

digunakan adalah fisher’s exact test

2) Bila tabel 2x2 tidak dijumpai atau tidak ada nilai expacted

(harapan) < 5, maka yang digunakan adalah continuity correction

3) Bila tabelnya lebih dari 2 x 2 misalnya 2x3, 3x3 dll, maka

digunakan uji pearson Chi-square, dengan kriteria:

a) Jika hasil uji hipotesis p ≤ a (0,05), maka Ha diterima, berarti

ada hubungan stress dan Aktivitas fisik dengak keteraturan

siklus menstruasi pada siswi SMAN 1 Lempuing Kota

Bengkulu.
52

b) Jika hasil uji Hipotesis p > a (0,05), maka Ha ditolak, berarti

tidak ada hubungan stress dan Aktivitas fisik dengan

keteraturam siklus menstruasi pada siswi SMAN 1 Lempuing

Kota Bengkulu.

I. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 16 - 17 Januari 2019

J. Etika Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti selalu berpedoman pada norma dan etika

penelitian yaitu:

1. Informed consent (persetujuan)

Lembar persetujuan penelitian diberikan kepada responden tujuanya

adalah subyeknya mengetahui maksud dan tujuan penelitian. Jika subyek

bersedia diteliti maka harus menandatangani informed consentyang

diajukan peneliti. Jika subyek menolak diteliti maka peneliti tidak akan

memaksa dan tetap menghormati haknya.

2. Ananomity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak akan

mencantumkan subyek pada lembar pengumpulan data. Lembar tersebut

hanya diberi nomor kode tertentu.

3. Confidentially (kerahasiaan)
53

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subyek dijamin

kerahasiaanya oleh peneliti. Hanya data atau informasi yang

diperlukan untuk kepentingan penelitian saja yang diambil peneliti


54

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN I Lempuing Kota Bengkulu.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi SMA N I Lempuning

dengan dengan jumlah sampel 69 orang. Teknik pengambilan sampel

dilakukan menggunakan Teknik proposional stratified Random Sampling.

Kemudian penyebaran kuesioner, setelah seluruh kuesioner yang telah

disebarkan terkumpul, langkah selanjutnya adalah memeriksa jawaban setiap

kuesioner apakah terdapat kekurangan atau tidak. Setelah itu tahap selanjutnya

adalah memberi kode terhadap jawaban pada lembar kuesioner yang

diberikan agar lebih mudah dan sederhana.

Setelah proses pengkodean selesai, maka langkah selanjutnya

adalah membuat tabulasi data dan kemudian dilakukan pengolahan data

dengan menggunakan program SPSS 16 yang akhirnya diperoleh hasil analisis

data. Hasil yang didapatkan dari program SPSS tersebut selanjutnya

diinterprestasikan untuk dimasukkan kedalam pembahasan.

1. Analisis Univariat

Analisis ini dilakukan untuk melihat distribusi dan frekuensi dari

variabel independen (stres dan aktivitas fisik) dengan variabel dependen

siklus menstruasi, adapun hasil analisisnya adalah sebagai berikut:


55

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Stres pada Siswi SMAN I


Lempuing

Tingkat Stress Frekuensi (n) Presentase (%)

Ringan 18 26,1
Sedang 8 11,6
Berat 43 62,3

Jumlah 69 100.0

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden

sebanyak 43 (62,3%) mengalami tingkat stress yang berat

Tabel 5.2Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik pada Siswi SMAN I


Lempuing

No Aktivitas Fisik Frekuensi (n) Presentase (%)

1. Ringan 17 24.6
Sedang 33 47.8
2. Berat 19 27.8
3.

Jumlah 69 100.0

Berdasarkan Tabel 5.2 menunjukkan bahwa hampir sebagian


responden sebanyak 19 (27.8%) memiliki aktivitas fisik yang berat.
56

Tabel 5.3Distribusi Frekuensi Siklus Menstruasi pada Siswi SMAN I


Lempuing

Siklus Menstruasi Frekuensi (n) Presentase (%)

Normal 22 31.9
Tidak Normal 47 68.1

Jumlah 69 100.0

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden

sebanyak 47 (68.1%) mengalami menstruasi yang tidak normal.

2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen yaitu ada hubungan stres

dan aktivitas fisik dengan siklus menstruasi terhadap siswi SMAN I

Lempuing.

Tabel 5.4Hasil Analisis Bivariat Mengenai Hubungan Tingkat Stres


dengan Siklus Menstruasi Pada Siswi SMAN I Lempuing

Siklus Menstruasi
Total P

Stress Normal Tidak Normal


F % F % F %
Ringan 12 66,7 6 33,3 18 100.0
Sedang 3 37,5 5 62,5 8 100.0 0,001
Berat 7 16,3 36 83,7 43 100.0
Jumlah 22 31,9 47 68,1 69 100.0
57

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 18 responden

dengan kategori tingkat stress ringan terdapat 6 responden (33,3%)

mengalami siklus menstruasi tidak normal, dari 8 responden dengan

kategori stress sedang terdapat 5 responden (62,5%) mengalami siklus

menstruasi tidak normal dan dari 43 responden dengan kategori tingkat

stress berat terdapat 36 responden (83,7%) mengalami siklus menstruasi

tidak normal.

Dari hasil uji chi-squere didapatkan nilai p = 0,001 (< α 0,05), ini

berarti Ha diterima yang artinya ada Hubungan antara Stres dengan Siklus

Menstruasi pada siswi SMAN I Lempuning Kota Bengkulu.

Tabel 5.5 Hasil Analisis Bivariat Mengenai Hubungan Tingkat


Aktivitas fisik dengan Siklus Menstruasi pada Siswi SMAN
I Lempuing

Siklus Menstruasi
Total p

Aktivitas Normal Tidak Normal


Fisik F % F % F %
Ringan 10 58.8 7 41.2 17 100.0 0,022
Sedang 8 24.2 25 75.8 33 100.0
Berat 4 21.1 15 78.9 19 100.0
Jumlah 22 31.9 47 68.1 69 100.0

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 17 responden

dengan tingkat aktivitas fisik ringan terdapat 7 responden (41,2%)


58

mengalami siklus menstruasi tidak normal, dan dari 33 responden dengan

tingkat aktivitas fisik sedang terdapat 25 responden (75,8%) mengalami

siklus menstruasi tidak normal, dan dari 19 responden dengan tingkat

aktivitas fisik berat terdapat 15 responden (78,9%) mengalami siklus

menstruasi tidak normal.

Dari hasil uji chi-squere diperoleh nilai p = 0,022 (α = 0,05), ini

berarti Ha diterima yang artinya ada hubungan antara stres dengan siklus

menstruasi pada siswi SMAN I Lempuing Kota Bengkulu .

B. Pembahasan

1. Analisis Univariat

a. Gambaran Stres pada siswi SMAN I Lempuing Kota Bengkulu

Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa siswi SMAN I Kota

Bengkulu mengalami Stres berat sebanyak 43 (62,3%) dan pada

kategori stress sedang sebanyak 8 (11,6%). Sedangkan pada kategori

stress ringan sebanyak 18 (26,1%). Hal ini menunjukkan bahwa

mayoritas mahasiswi pada kondisi stress berat.

Kondisi stress berat disebabkan karena aktifitas perkuliahan yang

padat ataupun disebabkan karena beban pikiran akan tugas-tugas yang

tidak bisa dilakukan sehingga kesulitan untuk bersantai dan relaksasi

mengakibatkan kelelahan sehingga mahasiswa tidak dapat mengontrol

emosi seperti marah- marah yang tidak jelas, mudah kesal, mudah

tersinggung, mudah panik dann gelisah. Karena stress merupakan


59

respon tubuh yang yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan

atau beban atasnya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan

stress apabila seseorang mengalami beban atau tugas yang berat tetapi

orang tersebut tidak mengatasi tugas yang dibebankan itu, maka tubuh

akan berespon dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut, sehingga

orang tersebut dapat mengalami stress. Sebaliknya apabila seseorang

yang dengan beban tugas yang berat tetapi mampu mengatasi beban

tersebut dengan tubuh berespon dengan baik, maka orang itu tidak

mengalami stress (Hidayat, 2008).

Dimana stres tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor

dalam diri tersebut maupun faktor dari luar seperti lingkungan. Hasil

ini membuktikan bahwa setiap mahasiswi memiliki tingkat stres yang

berbeda.Stress biasanya dipersepsikan sebagai sesuatu yang negatif

padahal tidak. Seseorang yang mengalami stress karena sebuah jabatan

disebut sebagai eustress. Terjadinya stress dapat disebabkan olh

sesuatu yang dinamakan stressor. Bentuk stressor ini dapat dari

lingkungan, kondisi dirinya serta pikiran. Dalam pengrtian stress itu

sendiri juga dapat dikatakan sebagai stimulus dimana penyebab stress

dianggap sebagai sesuatu hal yang biasa. Stress juga dikatakan sebagi

respon artinya dapat merespon apa yang terjadi, juga disebut juga

sebagai transaksi yakni hubungan antara stressor dianggap positif


60

karena adanya interaksi antara individu dan lingkungan (Hidayat,

2008).

Penelitian ini sejalan dengan Sukraini (2010) tentang hubungan

stres dengan siklus menstruasi, penelitian ini menunjukkan bahwa dari

110 sampel yang mengalami stress, didapatkan 33 responden (30%)

mengalami siklus menstruasi tidak normal. Penelitian ini juga sejalan

dengan Taduho (2014) tentang Hubungan Stress Psikologis dengan

Siklus Menstruasi Pada Siswi SMA di Manado, didapatkan 68

responden menunjukkan bahwa 35 responden (51%) mengalami stres

psikologis sedang dan juga siklus menstruasi tidak normal.

b. Gambaran Aktivitas Fisik Pada siswi SMAN I Lempuing

Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa siswi SMA Lempuing

memiliki aktivitas fisik ringan sebanyak 17 orang (24.6%) dan yang

memiliki aktivitas sedang sebanyak 33 orang (47.8%), sedangkan

aktivitas fisik berat sebanyak 19 orang (27.8%).

Kelelahan dari melakukan Aktifitas fisik yang berlebihan

mengakibatkan siklus haid menjadi tidak teratur atau bahkan jarang

mendapatkan haid. Terlebih lagi, ketika wanita kala haid mengalami

sakit yang luar biasa. Haid yang tak teratur dan rasa sakit itu

merupakan indikasi adanya kelainan dalam organ reproduksi mereka

yang dapat berakibat kemandulan.


61

Kedua hal tersebut dapat mempengaruhi otak dan berdampak pada

terganggunya sistem hormonal, seperti menyebabkan kelainan haid,

kesulitan bersenggama, penekanan produksi sel telur, penyempitan

saluran telur dan gangguan hormon. Tak hanya polwan atau atlet yang

menjalani latihan fisik yang berat rumah tangga maupun perempuan

karir dapat mengalami ketidaksuburan karena pola pekerjaan mereka

yang berat tiap hari yang menimbulkan kelelahan fisik dan psikologis.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Pristiana Adi (2014) yang berjudul hubungan asupan zat gizi,

aktivitas fisik dan persentase lemak tubuh dengan ganggguan siklus

menstruasi pada mahasiswi menunjukkan bahwa lebih dari sebagian

responden (51,6%) dengan aktifitas fisik yang berat mengalami

gangguan menstruasi.

c. Gambaran Siklus Menstruasi Pada siswi SMAN I Lempuing Kota

Bengkulu

Hasil diatas menunjukkan bahwa siklus menstruasi siswi SMAN I

Lempuing Bengkulu mengalami siklus menstruasi normal sebanyak 22

(31.9%) orang dan siklus menstruasi tidak normal sebanyak 47

(68.1%) orang.

Menstruasi biasanya terjadi antara 3- 5 hari, walaupun pada

beberapa perempuan bisa mengalami masa menstruasi yang lebih

panjang ataupun lebih pendek. Siklus menstruasi rata-rata terjadi


62

sekitar 21- 35 hari, walaupun hal ini berlaku umum tetapi tidak semua

perempuan memiliki siklus menstuasi terjadi setiap 21 hingga 30 hari.

Umumnya menstruasi berlangsung Selama 5 hari. Namun, terkadang

menstruasi juga dapat terjadi sekitar 2- 7 hari ( Nurlaila, 2015).

Menstruasi yang tidak teratur adalah suatu hal tidak menentu

datangnya. Biasanya, perempuan mendapatkan menstruasi setiap

empat minggu sekali. Bila di luar siklus tersebut dapat dikatakan ada

ketidaknormalan pada tubuh perempuan itu. Faktanya, banyak

perempuan yang memiliki siklus menstruasi tidak teratur. Adapun

faktor yang mempengaruhi ketidakteraturan siklus menstruasi yaitu

tingkat stress, kelenjar gondok, kelenjar sistemik, hormon prolaktin

berlebih, hormon yang terganggu (Proverawati dan Misaroh, 2009:

80).

Menurut Wiknjosastrono (2007), siklus menstruasi dipengaruhi

oleh serangkaian hormone yang diperolehole tubuh yaitu Leutinizing

Hormon, follicle stimulating hormone estrogen. Selain itu siklus juga

dipengaruhi oleh kondisi psikis sehingga maju dan mundur.

Hal ini sangatlah sesuai dengan teori karena faktor utama dari

ketidakteraturan siklus menstruasi yaitu stress, karena mahasiswa yang

mengalami ketidakteraturan siklus menstruasi disebabkan olehbeban

pikiran akan tugas-tugas yang tidak bisa dilakukan sehingga kesulitan

untuk bersantai dan relaksasi mengakibatkan kelelahan sehingga


63

mahasiswa tidak dapat mengontrol emosi seperti marah- marah yang

tidak jelas, mudah kesal, mudah tersinggung, mudah panik dan

gelisah., sehingga menstruasi pada mahasiswa D3 kebidanan pada tiap

bulannya sebagian besar mahasiswa mengalami menstruasi yang tidak

teratur. Maka dari itu bagi setiap siswi diharapkan untuk

mempersiapkan diri yang matang terlebih dahulu sehingga tidak

terlalu memforsir pikirannya karena dengan banyaknya pikiran

sangatlah memicu menstruasi menjadi tidak teratur.

2. Analisis Bivariat
a. Hubungan stress dengan keteraturan siklus menstruasi siswi SMAN

I Lempuin

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 18 responden dengan

kategori tingkat stress ringan terdapat 6 responden (33,3%) mengalami

siklus menstruasi tidak normal, dari 8 responden dengan kategori stress

sedang terdapat 5 responden (62,5%) mengalami siklus menstruasi tidak

normal dan dari 43 responden dengan kategori tingkat stress berat

terdapat 36 responden (83,7%) mengalami siklus menstruasi tidak

normal.

Maka hasil uji chi- squaere menunjukkan terdapat hubungan

yang bermakna antara siklus menstruasi dan stres dengan pvalue

0,001(< α 0,05), Ho ditolak dan Ha diterima. yang artinya ada hubungan


64

antara stres dengan siklus menstruasi pada siswi SMAN I Lempuing

Bengkulu.

Hal ini sesuai dengan teori yang berarti stress seringkali membuat

siklus mentruasi yang tidak teratur. Hal ini terjadi karena stress sebagai

rangsangan sistem saraf diteruskan ke susunan saraf pusat yaitu limbic

system melalui tranmisi saraf, selanjutnya melalui saraf autonom akan

diteruskan kekelenjar-kelenjar hormonal (endokrin) hingga mengeluarkan

secret (cairan) neurohormonal menuju hipofhisis melalui sistem prontal

guna mengeluarkan gonadotropin dalam bentuk FSH (Folikell

Stimulazing Hormone) dan LH (Leutenizing Hormon, produksi kedua)

hormon tersebut adalah dipengaruhi oleh RH (Realizing Hormon) yang

disalurkan dari hipotalamus ke hipofisis. Pengeluaran RH sangat

dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus

sehingga selanjutnya mempengaruhi proses menstuasi (Prawirohardjo,

2007).

Hasil penelitian ini sejalan dengan Ayu, (2014) dengan judul

hubungan stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswi angakatan 4

STIKes wira medika dengan nilai p = 0,001. Penelitian ini juga sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Isnaeni (2010) terdapat

hubungan positif antara Stress dengan dengan Pola Menstruasi pada

Mahasiswa D IV Kebidanan Universitas Sebelas Maret dengan p value

=0,016.
65

b. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Keteraturan Siklus Menstruasi

Pada Siswi SMAN I Lempuing

Hasil penelitian inimenunjukkan dari 17 responden dengan tingkat

aktivitas fisik ringan terdapat 7 (41,2%) mengalami siklus menstruasi

tidak normal, dan dari 33 responden dengan tingkat aktivitas fisik

sedang terdapat 25 responden (75,8%) mengalami siklus menstruasi

tidak normal, dan dari 19 responden dengan tingkat aktivitas fisik

berat terdapat 15 responden (78,9%) mengalami siklus menstruasi

tidak normal.

Maka dari hasil uji chi-squere diperoleh nilai p = 0,022 (α =

0,05), ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya ada

hubungan bermakna antara aktivitas fisik dengan siklus menstruasi

pada siswi SMAN I Lempuing Bengkulu.

Hasil penelitian ini membuktikan teori yang sudah dipaparkan

sebelumnya tentang pengaruh aktivitas fisik dengan siklus menstruasi .

aktivitas berlebih yang mendekati ovetraining merupakan stres

fisiologis yang dapat merangsang GnRH untuk meningkatkan sekresi

estrogen dan progesteron yang nantinya akan terjadi

ketidakseimbangan hormon reproduksi yang akan mengganggu siklus

menstruasi. Selain itu aktivitas fisik berlebih yang mendekati

ovetraining dapat menyebabkan terjadinya disfungsi hipotalamus


66

akibat pelepasan hormon kortisol yang menyebabkan gangguan pada

sekresi GnRH. Hal tersebut menyebabkan terjadinya gangguan siklus

menstruasi.

Penelitian ini sejalan dengan Pandu, (2012) dengan judul

hubungan tingkat aktivitas fisik terhadap siklus menstruasi pada

mahasiswi jurusan kedokteran jenderal soedirman dengan nilai pvalue

= 0,026 < 0,005.


67

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. kesimpulan

Dari hasil penelitian tentang stres, aktivitas fisik dan regularisasi dengan

keteraturan siklus menstruasi pada siswi SMAN I Lempuing Bengkulu

Dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian besar siswi SMAN I Lempuing Bengkulu mengalami Stress

Berat terhadap Siklus Menstruasi.

2. Hampir sebagian siswi SMAN I Lempuing Bengkulu memiliki Aktivitas

Fisik Berat terhadap Siklus Menstruasi.

3. Sebagian besar siswi SMAN I Lempuing Bengkulu mengalami Siklus

Menstruasi Tidak Normal.

4. Ada hubungan yang signifikan antara Hubungan Stres dengan

Keteraturan Siklus Menstruasi Pada siswi SMAN I Lempuing Bengkulu

5. Ada hubungan yang signifikan antara Hubungan Aktivitas Fisik dengan

Keteraturan Siklus Menstruasi Pada siswi SMAN I Lempuing Bengkulu


68

B. Saran

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

tambahan yang bermanfaat bagi sekolah dalam mengetahui Hubungan

stress dan Aktivitas fisik dengan keteraturan siklus menstruasi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini dapat menambah data kepustakaan tentang siklus

menstruasi pada siswi SMAN I Lempuing Bengkulu Bagi peneliti

selanjutnya

Penelitian ini diharapakan bisa memberikan informasi dan

mengembangkan pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai

Hubungan stress dan Aktivitas fisik dengan keteraturan siklus

menstruasi.
DAFTAR PUSTAKA

Ayu. 2014. Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi Pada Mahasiswi Stikes Wira
Medika. Diakses pada tanggal 30 Desember 2018.

Arikunto. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.


Jakarta.

Beri-Beri. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tidak Teraturnya Siklus


Menstruasi pada Mahasiswa tingkat program Studi Kebidanan. http://www.
beri-beri.com/2010/04/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-tidak.html.
Diakses pada tanggal 30 Desember 2018.

Epigee. 2009. Irregular Periods (Oligomenorrhea). http://www.epigee. org/


menstruation/irregularperiods. html. Diakses pada tanggal 30 Desember
2018.

Gunarya. 2008. Manajemen Stress. http://www.unhas.ac.id/maba/ bss2009/


manajemen/20diri/Modul% 20MD08-Manajemen. Diakses tanggal 30
Desember 2018

Hidayat, Aziz Alimul. 2008. Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika

. 2007. Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data. Jakarta : Salamba
Medika

Hestiantoro. 2009. Mengapa Haid Tidak teratur? Penyebab dan solu-sinya.


Departemen Obstetri dan Ginekologi RSCM. Jakarta http://
gambarhidup.blogspot.com /2009/ 04/mengapa-haid-tidak-teratur-penye
bab-dan.html. Diakses tanggal 30 Desember 2018.

Isnaeni D. N. 2010. Hubungan antara stress dengan pola menstruasi universitas


sebelas maretsurakarta. Diakses pada tanggal 25 November 2015 dari
http://eprintuns.ac.id/192/165240109201010581.pdf
Proverawati A, Misaroh S. 2009. Menarche:Menstruasi Pertama Penuh Makna.
Yogyakarta : Nuha Medika

Kusyani A. 2012. Hubungan tingkat stress dengan ketidakteraturan siklus menstruasi


pada mahasiswa D3 kebidanan tingkat 3 di Stikes Bahrul Ulum tambakberas
jombang. Diakses pada tanggal 29 November 2015.

Kusmiran E. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta : Salemba


Medika

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Jakarta : Salemba Medika

Nurlaila et all. 2015. (Jurnal husada mahakam). Hubungan stress dengan siklus
menstruasi pada mahasiswa usia 18-21 tahun. Diakses pada tanggal 30
Desember 2018.

Notoatdmojo. 2010. Metodologi penelitian kesehatan, jakarta: Rineka Cipta

Nuraini. 2012. Jurnal (Skripsi). Penelitian keperawatan maternitas. Hubungan tingkat


stress dengan siklus menstruasi pada mahasiswi universitas andalas
padang. Diakses pada tanggal 19 Januari 2019.

Prawirohardjo S. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Pandu et all. 2012. Hubungan tingkat aktivitas fisik terhadap siklus menstruasi pada
mahasiswi fakultas kedokteran dan ilmu-ilmu kesehatan universitas
soedirman purwokerto. Diakses pada tanggal19 Januari 2019.

Pristiana. 2014. Hubungan Asupan Gizi, Aktiviats Fisik dan Presentase Lemak tubuh
dengan Gangguan Siklus Menstruasi. Diakses pada tanggal 23 Juni 2016

Suciati E. 2015. Jurnal (Skripsi) Fakultas kedokteran UGM. Hubungan antara


Aktivitas Fisik dengan Siklus Menstruasi pada Siswi SMAdi kota
Yogyakarta. Diakses pada tanggal19 Januari 2019
.
Sugiono. 2012. Metodologi Penelitian. Alfabeta. Bandung

Sukraini. 2010. Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi. Diakses pada tanggal 19
Januari 2019.

Taduho. 2014. Hubungan Stres Psikologis dengan Siklus Menstruasi pada Siswi di
SMA di Manado. Diakses pada tanggal 19 Januari 2019.
Wiknjosastro. 2007. Ilmu Kebi-danan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Jakarta.

Wangsa. 2010. Menghadapi Stress Dan Depresi, Seni Menikmati Hidup agar Selalu
Bahagia. Oryza. Jakarta.

Welana. 2013. Hubungan status gizi dan Aktivitas fisik dengan keteraturan siklus
menstruasi siswi SMA Negeri 10 Banda Aceh. Diakses pada tanggal 19
Januari 2019.
PERSONALIA PENELITIAN

No Nama Lengkap Jabatan Program Alokasi Waktu


Fungsional Studi/Fakultas (Jam/Minggu)
1 Ns.Murwati,S.Kep,M.Kes Lektor Ilmu 15 jam/ minggu
Keperawatan
2 Kartika Murya Ningrum, - Ilmu 12 jam/ minggu
S.Kep, MPH Keperawatan

3 Vovy Voesvita Sary, - Ilmu 12 jam/ minggu


S.Pdi., M.Pdi Keperawatan
Lampiran 2

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

Bulan Pelaksanaan Penelitian Tahun 2018/2019


Tahap
Desember Januari Februari
Penyususnan Proposal √

Seminar Proposal √
Perbaikan Proposal √
Persiapan Penelitian √

Pelaksanaan Penelitian √
Pengumpulan Data √

Analisa Data √

Penyusunan Laporan √ √
Publikasi Ilmiah √
Lampiran 3

PERKIRAAN USUL ANGGARAN PENELITIAN

No Rincian Biaya
1 Alat Tulis Kantor Rp. 700.000,-
2 Foto Copy kuesioner Rp. 400.000,-
3 Konsumsi Khalayak Sasaran Rp. 500.000,-
4 Konsumsi Rapat Persiapan Rp. 500.000,-
5 Transport Kegiatan Rp. 900.000,-
Jumlah Rp. 3.000.000,-
Lampiran 4

DAFTAR RIWAYAT HIDUP KETUA DAN ANGGOTA PENELITI

A. Identitas Diri Ketua Peneliti


1. Nama Lengkap : Ns.Murwati,S.Kep,M.Kes
2. Tempat Tanggal Lahir : Curup, 21 September 1980
3. Agama : Islam
4. Mata kuliah yang diampuh : Paliatif dan menjelang ajal,KD I,KD
II,Keperawatan komunitas I
Riwayat Pendidikan : S1 (Ns), STIKES Dehasen BKL, S2, STIKIM Jakarta
B. Identitas Diri Anggota Peneliti
a. Anggota Peneliti I
1. Nama Lengkap : Kartika Murya Ningrum, S.Kep, MPH
2. Tempat Tanggal Lahir : Manna, 05-10-1978
3. Agama : Islam
4. Mata kuliah yang diampuh : Keperawatan Gerontik
5. Riwayat Pendidikan : S1, STIKES Bhakti Husada, S2, UGM
Jogjakarta
b. Anggota Peneliti I
1. Nama Lengkap : Vovy Voesvita Sary, S.Pdi., M.Pdi
2. Tempat Tanggal Lahir : Lais, 14-05-1989
3. Agama : Islam
4. Mata kuliah yang diampuh : IDK I
5. Riwayat Pendidikan : S1, Universitas Bengkulu, S2, Universitas Bengkulu,
Menyetujui
Ketua Program Studi

Ns.Murwati,S.Kep,M.Kes
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Dengan ini saya


Nama :......................................
Umur :......................................
Alamat :......................................
Menyatakan bersedia dengan suka rela menjadi responden dan menjawab
pertanyaan dengan sejujur-jujurnya terhadap penelitian yang dilakukan oleh Nova
Emilia Puspita yang berjudul : Stress,Aktivitas Fisik dan Regularisasi Siklus
Menstruasi pada Siswi SMAN I Lempuing Kota Bengkulu.
Saya berharap pertanyaan ini dapat dijaga kerahasiaanya. Demikian surat
pertanyaan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada paksaan dari manapun.

Bengkulu, Januari 2019

(..........................................)
LEMBAR KUESIONER

STRESS, AKTIVITAS FISIK DAN REGULARISASI SIKLUS MENSTRUASI


PADA SISWI SMAN I LEMPUING KOTA BENGKULU

A. Identitas Responden
1. Nama responden (inisial) :
2. Jenis kelamin :
3. Siklus menstruasi :
a. Normal (21-35 hari) :

b. Tidak normal (<21 atau >35 hari) :


KUESIONER STRESS (DASS 42)

Nama :

Keterangan :

0 : Tidak ada atau tidak pernah di alami

1 : Sesuai dengan yang dialami sampai tingkat tertentu ( kadang- kadang)

2 : Sering di alami

3 : Sangat sesuai dengan yang dialami, selalu dialami setiap saat

NO PERNYATAAN 0 1 2 3

1. Menjadi marah karena hal- hal kecil atau sepele

2. Mulut terasa kering

3. Tidak dapat melihat hal yang positif dari suatu


kejadian
4. Merasakan gangguan dalam bernafas
( nafas cepat, sulit bernafas)
5. Merasa sepertinya tidak kuat lagi untuk
melakukan sesuatu
6. Cenderung bereaksi berlebihan pada situasi

7. Kelemahan pada anggota tubuh

8. Kesulitan untuk relaksasi atau bersantai

9. Cemas yang berlebihan dalam suatu situasi


namun bisa lega jika hal atau situasi itu berakhir
10. Pesimis

11. Mudah merasa kesal


12. Merasa banyak menghabiskan energi karena
cemas
13. Merasa sedih dan depresi

14. Tidak sabaran

15. Kelelahan

16. Kehilangan minat pada banyak hal


( makan, ambulasi, sosialisasi)
17. Merasa diri tidak layak

18. Mudah tersinggung

19. Berkeringat ( misal: tangan berkeringat) tanpa


stimulasi atau cuaca maupun latihan fisik
20. Ketakutan tanpa alasan yang jelas

21. Merasa hidup tidak berharga

22. Sulit untuk beristirahat

23. Kesulitan dalam menelan

24. Tidak dapat menikmati hal- hal yang dilakukan

25. Perubahan kegiatan jantung denyut nadi tanpa


stimulasi oleh latihan fisik
26. Merasa hilang ingatan dan putus asa

27. Mudah marah

28. Mudah panik

29. Kesulitan untuk tenang setelah sesuatu yang


mengganggu
30. Takut diri terhambat oleh tugas-tugas yang tidak
bisa dilakukan
31. Sulit untuk antusias pada banyak hal

32. Sulit mentoleransi gangguan- gangguan terhadap


hal yang sedang dilakukan
33. Berada dalam keadaan tegang

34. Merasa tidak berharga

35. Tidak dapat memaklumi hal apapun yang


menghalangi anda untuk menyelesaikan hal
yang sedang dilakukan
36. Ketakutan

37. Tidak ada harapan untuk masa depan

38. Merasa hidup tidak berarti

39. Mudah gelisah

40. Khawatir dengan situasi saat diri anda mungkin


menjadi panik dan mempermalukan diri sendiri

41. Gemetar

42. Sulit untuk meningkatkan inisiatif dalam


melakukan sesuatu

Sumber : Nursalam, 2008.


KUESIONER AKTIVITAS FISIK

Nama :
Jenis Kelamin :
Keterangan :
Aktivitas selama 24 jam
No Jenis Aktivitas dalam sehari Lama waktu
Aktivitas(menit/jam)

1 Tidur (tidur siang dan tidur malam)

2 Tidur –tiduran (tidak tidur), duduk diam dan


membaca
3 Duduk sambil nonton tv

4 Berdiri diam,beribadah,menunggu
(berdiri),berhias, menyisir dan mandi
5 Makan dan minum

6 Jalan santai

7 Berbelanja (membawa beban)

8 Berkendaraan dalam bus/mobil

9 Menjaga adek

10 Melakukan pekerjaan rumah (bersih-bersih dan


lain-lain
11 Setrika pakaian (duduk)

12 Kegiatan berkebun

13 duduk didepan meja, mengetik dan menulis

14 berjalan mondar mandir sambil membawa arsip

15 Badminton
16 Joging, lari jarak jauh

17 Bersepeda

18 joging, berenang, dan lain-lain

19 Berjalan kaki, berangkat kuliah

20 Transportasi dengan bus

21 Mengemudikan sepeda motor

Sumber : FAO/WHO/UNU (2001)


MASTER TABEL
STRESS,AKTIFITAS FISIK DAN REGULARISASI
SIKLUS MENSTRUASI FASE REMAJA
PERTENGAHAN PADA SISWI SMAN I LEMPUING
MASTER TABEL
STRESS,AKTIFITAS FISIK DAN REGULARISASI SIKLUS
MENSTRUASI PADA FASE REMAJA PERTENGHAN SISWI
SMAN I LEMPUING KOTA BENGKULU
8

Frequencies

Statistics

Kat.Stres Sik.Mens

N Valid 69 69

Missing 0 0

Frequency Table

Kat.Stres

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ringan 18 26.1 26.1 26.1

sedang 8 11.6 11.6 37.7

berat 43 62.3 62.3 100.0

Total 69 100.0 100.0

Sik.Mens

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Normal 22 31.9 31.9 31.9

tidak normal 47 68.1 68.1 100.0

Total 69 100.0 100.0


8

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kat.Stres * Sik.Mens 69 100.0% 0 .0% 69 100.0%

Kat.Stres * Sik.Mens Crosstabulation

Sik.Mens

normal tidak normal Total

Kat.Stres ringan Count 12 6 18

% within Kat.Stres 66.7% 33.3% 100.0%

sedang Count 3 5 8

% within Kat.Stres 37.5% 62.5% 100.0%

berat Count 7 36 43

% within Kat.Stres 16.3% 83.7% 100.0%

Total Count 22 47 69

% within Kat.Stres 31.9% 68.1% 100.0%


8

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 14.965 2 .001

Likelihood Ratio 14.680 2 .001

Linear-by-Linear Association 14.698 1 .000

N of Valid Cases 69

a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
2,55.

Risk Estimate

Value

Odds Ratio for Kat.Stres a

(ringan / sedang)

a. Risk Estimate statistics cannot be


computed. They are only computed for a
2*2 table without empty cells.

Frequencies

Statistics

K.Aktivitas Sik.Mens

N Valid 69 69

Missing 0 0
8

Frequency Table

K.Aktivitas

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ringan 17 24.6 24.6 24.6

Sedang 33 47.8 47.8 72.5

Berat 19 27.5 27.5 100.0

Total 69 100.0 100.0

Sik.Mens

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Normal 22 31.9 31.9 31.9

Tidak Normal 47 68.1 68.1 100.0

Total 69 100.0 100.0

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

K.Aktivitas * Sik.Mens 69 100.0% 0 .0% 69 100.0%


8

K.Aktivitas * Sik.Mens Crosstabulation

Sik.Mens

Normal Tidak Normal Total

K.Aktivitas Ringan Count 10 7 17

% within K.Aktivitas 58.8% 41.2% 100.0%

Sedang Count 8 25 33

% within K.Aktivitas 24.2% 75.8% 100.0%

Berat Count 4 15 19

% within K.Aktivitas 21.1% 78.9% 100.0%

Total Count 22 47 69

% within K.Aktivitas 31.9% 68.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 7.594 2 .022

Likelihood Ratio 7.241 2 .027

Linear-by-Linear Association 5.562 1 .018

N of Valid Cases 69

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 5,42.

Risk Estimate

Value

Odds Ratio for K.Aktivitas a

(Ringan / Sedang)

a. Risk Estimate statistics cannot be


computed. They are only computed for a
2*2 table without empty cells.
8
8
8
8
8

Anda mungkin juga menyukai