i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan Tuhan Yang Maha Kuasa atas
terselesaikannya makalah yang berjudul “Kajian Negara Brunei Darussalam”,
Makalah yang masih perlu dikembangkan lebih jauh ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Makalah ini dibuat sebagai tugas yang diberikan oleh Ibu Heni Wijayanti,
yang secara garis besar memuat tentang sejarah pembentukan negara Brunei
Darussalam.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan dan dorongan dari
berbagai pihak, penulis tidak mungkin menyelesaikan penyusunan makalah ini,
untuk itu ucapan terima kasih penulis ucapkan keapda semua pihak yang telah
membantu. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
ii
DAFTAR ISI
HALAMANJUDUL................................................................................................. i
KATAPENGANTAR............................................................................................. ii
DAFTARISI........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... iv
A. Latar Belakang..................................................................................................... iv
B. Rumusan Masalah................................................................................................ v
C. Tujuan................................................................................................................... v
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... vi
A. LETAK GEOGRAFIS......................................................................................... vi
B. BENTANG ALAM............................................................................................ vi
C. SEJARAH .......................................................................................................... vi
D. POLITIK DAN PEMERINTAHAN.................................................................. viii
E. PENDUDUK....................................................................................................... ix
F. EKONOMI.......................................................................................................... x
G. KOTA PENTING................................................................................................ x
H. HUBUNGAN BILATERAL............................................................................... xi
I. HUBUNGAN INTERNASIONAL................................................................... xii
BAB III PENUTUP............................................................................................. xiii
A. Kesimpulan........................................................................................................ xiii
B. Saran................................................................................................................... xii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
iv
Diraja, sistem penerbangan negara, sedang mencoba menjadikan Brunei sebagai
pusat perjalanan internasional antara Eropa dan Australia/Selandia Baru. Ia juga
mempunyai layanan ke tujuan-tujuan Asia yang utama.
Ekonomi Brunei Darussalam bertumpu pada sektor minyak bumi dan gas
dengan pendapatan nasional yang termasuk tinggi di dunia satuan mata uangnya
adalah Brunei Dolar yang memiliki nilai sama dengan Dolar Singapura.Selain
bertumpu pada sektor minyak bumi dan gas, pemerintah Brunei mencoba
melakukan diversifikasi sumber-sumber ekonomi melalui upaya peningkatan di
bidang perdagangan dan Industri.Dengan komersialisasi temuan minyak pertama
tahun 1929, Sultan Brunei mengadakan kerjasama dengan perusahaan Shell dan
mendirikan perusahaan patungan bernama Brunei Shell Petroleum Sdn. Bhd.
(BSP).Pada tahun 1980-an, Sultan Brunei mengijinkan dibentuknya konsorsium
guna memungkinkan perusahaan minyak asing lainnya turut melakukan eksplorasi
minyak, yakni Total Fina Elf, yang bermitra dengan perusahaan lokal Brunei,
Jasra International Petroleum.
Data statistik perdagangan luar negeri Brunei Darussalam menunjukkan
bahwa selama tahun 2010, nilai perdagangan bilateral Indonesia-Brunei sebesar
B$ 928.960.000, yang terdiri dari nilai ekspor Brunei ke Indonesia B$
859.940.000 dan nilai ekspor Indonesia ke Brunei B$ 69.020.000.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
v
BAB II
PEMBAHASAN
A. LETAK GEOGRAFIS
Di sebelah utara berbatasan dengan Laut Cina Selatan, sebelah timur, selatan,
dan barat dengan Negara bagian Serawak, Malaysia.
Letak Astronomis
Berdasarkan letak astronominya, Brunei Darussalam terletak pada 4° LU- 5°
LU dan 114° BT- 115° BT. Luas wilayah Brunei Darussalam adalah 5.765² km.
B. BENTANG ALAM
Keadaan alam Brunei Darussalam hampir semua berupa datara rendah.
Daerah pantai berupa rawa-rawa debngan hutan bakau, makin ke pedalaman
daerahnya berbukit-bukit, dan Brunei Darussalam bagian timur lebih tinggi
daripada bagian barat. Puncak tertinggi di Brunei Darussalam adalah Bukut pagon
dengan ketinggian kira-kira 1.850 m yang terletak di ujung selatan daerah
Temburong. Wilayah Brunei Darussalam bagian barat terdapat sungai utama,
yaitu Sungai Belait, Sungai Tutong, dan Sungai Brunei. Sedang di bagian timur
terdapat Sungai Temburong. Sungai Belait merupakan sungai terpanjang di
Brunei Darussalam.
C. SEJARAH
Para peneliti sejarah telah mempercayai terdapat sebuah kerajaan lain sebelum
berdirinya Kesultanan Brunei kini, yang disebut orang Tiongkok sebagai Po-ni.
Catatan orang Tiongkok dan orang Arab menunjukkan bahwa kerajaan
perdagangan kuno ini ada di muara Sungai Brunei awal abad ke-7 atau ke-8.
Kerajaan itu memiliki wilayah yang cukup luas meliputi Sabah, Brunei
dan Sarawak yang berpusat di Brunei. Kesultanan Brunei juga merupakan pusat
perdagangan dengan China. Kerajaan awal ini pernah ditaklukkan
Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Sumatra pada awal abad ke-9 Masehi dan
seterusnya menguasai Borneo utara dan gugusan kepulauan Filipina. Kerajaan ini
juga pernah menjadi taklukan (vazal) Kerajaan Majapahit yang berpusat di
pulau Jawa. Nama Brunai tercantum dalam Negarakertagama sebagai daerah
bawahan Majapahit. Kekuasaan Majapahit tidaklah lama karena setelah Hayam
Wuruk wafat Brunai membebaskan diri dan kembali sebagai sebuah negeri yang
merdeka dan pusat perdagangan penting.
Pada awal abad ke-15, Kerajaan Malaka di bawah
pemerintahan Parameswara telah menyebarkan pengaruhnya dan kemudian
mengambil alih perdagangan Brunei. Perubahan ini menyebabkan agama Islam
tersebar di wilayah Brunei oleh pedagangnya pada akhir abad ke-15. Kejatuhan
Melaka ke tangan Portugis pada tahun 1511, telah menyebabkan Sultan Brunei
mengambil alih kepimpinan Islam dari Melaka, sehingga Kesultanan Brunei
mencapai zaman kegemilangannya dari abad ke-15 hinga abad ke-17 sewaktu
memperluas kekuasaannya ke seluruh pulau Borneo dan ke Filipina di sebelah
utaranya. Semasa pemerintahan Sultan Bolkiah (1473-1521) yang terkenal
disebabkan pengembaraan baginda di laut, malah pernah seketika
menaklukkan Manila. kesultanan Brunei memperluas pengaruhnya ke utara
vi
hingga ke Luzon dan Sulu serta di sebelah selatan dan barat Kalimantan; dan pada
zaman pemerintahan sultan yang kesembilan, Hassan (1605-1619), yang
membangun susunan aturan adat istiadat kerajaan dan istana yang masih kekal
hingga hari ini.
Pada tahun 1658 Sultan Brunei menghadiahkan sedikit kawasan timur laut
Kalimantan kepada Sultan Sulu di Filipina Selatan sebagai penghargaan terhadap
Sultan Sulu dalam menyelesaikan perang saudara di antara Sultan Abdul Mubin
dengan Sultan Mohyidin. Persengketaan dalam kerajaan Brunei merupakan satu
faktor yang menyebabkan kejatuhan kerajaan tersebut, yang bersumber dari
pergolakan dalam disebabkan perebutan kuasa antara ahli waris kerajaan, juga
disebabkan timbulnya pengaruh kuasa penjajah Eropa di rantau sebelah sini, yang
menggugat corak perdagangan tradisi, serta memusnahkan asas ekonomi Brunei
dan kesultanan Asia Tenggara yang lain.
Pada Tahun 1839, James Brooke dari Inggris datang ke Serawak dan menjadi raja
di sana serta menyerang Brunei, sehingga Brunei kehilangan kekuasaannya atas
Serawak. Sebagai balasan, ia dilantik menjadi gubernur dan kemudian
"Rajah" Sarawak di Barat Laut Borneo sebelum meluaskan kawasan di bawah
pemerintahannya. Pada tanggal 19 Desember 1846, pulau Labuan dan sekitarnya
diserahkan kepada James Brooke. Sedikit demi sedikit wilayah Brunei jatuh ke
tangan Inggris melalui perusahaan-perusahaan dagang dan pemerintahnya sampai
wilayah Brunei kelak berdiri sendiri di bawah protektorat Inggris sampai berdiri
sendiri tahun 1984.
Pada masa yang sama, Persekutuan Borneo Utara Britania sedang meluaskan
penguasaannya di Timur Laut Borneo. Pada tahun 1888, Brunei menjadi sebuah
negeri di bawah perlindungan kerajaan Britania dengan mengekalkan kedaulatan
dalam negerinya, tetapi dengan urusan luar negara tetap diawasi Britania. Pada
tahun 1906, Brunei menerima suatu lagi langkah perluasan kekuasaan Britania
saat kekuasaan eksekutif dipindahkan kepada seorang residen Britania, yang
menasihati baginda Sultan dalam semua perkara, kecuali yang bersangkut-paut
dengan adat istiadat setempat dan agama.
Pada tahun 1959, Brunei mendeklarasikan kerajaan baru yang berkuasa
memerintah kecuali dalam isu hubungan luar negeri, keamanan dan pertahanan di
mana isu-isu ini menjadi tanggung jawab Britania. Percobaan untuk membentuk
sebuah badan perundangan pada tahun 1962 terpaksa dilupakan karena terjadi
pemberontakan oleh partai oposisi yaitu Partai Rakyat Brunei yang ingin
menyatukan negara Brunei, Sarawak dan North Borneo menjadi Negara Kesatuan
Borneo Utara, tetapi dengan bantuan Britania, pemberontakan ini berhasil
diberantas. Pada akhir 1950 dan awal 1960, kerajaan Brunei ketika itu menolak
rencana (walaupun pada awalnya menunjukkan minat) untuk bergabung
dengan Singapura, Sabah, Sarawak, dan Tanah Melayu untuk
membentuk Malaysia dan akhirnya Sultan Brunei ketika itu berkehendak untuk
membentuk sebuah negara yang merdeka.
Pada 1967, Omar Ali Saifuddin III telah turun dari takhta dan melantik putra
sulungnya Hassanal Bolkiah, menjadi Sultan Brunei ke-29. Baginda juga
berkenan menjadi Menteri Pertahanan setelah Brunei mencapai kemmerdekaan
penuh dan disandangkan gelar Paduka Seri Begawan Sultan. Pada tahun 1970,
pusat pemerintahan negeri Brunei Town, telah diubah namanya menjadi Bandar
Seri Begawan untuk mengenang jasa baginda. Baginda mangkat pada tahun 1986.
vii
Pada 4 Januari 1979, Brunei dan Britania Raya telah menandatangani Perjanjian
Kerjasama dan Persahabatan. Pada 1 Januari 1984, Brunei Darussalam telah
berhasil mencapai kemerdekaan sepenuhnya.
Saat ini Brunei memiliki wilayah yang lebih kecil daripada masa lalu, dengan
berbatasan dengan Serawak dari sebelah barat sampai timur wilayah itu, serta
sebelah utara berbatasan dengan Laut Cina Selatan.
viii
DAFTAR RAJA-RAJA BRUNEI
Raja-raja Brunai Darusalam yang memerintah sejak didirikannya kerajaan pada
tahun 1363 M yakni:
1. Sultan Muhammad Shah (1383 – 1402)
2. Sultan Ahmad (1408 – 1425)
3. sultan Syarif Ali (1425 – 1432)
4. Sultan Sulaiman (1432 – 1485)
5. Sultan Bolkiah (1485 – 1524)
6. Sultan Abdul Kahar (1524 – 1530)
7. Sultan Saiful Rizal (1533 – 1581)
8. Sultan Shah Brunei (1581 – 1582)
9. Sultan Muhammad Hasan (1582 – 1598)
10. Sultan Abdul Jalilul Akbar (1598 – 1659)
11. Sultan Abdul Jalilul Jabbar (1669 – 1660)
12. Sultan Haji Muhammad Ali (1660 – 1661)
13. Sultan Abdul Hakkul Mubin (1661 – 1673)
14. Sultan Muhyiddin (1673 – 1690)
15. Sultan Nasruddin (1690 – 1710)
16. Sultan Husin Kamaluddin (1710 – 1730) (1737 – 1740)
17. Sultan Muhammad Alauddin (1730 – 1737)
18. Sultan Omar Ali Saifuddien I (1740-1795)
19. Sultan Muhammad Tajuddin (1795-1804) (1804-1807)
20. Sultan Muhammad Jamalul Alam I (1804)
21. Sultan Muhammad Kanzul Alam (1807-1826)
22. Sultan Muhammad Alam (1826-1828)
23. Sultan Omar Ali Saifuddin II (1828-1852)
24. Sultan Abdul Momin (1852-1885)
25. Sultan Hashim Jalilul Alam Aqamaddin (1885-1906)
26. Sultan Muhammad Jamalul Alam II (1906-1924)
27. Sultan Ahmad Tajuddin (1924-1950)
28. Sultan Omar ‘Ali Saifuddien III (1950-1967)
29. Sultan Haji Hassanal Bolkiah Mu’izzaddin Waddaulah (1967-kini)
E. PENDUDUK
Kira-kira dua pertiga jumlah penduduk Brunei adalah orang Melayu (66,3%).
Kelompok etnik minoritas yang paling penting dan yang menguasai ekonomi
negara ialah orang Tionghoa (Han) yang menyusun lebih kurang 11.2% jumlah
penduduknya. disusul penduduk asli/dayak (3.4%) dan suku-suku lainnya
(19.1%). Etnis-etnis ini juga menggambarkan bahasa-bahasa yang paling penting:
bahasa Melayu yang merupakan bahasa resmi, serta bahasa Tionghoa. Bahasa
Inggris juga dituturkan secara meluas, dan terdapat sebuah komunitas ekspatriat
yang agak besar dengan sejumlah besar warganegara Britania dan Australia.
Islam ialah agama resmi Brunei (67%), dan Sultan Brunei merupakan kepala
agama negara itu. Agama-agama lain yang dianut termasuk agama Buddha
(terutamanya oleh orang Tiong Hoa[13%]), agama Kristen (10%), serta agama-
agama orang asli (dalam komunitas-komunitas yang amat kecil [10%]).
ix
F. EKONOMI
Ekonomi kecil yang kaya ini adalah suatu campuran kewirausahaan dalam negeri
dan asing, pengawalan kerajaan, kebajikan, serta tradisi kampung.
Pengeluran minyak mentah dan gas alam terdiri dari hampir setengah PDB.
Pendapatan yang cukup besar pekerjaan luar negeri menambah pendapatan
daripada pengeluaran dalam negeri. Kerajaan membekali semua
layanan pengobatan dan memberikan subsidi beras dan perumahan. Pemimpin-
pemimpin Brunei merasa bimbang bahwa keterpaduan dengan ekonomi dunia
yang semakin bertambah akan mempengaruhi perpaduan sosial dalam, walaupun
Brunei telah memainkan peranan yang lebih kentara dengan
menjadi ketua forum APEC pada tahun 2000. Rancangan-rancangan yang
dinyatakan untuk masa hadapan termasuk peningkatan keterampilan tenaga buruh,
pengurangan pengangguran, pengukuhan sektor-sektor perbankan dan pariwisata,
serta secara umum, peluasan lagi asas ekonominya. Sistem Penerbangan Brunei
Diraja, sistem penerbangan negara, sedang mencoba menjadikan Brunei sebagai
pusat perjalanan internasional antara Eropa dan Australia/Selandia Baru. Ia juga
mempunyai layanan ke tujuan-tujuan Asia yang utama.
Ekonomi Brunei Darussalam bertumpu pada sektor minyak bumi dan gas dengan
pendapatan nasional yang termasuk tinggi di dunia satuan mata uangnya adalah
Brunei Dolar yang memiliki nilai sama dengan Dolar Singapura.
Selain bertumpu pada sektor minyak bumi dan gas, pemerintah Brunei mencoba
melakukan diversifikasi sumber-sumber ekonomi melalui upaya peningkatan di
bidang perdagangan dan Industri.
G. KOTA PENTING
Wilayah Brunei dibagi menjadi empat distrik (daerah), yaitu : Belait, Tutong,
Muara serta Temburong. Keempat distrik tersebut dibagi lagi menjadi 38 mukim
(desa/kelurahan). Uniknya Distrik Temburong letaknya terpisah dengan tiga
distrik lainnya dan dipisahkan oleh wilayah Negara Bagian Sarawak, Malaysia.
Jadi, bila Anda ingin berkunjung ke Distrik Tutong dari Bandar Seri Begawan
(Distrik Brunei dan Muara) via darat, Anda harus membawa paspor, karena Anda
akan keluar dari wilayah Negara Brunei Darussalam kemudian masuk ke wilayah
Negara Malaysia (Negara Bagian Sarawak) dan kemudian masuk ke wilayah
negara Brunei Darussalam lagi. Bila Anda berkunjung ke Distrik Tutong via laut,
Anda tidak perlu membawa paspor karena tidak melewati perbatasan negara
Brunei Darussalam dan Malaysia, jadi tidak ada pemeriksaan paspor.
Kota utama di Brunei : Muara (dengan Bandar Seri Begawan nya), Kuala
Belait dan Bandar Tutong
H. HUBUNGAN BILATERAL
x
1. Sejarah Singkat Hubungan Bilateral
Awal dibukanya hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Brunei
Darussalam sebenarnya telah ditandai dengan adanya saling kunjung secara tidak
resmi antara pejabat tinggi kedua negara. Menjelang kemerdekaan Brunei
Darussalam pada tahun 1984, Sultan Brunei Darussalam melakukan kunjungan
tidak resmi ke Indonesia pada tahun 1981. Sementara itu Menteri Luar Negeri
Republik Indonesia Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, SH juga telah melakukan
kunjungan ke Brunei Darussalam pada tahun 1982.
Sejak pembukaan hubungan diplomatik Indonesia-Brunei Darussalam tanggal 1
Januari 1984, hubungan bilateral kedua negara terus berkembang dengan baik di
segala bidang.
2. Kerjasama dan Hubungan Politik
Kedekatan hubungan Indonesia dan Brunei Darussalam ditandai dengan terus
berlangsungnya saling kunjung antar para pejabat negara, pengusaha dan rakyat
kedua negara. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terakhir kali berkunjung ke
Brunei Darussalam pada bulan Februari 2006. Sedangkan Sultan Brunei
Darussalam ke Indonesia terakhir berkunjung ke Indonesia pada 9 – 11 November
2008.
Pada bulan November 1999 kedua negara sepakat untuk membentuk Komisi
Bersama pada tingkat Menlu untuk menggali berbagai potensi kerjasama di antara
kedua negara. Pertemuan Komisi Bersama yang pertama berlangsung di Jakarta
tanggal 25 Juli 2003, sementara pertemuan kedua (terakhir) diadakan di Bandar
Seri Begawan tanggal 18 Agustus 2006. Pada kesempatan tersebut, kedua negara
sepakat untuk meningkatkan kerjasama di berbagai bidang antara lain
perdagangan, kebudayaan, pertahanan, kesehatan, penerangan, ketenagakerjaan
serta mendorong peningkatan hubungan antarswasta dan masyarakat kedua
negara.
3. Kerjasama dan Hubungan Ekonomi
Hubungan perdagangan kedua negara mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Nilai total perdagangan antara Indonesia dan Brunei Darussalam pada tahun 2008
mencapai US$ 2,476 milyar, naik dari total perdagangan tahun 2007, yaitu
sejumlah US$ 1,9 milyar. Neraca perdagangan kedua negara khususnya selama
lima tahun terakhir menunjukan defisit bagi Indonesia. Hal ini karena Indonesia
banyak mengimpor minyak dari Brunei Darussalam.
4. Kerjasama Sosial-Budaya
Bidang sosial-budaya merupakan potensi kerjasama yang terlihat cenderung
makin meningkat diantara RI dan Brunei Darussalam, diantaranya ditandai
dengan kunjungan misi budaya/kesenian kedua negara pada berbagai kesempatan.
Pada tanggal 22 April 2008 di Jakarta, Indonesia dan Brunei Darussalam telah
menandatangani MoU Kerjasama di bidang Kebudayaan.
Pada Sidang I Komisi Bersama Indonesia-Brunei Darussalam di Jakarta, Juli
2003, kedua pihak sepakat pentingnya Lembaga Persahabatan Indonesia – Brunei
Darussalam untuk meningkatkan saling pengertian dan kerjasama di bidang sosial
budaya. Pada tanggal 24 Maret 2009 di Brunei Darussalam, telah diresmikan
Brunei Darussalam – Indonesia Friendship Association (BRUDIFA). BRUDIFA
sebagai sarana second-track diplomacy antara Indonesia dan Brunei Darussalam
bertujuan untuk lebih mempererat hubungan dan meningkatkan kerjasama kedua
xi
negara di bidang ekonomi, perdagangan, pariwisata, sosial, pendidikan dan
kebudayaan.
5. Kerjasama lain-lain
Kerjasama kedua negara di berbagai forum regional dan internasional juga
berlangsung dengan baik, seperti dalam forum ASEAN, ARF, ASEM, BIMP-
EAGA, PBB, APEC, OKI, G-77, WTO.
6. Indonesia dan Brunei Darussalam, bersama dengan Malaysia telah membentuk
Heart of Borneo (HoB) dalam rangka melindungi kawasan kawasan tersebut dari
ancaman penebangan liar dan penggundulan hutan serta untuk melakukan
pengelolaan hutan secara berkelanjutan. Kerjasama melalui program HoB tersebut
dilakukan dengan membangun komitmen ketiga negara dalam kerangka
kerjasama konservasi lintas batas dan memperkuat pelaksanaan program lapangan
pada kawasan konservasi dan kawasan budidaya.
I. HUBUNGAN INTERNASIONAL
Hubungan Brunei-Indonesia mengacu pada
hubungan bilateral antara Kesultanan Brunei Darussalam dan Republik Indonesia.
Brunei memiliki kedutaan besar di Jakarta, sementara Indonesia memiliki
kedutaan besar di Bandar Seri Begawan. Meskipun tidak berbagi perbatasan darat
secara langsung, Indonesia dan Brunei berbagi pulau Kalimantan. Karena
hubungan diplomatik yang dibangun kembali pada tahun 1984, kedua negara
menikmati hubungan yang hangat dan ramah. Hubungan keseluruhan antara
kedua negara berjalan dengan baik dan bahwa kedua belah pihak terus menikmati
hubungan yang kuat dalam spektrum yang luas dari kerjasama operasi; termasuk
perdagangan dan investasi, pariwisata, pertanian, kelautan dan perikanan,
kesehatan, pertahanan, kejahatan transnasional, pendidikan, kepemudaan,
kebudayaan dan kontak orang per orang.[1]
Kedua negara baik Brunei maupun Indonesia memiliki banyak kesamaan ciri-ciri
karakteristik umum, ini termasuk bingkai acuan umum dalam sejarah, budaya dan
agama. Bahasa nasional kedua negara; Bahasa Indonesia dan bahasa
Melayu berkaitan erat. Mayoritas penduduk kedua negara itu dari keturunan
Austronesia atau dari ras Melayu, dengan yang signifikan adalah
kebudayaan Melayu yang dibagi antara mereka. Kedua negara ini termasuk
sebagai negara-negara mayoritas Muslim, anggota ASEAN dan APEC, dan juga
anggota Gerakan Non-Blok, dan Organisasi Kerja Sama Islam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
xii
Brunei Darussalam merupakan negara kerajaan dengan mayoritas
penduduknya beragama Islam dan memiliki dasar negara Monarki absolut, yang
dalam perkembangannya memiliki corak Monarki Konstitusional dengan Sultan
yang menjabat sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, merangkap
seagai Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan dengan dibantu oleh Dewan
Penasihat Kesultanan dan beberapa Menteri. Segala urusan negara dan pemerintah
yang menyangkut hajat hidup warga brunei adalah di tangan sang sultan, yang
saat ini sultan brunei adalah Sultan Hassanal Bolkiah yang gelarnya diturunkan
dalam wangsa yang sama sejak abad ke-15, ialah kepala negara serta
pemerintahan Brunei. Baginda dinasihati oleh beberapa majelis dan sebuah
kabinet menteri, walaupun baginda secara berkesan merupakan pemerintah
tertinggi. Media amat memihak kerajaan, dan kerabat kerajaan melestarikan status
yang dihormati di dalam negeri.
Dengan MIB sebagai ideologi negaranya, brunei memposisikan negaranya
menjadi salah satu negara yang mempunyai kestabilitasan dalam bidang ekonomi
dan politik di kawasan ASIA.
Berdasarkan pengalaman sejarah Melayu Brunei, Raja telah bertindak secara
adil dan bijaksana sehingga tidak ada alasan bagi rakyat Brunei menolak
kedaulatan raja. Raja telah memberikan tanggungjawabnya kepada rakyat dengan
penuh amanah. Kepedulian raja terhadap keperluan umat Islam dibuktikan dengan
pendirian berbagai perangkat hukum Islam dan lembaga keuangan Islam.
Berdasarkan penelitian, sistem monarki Brunei merupakan yang tertua di
dunia sesudah kerajaan Denmark yang ditandai dengan kelestarian dinasti pewaris
kerajaan. Sejak berdirinya Kerajaan Brunei tahun 1365 M, Kerajaan Brunei telah
diperintah oleh 29 orang Sultan. Teknis pemerintahan yang terjadi sejak
diproklamirkannya kemerdekaan Brunei Darussalam hanyalah pada pembentukan
Dewan Kabinet dan adanya keinginan untuk mengembangkan demikrasi melalui
lembaga eksektuitf .
B. Saran
xiii