Anda di halaman 1dari 45

PROPOSAL

PERAN ORANG TUA DALAM MENSTIMULASI


TUMBUH KEMBANG TERHADAP PERKEMBANGAN
MOTORIK HALUS ANAK USIA TODDLER

Oleh :
SHINTA ERIKA SANTI
NIM. 1776610024

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI AL-QODIRI
JEMBER
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan motorik halus melatih gerakan otot dan koordinasi mata, serta
dapat meningkatkan kemampuan dan kerapian anak sesuai dengan tahap
perkembangan usianyadalam kehidupan sehari harinya, dimana anak mulai dapat
menggambar dan menulis. Setiap anak mempunyai tahapan perkembangan
motorik halus yang berbeda satu sama lainnya, perkembangan ini didasarkan pada
kemampuan intelektual anak secara individu (Maghfiroh, 2020). Penyimpangan
tumbuh kembang harus dideteksi atau ditemukan sejak dini, terutama sebelum
berumur 3 tahun, supaya dapat segera di intervensi atau diperbaiki, bila deteksi
terlambat, maka penanganan terlambat, sehingga penyimpangan sukar untuk
diperbaiki (Padila, 2019). Masa anak dianggap sebagai fase yang penting karena
akan menentukan kualitas kesehatan, kesejahteraan, pembelajaran dan perilaku
dimasa yang akan datang serta masa depan masyarakat tergantung pada anak-anak
yang mampu mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal (WHO,
2017).
Peran orang tua yang diberikan oleh ayah dan ibu kandung untuk membantu
proses perkembangan anak (Departemen Pendidikan Nasional, 2011). Setiap anak
perlu mendapat stimulasi rutin sejak dini dan terus menerus saat ada kesempatan.
Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh orang tua, yang merupakan orang
terdekat dengan anak, pengganti ibu atau bisa juga dilakukan dengan pengasuh
anak, anggota keluarga yang lain atau orang dewasa lainnya. Kurangnya stimulasi
dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang
menetap (Ina, 2020).
Menurut World Health Organization (WHO) diperkirakan 5-10% anak
mengalami keterlambatan perkembangan (WHO, 2017). Diperkirakan sekitar 1-
3% khusus pada anak dibawah usia 5 tahun di indonesia mengalami keterlambatan
perkembangan umum yang meliputi perkembangan motorik, bahasa, sosio-
emosional, dan kognitif (Kemenkes RI, 2016). Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI) Jawa Timur melakukan pemeriksaan terhadap 2.634 anak dari usia 0-72
bulan. Hasil pemeriksaan tersebut menunjukkan hasil perkembangan normal
sesuai usia 53%, meragukan atau membutuhkan pemeriksaan lebih dalam
sebanyak 13% dan penyimpangan perkembangan sebanyak 34%. 10% dari
penyimangan tersebut terdapat pada aspek motorik kasar (seperti berjalan, duduk),
30% motorik halus (seperti menulis, memegang), 44% bicara bahasa dan 16%
sosialisasi kemandirian (Cempaka, 2016). Hasil penelitian pada perkembangan
motorik kasar didapatkan 144 balita (72%) moral, 43 balita (21,5% ) suspek dan
13 balita (6,5%) memiliki perkembangan motorik kasar abnormal (Nadia, 2019).
Dari studi pendahuluan pada tanggal 23 Maret 2021 dengan wawancara
terhadap Kepala Sekolah PAUD Aster 23 Jember yaitu terdapat 66% (42 anak)
mengalami gangguan perkembangan motorik, 27% diantaranya (17 aanak)
mengalami keterlambatan pada motorik kasar yaitu belum bisa melompat lebih
dari 20 cm, belum bisa menggiring bola dan belum bisa menaiki sepeda, sementara
39% (25 anak) mengalami keterlambatan motorik halus yaitu mereka belum bisa
menirukan gambar yang di tunjukan oleh guru dan masih belum bisa menuliskan
nama lengkapnya dengan benar. 34% sisanya (21 anak) lainya tidak mengalami
keterlambatan perkembangan motorik. Setelah dilakukan intervensi berupa les
mewarnai dan menulis oleh guru, keterlambatan perkembangan motorik halus
pada anak usia toddler di PAUD Aster 23 Jember menurun, sehingga hanya
tinggal 12 anak saja yang masih mengalami keterlambatan motorik halus yaitu
belum bisa mewarnai dengan tepat dan benar. Berdasarkan data yang didapatkan,
terdapat 50% Anak yang berusia 3 tahun dan 50% sisanya berusia 4-5 tahun
dengan jumlah keseluruhan 63 Anak Kelas A dan kelas B.
Faktor resiko balita kurang stimulasi dikarenakan kondisi malnutrisi, delay
atau keterlambatan dalam tumbuh dan berkembang seperti contohnya terlambat
bicara, jalan, motorik kasar atau halus ataupun bahasa. Dengan adanya berbagai
faktor resiko keterlambatan tumbuh kembang, maka stimulasi tumbuh kembang
pada anak usia pra sekolah perlu dilakukan (Ina, 2020). Peran orang tua dan
keluarga sangat penting untuk Perkembangan motorik dan proses perkembangan
kognitif anak usia toddler. Pada dasarnya, perkembangan motorik pada anak akan
berkembang sesuai dengan kematangan otot saraf dari anak tersebut. Salah satu
dari permasalahan anak usia toddler adalah tumbuh kembang. Peran orang tua dan
dukungan dari keluarga sangat berpengaruh.
Salah satu cara untuk menghindari terjadinya resiko atau tumbuh kembang
yang tidak normal dengan cara mendeteksi tumbuh kembang anak sedini mungkin,
deteksi dinii penyimpangan perkembangan pada anak merupakan tema global
utama dalam pelayanan kesehatan anak secara modern. Kegiatan deteksi
dimaksudkan untuk penapisan atau penjaringan adanya penyimpangan tmbuh
kembang anak, dan pengkajian faktor resiko yang mempengaruhi sehingga
tindakan intervensi dapat dilakukan sedini mungkin (Prasasti, 2020).
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti peran orang
tua dalam menstimulasi tumbuh kembang anak terhadap motorik halus usia
toddler di PAUD Aster 23.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana peran orang tua dalam menstimulasi tumbuh kembang anak terhadap
motorik halus usia toddler di PAUD Aster 23?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui peran orang tua dalam menstimulasi perkembangan motorik
anak usia toddler di PAUD Aster 23

1.3.2 Tujuan khusus


1. Mengidentifikasi peran orang tua anak usia toddler di PAUD Aster
23.
2. Mengidentifikasi perkembangan motorik anak usia toddler di
PAUD Aster 23.
3. Menganalisis perang orang tua dalam menstimulasi perkembangan
motorik anak usia toddler di PAUD Aster 23.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menjadi bahan pembelajaran atau referensi untuk kalangan yang
sedang melakukan penelitian lebih lanjut dengan topik yang berhubungan
dengan judul penelitian peran orangtua dalam menstimulasi
perkembangan motorik anak usia toddler
1.4.2 Bagi Ilmu Keperawatan
Memberikan wawasan tambahan dalam pengalaman peran orang tua
menstimulasi perkembangan motorik usia toddler.
1.4.3 Bagi Responden
Memberikan informasi tetang peran orangtua dengan perkembangan
motorik anak usia toddler.
1.4.4 Bagi Tempat Penelitian
Mendapatkan masukan tentang peran orang tua terhadap perkembangan
motorik anak, dan dapat menjadi pertimbangan untuk para orang tua
dengan apa yang telah mereka ketahui tentang perkembangan motorik
anak.
1.4.5 Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini, diharapkan menjadi acuan untuk para peneliti
selanjutnya serta dapat menambahkan pengetahuan peneliti tentang peran
orang tua dalam menstimulasi perkembangan motorik anak usia toddler.
1.5 Keaslian Penelitian
Judul Karya Ilmiah
No. & Penulis Metode Penelitian Hasil Penelitian

1. Hubungan peran orang D : Crosss Ada hubungan


tua dengan Sectional signifikan antara
perkembangan S : 72 responden peran orangtua
Motorik kasar pada V : peran orang tua dengan
anak usia toddler di dan perkembangan perkembangan
wilayah kerja motoric kasar anak motorik kasar pada
Pukesmas sambi 1 usia toodler anak usia toddler di
boyolali (Ulfa Hafsari I : kuesioner peran Wilayah Kerja
Putri dan orang tua dan Pukesmas Sambi 1
Mursudarinah, 2018). lembar observasi Boyolali.
Denver II
A : Univariat dan
Brivariat

2. Hubungan Pola Asuh D : Cross Sectional Dari penelitian ini


Orang Tua dalam S : 22 Orang dapat disimpulkan
Menstimulasi V :Pola asuh orang bahwa pola asuh
Perkembangan Motorik tua dan stimulasi orang tua
Kasar dan Halus Usia perkembangan authoritative dapat
Pra Sekolah motoric kasar dan diterapkan pada
Oleh : halus usia orang tua terhadap
Zainal Munir, prasekolah anak usia pra sekolah
Yulisyowati, Helpy I : kuesioner dan usia 3-4 tahun agar
Virana. Tahun 2019 observasi lembar anak tumbuh dan
DDST (Denver berkembang dengan
Development baik di PAUD AL-
Skrining Test) Firdaus Bahrul ‘Ulum
A:- Tambakberas
Jombang.

3. Peranan stimulasi D : Cross Sectional Terdapat peranan


orang tua terhadap S : 30 responden yang signifikan
perkembangan motoric V : stimulasi orang antara stimulasi orang
kasar anak usia 2-3 tua dan tua terhadap
tahun di puskesmas perkembangan perkembangan
sungai besar banjarbaru motoric kasar anak motoric kasar anak
(Humairah ahda, Neka usia 2-3 tahun usia 2-3 tahun.
Erlyani, Devi I : Kuesioner
Rahmawati, 2017) stimulasi orang tua
A : analisis regresi
linier sederhana
4. Hasil Skrining D : Quasy Hasil penelitian
Perkembangan Anak eksperimen, pre- terdapat pengaruh
Usia Toddler Antara post test equivalent yang signifikan
DDST dengan without control antara skor tahap
SDIDTK (Padila, group design perkembangan pada
Fatsiwi Nunik Andari, S : 10 Responden kelompok DDST dan
Juli Andri, 2019) V : perkembangan pada kelompok
anak usia toodler SDIDTK sebelum dan
antara DDST dan setelah dilakukan
SDIDTK intervensi.
I : Pre test
A : analisis
univariat

5. Hubungan Stimulasi D : Cross Sectional Terdapat hubungan


Orang Tua Terhadap S : 67 anak antara stimulasi orang
Perkembangan Motorik V : stimulasi orang tua terhadap
Kasar Pada Anak tua dan perkembangan
Prasekolah Didusun perkembangan motoric kasar pada
Aran-Aran Desa motoric kasar pada anak prasekolah di
Sumberejo Kecamatan anak dusun aran-aran desa
Poncokususmo I : kuesioner dan sumberejo kecamatan
Oleh : Nina Wulandari. observasi poncokusumo
Tahun 2020 A : uji spearman rho
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Peran


2.1.1 Definisi Peran
Peran merupakan bagian dari tugas utama yang harus
dilaksanakan. Seseorang dikatakan memiliki peran atau berperan karena
ia memiliki status dalam masyarakat dan kemampuan baik secara moril
maupun materil (Mulyani, 2017)
Peran juga dapat diartikan sekumpulan prinsip dan perilaku dalam
berinteraksi dengan orang lain, yang diterima oleh sekelompok sosial
tertentu. Peran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peranan
orang tua yang merupakan suatu Lembaga keluarga yang di dalamnya
berfungsi sebagai pembimbing anak. Peranan orang tua lebih diartikan
sebagai peranan keluarga. Sehingga, peranan orang tua disini berkaitan
dengan kekuasaan atau wewenang serta dalam rangka pelaksanaan
tugas-tugas sebagai orang tua sebagaimana yang diharapkan untuk
dilakukan karena kedudukannya dapat memberi pengaruh atau
perbuatan (Mangesti, 2020).
Menurut soejarno soekanto tahun 2017 suatu peranan mencakup
tiga hal, yaitu :
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan
posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan
dalam arti meliputi rangkaian peraturan-peraturan yang
membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyaraatan.
2. Peranan dalam konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam mesyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang
penting bagi struktur masyarakat .

2.1.2 Definisi Orang Tua


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa, “Orang
tua adalah ayah ibu kandung (Departemen Pendidikan dan kebudayaan,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, balai Pustaka Jakarta 1990).
Selanjutnya A. H. Hasanuddin menyatakan bahwa, “Orang tua adalah
ibu dan bapak yang dikenal mula pertama oleh putrinya (A. H.
Hasanuddin, 1984) . Orang tua (Ayah dan Ibu) adalah pendidik yang
terutama dan yang sudah semestinya. Orang tua adalah pendidik asli,
yang menerima tugas dari tuhan untuk mendidik anak-anaknya. Oleh
karena itu, orang tua memegang peranan penting dalam menciptakan
lingkungan tersebut dengan tujuan memotivasi anak agar dapat lebih
siap dalam menghadapi berbagai tantangan di masa depan. Memahami
anak dan keberhasilan suatu Ppendidikan sering dikaitkan dengan
kemampuan para orang tua dalam hal memahami anak sebagai individu
yang unik, dan setiap anak memiliki potensi-potensi yang berbeda satu
saa lain namun saling melengkapi dan berharga (Untara, 2020).
Orang tua adalah sekumpulan orang yang hidup Bersama dalam
tempat tinggal Bersama yang mana masing-masing anggota merasakan
adanya pertautan batin sehingga saling terjadi memengaruhi, saling
memperhatikan dan saling terjadi menyerahkan diri. Anak akan
cenderung meniru kebiasaan orang tuanya disbanding orang lain,
sekalipun orang tersebut tinggal dalam serumah (Nurcahyani, 2021).
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak
mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima Pendidikan,
dengan demikian bentuk pertama dari Pendidikan terdapat dalam
keluarga. Pada umumnya Pendidikan dalam rumah tangga itu bukan
berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari
pengetahuan mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana dan
strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi
Pendidikan. Situasi Pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan
dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang
tua dan anak (Romadhony, 2021)
2.1.3 Peran penting orang tua
Secara sederhana, peran orang tua dapat dijelaskan sebagai
kewajiban orang tua kepada anak. Diantaranya adalah orang tua wajib
memenuhi hak-hak (kebutuhan) anaknya, seperti hak untuk melatih
anak menguasai cara-cara mengurus diri, seperti cara makan, buang air,
berbicara, berjalan, berdo’a, sungguh sungguh membekas dalam diri
anak karena berkaitan erat dengan perkembangan dirinya sebagai
pribadi. Sikap orang tua sangat memengaruhi perkembangan anak.
Sikap menerima atau menolak, sikap kasih saying atau acuh tak acuh,
sikap sabar atau tergesa-gesa, sikap melindungi atau membiarkan secara
langsung memengaruhi reaksi emosional anak (Hasbullah, 2011).
Orang tua sebagai pengasuh dan pembimbing dalam keluarga,
orang tua berperan dalam meletakkan dasar-dasar perilaku bagi anak-
anaknya. Sikap, perilaku dan kebiasaan orang tua akan selalu dilihat ,
dinilai dan ditiru oleh anak. Sikap orang tua ini meliputi cara orang tua
memberikan aturan-aturan hadiah ataupun hukuman, cara orang tua
menunjukkan otoritasnya, dan serta cara orang tua memberikan
perhatiannya baik tanggapan terhadap anaknya (Choirul Islamiyah,
1995). Mengingat betapa besar peranan orang tua terhadap pendidikan
keagamaan pada anak, orang tua dengan peranan dan pengaruhnya
tersebut dapat membimbing dan membina anak-anak mereka menuju
tercapainya keselamatan dan kegiatan hidup dunia dan akhirat.
Khususnya para orang tua sebagai pembimbing untuk memberikan
untuk memberikan pendidikannya terlebih dahulu baru kepada orang
lain. Sesuai fungsinya tersebut orang tua juga harus memberikan
bimbingan keagamaan kepada anak-anak mereka dengan peringatan-
peringatan atau nasihat-nasihat berupa pembinaan yang diiringi dengan
contoh-contoh yang sesuai dengan orang tua yang benar-benar sesuai
dengan peringatan yang diberikan kepada anak-anak mereka (M. Ihsan,
2018).
Orang tua sebagai pendidik dengan memberikan dasar pendidikan,
keterampilan dasar, kasih sayang, rasa aman dan menanamkan
kebiasaan-kebiasaan yang baik kepada anak, memberikan bantuan anak,
dukungan atau motivasi dan informasi tentang cara belajar yang baik
dan tepat (Ani Evy Fitria, 2019). Orang tua menjadi factor terbesar
yang menentukan sikap dan kondisi psikologis anak, semakin anak
kehilangan figure orang tua semakin besar kemungkinan anak
kehilangan arah hidupnya (Dedy Susanto, 2019). Anak memerlukan
kebiasaan-kebiasaan dan orang tua menjadi pihak yang memenuhi
kebiasaan-kebiasaan itu. Bahwa ada empat aspek utama kebiasaan,
yaitu kebiasaan alami, kebiasaan akal, kebiasaan emosional (akhlak),
dan kebiasaan spiritual, dan ada empat aspek utama kebiasaan, yaitu
gerak, kebiasaan akal, kebiasaan perasaan, dan kebiasaan akhlak, ada
mulanya memang tugas mendidik anak adalah tugas orang tua (Novan
Ardy Wiyani,2016).
Orang tua tidak hanya mewariskan gen yang dimilikinya kepada
anak-anak, tetapi juga memainkan peran penting dalam menentukan
jenis lingkungan yang akan dihadapi ank-anak. Ketika seorang aak
sudah dapat membuat pilihan terhadap apa yang disukai dan apa yang
tidak anak sukai, maka orang tua harus dapat memberikan arahan dan
bimbingan yang sesuai (Ani evy fitria, 2019).

2.2 Konsep Stimulasi


2.2.1 Definisi Stimulasi
Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak agar
anak tumbuh dan perkembang secara optimal. Setiap anak perlu
mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus setiap
kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh Ibu dan
Ayah yang merupakan orang terdekat dengan anak, anggota keluarga
lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga masing-
masing dan dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan dasar anak yang
dirangsang dengan stimulasi adalah kemampuan gerak kasar,
kemampuan bicara dan kemampuan sosialisasi (Depkes RI,2010).
Kebutuhan ASAH meliputi : stimulasi (rangsang) dini pada semua
indera (pendengaran, penglihatan, sentuhan, membau, mengecap),
system gerak kasar dan halus, komunikasi, emosi-sosial dan rangsangan
untuk berfikir. Stimulasi merupakan kebutuhan yang sangat penting
untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang banyak
mendapatkan stimulasi yang terarah akan cepat berkembang
dibandingkan dengan anak yang kurang mendapatkan stimulasi,
pemberian stimulasi ini sudah dapat dilakukan sejak masa prenatal, dan
setelah lahir dengan cara menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin.
Asah merupakan kebutuhan untuk perkembangan mental psikososial
anak yang didapat melalui Pendidikan dan Latihan (Soetjiningsih,
2010).
2.2.2 Prinsip-prinsip Stimulasi perkembangan
Terdapat prinsip dasar dalam memberikan stimulasi, yaitu :
1. Stimulasi dilakukan dengan landasan rasa cinta dan kasih sayang.
2. Selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik, karena anak akan
meniru tingkah laku orang-orang terdekat dengannya.
3. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.
4. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi,
menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman.
5. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur
anak, terhadap ke 4 aspek kemampuan dasar anak.
6. Gunakan alat bantu atau permainan yang sederhana, aman dan ada
disekitar anak.
7. Beri kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.
8. Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas
keberhasilannya aktivitas sensori motor merupakan bagian yang
berkembangan paling dominan pada masa toddler, perkembangan ini
didukung oleh stimulasi atau rangsangan yang berasal dari luar diri
anak tersebut. Macam-macam stimulasi yang dapat diberikan orang
tua pada anaknya menurut Depkes RI 2010 adalah :
1) Stimulasi Visual
Merupakan stimulasi awal yang penting pada tahap permulaan
perkembangan anak karena anak akan meningkatkan perhatiannya
pada lingkungan sekitar melalui penglihatannya.
2) Stimulasi Auditif
Merupakan stimulasi yang diberikan dengam suara-suara untuk
melatih pendengaran dan perilaku anak sehingga anak akan
terbiasa dengan yang mereka dengar dari sekitar mereka, disini
orang tua berperan penting dalam stimulasi ini karena semua yang
diucapkan orang di sekitar anak seperti orang tua akan direkam
oleh otak anak.
3) Stimulasi Verbal
Merupakan stimulasi suara yang diberikan oleh orang disekitar
anak. Stimulasi ini merupakan kelanjutan dari stimulasi auditif
karena setelah anak mendengar ucapan-ucapan dari orang sekitar,
maka anak akan meniru ucapan tersebut dan tidak jarang anak
juga akan melakukan perintah yang sesuai dengan yang di
ucapkan.
4) Stimulasi Taktil
Adalah stimulasi yang mencakup tentang perhatian dan kasih
sayang yang diperlukan oleh anak. Stimulus ini akan
menimbulkan rasa aman dan percaya diri pada anak sehingga
anak akan lebih responsive dan berkembang.
2.2.3 Cara stimulasi pada Anak usia 1-3 tahun
Berbagai stimulasi perkembangan yang dapat dilakukan oleh ibu antara
lain :
1. Motorik Kasar
Stimulasi motorik kasar yang dapat dilakukan oleh ibuantara lain :
a. Stimulasi anak usia 1-2 tahun
1) Melatih anak berdiri sendiri.
2) Mengajarkan anak melangkah dan berjalan.
3) Mengajarkan anak menendang bola.
4) Melatih anak membungkuk kemudian berdiri.
5) Mengajarkan anak untuk melompat.
b. Stimulasi anak usia 2-3 tahun
1) Mendorong anak untuk naik tangga tanpa bantuan.
2) Melatih anak bermain lempar tangkap bola.
3) Melatih anak berdiri dengan satu kaki.
4) Memperkenalkan anak pada sepeda roda tiga.
2. Motorik Halus
Stimulasi motorik halus yang dapat diberikan oleh ibu, antara lain :
a. Stimulasi anak usia 1-2 tahun
1) Mengajarkan anak untuk Menyusun manara kubus.
2) Melatih anak mengambil benda kecil seperti manik-manik.
b. Stimulasi anak usia 2-3 tahun
1) Memberikan kertas dan pensil untuk anak mencoret-coret.
2) Mengajarkan anak untuk menaruh benda didalam wadah.
3) Mengajarkan anak menirukan garis vertical.
(Depkes RI, 2006).
2.3 Konsep Tumbuh Kembang
2.3.1 Definisi Tumbuh Kembang
Pertumbuhan adalah perubahan fisik pada seseorang yang ditandai
dengan bertambahnya ukuran berbagai organ tubuh karena
bertambahnya sel-sel dalam tubuh. Pertumbuhan bisa diukur dengan
berat badan, tinggi badan, umur tulang dan keseimbangan metabolisme
(Ninggar, 2016). Menurut Libert, Paulus dan Strauss bahwa
perkembangan adalah proses perubahan dalam pertumbuhan pada suatu
waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan lingkungan.
Istilah dari perkembangan lebih mencerminkan sifat-sifat yang khas
mengenai gejala-gejala psikologis yang tampak. Proses perkembangan
berlangsung dari keadaan global dan kuran berdiferensiasi sampai pada
keadaan diferensiasi, artikulasi dan integrasi meningkat secara bertahap.
Proses diferensiasi itu bersifat totalitas pada diri anak, bahwa bagian-
bagian penghayatan totalitas itu lambat laun semakin nyata dan
bertambah jelas dalam keseluruhan (Idad, 2016).
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, dalam pola yang teratur dan
dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan atau maturitas.
Perkembangan menyangkut proses diferensiasi sel tubuh,jaringan
tubuh, organ, dan system organ yang berkembang sedemikian rupa
sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya termasuk juga
perkembangan kognitif, bahasa, motorik, emosi, dan perkembangan
perilaku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya.
Perkembangan merupakan perubahan yang bersifat progresif, terarah,
dan terpadu atau koheren. Progresif mengandung arti bahwa perubahan
yang terjadi mempunyai arah tertentu dan cenderung maju kedepan,
tidak mundur ke belakang. Terarah dan terpadu menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang pasti antara perubahan yang terjadi pada saat
ini, sebelumnya, dan berikutnya. (Soetjaningsih, 2016).
Perkembanga menurut Kemenkes adalah bertambahnya struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar
dan gerak halus bicara dan Bahasa sertas sosialisasi dan kemandiian.
Pertubahan terjadi secara simultan dengan perkembangan.
Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf
pusat organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem
neuromuskuler, kemampuan bicara, emosis dan sosialisasi. Semua
fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh.
(Kemenkes, 2016).
2.3.2 Prinsip-prinsip perkembangan
Prinsip-prinsip perkembangan antara lain :
1. Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti
(Never Ending Process).
Manusia secara terus menerus berkembang atau berubah
yang dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar sepanjang
hidupnya. Perkembangan berlangsung secara terus-menerus sejak
masa konsepsi sampai mencapai kematangan masa tua. Semua
aspek perkembangan saling mempengaruhi, setiap aspek
perkembangan individu, baik fisik, emosi, intelegensi maupun
sosial, satu sama lainnya akan mempengaruhi. Terdapat hubungan
atau kolerasi yang positif diantar aspek terebut.
2. Perkembangan itu mengikuti pola atau arah tertentu.
Perkembangan terjadi secara teratur mengikuti pola arah
tertentu, setiap tahap perkembangan merupakan hasil
perkembangan dari tahap sebelumnya yang merupakan prasyarat
bagi perkembangan selanjutnya. Perkembangan fisik dan mental
mencapai kematangan terjadi pada waktu dan tempo yang berbeda
(ada yang perkembangan cepat dan ada juga yang lambat).
3. Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas
Prinsip ini dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut :
anak yang usai dua tahun, anak memusatkan untuk mengenal
lingkungannya, menguasai gerak fisik dan belajar berbicara. Pada
usia tiga sampai enam tahun, perkembangan ini dipusatkan dengan
menjadi manusia yang sosial (belajar bergaul dengan lingkungan).
4. Setiap individu yang normal akan mengalami tahapan atau fase
perkembangan.
Pada prinsip ini berarti dalam menjalani hidupnya yang
normal dan berusia Panjang idividu akan mengalami fase-fase
perkembangan bayi, kanak-kanak, anak remaja, dewasa dan masa
tua.
(Yusuf LN, 17)
2.3.3 Ciri-ciri Tumbuh kembang
Menurut Hurlock EB (1984), tumbuh kembang anak mempunyai ciri-
ciri tertentu, yaitu:
1. Perkembangan melibatkan perubahan (Development involves
changes)
Perubahan perkembangan mental, yaitu bertambahnya fungsi dan
keterampilan:
a. Terjadi perubahan pada memori, penalaran, persepsi dan
imaginasi kreatif.
b. Kemampuan imajinasi menjadi lebih baik daripada kemampuan
penalarannya, sedangkan pada orang dewasa yang terjadi justru
sebaliknya.
c. Ciri khas perilaku bayi juga akan mengalami perubahan, contoh
cara berjalan, cara berbicara.
d. Ciri mental bertambah dewasa, sebagai hasil dari maturitas,
proses belajar, dan pengalaman. Contoh : perhatian dalam seks,
standar moral atau keyakinan agama.
2. Perkembangan awal lebih kritis daripada perkembangan
selanjutnya (Early development is more critical than later
development)
Pada tumbuh kembang anak, terdapat suatu aspek perkembangan
yang sangat mendebarkan yaitu saat pertama (first), seperti
tersenyum pertama, memegang dengan kukuh pertama, kata
pertama, berjalan pertama, dan kalimat pertama. Tumbuh kembang
pada awal kehidupan sangat penting, karena menentukan
perkembangan selanjutnya. Pada awal kehidupan, anak sangat
rentan terhadap faktor lingkungan.
1. Perkembangan adalah hasil dari maturase dan proses belajar
(Development is the product of maturation and learning)
1) Maturitas
a. Maturitas instrinsik, yaitu kemampuan khas yang berasal
dari potensi genetic
b. Fungsi filogenetik, yaitu fungsi yang biasa terjadi pada
seseorang, seperti merayap, merangkak, duduk, berjalan.
c. Fungsi otnogenetik, yaitu fungsi spesifik pada seseorang
seperti berenang, naik sepeda, melukis, sebagai hasil
suatu pelatihan.
2) Belajar
Belajar adalah perkembangan yang berasal dari Latihan dan
usaha. Melalui pelatihan, anak akan memperoleh
kompetensi dalam mengoptimalkan potensi genetiknya.
Anak harus mendapatkan kesempatan belajar, beberapa
proses belajar didapat dari praktek atau pengulangan suatu
kegiatan.
2. Pola perkembangan dapat diramalkan (The developmental
pattern is predictable)
a. Arah perkembangan dapat diramalkan, yaitu sefalokaudal
dan poksiodital
Perkembangan motorik kasar berlangsung sefalokaudal,
yaitu mulai dari daerah kepala kemudian karah kaki.
Sebagai contoh, perkembangan pertama sebelum berjalan
adalah kemampuan menegakkan kepala. Perkembangan
motorik halus mengikuti pola proksimodistal. Sebagai satu
unit sebelum mereka dapat mengendalikan jari-jarinya.
b. Perkembangan area spesifik mengikuti pola yang dapat
diramalkan. Misalnya, perkembangan motorik perilaku
emosi, bicara, perilaku sosial, konsep perkembangan, dan
identifikasi terhadap orang lain.
3. Pola perkembangan memiliki karakteristik yang dapat diramalkan
(The developmental pattern has predictable characteristic)
a. Pola perkembangan anak mengikuti patokan umum dan
mempunyai karakteristik yang dapat diramalkan. Pola
perkembangan sama setiap individu, tetapi kecepatannya
berbeda.
b. Perkembangan berlangsung dari umum ke spesifik.
Aktifitas seluruh tubuh akan digantikan oleh respons
individu yang khas pasa perkembangan mental maupun
motoric. Aktivitas uum selalu mendahului aktivitas spesifik.
c. Perkembangan adalah proses yang kontinu sejak dari
konsepsi sampai meninggal yang dipengaruhi oleh faktor
bawaan dan lingkungan (nature & nature)
d. Masing-masing organ tubuh mempunyai pola pertumbuhan
yang berbeda
e. Terdapat kolerasi antara perkembangan dan pertumbuhan.
Billa pertumbuhan fisik berlangsung cepat, perkembangan
mental juga cepat.
4. Terdapat perbedaan individual dalam perkembangan (there are
individual differences in development)
a. Setiap anak akan mengikuti pola yang dapat diramalkan
pada jalur dan pada kecepatannya sendiri, dan
b. Pada umur yang sama, setiap anak tidak selalu mencapai
tingkat perkembangan yang sama.
Penyebab perbedaan tersebut adalah
a. Kondisi biologis dan genetic setiap anak berbeda
b. Tidak seorang anak pun mempunyai lingkungan yang
sama, bahkan pada kembar identic
c. Perbedaan individual ini disebabkan oleh faktor internal
dan eksternal
5. Terdapat periode/tahapan pada pola perkembangan (there are
periods in the development pattem)
Terdapat 5 tahap yang harus dilalui dalam tubuh kembang anak
sampai dewasa, yaitu masa pranatal, masa bayi, masa anak dini,
masa pra-sekolah, dan masa sekolah. Setiap tahapan memiliki ciri-
ciri yang khas, rentang umur pada setiap tahap hanya berdasarkan
perkiraan. Setiap tahapan mennyiapkan dan membimbing anak agar
berhasil ke tahap berikutnya, karna proses tumbuh kembang
berjalan secara berkesinambungan. Perkiraan rentang waktu
tahapan tersebut adalah :
a. Prenatal period : konsepsi sampai akhir
b. Infancy : dari lahir sampai 12 bulan (sampai 18 bulan)
c. Early childhood : dari 12 bulan sampai 6 tahun
d. Middle chilhood : dari 6 sampai 11 tahun
e. Adolescence : dari 11 sampai 18 tahun
6. Terdapat harapan sosial untuk setiap periode perkembangan (there
are social expectation for every development period)
Harapan sosial ini dikenal juga sebagai tugas perkembangan
1. Faktor yang mempengaruhi tugas perkembangan
a. Nutrisi yang memadai
b. Pertumbuhan fisik yang pesat
c. Kekuatan dan energi diatas rata-rata
d. Terdapat lingkungan yang memberi kesempatan untuk
belajar
e. Tuntunan dari orang tua dan guru dalam proses belajar
f. Motivasi yang kuat untuk belajar
g. Kreativitas disertai dengan kemauan anak untuk menjadi
berbeda
2. Faktor yang menghambat tugas perkembangan
a. Gangguan tumbuh kembang fisik dan mental
b. Sering sakit
c. Kecacatan
d. Tidak ada kesempatan untuk belajar
e. Tidak mendapat tuntunan belajar
f. Tidak ada motivasi belajar
g. Takut utuk menjadi berbeda
7. Setiap area perkembangan mempunyai potensi resiko (every area
of development has potential hazard)
Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh lingkungan, yang bisa
bersifat sementara maupun permanen serta dapat memenuhi
kecepatan dan kualitas tumbuh kembang anak. Pengaruhnya bisa
memperlambat atau meningkatkan kecepatan tumbuh kembang
anak. Lingkungan disekitar anak merupakan potensi resiko
terhadap tumbuh kembang anak (Hurlock EB, 1984).
2.3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang
Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-
faktor tersebut adalah faktor genetik dan faktor lingkungan bio-fisiko-
sosial, yang dapat menghambat atau mengoptimalkan tumbuh
kembang anak. Dalam mencapai tumbuh kembang yang optimal
tergantung pada potensi biologiknya, dan tingkat tercapainya potensi
biologik seseorang hasil interaksi dari berbagai faktor yang saling
berkaitan. Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh
terhadap tumbuh kembang anak, yaitu :
1. Faktor genetik
Faktor genetik merupakan faktor utama dalam mencapai hasil akhir
proses tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik yang
terkandung didalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan
kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Pertumbuhan ditandai oleh
intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan
terhadap rangsangan, umur pubertas, dan berhentinya pertumbuhan
tulang. Yang termasuk faktor genetik adalah berbagai faktor
bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, serta suku
bangsa.
2. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai
tidaknya potensi genetik. Lingkungan yang baik akan
memungkinkan tercapainya potensi genetik, sedangkan yang tidak
baik akan menghambatnya. Faktor lingkungan terbagi menjadi dua,
yaitu :
1) Faktor Pre Natal (anak dalam kandungan)
a) Gizi ibu saat hamil.
b) Mekanis yang disebabkan trauma atau cairan ketuban yang
bisa menyebabkan kelainan bawaan pada baru lahir.
c) Toksin atau zat kimia disebabkan obat-obatan atau pada ibu
degan kebiasaan merokok atau minum-minuman beralkohol
yang menyebabkan kelahiran dengan bayi berat badan lahir
rendah, lahir mati, cacat dan retardasi mental.
d) Endokrin, perkembangan hormone-horman kehamilan
sangat mempengaruhi pertumbuhan janin.
e) Radiasi, sebelum kehamilan 18 minggu dapat menyebabkan
kematian janin.
f) Infeksi, torch menyebabkan cacat bawaan
g) Stress pada ibu dapat mempengarhi perkembangan janin
h) Imunitas
i) Anoksia embrio yaitu menurunnya oksigenasi janin melalui
gangguan pada plasenta menyebabkan berat badan lahir
rendah.
2) Faktor Post Natal (setelah anak lahir)
a) Faktor lingkungan biologis yang meliputi ras, jenis kelamin,
umur, gizi, kepekaan terhadap penyakit, perawatan
Kesehatan, penyakit kronis dan hormon.
b) Faktor lingkungan fisik yang meliputi cuaca, musim,
sanitasi, dan keadaan rumah.
c) Faktor lingkungan sosial yaitu stimulasi, motivasi belajar,
stress, kelompok sebaya, ganjaran atau hukuman yang
wajar, serta cinta dan kasih sayang.
d) Lingkungan keluarga dan adat istiadat yang lain meliputi
pekerjaan, Pendidikan Ayah dan Ibu, jumlah saudara,
stabilitas rumah tangga, kepribadian Ayah atau Ibu, agama,
adat istiadat serta norma-norma.
(Soetjiningsih, 2016).
2.3.5 Jenis-jenis perkembangan
Perkembangan anak mencakup 3 aspek, yaitu :
1. Personal sosial
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam
hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat diartikan sebagai
proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma
kelompok, moral, tradisi, dan meleburkan diri menjadi satu serta
saling menjalin kerja sama dan komunikasi.
2. Bahasa
Bahasa merupakan segala bentuk komunikasi, baik yag
disampaikan dalam lisan, tulisan, isyarat, gerak tubuh, maupun
ekspresi wajah. Perkembangan Bahasa meningkat sesuai dengan
meningkatnya usia anak.
Perkembangan Bahasa berhubungan dengan perkembangan
kognitif anak. Anak yang intelektualnya belum berkembang dan
masih sederhana pula. Bahasa juga merupakan hasil belajar dari
lingkungan, anak belajar Bahasa seperti halnya belajar hal lain,
yaitu dengan meniru dan mengulang hasil yang didapatkannya.
3. Perkembangan fisik (motorik) merupakan proses tumbuh kembang
kemampuan gerak seorang anak. Setiap Gerakan yang dilakukan
merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian
dan system dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Perkembangan
fisik (motorik) meliputi perkembangan motorik kasar dan motorik
halus.
1) Perkembangan motorik kasar
Perkembangan motorik kasar adlah gerak tubuh yang
menggunakan otot-otot besar atau Sebagian besar atau seluruh
anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan aak itu
sendiri. Perkembangan motorik kasar meliputi otot-otot kasar
seperti tangan, kaki dan badan (Hurlock, 2003).
2) Perkembangan motorik halus
Perkembangan motorik halus merupakan perkembangan
Gerakan anak yang menggunakan otot-otot kecil atau Sebagian
anggota tubuh tertentu. Perkembangan pada aspek ini
dipengaruhi oleh kesempatan anak untuk belajar dan
berlatih.menulis, menggunting, dan Menyusun balok, adalah
contoh Gerakan motorik halus (Syamsu, 2011).

2.4 Konsep Anak usia toddler


2.4.1 Definisi Anak Usia Toodler
Anak usia toddler adalah anak usia 12-36 bulan (1-3 tahun).
Pada periode ini anak berusaha mencari tahu bagaimana sesuatu
bekerja dan bagaimana mengontrol orang lain melalui kemarahan,
penolakan, dan Tindakan keras kepala. Hal ini merupakan periode
yang sangat penting untuk mencapai pertumbuhan dan
perkembangan intelektual secara optimal (Rizki, 2015).
2.4.1 Ciri-ciri umum anak usia 1-3 tahun (Rizky, 2015)
1. Tinggi dan berat badan meningkat, yang menggambarkan
pertumbuhan mendorong dan melambatkan karakteristik anak
usia 1-3 tahun.
2. Karakteristik anak usia 1-3 tahun dengan menonjolnya
abdomen yang diakibatkan karena otot-otot abdomen yang
tidak berkembang.
3. Bagian kaki berlawanan secara khas terdapat pada usia 1-3
tahun karena otot-otot kaki harus menopang berat badan tubuh.
4. Menurut Piaget, perkembangan kognitif anak usia toddler pada
tahap pra-operasional (2-7 tahun). Tahap ini ditandai oleh
adanya pemakaian kata-kata lebih awal dan memanipulasi
simbol-simbol yang menggambarkan objek untuk benda dan
hubungan diantara mereka. Tahap pre-operasional juga
ditandai oleh beberapa hal, antara lain egosentrisme,
ketidakmatangan pikiran tentang sebab-sebab dunia di fisik,
kebingungan antara symbol objek yang mereka wakili,
kemampuan untuk fokus pada satu-satu dimensi pada satu
waktu dan kebingungan tentang identitas orang dan objek.
5. Menurut Erikson, tahap psikososial anak toddler usia (usia 1-3
tahun) berada pada tahap ke-2 : otonomi vs perasaan malu dan
ragu-ragu. Masa balita yang berlangsung mulai 1-3 tahun
(early childhood). Tahap ini merupakan tahap anus otot (anal
atau muscular stages). Pada masa ini anak cenderung aktif
dalam segala hal, sehingga orang tua dianjurkan untuk tidak
terlalu membatasi ruang gerak serta kemandirian anak, namun
tidak pula terlalu memberikan kebebasan melakukan apapun
yang diam au. Pembatasan ruang gerak pada anak dapat
mnyebabkan anak akan mudah menyerah dan tidak dapat
melakukan segala sesuatu tanpa bantuan orang lain. Sebaliknya
jika anak terlalu diberi kebebasan mereka akan cenderung
bertindak sesuai jika dia inginkan tanpa memperhatikan baik
buruknya Tindakan tersebut. Jadi pada usia ini orang tua harus
seimbang dalam mendidik anak antara pemberian kebebasan
dan pembatasan ruang gerak anak, karena dengan cara itulah
anak bisa mengembangkan sikap control diri dan harga diri.
Anak usia 1-2 tahun mulai menguasai individualisasi, seperti
membedakan diri sendiri dengan orang lain, pemisahan dari
orang tua mengontrol pada fungsi tubuh, berkomunikasi
dengan kata-kata, kemahiran perilaku yang dapat diterima
secara sosial dan interaksi egosentris dengan orang lain. Rasa
malu dan ragu-ragu dapat berkembang jika membuatnya
merasa tidak memadai pada waktu berusaha terhadap
keterampilan baru.
6. Perkembangan motorik
Perkembangan motorik pada anak 1-3 tahun meliputi motorik
halus dan motorik kasar, yang akan diuraikan berikut ini
(Cintya, 2015).
2.5 Konsep Kerangka Teori
Stimulasi orang tua
1. Auditif
2. Verbal
Perkembangan
3. Taktil
motorik halus
4. VIsual
Anak usia toodler

Tumbuh kembang
1. Faktor yang
anak
mempengaruhi
stimulasi Teori toodler
2. Ciri-ciri 1. Pengertian
stimulasi orang 2. Ciri Umum Teori toodler
tua anak toodler 3. Pengertian
3. Peran penting 4. Ciri Umum
orang tua anak toodler
BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Peran Orang tua


1. Memenuhi kebutuhan Tumbuh Kembang
anak Anak
2. Sebagai pengasuh
3. Sebagai pendidik
4. Memberikan bimbingan
kepada anak

Faktor yang mempengaruhi


stimulasi tumbuh kembang :
1. Faktor-faktor predisposisi
(predisposing factors)
2. Faktor-faktor pendukung
(enabling factors) Motorik Halus
3.Faktor-faktor pendorong
(reinforcing factors)

Baik Cukup Kurang

Keterangan :

: Yang di teliti

: Yang tidak di teliti

Gambar 3.1 Kerangka Konsep peran orang tua dalam menstimulasi


tumbuh kembang anak terhadap perkembangan motorik halus
usia toddler di PAUD Aster 23 Jember

3.2 Hipotesis Penelitian


Hipotesis Penelitian merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telat
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena
jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori pada teori yang
relavan, belum didasarkan pada fakta-fakta emperis yang diperoleh
melalui pengumpulan data. Hipotesis dapat dinyatakan sebagai jawaban
teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik
(Sugiono, 2018).
H0 : Tidak ada hubungan peran orang tua dalam menstimulasi tumbuh
kembang terhadap perkembangan motorik halus anak usia toddler di
paud aster 23 jember
H1 : Ada hubungan hubungan peran orang tua dalam menstimulasi
tumbuh kembang terhadap perkembangan motorik halus anak usia
toddler di paud aster 23 jember

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Rancangan penelitian ini mengunakan desain penelitian kuantitatif cross-
sectional. Pendekatan dengan cross-sectional adalah jenis penelitian yang
menekankan waktu pengukuran observasi data variabel independen dan dependen
hanya satu kali pada satu saat. Artinya, tiap subyek penelitian hanya diobservasi
sekali saja dan pengukuran dilakukan pada status karakter atau variabel subjek
pada saat pemeriksaan (Nursalam, 2014). Penelitian ini menganalisis hubungan
dukungan orangtua dengan perkembangan motorik anak usia toddler di PAUD
Astrer 23.

4.2 Populasi, Sampel dan Sampling


4.2.1 Populasi
Menurut (Sugiyono, 2018), Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas subyek dan obyek yang mempunyai karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi di PAUD
Aster 25 berjumlah 63 anak.
4.2.2 Sampling
Tehnik sampling merupakan tehnik pengambilan sampel diambil
secara purposive sampling adalah suatu teknik penetapan sampel dengan
cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki
peneliti (tujuan masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat
mewakili karakteristik populasi yang telah di kenal sebelumnya (Nursalam,
2014). Dimana tehnik ini mengambil 25 responden dari populasi.

4.2.3 Sampel
Menurut (Sugiyono, 2018), sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah -siswi di PAUD Aster 23 Jember
berjumlah 25 anak.
a. Kriteria inklusi
Pada penelitian ini kriteria inklusi adalah sebagai berikut:
1) Siswa PAUD Aster 23 Jember
2) Siswa berusia 1-3 tahun
3) Bersedia menjadi responden
b. Kriteria eksklusi
Pada penelitian ini kriteria eksklusi adalah sebagai berikut:
1) Tidak bersedia menjadi responden.
2) Siswa tidak masuk sekolah saat pengambilan data.
3) Siswa yang sedang tidak dijaga oleh orang tua.

4.3 Variabel penelitian


Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat nilai dari orang, obyek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2018).
4.3.1 Variabel Independen
Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen.
Dalam penelitian ini variabel bebas adalah dukungan orangtua.
4.3.1 Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel
terikat adalah perkembangan motorik anak usia toddler.

4.4 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan pada awal bulan maret
penentuan judul hingga bulan Agustus setelah mendapat perizinan dari
Bakesbanpol Jember, dan dilakukan di PAUD Aster 23 Kecamatan Kaliwates
Kabupaten Jember.
4.5 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu
variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian
ini adalah dukungan orangtua sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini
adalah perkembangan motorik anak usia toddler.
Tabel 4.2 Definisi Operasional.
Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Skala Skor
penelitian oprasional
Independen Memberikan 1.Dukungan orang Kuesioner Ordinal Skala likert
dukungan dan
Dukungan tua Baik : 80-96
stimulasi
orangtua kepada anak Stimulasi Verbal Cukup : 60-80
untuk
Stimulasi Visual Kurang : <60
melakukan
sesuatu yang Stimulasi Adikitif
bisa
meningkatkan
perkembangan
motorik.

Dependen Suatu Perkembangan Kuesioner Ordinal Skala Gutman


Perkembangan perkembangan motorik halus Sesuai 9-10
motorik halus gerak halus Meragukan 7-8
anak usia anak. Ada
prasekolah penyimpangan
<6

4.6 Pengumpulan Data


4.8.1 Sumber Data
Menurut Sugiyono (2018), pengumpulan data bila dilihat dari
sumber datanya, dapat menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder.
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpulan data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sumber data primer dan
sekunder dalam penelitian ini adalah:
a. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah data yang dikumpulkan
dan berasal dari hasil jawaban pertanyaan yang diajukan peneliti dalam
lembar kuesioner kepada Orangtua Siswa PAUD Aster 23 Jember.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan melalui data
seluruh siswa PAUD Aster 23 Jember.

4.8.2 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah
kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara member seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2018) . Langkah dalam
pengumpulan data diantaranya adalah :
a. Peneliti mengurusi surat permohonan izin di Stikes Bhakti Al-Qodiri
1 Jember.
b. Mengajukan surat permohonan izin penelitian di PAUD Aster 23
Jember
c. Setelah mendapatkan izin penelitian, selanjutnya peneliti melakukan
kontrak waktu ketempat penelitian dengan tujuan untuk
pengumpulan data dan menjelaskan mengenai tujuan, manfaat, dan
tehnik penelitian tentang perkembangan motorik anak.
d. Peneliti membagikan lembar informed consent sebagai surat
persetujuan sebagai responden.
e. Peneliti membagikan lembar kuesioner kepada responden untuk
mengisi pertanyaan yang sudah disediakan oleh peneliti, kemudian
dilakukan penghitungan untuk mengidentifikasi hasil.
4.8.3 Instrumen Pengumpulan data
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini berupa kuesioner
checklist untuk mengukur nilai dukungan orang tua dengan perkembangan
motorik anak usia prasekolah. Kuesioner yang dibagikan kepada responden
sebanyak 1 kuesioner dukungan orang tua dengan 4 kategori penilaian,yaitu
selalu dengan skor 4, sering dengan skor 3, kadang-kadang dengan skor 2
dan tidak pernah dengan skor 1, kriteria penilaian 80-96 dukungan orang tua
baik, 60-80 dukungan orang tua cukup, <60 dukugan orang tua kurang. Dan
1 kuesioner pra skrining perkembangan anak Sesuai 9-10,Meragukan 7-8,
Ada penyimpangan kurang dari 6.
4.8.4 Uji Validitas dan Reabilitas
Kuesioner yang digunakan untuk penelitian ini telah diuji
validitasnya dengan menggunakan pearson product moment. Penentuan uji
validitas : jika p-value ≤ 0,05 maka item pertanyaan dinyatakan valid,
begitu juga sebaliknya jika p-value ≥ 0,05 maka item pertanyaan
dinyatakan tidak valid. Hasil uji validitasnya ini dikatan valid apabila r tabel

r hitung. Kuesioner yang telah diuji validitasnya kemudian diuji


reabilitasnya dengan menggunakan rumus cronbach alpha. Hasil uji

reabilitasnya dinyatakan reliable apabila nilai cronbach lebih dari 60%.


Dari peneliti sebelumnya yang telah dilakukan oleh (Meilawati, 2017)
dengan hasil pengujian dengan cronbach alpha dengan alat ukur kuesioner
adalah 0,781 dinyatakan reliabel sehingga peneliti tidak perlu melakukan uji
reabilitas.

4.7 Pengolahan dan Analisa Data


4.9.1 Pengolahan Data
Tahapan pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian yaitu:
a. Tahap persiapan, dimana peneliti memeriksa kelengkapan data
responden. Dalam penelitian ini, kelengkapan tersebut meliputi data
persetujuan (informed consent), kelengkapan lembar kuesioner, serta
kelengkapan isian item oleh responden.
b. Tahap tabulasi, meliputi:
1) Scoring adalah pemberian skor terhadap jawaban yang
memerlukan skor. Pada penelitian ini scoring dilakukan pada
kuesioner dukungan orang tua dan perkembangan motorik anak,
pemberian skor setiap kategori yang ada dalam variabel yaitu:
a) Variabel dukungan orang tua
(1) Kurang : < 60
(2) Cukup : 60-80
(3) Baik : 80-96
b) Variabel perkembangan motorik
(1) Sesuai : 9 - 10
(2) Meragukan :7-8
(3) Ada penyimpangan : <6
2) Coding adalah memberi tanda atau kode pada setiap kuesioner
yang masuk dalam kategori yang diteliti dengan tujuan untuk
mempermudah dalam melakukan tabulasi dan analisa data.
Tabel 4.3 Dukungan Orangtua

Kriteria Kode
Baik 1
Cukup 2
Kurang 3

Tabel 4.4 Perkembangan Motorik anak

Kriteria Kode
Sesuai 1
Meragukan 2
Ada penyimpangan 3

3) Tabulating adalah melakukan tabulasi data dengan memasukkan


data yang telah dituliskan sesuai pengkodean dalam satu tabel
untuk mempermudah entry data ke computer. Entry adalah
memasukkan data jawaban dari masing-masing responden dalam
bentuk kode dan dimasukkan kedalam progam SPSS.
4.9.2 Analisa Data
Menurut Sugiyono (2018) Analisa data merupakan kegiatan setelah data
dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul.
a. Analisa univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan masing-masing
karakteristik variabel, baik variabel bebas atau variabel terikat. Analisis
univariat bermanfaat untuk melihat apakah data yang dikumpulkan
telah optimal untuk dianalisis lebih lanjut.
b. Analisa bivariat
Analisis bivariat ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan
atau korelasi antara dua variabel. Tehnik yang digunakan pada analisa
bivariat adalah menggunakan uji statistik spearman rank yaitu
mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara dua variabel berskala
membandingkan nilai p = (0,05) maka ada hubungan dukungan
orangtua dengan perkembangan motorik anak usia toddler. Pengujian
ini menggunakan software program SPSS 16.0.

4.8 Etika Penelitian


Peneliti mendapatkan surat izin pengambilan data penelitian dari Stikes
Bhakti Al-Qodiri 1 Jember.
a. Peneliti mendapat ijin dari PAUD Aster 23 Jember dengan rekomendasi
surat pengantar dari fakultas.
b. Surat rekomendasi dari fakultas ditujukan kepada Kepala sekolah
PAUD Aster 23 Jember untuk mendapatkan izin penelitian, dengan
tetap memperhatikan etika penelitian, antara lain:
1) Informed consent
Peneliti menggunakan informed consent untuk menghindari suatu
hal yang tidak diinginkan. Peneliti menjelaskan kepada calon
responden terkait maksud dan tujuan penelitian serta tidak
melakukan paksaan, dan menghormati hak-haknya. Calon
responden pun bersedia untuk diteliti dan menandatangani surat
persetujuan, karena telah dijelaskan terkait prosedur penelitian
yang akan dilakukan.
2) Privacy
Pengisian data demografi dan informed consent tidak dicantumkan
nama subyek untuk menjamin kerahasiaan data setiap subyek.
Peneliti tetap menjaga kerahasiaan data subyek dari pihak sekolah,
karena peneliti tidak memberitahukan data maupun masalah setiap
subyek kepada pihak sekolah.
3) Confidentiality
Kerahasiaan informasi yang diperoleh dari responden akan dijamin
kerahasiannya oleh peneliti. Penyajian data atau hasil hanya
ditampilkan pada forum akademis.
DAFTAR PUSTAKA

Anggowirawan, M. S. (2018). Hubungan dukungan keluarga dengan self care


pada pasien stroke non hemoragik di RSUD Jombang.

Ina, A. A. (2020). Stimulasi tumbuh kembang pada anak usia prasekolah. Jurnal
pengabdian kepada masyarakat Vol 4 No 1.

Mangesti, F. D. (2020). Peran orang tua dalam mengembangkan kemampuan


berbahasa anak usia dini di TK Muslimat 001 Ponorogo.

Meilawati, E. N. (2017). Hubungan pengetahuan orang tua tentang stimulasi


bermain anak dengan perkembangan motorik halus anak usia 3-5 tahun di
Paud Al falah desa bibrik kecamatan jiwan kabupaten madiun. 41.

Mulyani, m. (2017). peran orang tua dan buruh dalam meningkatkan kesadaran
melaksanakan sholat dzuhur berjamaah bagi siswa di MTS Negeri 5
tanggerang.

Nurcahyani. (2021). Peranan orangtua adalam mengantisipasi dekadensi akhlak


pada anak remaja. Tarbiatuna: Journal of Islamic Education Vol 1 No 1.

Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis,


Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

Padila, P. (2019). Hasil skrining perkembangan anak usia toodler antara DDST
dengan SDKI. Jurnal Keperawatan Silampari Vol 3 No 1.

Prasasti, S. A. (2020). Presepsi dan perilaku bidan terhadap stimulasi, deteksi, dan
intervensi dini tumbuh kembang di puskesmas wergu wetan kabupaten
kudus.

Romadhony, N. (2021). Urgensi orang tua dalam edukasi anak.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R&d. Bandung:


Alfabeta.

Untara, I. M. (2020). Internalisasi pendidikan karakter pada anak usia dini dalam
keluarga hindu di desa timpag kabupaten tabanan. Jurnal ilmu pendidikan
vol.3 no.2.
Lampiran 1

JADWAL KEGIATAN Penelitian


Jadwal Kegiatan
Bulan ke
No Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September
. 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan
a. Pengajuan judul
b. Pengajuan izin studi
pendahuluan
c. Pembuatan Proposal dan
Bimbingan BAB I s/d IV
2. Ujian Proposal
3. Revisi Proposal
4. Pengajuan ijin penelitian
5. Pelaksanaan penelitian
6. Pegumpulan berkas dan
pendaftaran syarat ujian skripsi
7. Ujian skripsi
Lampiran 2

SURAT PERSETUJUAN MENJADI SUBYEK PENELITIAN


Yang bertandatangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Menyatakan bersedia menjadi subyek (Responden) dalam penelitian yang
dilakukan oleh mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan STIKES
Bhakti Al-Qodiri yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Shinta Erika Santi
NIM : 176610024
Judul : Peran Orang Tua dalam menstimulasi tumbuh kembang
terhadap perkembangan motorik halus anak usia toodler
Prosedur penelitian ini tidak akan memberikan dampak dan resiko apapun
padaa subyek penelitian, karena semata-mata untuk kepentingan ilmiah serta
kerahhasiaan di dalamnya dijamin oleh peneliti.
Dengan ini saya menyatakan bersedia secara sukarela untuk menjadi subyek
dalam penelitian ini.
Jember, Juli 2020
Responden,

(.....................................)
Lampiran 3

PERMOHONAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN


Kepada :
Yth. Bapak/Ibu di-
Di
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan
STIKES Bhakti al-Qodiri Jember :
Nama : Shinta Erika Santi
NIM : 1776610024
Akan melakukan penelitian tentang “Peran Orang Tua dalam menstimulasi
tumbuh kembang terhadap perkembangan motorik halus anak usia toodler” maka
saya mengharapkan bantuan saudara untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dengan
menjadi responden pada penelitian ini.
Partisipasi saudara bersifat bebas artinya tanpa adanya sanksi apapun dan saya
berjanji akan merahasiakan semua yang berhubungan dengan saudara. Jika saudara
bersedia menjadi responden silahkan menandatanganu formulir persetujuan menjadi
peserta penelitian.
Demikian permohonan saya, atas kerjasama dan perhatiannya saya ucapkan
terima kasih.
Jember, Juli 2020
Peneliti,

Shinta Erika Santi


NIM. 1776610024
Lampiran 4

KUESIONER

a. Data Umum
Petunjuk : Pilihlah salah satu jawaban sesuai dengan kondisi ibu, dengan
memberikan (√) pada kotak □ sesuai dengan jawaban ibu. Dan istilah titik-titik
sesuai dengan kondisi ibu dan anak.
1. Usia ibu saat ini ….
2. Tempat, Tanggal lahir anak ….
3. Usia anak saat ini ….
4. Anak keberapa dalam anggota keluarga ….
5. Pekerjaan Ibu
□ Tidak bekerja / Ibu rumah tangga
□ Swasta
□ Wiraswasta
□ PNS
6. Pendidikan terakhir ibu
□ Sekolah Dasar (SD, SMP)
□ Sekolah Menengah (SMA)
□ Perguruan Tinggi (Akademi, PT)
7. Jenis Kelamin Anak:
□ Laki- laki
□ Perempuan
Lampiran 5
Kuesioner Variabel Stimulasi Perkembangan

Berilah tanda √ pada setiap pertanyaan sesuai dengan usia pada kolom yang telah di
sediakan.
Keterangan :
SL : Selalu
SR : Sering
KD : Kadang- Kadang
TP : Tidak Pernah

Anak usia 12-18 bulan

No. Pertanyaan Jawaban


SL SR KD TP
1. Saya melatih anak
untuk berdiri sendiri
2. Saya mengajarkan
anak melangkah dan
berjalan
3. Saya melatih anak
berjalan mundur
4. Saya selalu
memegangi anak
saat anak berjalan
sendiri
5. Saya mengajarkan
anakuntuk
membungkuk
kemudian berdiri
6. Saya memberikan
anak mainan yang
bisa di dorong atau
ditarik saat anak bisa
berjalan
7. Saya memberikan
anak macam-maca
alat permainan
seperti balok/kubus
8. Saya mengajarkan
anak mengambil
benda dengan
menggunakan ibu
jari dan telunjuk
9. Saya mengajarkan
anak untuk
memindahkan benda
10. Saya mengajarkan
anak untuk
menyusun kubus
Total nilai
Anak usia 19-24 bulan
No Pertanyaan Jawaban
. SL SR KD TP
1. Saya melatih anak
menendang bola
2. Saya melatih anak
untuk naik tangga
tanpa bantuan
3. Saya membiarkan
anak mendorong
mainan agar bergerak
maju dengan kaki
4. Saya melarang anak
saat anak mencoba
naik tangga tanpa
bantuan orang lain
5. Saya melarang anak
untuk mendorong
mainan
6. Saya mengajarkan
anak untuk melompat
7. Saya mengajarkan
anak untuk meletakan
benda dalam wadah
8. Saya melatih anak
untuk menyusun
Menara kubus
9. Saya mengajarkan
anak untuk
mengeompokan
benda yang sejenis
10. Saya membiarkan
anak meletkan benda
dalam wadah tanpa
bantuan
Total nilai

Anak usia 25-36 bulan


No Pertanyaan Jawaban
. SL SR KD TP
1. Saya melatih anak
berdiri dengan satu
kaki
2. Saya mengajarkan
anak untuk melempar
bola dengan tangan ke
atas
3. Saya mengajarkan
anak menangkap bola
4. Saya melatih anak
untuk berjaan
mengikuti jalan lurus
5. Saya mengajarkan
anak untuk melompat
dengan kedua kaki
6. Saya memperkenalkan
anak pada sepeda roda
tiga
7. Saya mengajarkan
anak untuk mengikuti
garis ventrikal seperti
contoh
8. Saya mendorong anak
untuk menyusun 8 atau
lebih balok keatas
9. Saya memberikan anak
peralatan tulis seperti
pensil atau kertas
10. Sayamelatih anak
untuk mencoret-coret
kertas
Total nilai

Anda mungkin juga menyukai